• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sumber-Sumber Konsep Diri

Dalam dokumen KONSEP DIRI PELAKU SEKS BEBAS. (Halaman 33-40)

BAB II. KAJIAN TEOR

6. Sumber-Sumber Konsep Diri

a. Diri fisik dan citra tubuh

Belajar mengenai apa yang merupakan diri dan apa yang bukan melalui

pengalaman langsung, dan mengenai persepsi terhadap dunia fisik tanpa

satupun mediasi sosial marupakan langkah awal anak didalam perjalanan

hidupnya. Istilah citra tubuh digunakan untuk menyampaikan konsep tentang

tubuh fisik yang dimiliki individu. Citra tubuh merupakan hal yang

fundamental terhadap perkembangan citra diri individu. Konsep diri pada

mulanya adalah citra tubuh, sebuah gambaran yang dievaluasikan mengenai

diri fisik (Burn, 1993: 190). Diri fisik diterima sebagai sebuah unsur yang

vital dari konsep diri (William James dalam Burns, 1993: 198).

b. Bahasa dan perkembangan konsep diri

Perkembangan bahasa membantu perkembangan konsep diri, karena

penggunaan „me‟, „he‟, dan „them‟ digunakan untuk membedakan diri (self) dengan orang lain. Kebanyakan anak-anak memulai menggunakan kata ganti

seperti „me‟, „yours‟, „mine‟, dan lain-lain dengan cara yang tidak tepat. Hal tersebut membuat perkembangan bahasanya menjadi lambat Gesell & Iig

(dalam Burns, 1993: 200). Banyak anak kecil yang mengalami kesulitan

untuk mempelajari penggunaan kata ganti orang dengan tepat. Konsep diri

yang benar timbul bagi banyak bayi pada saat mereka menangkap kenyataan

bahwa mereka mempunyai sebuah nama. Pengetahuan anak tentang dirinya

bergantung pada pemisahan diri dari orang-orang lainnya.

c. Umpan balik dari orang lain

Semua manusia membutuhakan kasih sayang, rasa aman dan perasaan

yang diterima. Penerimaan kasih sayang itu sangat menyenangkan namun,

untuk mengetahui apakah ada penerimaan kasih sayang tersebut seorang

individu harus mengamati wajah, isyarat-isyarat, verbalisasi, dan sebagainya

dari orang lain. Dalam masa kanak-kanak, anak mempercayai persepsi

tentang dirinya sendiri dan juga tentang diri fisiknya.

Guthrie (dalam Burns, 1993: 208) memberi contoh bahwa ada beberapa

siswa laki-laki yang memainkan sebuah lelucon kepada seorang siswa

perempuan yang bodoh dan tidak menarik. Mereka memperlakukan wanita

tersebut untuk sementara waktu, seakan-akan ia sangat populer dan menarik.

Siswa laki-laki tersebut terkejut karena di dalam waktu satu tahun ia

mengembangkan sikap yang santai, percaya diri dan popularitas. Sikap yang

seperti itu meningkatkan hal yang positif dari orang lain. Hal tersebut

merupakan umpan balik dari orang lain mengenai konsep diri dan pola

B. Kajian Teori Mengenai Remaja

1. Definisi Remaja

Kata remaja berasal dari bahasa Latin yaitu adolescene yang berarti to grow atau to grow maturity (Golinko dalam Yudrik Jahja, 2011: 219- 220). Debrun (dalam Yudri Jahja, 2011: 220) mendefinisikan remaja sebagai

periode pertumbuhan antara masa kanak- kanak dan dewasa. Menurut

(Papalia & Olds dalam Yudri Jahja, 2011: 220) masa remaja adalah masa

transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang pada

umumnya dimulai usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan

tahun atau awal dua puluh tahun.

Menurut Anna Freud (dalam Yudrik Jahja, 2011: 220) mendefiniskan

masa remaja merupakan proses perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi

perubahan dalam hubungan dengan orang tua dan cita-cita mereka, dimana

pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depan.

