B. Konsep Pendapatan Asli Daerah (PAD)
2. Sumber – Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah, kelompok
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dippisahkan menjadi empat jenis pendapatan yaitu:
a. Pajak Daerah
Pajak daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari pajak. Pajak secara umum adalah pungutan dari masyarakat oleh Negara pemerintah bedasarkan Undang-Undang yang bersifat dapat dilaksanakan dan terutang oleh yang wajib membayarnya dengan tidak mendapatkan prestasi kembali (kontra prestasi/balas jasa) secara langsung.
Berdasarkan Undanh-Undang No 34 tahun 2000 yang dimaksud dengan “Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi dan badan kepala daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan bedasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelanggaraan daerah dan pembangunan daerah”
Dari defenisi diatas jelas bahwa pajak merupakan iuran wajib yang dapat dipaksakan kepada setiap orang (wajib Pajak) tanpa terkecuali. Ditegaskan pula bahwa hasil pajak daerah ini diperuntukkan bagi penyelanggara pemerintah dan pembangunan daerah.
Pada tanggal 18 Agustus 2009, Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia telah menyetujui dan mengesahkan Rancangan Undang-Undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (RUNDANG-UNDANG)
menjadi Undang-undang, sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 34 tahun 2000. Pengesahan Undang-Undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (UNDANG-UNDANG PDRD) ini sangat strategis dan mendasar di banding desentralisasi fiskal, karena terdapat perubahan kebijakan yang cukup fundamental dalam penataan kembali hubungan keuangan antara pusat dan daerah. Undang-undang yang baru ini mulai berlaku tanggal 1 januari 2010.
Undang-undang DPRD ini mempunyai tujuan sebagai berikut :
1) Memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah dalam perpajakan dan retribusi sejalan dengan semakin besarnya tanggung jawab daerah dalam penyelanggaraan pemerintah dan pelayanan kepada masyarakat.
2) Meningkatkan akuntabilitas daerah dalam penyediaan layanan dan penyelanggaraan pemerintah dan sekaligus memperkuat otonomi daearh.
3) Memberikan kepastian bagi dunia usaha mengenai jenis-jenis pungutan daerah dan sekaligus memperkuat dasar hukum pemingutan pajak daerah dan retribusi daerah.
Ada beberapa prinsip pengaturan pajak daerah retribusi daerah yang diprgunakan dalam penyusunan Undang-undang ini yaitu :
1) Pemberian kewenangan pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah yang tidak terlalu membebani rakyat dan relatif netral terhdap fiscal nasional.
2) Jenis pajak dan retribusi dapat dipungut oleh daerah hanya yang ditetapkan dalam undang-undang.
3) Pemberian kewnangan kepada daerah untuk menetapkan tarif pajak dalam batas tarif minimum dan maksimun yang ditetapkan dalam undang-undang.
4) Pemerintah daerah tidak dapat memungut jenis pajak dan retribusi yang tercantum dsalam Undang-Undang yang sesuai kebijakan pemerintah daerah.
5) Pengawasan pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah dilakukan secara preventif dan korektif. Rancangan peraturan daerah yang mengatur pajak dan retribusi harus dapat persetujuann pemerintah sebelum ditetapkan menjadi perda. Pelanggaran terhdap aturan tersebut dapat dikenakan sanksi
Materi yang diatur dalam Undang-Undang DPRD yang disahkan pada tanggal 18 agustus 2009 adalah sebagai berikut :
b. Penambahan pajak daerah
Pajak daerah yang diatur dalam Undang-Undang nomor 28 tahun 2009 adalah sebagai mana dibawah ini :
1) Pajak Kendaraan Bermotor;
2) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor; 3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor; 4) Paka Air Permukaan; dan
5) Pajak Rokok
Jenis pajak Kabupaten dan Kota terdiri atas :
1) Pajak Hotel; 2) Pajak Restoran; 3) Pajak Hiburan; 4) Pajak Reklame;
5) Pajak Penerangan jalan;
6) Paja Mineral Bukan Logam dan Bebatuan; 7) Pajak Parkir
8) Pajak Air tanah
9) Pajak Sarang Burung Walet;
10) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan;dan 11) Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
Ada empat jenis pajak baru bagi daerah, yaitu Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan seta Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan yang sebelumnya merupakan pajak pusat, dan sarang Pajak Burung Walet yang ditetapkan sebagai pajak Kabupaten dan Kota selain itu pajak rokok ditetapkan sebagai pajak provinsi.
Berarti ada empat jenis pajak daerah, yaitu 1 Pajak Provinsi dan 3 jenis pajak Kabupaten dan Kota. Dengan tambahan tersebut secara keseluruhan ada 16 jenis pajak daerah, yaitu 5 jenis pajak Provinsi dan 11 jenis pajak Kabupaten dan Kota.
