DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH KABUPATEN PINRANG
ARIF RAHIM 10573 02666 11
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR 2015
i
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh sarjana ekonomi (SE) pada jurusan akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar
ARIF RAHIM 10573 02666 11
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
ii Nama Mahasiswa : Arif Rahim
Stambuk : 10573 02666 11
Jurusan : Akuntansi
Faklultas : Ekonomi dan Bisnis
Perguruan tinggi : Universitas Muhammadiyah Makassar
Telah diseminarkan pada tanggal 08 Oktober 2015, dan layak diujikan pada ujian skripsi.
Makassar, Mei 2015 Menyetujui:
Mengetahui : Pembimbing I
Idham Khalid, SE.,MM
Dr. Hj. Ruliaty,MM
Pembimbing II
Abd. Salam HB,SE,M.Si.Ak,CA
Dekan
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Dr. H. Mahmud Nuhung,M.A KTM : 497794
Ketua Jurusan Program Studi Akuntansi
Ismail Badollahi, SE.,M.Si.Ak CA NBM : 1073428
iii
ARIF RAHIM, 2015, “ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH KABUPATEN PINRANG” Dibimbing oleh bapak Idham Khalid dan Bapak Abd. Salam HB, Selaku pembimbing I dan II, jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universtas Muhammadiya Makassar.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui mengetahui apakah perlakuan akuntansi atas Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada pemerintah Kabupaten Pinrang Sudah sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif yang digunakan dalam menjelaskan perlakuan akuntansi atas pendapatan asli daerah.
Data yang digunakan adalah data primer berupa hasil wawancara dengan pimpinan dan pegawai mengenai gambaran umum lokasi penelitian. dan data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung melalui kepustakaan sebagai pendukung penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan akuntansi atas pendapatan asli darah kabupaten pinrang sudah sesuai standar akuntansi pemerintah.
iv
Alhamdulillahi Robbil Alamin penulis panjatkan kehadirat Allah Swt atas segala limpahan Rahmat dan petunjuk nhya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Segala usaha dan upayah telah dilakukan oleh penulis dalam rangka menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik mungkin. Namun, penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak luput dari berbagai kekurangan. Olehkarena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini.
Penyusunan skripsi ini disadari banyak kendala danr intangan yang dihadapi, baik dalam pelaksanaan penelitian maupun dalam penulisan skripsi ini. Namun, berkat ketekunan dan ketabahan serta uluran tangan dari berbagai pihak utamanya Ridho Allah Swt maka hambatan itu dapat diatasi. Terimah kasih kepada kedua orang tuaku tercinta Ayahanda Abd.Rahim dan Ibunda Sakka atas segala pengorbanan mulia yang diberikan kepada penulis dan doa yang tiadahenti-hentinya beliau panjatkan kehadirat Allah Swt, demi kesuksesan dan penulis mencapai cita-cita.
Dan penuh kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terimahkasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:
v
3. Bapak Ismail Badollahi SE, M.Si, Ak,CA selaku ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Bapak Drs.H.Sultan Sarda,M.M selaku Penasehat Akademik.
5. Bapak Idham Khalid,SE,M.M dan Bapak Abd.Salam HB SE,M.Si.Ak,CA, masing-masing selaku pembimbing I dan pembimbing II yang senangtiasa meluangkan waktu serta berusaha payah memberikan arahan dan bimbingan mulai dari tahapan persiapan sampai penyelesaian skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar atas bimbingan selama penulis tercatat sebagai Mahasiswa Jurusan Akuntansi.
7. Kepada pegawai Pemerintah Daerah Kabupaten Pinrang yang telah memberikan pelayanan dan membantu memberikan data dan informasi yang penulis butuhkan dalam penyusunan skripsi ini.
8. Teman-teman Ak.8 11 yang selama ini bersama- sama penulis aktif dibangku kuliah.
9. Semua pihak yang penulis tidak dapat sebutkan semuanya karena keterbatasan waktu, tanpa mengurangi rasa hormat penuli sucapkan terimah kasih.
Akhirnya tak ada gading yang tak retak, tak ada ilmu yang memiliki kebenaran mutlak, tak ada kekuatan dan kesempurnaan hanya milik Allah Swt,
vi
besarnya atas bantuan dan bimbingan yang diberikan kepada penulis. Akhirnya harapan penulis semoga laporan ini dapat bermanfaat terutama pada diri saya sendiri maupun orang lain. Semoga rahmat dan hidayah-Nya senantiasa bersama di segala perjuangan kita menyambut masa depan yang lebih baik. Amin.
Makassar, Mei 2015
vii
HALAMAN PERSETUJUAN………. ii
ABSTRAK……… iii
KATA PENGANTAR……….. iv
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR GAMBAR……… ix
DAFTAR TABEL……… x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ……… 1
B. Masalah Pokok ….……….. 2
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian …………... 2
D. Hipotesis………. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4
A. Konsep Perlakuan Akuntansi ... 4
B. Konsep Pendapatan Asli Daerah (PAD)……… 10
C. Kerangka Pikir ...……….. 26
BAB III METODE PENELITIAN ...……….... 28
A. Tempat dan Waktu Penelitian... 28
B. Metode Pengumpulan Data ...……….. 28
C. Jenis dan Sumber Data ... 29
viii
B. Aspek Strategis……….. 33
C. Visi dan Misi Dinas PPKAD Kabupaten Pinrang……….. 34
D. Tugas dan Fungsi Pokok Dinas Dinas PPKAD Kabupaten Pinrang……….. 34
E. Struktur Organisasi………. 36
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN………... 40
A. Sistem Pencatatan………... 40
B. Perlakuan Akuntansi atas Pendapatan Asli Daerah Pada pemerintah Kabupaten Pinrang………. 41
C. Analisis Perlakuan Akuntansi keuangan Daerah………... 59
D. Perbedaan Akuntansi Keuangan Daerah Dengan Standar Akuntansi Pemerintah (PAD)……….. 68
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN………. 72
A. Kesimpulan……… 72
B. Saran……….. 73
ix
1.Kerangka Pikir……… 27
x
1.Ringkasan APBD Kabupaten Pinrang Tahun 2009……… 50
2.Ringkasan APBD Kabupaten Pinrang Tahun 2010……… 53
3.Ringkasan APBD Kabupaten Pinrang Tahun 2011……… 55
4.Ringkasan APBD Kabupaten Pinrang Tahun 2012………... 57
5.Jurnal Penerimaan Kas Kabupaten Pinrang ……….. 66
6.Jurnal Pengeluaran Kas Kabupaten Pinrang………. 66
diterimah oleh penitia ujian skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar dengan surat keputusan Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar Nomor : 74 tahun 1436 H/2015 M, sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
Panitia Ujian :
1. Pengawas Umum : Dr. H. Irwan Akib, M.Pd (...) (Rektor Unismuh Makassar)
2. Ketua : Dr. H. Mahmud Nuhung, MA (...) (Dekan Fak. Ekonomi dan Bisnis)
3. Sekretaris : Drs. H. Sultan Sarda, MM (...) (Wakil Dekan 1 Fak. Ekonomi & Bisnis)
4. Penguji :
a. Dr. H. Mahmud Nuhung, MA (...)
b. Abd. Salam, SE,M.Si.Ak.CA (...)
c. Linda Arisanti Razak, SE.,M.Si.Ak.CA (...)
d. Ismail Rasullong, SE, MM (...) Dzulhijjah 1436 H Makassar,
Terjadi Kelak Semuanya Tergantung Pada Diri Kita Yakin dan Percaya Semua Akan Indah Pada Waktunya
Karena pengorbanan tiada terniali Karena dukungan yang tiada terputus Karena Doa yang tiada henti untuk Kebahagiaan dan Keberhasilan ananda; “Kupersembahkan karya sederhana ini kepada kedua Orang tuaku,saudara-saudaraku,sahabatku,dan oraang yang selalu ada Buatku dan menjadi motivatorku sebagai tanda bakti dan kasih sayangku”
1 A.Latar Belakang
Struktur dan proses perlakuan akuntansi pendapatan asli daerah haruslah dipahami secara baik, dengan demikian seseorng akan dapat menjelaskan mengapa suatu akuntansi sangatlah dibutuhkan dalam pengelolaan suatu instansi pemerintah. Pihak-pihak yang berkepintangan dalam instansi tersebut sangat membutuhkan informasi yang akurat, oleh karena itu perlakuan akuntansi atas pendapatan asli daerah yang baik yang ada dalam pemerintah daerah Kabupaten Pinrang sangatlah penting.