Sedangkan definisi remaja menurut WHO adalah Individu berkembang dari

saat pertama kali ia menunjukan tanda-tanda seksual sekundernya sampai ia

mencapai kemantangan seksual. Individu mengalami perkembangan

psikologis dari masa kanak-kanak menjadi dewasa (Muangman dalam Sarlito

Wirawan Sarwono, 1989: 9). Dari beberapa pendapa ahli maka dapat di

ambil kesimpulan bahwa remaja adalah masa transisi dari kanak-kanak

menuju dewasa dan akan mengalami perubahan atau perkembangan.

2. Ciri - Ciri Umum Masa Remaja

Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak

menuju masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami berbagai perubahan,

baik fisik maupun psikis. Secara umum masa remaja dibagi menjadi tiga

bagian, yaitu sebagai berikut: (Konopkan & Ingersoll dalam Hendriati

Agustiani, 2006 : 29):

a. Masa Remaja Awal (12-15 tahun)

Pada masa ini individu mulai meninggalkan peran sebagai anak-anak dan

berusaha mengembangkan diri sebagai individu yang unik dan tidak

tergantung pada orang tua. Fokus dari tahap ini adalah penerimaan terhadap

bentuk dan kondisi fisik serta adanya konformitas yang kuat dengan teman

sebaya.

b. Masa Remaja Pertengahan (15-18 tahun)

Masa ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan berfikir yang

baru. Teman sebaya masih memiliki peran yang penting, namun individu

sudah lebih mampu mengarahkan diri sendiri (Self-Directed. Pada masa ini remaja mulai mengembangkan kematangan tingkah laku dan membuat

keputusan keputusan awal yang berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai.

c. Masa Remaja Akhir (19-22 tahun)

Masa ini ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki peran-peran

orang dewasa. Selama periode ini remaja berusaha memantapkan tujuan dan

menjadi matang dan diterima dalam kelompok teman sebaya dan orang

dewasa.

3. Perkembangan Fisik Remaja

a. Hormon-hormon seksual

Dalam tubuh kita terdapat kelenjar-kelenjar, yaitu alat tubuh yang

mengeluarkan zat-zat tertentu. Kelenjar yang kita adalah kelenjar keringat

dan kelenjar air ludah. Kelenjar itu dinamakan kelenjar eksokrin (ekso= luar)

karena menyalurkan zat-zat yang diproduksinya langsung ke dalam tubuh. Di

samping kelenjar eksokrin terdapat kelenjar-kelenjar endokrin (endo=dalam).

Kelenjar endokrin tidak disalurkan keluar tubuh melainkan langsung kedalam

darah.

Zat-zat yang diserap darah dari kelenjar kelenjar endokrin ini dinamakan

hormon. Hormon yang masuk ke dalam darah langsung beredar ke seluruh tubuh dan pengaruhnya pun tersebar ke seluruh tubuh. Sedangkan kelenjar

yang berkaitan dengan pertumbuhan tubuh dan seks adalah kelenjar pituitary (kelenjar bawah otak), buah pelir (testis) pada laki-laki dan indung telur (ovarium) pada perempuan.

b. Kelenjar Bawah Otak

Kelenjar ini sangat kecil dan terletak di sebuah rongga di bawah otak.

Kelenjar bawah otak ini penting sekali karena hormon-hormon yang

dikeluarkan mempengaruhi kelenjar-kelenjar lain dalam tubuh. Kelenjar ini

di namakan kelenjar induk. Beberapa hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar

c. Testis

Testis atau buah zakar ada dua buah yang terletak dalam sebuah kantung

(scrotum) yang tergantung di bawah penis (batang kemaluan). Testis memproduksi hormon androgen dan testoteron yang sejak remaja

menyebabkan tumbuhnya tanda-tanda kelaki-lakian seperti kumis, jakun,

otot kuat, suara yang berat, bulu kemaluan dan ketiak. Testoteron juga

menyebabkan timbulnya birahi (nafsu seks dan libido). Spermatozoa di

produksi beratus ratus juta setiap harinya sampai orang yang bersangkutan

berusia lanjut (60-70 tahun).

d. Indung Telur (Ovarium)

Indung telur terletak di dalam rongga perut perempuan, tepatnya di

bagian bawah dekat rahim (uterus). Indung telur memproduksi (1) hormon progesteron yang bertugas mematangkan dan mempersiapkan sel telur

(ovum) sehingga siap untuk dibuahi. Jika sel telur telah dibuahi, progesteron

ini yang mengembangkannya lebih lanjut menjadi janin. (2) hormon estrogen

yang mempengaruhi pertumbuhan sifat-sifat kewanitaan pada tubuh

seseorang (payudara membesar, pinggul membesar, suara halus, dan lain-

lain). Hormon ini juga mengatur siklus haid.

4. Perilaku Seksual Remaja

Menurut (Robert Havighurst dalam Sarlito, 1989: 154) seorang remaja

menghadapi tugas-tugas perkembangan (developmental tasks) sehubungan dengan perubahan-perubahan fisik dan peran sosial yang terjadi pada dirinya.

dan memanfaatkan dengan teman sebaya dari jenis kelamin yang mana pun,

menerima peranan seksual masing-masing (laki-laki atau perempuan) dan

mempersiapkan perkawinan dan kehidupan berkeluarga (Jensen dalam Sarlito

Wirawan Sarwono, 1989: 154).

Dalam upaya mengisi peran sosialnya, seorang remaja mendapatkan

motivasinya dengan cara meningkatkan energi seksual atau libido. Menurut

(Freud dalam Sarlito Wirawan Sarwono, 1989: 154), libido ini berkaitan erat

dengan kematangan fisik. Sementara itu, menurut (Anna Freud dalam

Sarlito Wirawan Sarwono, 1989: 15 ), fokus utama dari libido ini adalah

perasaan-perasaan di sekitar alat kelamin, objek-objek seksual dan tujuan-

tujuan seksual (Jensen dalam Sarlito Wirawan Sarwono, 1989: 154). Dalam

kaitanya dengan kematangan fisik (Sanderowitz & Paxman dalam Sarlito

Wirawan Sarwono, 1989: 154- 155) mencatat bahwa di berbagai masyarakat

sekarang ini ada kencederungan menurunya usia kematangan seksual

seseorang.

Pada tahun 2008 di Jawa Barat menunjukan 57% remaja usia 15-24

tahun merupakan pekerja seks komersial (Tetty Rina Aritonang, 2015: 63).

Menurut (Simkins dalam Sarlito Wirawan Sarwono, 1989: 155), di negara-

negara maju rata-rata usia menstruasi menurun 4 bulan setiap sepuluh tahun

dan akan mencapai titik stabil pada usia 12 tahun 9 bulan. Menurunya usia

kematangan seksual ini akan diikuti oleh meningkatkanya aktivitas seksual

pada masa puber. Gejala ini di ungkap oleh (Fury dalam Sarlito Wirawan

Sarlito Wirawan Sarwono, 1989: 155) dengan temuanya sendiri pada akhir

1970-an. Dalam penelitian Kinsey tercatat 2% anak perempuan dan 10% anak

laki-laki dibawah usia 16 tahun telah melakukan hubungan seks.

Penelitian Fury yang dilakukan 25-30 tahun kemudian ternyata angka

tersebut sudah menjadi 33% untuk anak perempuan dan 50% untuk anak laki-

laki dibawah usia 16 tahun. Di Indonesia beberapa hasil penelitian juga

menunjukan adanya penurunan batas usia hubungan seks pertama kali

(Hanifah dalam Sarlito Wirawan Sarwono, 1989: 155), antara lain:

a. Sebanyak 18% responden di Jakarta berhubungan seks pertama di usia 18

tahun dan usia termuda 13 tahun.

b. Remaja Manado yang sudah aktif secara seksual, melakukan hubungan

Dalam dokumen KONSEP DIRI PELAKU SEKS BEBAS. (Halaman 33-40)

Dokumen terkait