1) Pajak Rokok
Pajak rokok dikenakan atas cukai yang ditetapkan oleh pemerintah. Hasil penerimaan pajak rokok tersebut sebesar 70% dibagi hasilkan kepada kabupaten dan kota di provinsi yang bersangkutan. Selain itu, penerimaan pajak rokok dialokasikan minimal 50% untuk mendanai pelayanan kesehatan (Pembangunan/pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana unit pelayanan kesehatan, penyediaan sarana umum yang memadai bagi perokok (Smoking Area), kegiatan mensosialisasikan bahaya merokok,dan iklan layanan, masyarakat mengenai bahaya rokok.
2) Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkantoran
Selama ini PBB merupakan pajak pusat,namun hasil seluruh penerimaanya diserahkan kepada daerah. Untuk meningkatkan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah,khusus PBB sektor pedesaan dan perkotaan dialihkan menjadi pajak daerah. Sedangkan PBB sektor perkebunan, perhutanan, dan pertambangan masih merupakan pajak pusat. Dengan menjadikan PBB pedesaan dan perkotaan menjadi pajak daerah, maka
penerimaan jenis pajak ini akan diperhitungkan sebagai Pendapatan Asli Daerah (PAD).
3) Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
Selama ini BPHTB merupakan pajak pusat, umum seluruh hasilnya di serahkan kepada daerah. Untuk meningkatkan akuntabilitas pengelolaan daerah BPHTB dialihkan menjadi pajak daerah. Penetapan BPHTB sebagai pajak daerah akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
4) Pajak Sarang Burung Walet
Pajak sarang burung walet merupakan jenis pajak derah baru, yang dapat dipungut oleh daerah untuk memperoleh manfaat ekonomis dari keberadaan dan perkembangan sarang barang burung walet di wilayahnya. Bagi daerah yang memiliki potensi sarang burung walet yang besar akan dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
c. Retribusi Daerah
Disamping pajak daerah sebagai mana disebutkan sebelumnya, sumber Pendapatan Asli Derah (PAD) juga meliputi retribusi atau perizinan yang diperoleh dalam Undang-Undang. Retribusi Daerah merupakan salah satu jenis penerimaan daerah yang dipungut sebagai pembyaran atau imbalan langsung atas pelayanan yang diberikan oleh pemerintah daerah kepada masyarakat.
Yang dimaksud retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang tertentu yang khusus disediakan dana atau diberikan oleh Pemerintah Daerah (pemda). Untuk kepentingan orang atau badan. Perbedaan antara Pajak Daerah dan Retribusi Daerah tidak hanya didasarkan atas objkenya, tetapi juga perbedaan atas pendekata tarif. Oleh karena itu, retribusi bersifat fleksibel sesuai dengan tujuan retribusin dan besarnya biaya yang di keluarkan oleh pemerintah daerah masing-masing untuk melaksanakan atau mengelola jenis pelayanan publik di daerahnya.
Retribusi daerah dalam Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 adalah sebagai berikut :
1) Retribusi jasa Umum, yang meliputi: a) Retribusi Pelayanan kesahatan ;
b) Retribusi Pelayanan Persampahan/kebersihan
c) Retribusi penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil;
d) Retribusi Pemakaman dan Pengabuan Mayat; e) Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum; f) Pelayanan Pasar;
g) Retribusi Pengajuan Kendaraan Bermotor;
h) Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran; i) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta;
k) Retribusi Pengelolaan Limbah Cair; l) Retribusi Tera/Tera Ulang;
m) Retribusi Pelayanan Pendidikan; dan
n) Retribusi Pengendalian Menara Telkomunikasi 2) Retribusi Jasa khusus,yang meliputi :
a) Retibusi Pemakaian Kekayaan daerah; b) Retribusi Pasar Grosir dan atau Perkotaan; c) Retribusi Tempat Pelelangan;
d) Retribusi Terminal;
e) Retribusi Tempat khusus Parkir;
f) Retribusi Tempat Penginapan/Pesangrahan/villa; g) Retribusi Rumah Potong Hewan;
h) Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan; i) Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga; j) Retribusi Penyebrangan di Air;dan
k) Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah; 3) Retribusi Perizinan Tertentu
a) Retribusi Izin Mendirikan Bangunan;
b) Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol; c) Retribusi Izin Gangguan;
d) Retribusi izin Trayek;dan e) Retribusi Izin Usaha Perikanan;
Terdapat penambahan 4 jenis retribusi daerah, yaitu Retribusi Tera/Tera Ulang, Retribusi Menara Telkomunikasi, Retribusi Pelayanan Pendidikan, dan Retribusi Izin Usaha Perikanan. Dengan penambahan ini, secara keseluruhan terdapat 30 jenis retribusi yang dapat dipungut oleh daerah yang dikelompokkan kedalam 3 golongan retribusi, yautu retribusi jasa unum, retribusi jasa usaha, dan retribusi periznan tertentu.
