BAB II. KAJIAN TEOR
6. Sumber-Sumber Konsep Diri
a. Diri fisik dan citra tubuh
Belajar mengenai apa yang merupakan diri dan apa yang bukan melalui
pengalaman langsung, dan mengenai persepsi terhadap dunia fisik tanpa
satupun mediasi sosial marupakan langkah awal anak didalam perjalanan
hidupnya. Istilah citra tubuh digunakan untuk menyampaikan konsep tentang
tubuh fisik yang dimiliki individu. Citra tubuh merupakan hal yang
fundamental terhadap perkembangan citra diri individu. Konsep diri pada
mulanya adalah citra tubuh, sebuah gambaran yang dievaluasikan mengenai
diri fisik (Burn, 1993: 190). Diri fisik diterima sebagai sebuah unsur yang
vital dari konsep diri (William James dalam Burns, 1993: 198).
b. Bahasa dan perkembangan konsep diri
Perkembangan bahasa membantu perkembangan konsep diri, karena
penggunaan „me‟, „he‟, dan „them‟ digunakan untuk membedakan diri (self) dengan orang lain. Kebanyakan anak-anak memulai menggunakan kata ganti
seperti „me‟, „yours‟, „mine‟, dan lain-lain dengan cara yang tidak tepat. Hal tersebut membuat perkembangan bahasanya menjadi lambat Gesell & Iig
(dalam Burns, 1993: 200). Banyak anak kecil yang mengalami kesulitan
untuk mempelajari penggunaan kata ganti orang dengan tepat. Konsep diri
yang benar timbul bagi banyak bayi pada saat mereka menangkap kenyataan
bahwa mereka mempunyai sebuah nama. Pengetahuan anak tentang dirinya
bergantung pada pemisahan diri dari orang-orang lainnya.
c. Umpan balik dari orang lain
Semua manusia membutuhakan kasih sayang, rasa aman dan perasaan
yang diterima. Penerimaan kasih sayang itu sangat menyenangkan namun,
untuk mengetahui apakah ada penerimaan kasih sayang tersebut seorang
individu harus mengamati wajah, isyarat-isyarat, verbalisasi, dan sebagainya
dari orang lain. Dalam masa kanak-kanak, anak mempercayai persepsi
tentang dirinya sendiri dan juga tentang diri fisiknya.
Guthrie (dalam Burns, 1993: 208) memberi contoh bahwa ada beberapa
siswa laki-laki yang memainkan sebuah lelucon kepada seorang siswa
perempuan yang bodoh dan tidak menarik. Mereka memperlakukan wanita
tersebut untuk sementara waktu, seakan-akan ia sangat populer dan menarik.
Siswa laki-laki tersebut terkejut karena di dalam waktu satu tahun ia
mengembangkan sikap yang santai, percaya diri dan popularitas. Sikap yang
seperti itu meningkatkan hal yang positif dari orang lain. Hal tersebut
merupakan umpan balik dari orang lain mengenai konsep diri dan pola
B. Kajian Teori Mengenai Remaja
1. Definisi Remaja
Kata remaja berasal dari bahasa Latin yaitu adolescene yang berarti to grow atau to grow maturity (Golinko dalam Yudrik Jahja, 2011: 219- 220). Debrun (dalam Yudri Jahja, 2011: 220) mendefinisikan remaja sebagai
periode pertumbuhan antara masa kanak- kanak dan dewasa. Menurut
(Papalia & Olds dalam Yudri Jahja, 2011: 220) masa remaja adalah masa
transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang pada
umumnya dimulai usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan
tahun atau awal dua puluh tahun.
Menurut Anna Freud (dalam Yudrik Jahja, 2011: 220) mendefiniskan
masa remaja merupakan proses perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi
perubahan dalam hubungan dengan orang tua dan cita-cita mereka, dimana
pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depan.
Sedangkan definisi remaja menurut WHO adalah Individu berkembang dari
saat pertama kali ia menunjukan tanda-tanda seksual sekundernya sampai ia
mencapai kemantangan seksual. Individu mengalami perkembangan
psikologis dari masa kanak-kanak menjadi dewasa (Muangman dalam Sarlito
Wirawan Sarwono, 1989: 9). Dari beberapa pendapa ahli maka dapat di
ambil kesimpulan bahwa remaja adalah masa transisi dari kanak-kanak
menuju dewasa dan akan mengalami perubahan atau perkembangan.
2. Ciri - Ciri Umum Masa Remaja
Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak
menuju masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami berbagai perubahan,
baik fisik maupun psikis. Secara umum masa remaja dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu sebagai berikut: (Konopkan & Ingersoll dalam Hendriati
Agustiani, 2006 : 29):
a. Masa Remaja Awal (12-15 tahun)
Pada masa ini individu mulai meninggalkan peran sebagai anak-anak dan
berusaha mengembangkan diri sebagai individu yang unik dan tidak
tergantung pada orang tua. Fokus dari tahap ini adalah penerimaan terhadap
bentuk dan kondisi fisik serta adanya konformitas yang kuat dengan teman
sebaya.
b. Masa Remaja Pertengahan (15-18 tahun)
Masa ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan berfikir yang
baru. Teman sebaya masih memiliki peran yang penting, namun individu
sudah lebih mampu mengarahkan diri sendiri (Self-Directed. Pada masa ini remaja mulai mengembangkan kematangan tingkah laku dan membuat
keputusan keputusan awal yang berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai.
c. Masa Remaja Akhir (19-22 tahun)
Masa ini ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki peran-peran
orang dewasa. Selama periode ini remaja berusaha memantapkan tujuan dan
menjadi matang dan diterima dalam kelompok teman sebaya dan orang
dewasa.
3. Perkembangan Fisik Remaja
a. Hormon-hormon seksual
Dalam tubuh kita terdapat kelenjar-kelenjar, yaitu alat tubuh yang
mengeluarkan zat-zat tertentu. Kelenjar yang kita adalah kelenjar keringat
dan kelenjar air ludah. Kelenjar itu dinamakan kelenjar eksokrin (ekso= luar)
karena menyalurkan zat-zat yang diproduksinya langsung ke dalam tubuh. Di
samping kelenjar eksokrin terdapat kelenjar-kelenjar endokrin (endo=dalam).
Kelenjar endokrin tidak disalurkan keluar tubuh melainkan langsung kedalam
darah.
Zat-zat yang diserap darah dari kelenjar kelenjar endokrin ini dinamakan
hormon. Hormon yang masuk ke dalam darah langsung beredar ke seluruh tubuh dan pengaruhnya pun tersebar ke seluruh tubuh. Sedangkan kelenjar
yang berkaitan dengan pertumbuhan tubuh dan seks adalah kelenjar pituitary (kelenjar bawah otak), buah pelir (testis) pada laki-laki dan indung telur (ovarium) pada perempuan.
b. Kelenjar Bawah Otak
Kelenjar ini sangat kecil dan terletak di sebuah rongga di bawah otak.
Kelenjar bawah otak ini penting sekali karena hormon-hormon yang
dikeluarkan mempengaruhi kelenjar-kelenjar lain dalam tubuh. Kelenjar ini
di namakan kelenjar induk. Beberapa hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar
c. Testis
Testis atau buah zakar ada dua buah yang terletak dalam sebuah kantung
(scrotum) yang tergantung di bawah penis (batang kemaluan). Testis memproduksi hormon androgen dan testoteron yang sejak remaja
menyebabkan tumbuhnya tanda-tanda kelaki-lakian seperti kumis, jakun,
otot kuat, suara yang berat, bulu kemaluan dan ketiak. Testoteron juga
menyebabkan timbulnya birahi (nafsu seks dan libido). Spermatozoa di
produksi beratus ratus juta setiap harinya sampai orang yang bersangkutan
berusia lanjut (60-70 tahun).
d. Indung Telur (Ovarium)
Indung telur terletak di dalam rongga perut perempuan, tepatnya di
bagian bawah dekat rahim (uterus). Indung telur memproduksi (1) hormon progesteron yang bertugas mematangkan dan mempersiapkan sel telur
(ovum) sehingga siap untuk dibuahi. Jika sel telur telah dibuahi, progesteron
ini yang mengembangkannya lebih lanjut menjadi janin. (2) hormon estrogen
yang mempengaruhi pertumbuhan sifat-sifat kewanitaan pada tubuh
seseorang (payudara membesar, pinggul membesar, suara halus, dan lain-
lain). Hormon ini juga mengatur siklus haid.
4. Perilaku Seksual Remaja
Menurut (Robert Havighurst dalam Sarlito, 1989: 154) seorang remaja
menghadapi tugas-tugas perkembangan (developmental tasks) sehubungan dengan perubahan-perubahan fisik dan peran sosial yang terjadi pada dirinya.
dan memanfaatkan dengan teman sebaya dari jenis kelamin yang mana pun,
menerima peranan seksual masing-masing (laki-laki atau perempuan) dan
mempersiapkan perkawinan dan kehidupan berkeluarga (Jensen dalam Sarlito
Wirawan Sarwono, 1989: 154).
Dalam upaya mengisi peran sosialnya, seorang remaja mendapatkan
motivasinya dengan cara meningkatkan energi seksual atau libido. Menurut
(Freud dalam Sarlito Wirawan Sarwono, 1989: 154), libido ini berkaitan erat
dengan kematangan fisik. Sementara itu, menurut (Anna Freud dalam
Sarlito Wirawan Sarwono, 1989: 15 ), fokus utama dari libido ini adalah
perasaan-perasaan di sekitar alat kelamin, objek-objek seksual dan tujuan-
tujuan seksual (Jensen dalam Sarlito Wirawan Sarwono, 1989: 154). Dalam
kaitanya dengan kematangan fisik (Sanderowitz & Paxman dalam Sarlito
Wirawan Sarwono, 1989: 154- 155) mencatat bahwa di berbagai masyarakat
sekarang ini ada kencederungan menurunya usia kematangan seksual
seseorang.
Pada tahun 2008 di Jawa Barat menunjukan 57% remaja usia 15-24
tahun merupakan pekerja seks komersial (Tetty Rina Aritonang, 2015: 63).
Menurut (Simkins dalam Sarlito Wirawan Sarwono, 1989: 155), di negara-
negara maju rata-rata usia menstruasi menurun 4 bulan setiap sepuluh tahun
dan akan mencapai titik stabil pada usia 12 tahun 9 bulan. Menurunya usia
kematangan seksual ini akan diikuti oleh meningkatkanya aktivitas seksual
pada masa puber. Gejala ini di ungkap oleh (Fury dalam Sarlito Wirawan
Sarlito Wirawan Sarwono, 1989: 155) dengan temuanya sendiri pada akhir
1970-an. Dalam penelitian Kinsey tercatat 2% anak perempuan dan 10% anak
laki-laki dibawah usia 16 tahun telah melakukan hubungan seks.
Penelitian Fury yang dilakukan 25-30 tahun kemudian ternyata angka
tersebut sudah menjadi 33% untuk anak perempuan dan 50% untuk anak laki-
laki dibawah usia 16 tahun. Di Indonesia beberapa hasil penelitian juga
menunjukan adanya penurunan batas usia hubungan seks pertama kali
(Hanifah dalam Sarlito Wirawan Sarwono, 1989: 155), antara lain:
a. Sebanyak 18% responden di Jakarta berhubungan seks pertama di usia 18
tahun dan usia termuda 13 tahun.
b. Remaja Manado yang sudah aktif secara seksual, melakukan hubungan