Pada dasarnya sebuah instansi pemerintah termasuk pada pemerintah Kabupaten Pinrang telah memiliki ketentuan atas akuntansinya sendiri, dimana ketentuan-ketentuan tersebut tidak sama dengan instansi-instansi di non pemerintah. Pada instansi pemerintah di terapakan standar akuntansi yang mengatur perlakuan akuntansi atas pendapatan asli dareah, standar tersebut adalah Standar Akuntansi Pemerintah (SAP).
Perlakuan akuntansi yang sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) atas pendapatan asli daerah dikatakan penting sebab dalam kegiatan ini dilakukan berbagai macam proses akuntansi sehingga menghasilkan output yang berupa laporan keuangan yang dapat memberikan informasi yang berguna pada bagi masyarakat, sehingga masyarakat memperoleh kepuasan yang tinggi terhadap pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintah daerah.
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas maka penulis akan melakukan penelitian dengan judul : “Analisis Perlakuan Akuntansi atas Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Pemerintah Kabupaten Pinrang”.
B.Masalah Pokok
Dari latar belakang yang telah diuraikan tersebut, maka masalah pokok adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana perlakuan akuntansi atas Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada pemerintah Kabupaten Pinrang ?
2. Apakah Perlakuan Akuntansi atas Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada pemerintah Kabupaten Pinrang sudah sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) ?
C.Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui perlakuan akuntansi atas Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada pemerintah kabupaten Pinrang.
b. Untuk mengetahui perlakuan akuntansi atas Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Pemerintah kabupaten Pinrang apakah sudah sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP).
2. Kegunaan Penelitian
a. Untuk mengetahui lebih mendalam tentang perlakuan akuntansi atas Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Pemerintah Kabupaten Pinrang.
b. Sebagai bahan masukan dan perbandingan bagi kantor Pemerintah Kabupaten Pinrang dalam menerapkan sistem keuangan daerah dalam menerapkan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) pada pemerintah Kabupaten Pinrang.
D. Hipotesis
Berdasarkan dari masalah pokok yang dikemukakan, maka penulis mengajukan hipotesis :
1 Diduga bahwa perlakuan akuntansi di pemerintah daerah kabupaten Pinrang sudah sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP).
2 Diduga bahwa Perlakuan akuntansi atas Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Pemerintah Kabuptaen Pinrang sudah sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP).
4 A.Konsep Perlakuan Akuntansi
Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyususn dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. Dengan demikian, SAP merupakan persyaratan yang mempunyai kekuatan hukum dalam upaya meningkatakan kualitas laporan keuangan pemerintah di Indonesia.
Standar akuntansi pemerintahan dimaksud dibutuhkan dalam rangka penyusunan laporan keuangan yang setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Peraturan Pemerintah ini juga merupakan pelaksanaan pasal 184 ayat (1) dan (3) Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang menyatakan bahwa laporan keuangan pemerintah daerah disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. SAP diterapakan di lingkup pemerintahan yaitu pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan satuan organisasi dilingkungan pemerintah pusat/daerah, jika menurut peraturan perundang-undangan satuan organisasi dimaksud wajib menyajikan laporan keuangan.
1. Pengertian Pengakuan
Pengakuan dalam akuntasi adalah proses penetapan terpenuhinya kriteria pencatatan suatu kejadian atau peristiwa dalam pencatan akuntansi akan menjadi bagian bagian yang melengkapi unsur asset, kewajiban, ekuitas dana, pendapatan, belanja, dan pembiayaan, sebagaimana akan termuat pada laporan keuangan entitas pelaporan yang bersangkutan.Pengakuan diwujudkan dalam pencatan jumlah uang terhadap pos-pos laporan laporan yang terpengaruh oleh kejadian atau peristiwa terkait.
Kriteria minimum yang perlu di penuhi oleh suatu kejadian atau peristiwa untuk diakui yaitu terdapat kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan kejadian atau peristiwa tersebut akan mengalir keluar dari atau atau masuk kedalam entitas pelaporan yang bersangkutan juga kejadian atau peristiwa tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat di ukur dapat diestimasi dengan andal.
2. Pengertian Pengukuran
Dalam standar akuntansi pemerintahan disebutkan bahwa pengukuran adalah proses pendapatan nilai uang untuk mengakui dan memasukkan setiap pos dalam laporan keuangan. Pengukuran pos-pos dalam laporan keuangan menggunakan nilai perolehan historis. Pengukuran pos-pos laporan keuangan menggunakan mata uang rupiah.
Transaksi menggunakan mata uang asing dikonfersi terlebih dahulu dan dinyatakan dalam mata uang rupiah.
3. Pengertian Pengungkapan
Informasi yang belum disajikan dalam laporan keuangan harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Selain itu, catatan atas laporan akan memuat informasi tantang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaki-transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya. Dalam menentukan apakah suatu kebijakan akuntansi perlu diunkapkan, manajemen harus mempertimbangkan apakah pengungkapan tersebutdapat mengganggu pengguna laporan keuangan.
4. Pengertian Penyajian
Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan pertanggung jawaban berupa laporan keuangan, yang terdiri dari penerintah pusat, pemerintah daerah, satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah atau organisasi lainnya, jika menurut peraturan perundang-undangan satuan organisasi dimaksud wajib menyajikan laporan keuangan.
Dalam penetapan entitas pelaporan, perlu dipertimbangkan syarat pengelolaan, pengendalian, dan penguasaan, suatu entitas pelaporan terhadap asset, yurisdikasi,tugas dan misi tertentu, dengan bentuk
pertanggungjawaban dan wewenang yang terpisah dari entitas pelaporan lainnya. Setiap entitas pelaporan mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan terstruktur pada suatu pelaporan untuk kepentingan Akuntabilitas, Manajemen, Transparansi, Keseimbangan, Antargenerasi. Pelaporan keuangan pemerintah menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan ekonomi, social, maupun politik. Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut, laporan keuangan menyediakan informasi mengenai pendapatan, belanja, transfer, dana cadangan, pembiayaan, asset, kewajiban, ekuitas dana, dan arus kas suatu entitas pelaporan.
Pelaporan keuangan pemerintah diselanggarakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang mengatur keuangan pemerintah, antara lain :
a. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, khususnya bagian yang mengatur keuangan Negara;
b. Undang-undang di bidang keuangan Negara;
c. Undang-undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; d. Peraturan Perundang-Undangan yang mengatur tentang pemerintah
daerah. Khususnya yang mengatur keuangan daerah;
e. Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah;
f. Ketentuan perundang-undangan tentang pelaksanaan Anggran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah;dan
g. Peraturan perundang-undangan lainnya yang mengatur tentang keuangan pusat dan daerah
Asumsi dasar dalam pelaporan keuangan di lingkungan pemerintah adalah anggapan yang diterima sebagai suatu kebenaran tanpa perlu dibuktikan agar standar akuntansi dapat diterapkan yang terdiri dari Asumsi kemandirian entitas, Asumsi kesinambungan entitas, dan Asumsi keterukuran dalam satuan uang. Ada delapan prinsip yang digunakan dalam akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah yaitu Basis akuntansi, Prinsip nilai historis, Prinsip realisasi, Prinsip substansi mengungguli bentuk formal, Prinsip periodisitas, Prinsip konsistensi, Prinsip pengungkapan lengkap, Prinsip penyajian wajar.
Laporan Realisasi Anggaran menyajikan informasi realisasi pendapatn LRA, belanja, transfer, surplus/defisit-LRA, dan pembiayaan, yang masing-masing diperbandingkan dengan anggaranya dalam suatu periode. Dalam Laporan Realisasi Anggran harus diindetifikasikan secara jelas dan diulang pada setiap halaman laporan, jika dianggap perlu, informsi berikut terdiri dari nama entitas pelaporan atau sarana identifikasi lainnya, cakupan entitas pelaporan, pelaporan yang dicakup, mata uang pelaporan, dan satuan angka yang digunakan.
Laporan Realisasi Anggaran disajikan sekurang-kurangya sekali dalam setahun.dalam situasi tertentu tanggal laporan suatu entitas berubah dan Laporan Realisasi Anggaran tahunan disajikan dengan suatu periode yang lebih panjang atau pendek dari satu tahun, entitas mengungkapkan informasi alasan penggunaan periode pelaporan tidak satu tahun serta fakta bahwa jumlah-jumlah komfaratif dalam Laporan Realisasi Anggaran dan catatan-catatan terkait tidak dapat diperbandingkan. Manfaat suatu Laporan Realisasi Anggaran berkurang jika laporan tersebut tidak tersedia tidak tepat waktunya. Faktor-faktor seperti kompleksitas operasi pemerintah tidak dapat dijadikan pembenaran atas ketidakmampuan entitas pelaporan untuk menyajikan laporan keuangan tepat waktu. Suatu entitas pelaporan menyajikan Laporan Realisasi Anggaran selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah berakhirnya anggaran.
Laporan Realisasi Anggaran disajikan sedemikian rupa sehingga menonjolkan berbagai unsure pendapatan, belanja, transfer, surplus/deficit, dan pembiayaan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar. Laporan Realisasi Anggran menyandingkan realisasi pendapatan-LRA, belanja, transfer, surplus/deficit-pendapatan-LRA, dan pembiayaan dengan anggaranya Laporan Realisasi Anggaran dijelaskan lebih lanjut dalam catatan atas Laporan Keuangan yang memuat hal-hal yang mempengaruhi pelaksanaan anggaran seperti kebijakan fiskal dan moneter, sebab-sebab terjdinya perbedaan yang material antara anggaran
dan realisasinya, serta daftar-daftar yang merinci lebih lanjut angka-angka yang dianggap perlu untuk dijelaskan.
Laporan Realisasi Anggaran sekurang-kurangnya mencakup pos-pos sebagai berikut:
a. Pendapatan -LRA b. Belanja c. Transfer d. Surplus/ defisit-LRA e. Penerimaan Pembiayaan f. Pengeluaran Pembiayaan g. Pembiayaan Neto; dan
h. Sisa lebih/ kurang pembiayaan anggaran
Pos, judul, dan sub jumlah lainnya disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran apabila diwajibkan oleh pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah ini, atau apabila penyajian tersebut diperlukan untuk menyajikan Laporan Realisasi Anggaran Secara Wajar.
B.Konsep Pendapatan Asli Daerah (PAD)
1. Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah Menurut halim (2002: 67). Sedangkan Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan daerah
dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah Maridasmo (2002: 34).
Dari tahun ke tahun kebijakan mengenai Pendapatan Asli Daerah (PAD) di setiap wilayah provinsi, kabupaten dan kota relatif tidak banyak berubah. Artinya, sumber utama Pendapatan Asli Daerah (PAD) komponenya terdiri atas pajak daerah, retribusi daerah, dan bagian laba dari BUMN. Hal ini lebih dipengaruhi oleh kebijakan fiscal (National Fiscal Policy) pemerintah pusat mengandalkan penerimaan jenis pajak yang “subur”untuk kepentingan nasional.
Setelah Desentralisasi digulirkan oleh pemerintah pusat, maka Pemerintah Daerah (pemda) berlomba-lomba menciptakan “kreativitas baru” untuk mengembangkan dan meningkatkan jumlah penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di masing-masing daerah. Akan tetapi pertanyaamya adalah apakah dengan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pemerintah Daerah (Pemda) mampu melaksanakan seluruh kewenangannya? Apakah dengan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah merupkan salah satu tolak ukur keberhasilan pelaksanaan Desentralisasi atu Otonomi daerah?
Selama Pendapatan asli Daerah (PAD) benar-benar tidak memberatkan atau membebani masyarakat lokal, Investor lokal, maupun investor asing, tentu tidak masalah. Dan dapat dikatakan bahwa daerah
dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang meningkat setiap tahun mengindikasikan daerah tersebut mampu membangun secara mandiri tanpa tergantung dana pusat.
Sebaliknya jika Pendapatan Asli Daerah (PAD) justru berdampak terhadap perekonomian daerah yang tidak berkembang atau semakin buruk, maka belum dapat dikatakan keberhasilan pelaksanaan Otonomi Daerah. Pemahaman kemana sebenarnya pergerakan Otonomi Daerah masih kurang. Mereka berfikir Otonomi Daerah hanya untuk memperoleh Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar-besarnya. Itu persepsi yang salah.
Tujuan dan sasaran pemberian Otonomi Daerah dalam artian wewenang yang luas kepada Kabupaten dan Kota adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kebijakan yang beriorientasi pada peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) tanpa mempertimbangkan bahwa ini sangat memberatkan masyarakata local, investor lokal dan investor asing, justru menghambat perkembangan perekonomian daerah terutama dalam daerah kompetitif yang berlaku sekarang. Dimana pelayanan terbaik dan iklim usaha yang kondusif ikut menentukan investasi di daerah.
2. Sumber – Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah, kelompok
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dippisahkan menjadi empat jenis pendapatan yaitu:
a. Pajak Daerah
Pajak daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari pajak. Pajak secara umum adalah pungutan dari masyarakat oleh Negara pemerintah bedasarkan Undang-Undang yang bersifat dapat dilaksanakan dan terutang oleh yang wajib membayarnya dengan tidak mendapatkan prestasi kembali (kontra prestasi/balas jasa) secara langsung.
Berdasarkan Undanh-Undang No 34 tahun 2000 yang dimaksud dengan “Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi dan badan kepala daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan bedasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelanggaraan daerah dan pembangunan daerah”
Dari defenisi diatas jelas bahwa pajak merupakan iuran wajib yang dapat dipaksakan kepada setiap orang (wajib Pajak) tanpa terkecuali. Ditegaskan pula bahwa hasil pajak daerah ini diperuntukkan bagi penyelanggara pemerintah dan pembangunan daerah.
Pada tanggal 18 Agustus 2009, Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia telah menyetujui dan mengesahkan Rancangan Undang-Undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (RUNDANG-UNDANG)
menjadi Undang-undang, sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 34 tahun 2000. Pengesahan Undang-Undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (UNDANG-UNDANG PDRD) ini sangat strategis dan mendasar di banding desentralisasi fiskal, karena terdapat perubahan kebijakan yang cukup fundamental dalam penataan kembali hubungan keuangan antara pusat dan daerah. Undang-undang yang baru ini mulai berlaku tanggal 1 januari 2010.
Undang-undang DPRD ini mempunyai tujuan sebagai berikut :
1) Memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah dalam perpajakan dan retribusi sejalan dengan semakin besarnya tanggung jawab daerah dalam penyelanggaraan pemerintah dan pelayanan kepada masyarakat.
2) Meningkatkan akuntabilitas daerah dalam penyediaan layanan dan penyelanggaraan pemerintah dan sekaligus memperkuat otonomi daearh.
3) Memberikan kepastian bagi dunia usaha mengenai jenis-jenis pungutan daerah dan sekaligus memperkuat dasar hukum pemingutan pajak daerah dan retribusi daerah.
Ada beberapa prinsip pengaturan pajak daerah retribusi daerah yang diprgunakan dalam penyusunan Undang-undang ini yaitu :
1) Pemberian kewenangan pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah yang tidak terlalu membebani rakyat dan relatif netral terhdap fiscal nasional.
2) Jenis pajak dan retribusi dapat dipungut oleh daerah hanya yang ditetapkan dalam undang-undang.
3) Pemberian kewnangan kepada daerah untuk menetapkan tarif pajak dalam batas tarif minimum dan maksimun yang ditetapkan dalam undang-undang.
4) Pemerintah daerah tidak dapat memungut jenis pajak dan retribusi yang tercantum dsalam Undang-Undang yang sesuai kebijakan pemerintah daerah.
5) Pengawasan pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah dilakukan secara preventif dan korektif. Rancangan peraturan daerah yang mengatur pajak dan retribusi harus dapat persetujuann pemerintah sebelum ditetapkan menjadi perda. Pelanggaran terhdap aturan tersebut dapat dikenakan sanksi
Materi yang diatur dalam Undang-Undang DPRD yang disahkan pada tanggal 18 agustus 2009 adalah sebagai berikut :
b. Penambahan pajak daerah
Pajak daerah yang diatur dalam Undang-Undang nomor 28 tahun 2009 adalah sebagai mana dibawah ini :
1) Pajak Kendaraan Bermotor;
2) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor; 3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor; 4) Paka Air Permukaan; dan
5) Pajak Rokok
Jenis pajak Kabupaten dan Kota terdiri atas :
1) Pajak Hotel; 2) Pajak Restoran; 3) Pajak Hiburan; 4) Pajak Reklame;
5) Pajak Penerangan jalan;
6) Paja Mineral Bukan Logam dan Bebatuan; 7) Pajak Parkir
8) Pajak Air tanah
9) Pajak Sarang Burung Walet;
10) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan;dan 11) Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
Ada empat jenis pajak baru bagi daerah, yaitu Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan seta Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan yang sebelumnya merupakan pajak pusat, dan sarang Pajak Burung Walet yang ditetapkan sebagai pajak Kabupaten dan Kota selain itu pajak rokok ditetapkan sebagai pajak provinsi.
Berarti ada empat jenis pajak daerah, yaitu 1 Pajak Provinsi dan 3 jenis pajak Kabupaten dan Kota. Dengan tambahan tersebut secara keseluruhan ada 16 jenis pajak daerah, yaitu 5 jenis pajak Provinsi dan 11 jenis pajak Kabupaten dan Kota.
1) Pajak Rokok
Pajak rokok dikenakan atas cukai yang ditetapkan oleh pemerintah. Hasil penerimaan pajak rokok tersebut sebesar 70% dibagi hasilkan kepada kabupaten dan kota di provinsi yang bersangkutan. Selain itu, penerimaan pajak rokok dialokasikan minimal 50% untuk mendanai pelayanan kesehatan (Pembangunan/pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana unit pelayanan kesehatan, penyediaan sarana umum yang memadai bagi perokok (Smoking Area), kegiatan mensosialisasikan bahaya merokok,dan iklan layanan, masyarakat mengenai bahaya rokok.
2) Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkantoran
Selama ini PBB merupakan pajak pusat,namun hasil seluruh penerimaanya diserahkan kepada daerah. Untuk meningkatkan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah,khusus PBB sektor pedesaan dan perkotaan dialihkan menjadi pajak daerah. Sedangkan PBB sektor perkebunan, perhutanan, dan pertambangan masih merupakan pajak pusat. Dengan menjadikan PBB pedesaan dan perkotaan menjadi pajak daerah, maka
penerimaan jenis pajak ini akan diperhitungkan sebagai Pendapatan Asli Daerah (PAD).
3) Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
Selama ini BPHTB merupakan pajak pusat, umum seluruh hasilnya di serahkan kepada daerah. Untuk meningkatkan akuntabilitas pengelolaan daerah BPHTB dialihkan menjadi pajak daerah. Penetapan BPHTB sebagai pajak daerah akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
4) Pajak Sarang Burung Walet
Pajak sarang burung walet merupakan jenis pajak derah baru, yang dapat dipungut oleh daerah untuk memperoleh manfaat ekonomis dari keberadaan dan perkembangan sarang barang burung walet di wilayahnya. Bagi daerah yang memiliki potensi sarang burung walet yang besar akan dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
c. Retribusi Daerah
Disamping pajak daerah sebagai mana disebutkan sebelumnya, sumber Pendapatan Asli Derah (PAD) juga meliputi retribusi atau perizinan yang diperoleh dalam Undang-Undang. Retribusi Daerah merupakan salah satu jenis penerimaan daerah yang dipungut sebagai pembyaran atau imbalan langsung atas pelayanan yang diberikan oleh pemerintah daerah kepada masyarakat.
Yang dimaksud retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang tertentu yang khusus disediakan dana atau diberikan oleh Pemerintah Daerah (pemda). Untuk kepentingan orang atau badan. Perbedaan antara Pajak Daerah dan Retribusi Daerah tidak hanya didasarkan atas objkenya, tetapi juga perbedaan atas pendekata tarif. Oleh karena itu, retribusi bersifat fleksibel sesuai dengan tujuan retribusin dan besarnya biaya yang di keluarkan oleh pemerintah daerah masing-masing untuk melaksanakan atau mengelola jenis pelayanan publik di daerahnya.
Retribusi daerah dalam Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 adalah sebagai berikut :
1) Retribusi jasa Umum, yang meliputi: a) Retribusi Pelayanan kesahatan ;
b) Retribusi Pelayanan Persampahan/kebersihan
c) Retribusi penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil;
d) Retribusi Pemakaman dan Pengabuan Mayat; e) Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum; f) Pelayanan Pasar;
g) Retribusi Pengajuan Kendaraan Bermotor;
h) Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran; i) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta;
k) Retribusi Pengelolaan Limbah Cair; l) Retribusi Tera/Tera Ulang;
m) Retribusi Pelayanan Pendidikan; dan
n) Retribusi Pengendalian Menara Telkomunikasi 2) Retribusi Jasa khusus,yang meliputi :
a) Retibusi Pemakaian Kekayaan daerah; b) Retribusi Pasar Grosir dan atau Perkotaan; c) Retribusi Tempat Pelelangan;
d) Retribusi Terminal;
e) Retribusi Tempat khusus Parkir;
f) Retribusi Tempat Penginapan/Pesangrahan/villa; g) Retribusi Rumah Potong Hewan;
h) Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan; i) Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga; j) Retribusi Penyebrangan di Air;dan
k) Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah; 3) Retribusi Perizinan Tertentu
a) Retribusi Izin Mendirikan Bangunan;
b) Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol; c) Retribusi Izin Gangguan;
d) Retribusi izin Trayek;dan e) Retribusi Izin Usaha Perikanan;
Terdapat penambahan 4 jenis retribusi daerah, yaitu Retribusi Tera/Tera Ulang, Retribusi Menara Telkomunikasi, Retribusi Pelayanan Pendidikan, dan Retribusi Izin Usaha Perikanan. Dengan penambahan ini, secara keseluruhan terdapat 30 jenis retribusi yang dapat dipungut oleh daerah yang dikelompokkan kedalam 3 golongan retribusi, yautu retribusi jasa unum, retribusi jasa usaha, dan retribusi periznan tertentu.
1) Retribusi Tera/Tera Ulang
Pengenaan Retribusi Tera/Tera Ulang dimaksudkan untuk membiayai fungsi pengendalian terhadap penggunaan alat ukur, takar, timbang, dan perlengkapannya oleh masyarakat. Dengan pengendalian tersebut, alat ukur, takaran, dan timbangan akan berfungsi dengan baik, sehingga penggunaanya tidak merugikan masyarakat.
2) Retribusi Pengendalian Menara Telkomunikasi
Pengenaan Retribusi Pengendalian Menara Telkomunikasi ditujukan untuk meningkatkan pelayanan dan pengendalian daerah terhadap pembangunan dan pemeliharaan menara telkomunikasi. Dengan pengendalian ini, keberadaan menara telkomunikasi akan memenuhi aspek tata ruang, keamanan, dan keselamatan, keindahan sekaligus memberikan kepastian bagi pengusaha.
Untuk menjamin agar pungutan daerah tidak berlebihan, tarif retribusi pengendalian menara telkomunikasi dirumuskan sedemikian rupa sehingga tidak melampaui 2% dari nilai jual Objek Pajak PBB menara telkomunikasi.
3) Retribusi Pelayanan Pendidikan
Pengenaan retribusi pelayanan pendidikan dimaksudkan agar pelayanan pendidikan, diluar pendidikan dasar menengah, seperti pendidikan dan pelatihan untuk keahlian khusus yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah dapat dikenakan pungutan dan hasilnya digunakan untuk membiayai kesinambungan dan peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan yang dimaksud.
4) Retribusi Izin Usaha Perikanan
Pengenaan Retribusi Izin Usaha Perikanan tidak akan memberikan beban tambahan bagi masyarakat, karena selama ini jenis retribusi tersebut telah dipungut oleh sejumlah pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya. Sebagaiman halnya jenis retribusi lainnya, pemungutan Retribusi Izin Usaha Perikinan dimaksudkan agar pelayanan dan pengendalian kegiatan di bidang perikinan dapat terlaksana secara terus menerus dengan kualitas yang lebih baik.
d. Hasil Pengelolaan Kekayaan Milik Daerah yang Dipisahkan
Hasil kekayaan milik daerah yang dipisahkan merupakan penerimaan daerah yang berasal dari pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Jenis pendapatan ini dirinci menurut objek pendapatan yang mencakup :
1. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan Milik Daerah/BUMD
2. Bagian laba atas penyertaan modal perusahaan Milik Negara/BUMN
3. Bagian laba atas penyertaan modal pada pada perusahaan Milik Swasta atau kelompok masyarakat.
e. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
Pendapatan ini merupakan penerimaan daerah yang berasal dari lain-lain milik Pemerintah Daerah (pemda). Rekening ini disediakan untuk mengakuntansi penerimaan penerimaan daerah selain disebutkan diatas. Pendapatan Asli Daerah lainnya yang disahkan seperti penjualan aset tetap daerah, pendapatan dana pajak dan jasa giro. 3. Strategi Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Daerah (PAD)
Berkaitan dengan perimbangan keuangan antara pemerintah dan daerah Kabupaten/Provinsi undang-undang yang berlaku telah bergeser yaitu dengan berlakunya undang-undang nomor 25 tahun 1999 Tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah dan dan berlakunya
undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan untuk menjelaskan posisi Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat. Untuk menganalisa Strategi Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Dalam rangka Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Pinrang serta menunjukan Keuangan Daearh yang efisien dan efektif dalam pelaksanaan otonomi daerah tersebut, dengan system desentralisasi yang dikembangkan menggunakan Analisis SWOT.
Analisis ini didasarkan secara internal memilih kekuatan (SRENGTHS) dan kelemahan (WEAKNESSES) dan Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi organisasi dalam hal ini organisasi dilingkungan Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Pinrang. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (STRENGTHS). Dan peluang (OPPORTUNITIES). namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (WEAKNESES) serta ancaman (THREATS).
Berdasarkan analisis SWOT pilihan yang paling dominan adalah strategi SO yaitu strategi memanfaatkan seluruh kekuatan untuk membuat dan memanfaatkan peluang yang sebesar-besarnya dengan cara :
a. Meningkatkan kualitas SDM dan Mitra Pelayanan yang optimal.
b. Meningkatkan dan mengeftifkan sosialisasi Perda secara berskala.
c. Mengusahakan pelatihan bidang perpajakan secara berkala dan pemutakiran data.
d. Menetapkan strategi baru dalam memungut pajak dan lebih memperhatikan kualitas dan mutu pelayanan terhadap wajib pajak.
Menurut Deddy Supriady Bratakusumah & Dadang Solihin (2004 : 379) keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut, dalam kerangka Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Sedangkan menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut.
Dengan demikian keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang. Keuangan daerah digunakan untuk membiayai semua kebutuhan daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan.
C.Kerangka Pikir
Penelitian ini membahas tentang perlakuan akuntansi pada kantor pemerintah daerah Kabupaten Pinrang yaitu pencatatan. Pencatatan jumlah Rupiah ke dalam sistem akuntansi sehingga jumlah tersebut akan mempengaruhi suatu pos dan terefleksi dalam laporan keuangan. Jadi disini pencatatan berhubungan dengan masalah apakah suatu transaksi dicatat atau dijurnal sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP), Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah yang kemudian dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif dan komparatif yang kemudian direkomendasikan kembali kepada kantor pemerintah daerah Kabupaten Pinrang.
Bagan Kerangka pikir Dinas PPKAD Analisis Data Hasil PSAK Perlakuan Akuntansi di Kabupaten Pinrang
28 A.Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada kantor pemerintah daerah Kabupaten Pinrang, Adapun waktu penelitian yang dilaksanakan selama kurang lebih 2 (dua) bulan di mulai dari 21 Maret sampai dengan 21 Mei 2015
B.Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Penelitian Pustaka (Library Research)
Pengumpulan data dan informasi yang dilaksanakan dengan cara membaca sebagai referensi buku dan bahan pustaka lainnya yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Penelitian ini dilakukan dengan kunjungan langsung pada objek penelitian. Untuk mendapatkan data lapangan dilakukan teknis sebagai berikut :
a. Observasi, mengadakan pengamatan langsung pada kegiatan pelaksanaan program kerja di Pemerintah Daerah Kabupaten Pinrang.
b. Wawancara, yaitu tanya jawab dengan pimpinan dan para pegawai Pemerintah Daerah Kabupaten Pinrang.
C.Jenis dan Sumber Data
1. Jenis data yang diambil dalam pembahasan laporan ini adalah sebagai berikut:
Data kualitatif, yaitu data yang diperoleh dari investasi dalam bentuk informasi baik lisan maupun tertulis, seperti Gambaran atau Profil Umum dan struktur Organisasi.
2. Adapun sumber data yang digunakan dalam pembahasan laporan ini adalah sebagai berikut:
a. Data primer, yaitu data diperoleh secara langsung dan berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan pimpinan dan karyawan mengenai gambaran singkat atau profil umum dan struktur organisasi.
b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung melalui instansi terkait dan kepustakaan sebagai pendukung penelitian.
D.Defenisi Konsep
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) meliputi semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah yang menambah ekuitas dana lancar yang merupakan hak pemerintah daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. Sehubungan dengan hal tersebut
pendapatan yang dianggarkan dalam APBD merupakan perkiraan yang terukur secara rasional.
2. Seluruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dianggarkan secara bruto yang mempunyai jumlah pendapatan yang dianggarkan tidak boleh dikurangi dengan belanja yang digunakan dalam rangka menghasilkan pendapatan dan atau dikurangi dalam bagian pemerintah pusat atau daerah lain dalam rangka bagi hasil.
E.Metode Analisis
Adpaun Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Analisis Deskriftif yaitu digunakan untuk menjelaskan perlakuan akuntansi atas Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang digunakan pada pemerintah daerah Kabupaten Pinrang.
2. Analisis komparatif yaitu membandingkan antara perlakuan akuntansi atas Pendapatan Asli Daeah (PAD) pada pemerintah Kabupaten Pinrang dengan Standar Akuntansi Pemerintah.
31
A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan, Pengelolaan, Keuangan dan Asset Daerah Kabupaten Pinrang
Dinas Pendapatan, Pengelolaan, Keuangan & Asset Daerah Kabupaten Pinrang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah ( PERDA ) Nomor 19 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Pemerintah Kabupaten Pinrang. Adapun tugas pokok Dinas Pendapatan, Pengelolaan, Keuangan & Asset Daerah mempunyai tugas melaksanakan sebagian kewenangan atau urusan Pemerintah daerah berdasarkan azas otonomi dan tugas pembantuan di bidang pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah yang menjadi tanggung jawab dan kewenangannya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Dinas Pendapatan, Pengelolaan, Keuangan & Asset Daerah mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Merumuskan kebijakan teknis di bidang urusan pendapatan, pengelolaan keuangan dan asset daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku ;
b. Menyelenggarakan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan asset daerah ;
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugas dan kewenangannya ;
d. Mengelola administrasi umum ketatalaksanaan, keuangan, kepegawaian, perlengkapan, dan peralatan ;
e. Mengelola Unit Pelaksana Teknis ;
f. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Hal-hal yang mempengaruhi terhadap pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dinas Pendapatan, Pengelolaan, Keuangan & Asset Daerah Kabupaten Pinrang adalah Sumber Daya Manusia Aparatur (Human Resources), Sarana dan Prasarana (Infrastructural Resources) dan Anggaran (Financial Resources).
Berdasarkan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999, Surat Keputusan Kepala LAN Nomor 239 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, merupakan upaya untuk lebih meningkatkan pelaksanaan pemerintah yang lebih berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab perlu adanya Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah untuk mengetahui kemampuannya dalam pencapaian visi, misi dan tujuan organisasi.
B. Aspek Strategis
Secara geografis wilayah Kabupaten Pinrang terletak pada 30, 19’, 13” sampai 40, 10’, 30” lintang selatan 1190, 26’, 30” sampai dengan 1190, 26’, 30” sampai 1190, 47’, 20” bujur timur yang terletak di pesisir pantai barat Sulawesi Selatan dan arah selatan ke utara berjarak 182 km dari Ibu Kota propinsi Sulawesi Selatan.
Luas wilayah daratan 1.961,77 km2atau sekitar 31 % dari luas wilayah daratan propinsi Sulawesi Selatan yang terbagi di dalam 12 wilayah kecamatan dan 65 Desa, 39 Kelurahan dengan jumlah penduduk sebesar ±347.684 jiwa. Dilihat dari besarnya jumlah penduduk Kabupaten Pinrang tersebut, maka perlu didukung jumlah aparatur yang memadai baik dari segi jumlah (kwantitas) maupun dari kemampuan sumber daya manusia, guna mendukung kelancaran pelaksanaan roda pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat.
Sumber daya manusia aparatur pemerintah di Kabupaten Pinrang per 31 Desember 2013 berjumlah 7.164 orang.
C. Visi dan Misi Dinas PPKAD Kabupaten Pinrang.
1.Visi Dinas PPKAD Kabupaten Pinrang
Terwujudnya Pengelolaan Pendapatan Keuangan dan Asset Daerah yang Professional, Akuntabel, Transparan berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang bertumpu pada kepentingan rakyat.
2.Misi Dinas PPKAD Kabupaten Pinrang
a.Merumuskan Kebijakan Umum Dan Teknis Pengelolaan Pendapatan, keuangan dan Asset Daerah.
b.Meningkatkan Kualitas Pengelolaan Pendapatan, keuangan Dan Asset Daerah
c.Mengoptimalisasikan Pengelolaan Unit Pelaksana Teknis Dinas Pelaksana Tugas Lain yang diberikan oleh Bupati sesuai Dengan Tugas Dan Fungsinya.
d.Profesional Dalam Tugas Sesuai dengan Tupoksinya masing-masing.
D. Tugas dan Fungsi Pokok PPKAD Kabupaten Pinrang
1. Tugas Pokok
Dinas PPKAD Kabupaten Pinrang mempunyai tugas melaksanakan sebagian kewenangan atau urusan Pemerintah Daerah berdasarkan azas Otonomi dan Tugas Pembantuan dibidang Pendapatan, Pengelolaan
Keuangan dan Asset yang menjadi tanggung jawabnya dan kewenangan lain yang diserahkan oleh Bupati kepadanya.
2. Fungsi PPKAD Kabupaten Pinrang
Untuk menyelenggarakan tugas tersebut diatas, Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah Kabupaten Pinrang mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Perumusan kebijakan teknis penyelenggaraan dibidang Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah berdasarkan Peraturan Perundang – Undangan yang berlaku.
b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum dibidang Pendapatan, Pengelolaan Keuangan Daerah.
c. Pembinaan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugas dan kewenangannya.
d. Pengelolaan administrasi umum ketatalaksanaan, Keuangan, Kepegawaian, perlengkapan dan peralatan.
e. Pengelolaan Unit Pelaksana Teknis Dinas
f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.
E. Struktur Organisasi
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 41 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Pemerintah Kabupaten Pinrang, Struktur Organisasi Dinas Pendapatan, Pengelolaan, Keuangan & Asset Daerah Kabupaten Pinrang adalah sebagai berikut :
a. Kepala Dinas
b. Sekretariat, terdiri dari :
a) Sub Bagian Perencanaan ; b) Sub Bagian Keuangan ; c) Sub Bagian Umum ;
c. Bidang Pendapatan Daerah, terdiri dari : a) Seksi Dana Perimbangan ;
b) Seksi PAD ;
c) Seksi Lain-Lain Pendapatan Yang Sah ;
d. Bidang Asset, terdiri dari :
a) Seksi Kebutuhan dan Distribusi ; b) Seksi Penilaian ;
c) Seksi Penghapusan ;
e. Bidang Pembiayaan (Pengelolaan Keuangan), terdiri dari :
a) Seksi Anggaran ;
b) Seksi Otorisasi dan Verifikasi ; c) Seksi Perbendaharaan ;
f. Bidang Akuntansi, terdiri dari :
a) Seksi Akuntansi Penerimaan dan Pengeluaran ; b) Seksi Akuntansi Pelaporan Keuangan dan Asset ;
c) Seksi Monitoring, Evaluasi Keuangan dan Asset ; g. Unit Pelaksana Teknis (UPT)
40 A. Sistem Pencatatan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2010 Basis Akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah adalah basis akrual, untuk pengakuan pendapatan-LO, beban, asset, kewajiban dan ekuitas. Dalam hal peraturan perundang-undangan mewajibkan disajikannya laporan keungan basis kas, maka, entitas wajib menyatakan laporan demikian.
Basis akrual untuk laporan operasional berarti bahwa pendapatan diakui pada saat hak untuk memperoleh pendapatan telah terpenuhi walaupun kas terpenuhi walaupun kas belum diterima di Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan dan beban diakui pada saat kewajiban yang mengakibatkan penurunan nilai kekayaan bersih telah terpenuhi walaupun kas belum dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Negara/ Daerah atau entitas pelaporan. Pendapatan seperti bantuan pihak luar/asing dalam bentuk jasa disajikan pula dalam laporan operasional.
Dalam hal anggaran disusun dan dilaksanakan berdasar basis kas, berarti bahwa pendapatan dan penerimaan pembiayaan diakui pada saat kas diterima di Rekening Kas Umum Negara/ Daerah atau oleh entitas pelaporan ; serta belanja, transfer dan pengeluaran pembiayaan diakui pada saat kas
bilamana anggaran disusun dan dilaksanakan berdasarkan basis akrual, maka LRA disusun berdasarkan basis akrual.
Basis akrual untuk neraca berrti bahwa asset, kewajiban, dan ekiitas diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan pemerintah, tanpa memperhatikan saat kas dan setara kas diterima atau dibayar.
B. Perlakuan Akuntansi atas Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pada Pemerintah Kabupaten Pinrang
Disini penulis membatasi ruang lingkup pembahasan hanya pada perlakuan akuntansi atas Pendapatan Asli Daerah yang mencakup pengakuan dan penyajian.
1. Pengakuan Pendapatan Asli Daerah
Pengakuan dalam akuntansi adalah proses penetapan dalam catatan akuntansi sehingga akan menjadi bagian yang melengkapi unsur aset, kewajiban, ekuitas dana, pendapatan, belanja, dan pembiayaan, sebagaimana akan termuat pada laporan keuangan entitas pelaporan yang bersangkutan. Pengakuan diwujudkan dalam pencatatan jumlah uang terhadap pos-pos laporan keuangan yang terpengaruh oleh kejadian atau peristiwa terkait. kriteria minimum yang perlu dipenuhi oleh suatu
manfaat ekonomi yang berkaitan dengan kejadian atau peristiwa tersebut akan mengalir keluar dari atau masuk kedalam entitas pelaporan yang bersangkutan dan kejadian atau peristiwa tersebut mempunyai nilai atau baiaya yang dapat diukur atau dapat dietimasi yang andal.
Dalam kriteria pengakuan pendapatan, konsep kemungkinan besar manfaat ekonomi masa depan terjadi digunakan dalam pengertian derajat kepastian tinggi bahwa manfaat ekonomi masa depan berkaitan dengan pos atau kejadian atau peristiwa tersebut akan mengalir dari atu keentitas pelaporan. Konsep ini diperlukan dalam menghadapi ketidakpastian lingkungan operasional pemerintah. Pengkajian derajat kepastian yang melekat dalam arus manfaat ekonomi masa depan dilakukan atas dasar bukti yang diperoleh atas dasar bukti yang dapat diperloleh pada saat penyusunsn laporan keuangan.
Sistem penerimaan pendapatan pemerintah daerah diatur dalam peraturan daerah. Pada umumnya terdapat dua sistem penerimaan yaitu wajib bayar/masyarakat langsung menyetor ke rekening Kas Umum daerah dan wajib bayar/masyarakat menyetor ke bendahara penerimaan, selanjtnya bendahara penerimaan tersebut menyetor ke rekening Kas Umum Daerah.
Pinrang menggunakan basis kas, dimana pendapatan diakui pada saat uang diterima pada rekening Kas Umum Neagara/ kas UmumDaerah. Oleh karena itu, pada saat uamg diterima bendahara penerimaan, jumlah tersebut belim diakui sebagai pendapatan daerah, pengakuannya baru dilakukan setelah uang tersebut disetor ke rekening Kas Umum Daerah.
Pendapatan asli daerah pada Pemerintah Kabupaten Pinrang berasal dari berbagai sumber, yang terdiri pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan, daerah yang dipisahkan, serta lain-lain pendapatan asli dearah yang sah.
a. Pajak Daerah
Pajak daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari pajak.secara umum adalah pungutan dari masyarakat oleh Negara pemerintah berdasarkan undang-undang yang bersifat dapat dipaksanakan dan terutang oleh yang wajib membayarnya dengan tidak mendapatkan prestasi kembali (kontra presasi/balas jasa) secara langsung.
Berdasarkan Undanh-Undang No 34 tahun 2000 yang dimaksud dengan “Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi dan badan kepala daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan bedasarkan peraturan perundang-undangan yang
pembangunan daerah”
Dari defenisi diatas jel as bahwa pajak merupakan iuran wajib yang dapat dipaksakan kepada setiap orang (wajib Pajak) tanpa terkecuali. Ditegaskan pula bahwa hasil pajak daerah ini diperuntukkan bagi penyelanggara pemerintah dan pembangunan daerah.
b. Retribusi Daerah
Retribusi daerah merupakan salah satu jenis penerimaan daerah yang dipungut sebagai pembayaran atau imbalan langsung atas pelayanan yang diberikan oleh pemerintah daerah kepada masyrakat. Yang dimaksud retibusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah (Pemda) untuk kepentingan atau badan. Perbedaan antara pajak Daerah dan Retribusi Daerah tidak hanya didasarkan atas objeknya, tetapi juga perbedaan atas pendekatan tarif. Oleh karena itu, tarif retribusi bersifat fleksibel sesuai dengan tujuan retribusi dan besarnya biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah masing-masing untuk melaksanakan atau mengelola jenis pelayanan publik didaerah.
Pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan adalah pemasukan ke kas umum darah yang berasal dari lembaga bank dan non bank yang tata caranya diatur oleh peraturan daerah.
Hasil kekayaan milik daerah yang dipisahkan merupakan penerimaan daerah yang berasal dari pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Jenis pendapatan ini dirinci menurut objek pendapatan yang mencakup : 1) Bagian laba atas penyertaan modal pada Perusaan Milik
Daerah/BUMD.
2) Bagian laba atas penyertaan modal perusahaan Milik Negara/BUMN 3) Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan Milik Swasta atau
kelompk masyarakat.
d. Lain-Lain pendapatan asli darah yang sah
Pendapatan ini merupakan penerimaan daerah yang bersal dari lain-lain milik Pemerintah Daerah (Pemda). Rekening ini disediakan untuk mengakuntansi penerimaan dearah selain yabg disebutkan diatas . Pendapatan Asli Daearah lainnya yang disahkan seperti penjualan asset tetap daerah, pendapatan denda pajak dan jasa giro.
2. Penyajian Pendapatan asli daerah
Laporan Realisasi Anggaran menyajikan informasi realisasi pendapatn LRA, belanja, transfer, surplus/defisit-LRA, dan pembiayaan, yang masing-masing diperbandingkan dengan anggaranya dalam suatu periode.
diulang pada setiap halaman laporan, jika dianggap perlu, informsi berikut terdiri dari nama entitas pelaporan atau sarana identifikasi lainnya, cakupan entitas pelaporan, pelaporan yang dicakup, mata uang pelaporan, dan satuan angka yang digunakan.
Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kabupaten Pinrang disajikan sekali dalam setahun. Dalam situasi tertentu tanggal laporan suatu entitas berubah dan Laporan Realisasi Anggaran tahunan disajikan dengan suatu periode yang lebih panjang atau pendek dari satu tahun, entitas mengungkapkan informasi alasan penggunaan periode pelaporan tidak satu tahun serta fakta bahwa jumlah-jumlah komfaratif dalam Laporan Realisasi Anggaran dan catatan-catatan terkait tidak dapat diperbandingkan. Manfaat suatu Laporan Realisasi Anggaran berkurang jika Laporan tersebut tidak tersedia tepat pada waktunya. Faktor-faktor seperti kompleksitas operasi pemerintah tidak dapat dijadikan pembenaran atas ketidakmampuan entitas pelaporan untuk menyajikan laporan keuangan tepat waktu.
Laporan Realisasi Anggran Pemerintah Kabupaten Pinrang disajikan sedemikian rupa yang diperlukan untuk penyajian yang wajar dimana Laporan Realisasi Anggaran tersebut dijelaskan lebih lanjut dalam Catatan atas Laporan Keuangan yang memuat hal-hal yang mempengaruhi pelaksanaan anggaran seperti kebijakan fiskal dan moneter, seba-sebab
daftar-daftar yang merinci lebih lanjut angka-angka yang dianggap perlu untuk dijelaskan. Tetapi dalam pemerintah Kabupaten Pinrang Laporan Realisasi Anggarannya sudah terperinci dan sudah disajikan secara wajar.
Laporan Realisasi Anggaran sekurang-kurangnya mencakup pos-pos sebagai berikut: a. Pendapatan -LRA b. Belanja c. Transfer d. Surplus/ defisit-LRA e. Penerimaan Pembiayaan f. Pengeluaran Pembiayaan g. Pembiayaan Neto; dan
h. Sisa lebih/ kurang pembiayaan anggaran
Pos, judul, dan sub jumlah lainnya disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran apabila diwajibkan oleh pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah ini, atau apabila penyajian tersebut diperlukan untuk menyajikan Laporan Realisasi Anggaran Secara Wajar. Demikian pada Pemerintah Kabupaten Pinrang, Laporan Pendapatan Asli Daerahnya
tahunnya.
Proses akuntansi pendapatan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Pinrang berawal dari pengukuran pendapatan sampai dengan penyajian dalam laporan realisasi anggaran. Pertama Pemerintah Kabupaten Pinrang melakukan estimasi (pengukuran) jumlah pendudduk untuk tahun anggaran tertentu kemudian pada saat pendapatan asli daerah diakui. Hanya dilakukan pengelompokan atas pendapatan tersebut sesuai dengan jenisnya. Kemudian pendapatan direkap setiap harinya kedalam buku kas penerimaan dan pengeluaran. Selanjutnya pendapatan tersebut dirinci kedalam buku besar pendapatan setiap harinya dan akhirnya dari buku besar pendapatan itulah dilakukan rekap bulanan atas pendapatan untuk kemudian disusun dalam realisasi anggaran pendapatan asli daerah sementara. Pada akhir tahun anggaran, seluruh LRA sementara tersebut direkap menjadi LRA tahun tersebut.
Akuntansi keuangan daerah menggunakan sistem pencatatan dan dasar akuntansi tertentu pada era pra dan pasca reformasi. Selain itu, dasar atau basis akuntansi merupakan salah satu asumsi dasar yang penting dalam akuntansi. Hal ini disebabkan karena asumsi ini menentukan kapan pencatatan suatu transaksi dilakukan, yang dikenal dalam tata buku keuangan daerah selama era pra reformasi keuangan daerah.
berikut :
a. Laporan Realisasi Anggaran b. Laporan Neraca
c. Laporan Arus Kas
d. Catatan atas Laporan Keuangan Contoh jurnal penutup yang di lakukan
a. Jurnal Penutup Pendapatan
Pendapatan
Surplus / Defisit
702.764.534.250.00 702.764.534.250.00
b. Jurnal Penutup Belanja
Surplus
Belanja
266.327.260.00
RINGKASAN APBD TAHUN ANGGARAN 2009 NOMOR URUT URAIAN JUMLAH (RP) 1 2 3 1 PENDAPATAN
1. 1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 35.541.896.482,21
1.1.1 Hasil Pajak Daerah 3.320.892.000,00
1.1.2 Hasil Retribusi Daerah 19.556.642.150,00
1.1.3 Hasil Pajak pengelolaan Daerah 5.541.250.000,00
1.1.4 Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 7.123.112.332,21
1.2 DANA PERIMBANGAN 436.546.605.120.00
1.2.1 Bagi Hasil Pajak/ bagi Hasil Bukan Pajak 38.418.745.120,00
1.2.2 Dana Alokasi Umum 348.915.860.000,00
1.2.3 Dana Alokasi Khusus 49.212.000.000,00
1.3 LAIN -LAIN PENDAPATAN YANG SAH 24.545.862.000.00
1.3.1 Pendapatan Hibah 2.500.000.000,00
1.3.3
Dana Bagi Hasil Pajak Dari Provinsi dan Pemerintah
Lainnya 8.500.000.000.00
1.3.4 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 3.943.482.000,00
1.3.5
Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah
Daerah Lainnya 9.602.380.000,00
Jumlah Pendapatan 496.634.363.602,21
2 BELANJA 351.234.689.633.79
2.1 Belanja Tidak Langsung 319.902.993.421.00
2.1.2 Belanja Pegawai 2.363.437.500,00
2.1.4 Belanja Bunga 3.475.000.000,00
2.1.5 Belanja Hibah 3.129.924.000,00
2.1.6 Belanja Bantuan Sosial 450.000.000,00
2.1.7 Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi / Kabupaten /
2.2 Belanja Langsung 260.161.359.425,00
2.2.1 Belanja Pegawai 17.792.272.700,00
2.2.2 Belanja Barang dan Jasa 95.637.574.775,00
2.2.3 Belanja Modal 146.731.511.950,00
Jumlah Belanja 611.396.049.058,79
Surplus / ( defisit ) 4.718.209.897,21
3 PEMBIAYAAN
3.1 PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH 27.340.036.055,79 3.1.1
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran
Sebelumnya 6.567.036.055,79
3.1.4 Penerimaan Pinjaman Daerah 18.855.000.000,00
3.1.5 Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman 1.918.000.000,00
Jumlah Penerimaan 27.340.036.055,79
3.1 PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH 32.058.245.953,00
3.1.4 Penerimaan Pinjaman Daerah 31.512.572.814,03
3.1.5 Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman 1.618.000.000,00
jumlah penerimaan 60.266.934.012,00
3.2 PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH 2.360.092.050,00
3.2.2 Penyertaan Modal (investasi ) Pemerintah Daerah 0,00
3.2.3 pembayaran pokok Uang 2.360.092.050,00
Jumlah Pengeluaran 2.360.092.050,00
Pembiayaan Neto 57.906.841.962,00
3.3 Sisa lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berkenaan( SLIPA) 0,00
Pinrang yang diterimah oleh Dinas PPKAD kabupaten Pinrang tahun 2009 adalah sebesar Rp.496.634.363.602,21
RINGKASAN APBD TAHUN ANGGARAN 2010 NOMOR URUT URAIAN JUMLAH (RP) 1 2 3 1 PENDAPATAN
1. 1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 39.978.409.607,00
1.1.1 Hasil Pajak Daerah 4.423.530.125,00
1.1.2 Hasil Retribusi Daerah 22.180.517.150,00
1.1.3 Hasil Pajak pengelolaan Daerah 5.541.250.000,00
1.1.4 Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 7.833.112.332,00
1.2 DANA PERIMBANGAN 453.270.044.120,00
1.2.1 Bagi Hasil Pajak/ bagi Hasil Bukan Pajak 39.512.745.120,00
1.2.2 Dana Alokasi Umum 365.266.099.000,00
1.2.3 Dana Alokasi Khusus 48.491.200.000,00
1.3 LAIN -LAIN PENDAPATAN YANG SAH 122.865.805.299,00
1.3.1 Pendapatan Hibah 1.150.000.000,00
1.3.3
Dana Bagi Hasil Pajak Dari Provinsi dan Pemerintah
Lainnya 15.156.016.429,00
1.3.4 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 93.263.901.600,00
1.3.5
Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah
Daerah Lainnya 13.295.887.200,00
Jumlah Pendapatan 616.114.258.956,00
2 BELANJA
2.1 Belanja Tidak Langsung 276.898.792.039,00
2.1.2 Belanja Pegawai 253.798.072.539,00
2.1.4 Belanja Bunga 500.000.000,00
2.1.5 Belanja Hibah 2.200.000.000,00
2.1.6 Belanja Bantuan Sosial 300.000.000,00
2.1.7 Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi / Kabupaten /
2.2 Belanja Langsung 277.642.413.526,00
2.2.1 Belanja Pegawai 33.297.891.470,00
2.2.2 Belanja Barang dan Jasa 104.393.632.272,00
2.2.3 Belanja Modal 139.950.889.784,00
Jumlah Belanja 554.541.205.565.00
Surplus / ( Defisit ) (57.906.841.962,79)
3 PEMBIAYAAN
3.1 PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH 60.266.934.012,79 3.1.1
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran
Sebelumnya 27.136.361.198,76
3.2.2 Penyertaan Modal (investasi ) Pemerintah Daerah 500.000.000,00
3.2.3 pembayaran pokok Uang 31.558.245.953,00
Jumlah Pengeluaran 32.058.245.953,00
Pembiayaan Neto (4.718.209.897.21)
3.3 ( SLIPA)Sisa lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berkenaan 0,00
Sumber Data : Dinas PPKAD Kab.Pinrang
Bedasarkan uraian diatas Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Pinrang yang diterimah oleh Dinas PPKAD kabupaten Pinrang tahun 2010 adalah sebesar Rp.616.114.258.956,00
RINGKASAN APBD TAHUN ANGGARAN 2011 NOMOR URUT URAIAN JUMLAH (RP) 1 2 3 1 PENDAPATAN
1. 1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 37,767,405,275,00
1.1.1 Hasil Pajak Daerah 4,530,638,125,00
1.1.2 Hasil Retribusi Daerah 22,065,517,150,00
1.1.3 Hasil Pajak pengelolaan Daerah 5,541,250,000,00
1.1.4 Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 5,630,000,000,00
1.2 DANA PERIMBANGAN 508,346,505,114,00
1.2.1 Bagi Hasil Pajak/ bagi Hasil Bukan Pajak 3,663,672,114,00
1.2.2 Dana Alokasi Umum 420,189,733,000,00
1.2.3 Dana Alokasi Khusus 51,493,100,000,00
1.3 LAIN -LAIN PENDAPATAN YANG SAH 91,968,045,600,00
1.3.3
Dana Bagi Hasil Pajak Dari Provinsi dan Pemerintah
Lainnya 15,200,000,000,00
1.3.4 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 62,268,045,600,00
1.3.5 Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah
Daerah Lainnya 14,500,000,000,00
Jumlah Pendapatan 638,081,955,989,00
2 BELANJA
2.1 Belanja Tidak Langsung 394,716,906,844,00
2.1.2 Belanja Pegawai 359,645,646,449,00
2.1.4 Belanja Bunga 1,000,000,000,00
2.1.5 Belanja Hibah 1,750,000,000,00
2.1.6 Belanja Bantuan Sosial 10,141,194,695,00
2.1.7 Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi / Kabupaten /
2.2 Belanja Langsung 227,176,130,000,00
2.2.1 Belanja Pegawai 16,178,615,779,00
2.2.2 Belanja Barang dan Jasa 90,920,544,991,00
2.2.3 Belanja Modal 120,076,969,230,66
Jumlah Belanja 621,893,036,844,00
Surplus / ( Defisit ) 16,188,919,145,00
3 PEMBIAYAAN
3.1 PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH 3,866,080,855,00
3.1.1
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran
Sebelumnya 1,948,080,855,00
3.1.5 Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman 1,918,000,000,00
Jumlah Penerimaan Pembiayaan 3,866,080,855,00
3.2.3 Pembayaran Pokok Uang 2663,327,260.00
Jumlah Pengeluaran Pembiayaan 2663,327,260.00 Pembiayaan Neto (2663,327,260.00)
3.3 Sisa lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berkenaan( SLIPA) 0,00
Sumber Data : Dinas PPKAD Kab.Pinrang
Bedasarkan uraian diatas Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Pinrang yang diterimah oleh Dinas PPKAD kabupaten Pinrang tahun 2011 adalah sebesar Rp.638,081,955,989,00
RINGKASAN APBD TAHUN ANGGARAN 2012 NOMOR URUT URAIAN JUMLAH (RP) 1 2 3 1 PENDAPATAN
1. 1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 37,092,612,650,00
1.1.1 Hasil Pajak Daerah 5,141,056,600,00
1.1.2 Hasil Retribusi Daerah 19,871,556,050,00
1.1.3 Hasil Pajak pengelolaan Daerah 6,250,000,000,00
1.1.4 Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 5,830,000,000,00
1.2 DANA PERIMBANGAN 572,076,539,000,00
1.2.1 Bagi Hasil Pajak/ bagi Hasil Bukan Pajak 25,0000,000,000,00
1.2.2 Dana Alokasi Umum 502,508,309,000,00
1.2.3 Dana Alokasi Khusus 44,568,230,000,00
1.3 LAIN -LAIN PENDAPATAN YANG SAH 93,595,382,600,00
1.3.3
Dana Bagi Hasil Pajak Dari Provinsi dan Pemerintah
Lainnya 15,200,000,000,00
1.3.4 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 65,785,761,000,000
1.3.5 Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah
Daerah Lainnya 12,609,621,600,00
Jumlah Pendapatan 702,764,534,250,00
2 BELANJA
2.1 Belanja Tidak Langsung 440,753,286,990,00
2.1.1 Belanja Pegawai 411,987,072,795,00
2.1.2 Belanja Bunga 500,000,000,00
2.1.4 Belanja Hibah 2,750,000,000,00
2.1.5 Belanja Bantuan Sosial 3,367,994,695,00
2.1.6 Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi / Kabupaten /