1) Retribusi Tera/Tera Ulang
Pengenaan Retribusi Tera/Tera Ulang dimaksudkan untuk membiayai fungsi pengendalian terhadap penggunaan alat ukur, takar, timbang, dan perlengkapannya oleh masyarakat. Dengan pengendalian tersebut, alat ukur, takaran, dan timbangan akan berfungsi dengan baik, sehingga penggunaanya tidak merugikan masyarakat.
2) Retribusi Pengendalian Menara Telkomunikasi
Pengenaan Retribusi Pengendalian Menara Telkomunikasi ditujukan untuk meningkatkan pelayanan dan pengendalian daerah terhadap pembangunan dan pemeliharaan menara telkomunikasi. Dengan pengendalian ini, keberadaan menara telkomunikasi akan memenuhi aspek tata ruang, keamanan, dan keselamatan, keindahan sekaligus memberikan kepastian bagi pengusaha.
Untuk menjamin agar pungutan daerah tidak berlebihan, tarif retribusi pengendalian menara telkomunikasi dirumuskan sedemikian rupa sehingga tidak melampaui 2% dari nilai jual Objek Pajak PBB menara telkomunikasi.
3) Retribusi Pelayanan Pendidikan
Pengenaan retribusi pelayanan pendidikan dimaksudkan agar pelayanan pendidikan, diluar pendidikan dasar menengah, seperti pendidikan dan pelatihan untuk keahlian khusus yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah dapat dikenakan pungutan dan hasilnya digunakan untuk membiayai kesinambungan dan peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan yang dimaksud.
4) Retribusi Izin Usaha Perikanan
Pengenaan Retribusi Izin Usaha Perikanan tidak akan memberikan beban tambahan bagi masyarakat, karena selama ini jenis retribusi tersebut telah dipungut oleh sejumlah pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya. Sebagaiman halnya jenis retribusi lainnya, pemungutan Retribusi Izin Usaha Perikinan dimaksudkan agar pelayanan dan pengendalian kegiatan di bidang perikinan dapat terlaksana secara terus menerus dengan kualitas yang lebih baik.
d. Hasil Pengelolaan Kekayaan Milik Daerah yang Dipisahkan
Hasil kekayaan milik daerah yang dipisahkan merupakan penerimaan daerah yang berasal dari pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Jenis pendapatan ini dirinci menurut objek pendapatan yang mencakup :
1. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan Milik Daerah/BUMD
2. Bagian laba atas penyertaan modal perusahaan Milik Negara/BUMN
3. Bagian laba atas penyertaan modal pada pada perusahaan Milik Swasta atau kelompok masyarakat.
e. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
Pendapatan ini merupakan penerimaan daerah yang berasal dari lain-lain milik Pemerintah Daerah (pemda). Rekening ini disediakan untuk mengakuntansi penerimaan penerimaan daerah selain disebutkan diatas. Pendapatan Asli Daerah lainnya yang disahkan seperti penjualan aset tetap daerah, pendapatan dana pajak dan jasa giro. 3. Strategi Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Daerah (PAD)
Berkaitan dengan perimbangan keuangan antara pemerintah dan daerah Kabupaten/Provinsi undang-undang yang berlaku telah bergeser yaitu dengan berlakunya undang-undang nomor 25 tahun 1999 Tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah dan dan berlakunya
undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan untuk menjelaskan posisi Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat. Untuk menganalisa Strategi Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Dalam rangka Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Pinrang serta menunjukan Keuangan Daearh yang efisien dan efektif dalam pelaksanaan otonomi daerah tersebut, dengan system desentralisasi yang dikembangkan menggunakan Analisis SWOT.
Analisis ini didasarkan secara internal memilih kekuatan (SRENGTHS) dan kelemahan (WEAKNESSES) dan Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi organisasi dalam hal ini organisasi dilingkungan Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Pinrang. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (STRENGTHS). Dan peluang (OPPORTUNITIES). namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (WEAKNESES) serta ancaman (THREATS).
Berdasarkan analisis SWOT pilihan yang paling dominan adalah strategi SO yaitu strategi memanfaatkan seluruh kekuatan untuk membuat dan memanfaatkan peluang yang sebesar-besarnya dengan cara :
a. Meningkatkan kualitas SDM dan Mitra Pelayanan yang optimal.
b. Meningkatkan dan mengeftifkan sosialisasi Perda secara berskala.
c. Mengusahakan pelatihan bidang perpajakan secara berkala dan pemutakiran data.
d. Menetapkan strategi baru dalam memungut pajak dan lebih memperhatikan kualitas dan mutu pelayanan terhadap wajib pajak.
Menurut Deddy Supriady Bratakusumah & Dadang Solihin (2004 : 379) keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut, dalam kerangka Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Sedangkan menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut.
Dengan demikian keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang. Keuangan daerah digunakan untuk membiayai semua kebutuhan daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan.