• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sumber-sumber Risiko pada Kegiatan Produksi

Pada dasarnya risiko pada kegiatan agribisnis disebabkan oleh berbagai macam kondisi ketidakpastian yang dihadapi. Dalam kegiatan produksi pertanian atau usahatani, ketidakpastian tersebut berasal dari faktor alam dan lingkungan. Selain itu, risiko dalam kegiatan produksi pertanian juga dipengaruhi oleh ketidakpastian pada harga output dan input produksi. Terlebih sebagian besar komoditas pertanian mempunyai karakteristik perishable, voluminious, dan bulky. 6.2.1 Faktor iklim dan cuaca

Faktor iklim dan cuaca merupakan salah satu faktor yang mendorong adanya risiko pada kegiatan usahatani bawang merah. Hal ini disebabkan karena perubahan cuaca sulit diprediksi secara pasti. Berdasarkan hasil wawancara di lapangan, saat ini kondisi cuaca sering berubah-ubah dan tidak sesuai lagi dengan siklus normalnya. Padahal kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertumbuhan bawang merah. Selain itu, cuaca juga sangat terkait dengan munculnya hama dan penyakit tanaman.

Secara teknis, bawang merah merupakan tanaman yang cukup rentan terhadap kekeringan karena sistem perakarannya yang pendek. Sementara itu, kebutuhan air terutama pada masa pertumbuhan dan pembentukan umbi cukup

banyak. Di sisi lain, tanaman bawang merah tidak tahan terhadap air hujan maupun tempat-tempat yang selalu basah. Pada dasarnya tanaman bawang merah cocok ditanam pada daerah beiklim kering dengan suhu yang agak panas dan cuaca cerah.

Dilihat dari perkembangan produktivitas selama satu tahun, secara umum produktivitas usahatani bawang merah di kabupaten Brebes sangat bervariasi setiap musimnya. Hal ini mengindikasikan bahwa kondisi cuaca mempengaruhi tingkat produktivitas usahatani bawang merah di Kabupaten Brebes. Adapun informasi mengenai tingkat produksi bawang merah setiap musim tanam dapat dilihat pada Gambar 16.

Gambar 16. Rata-rata Produktivitas Bawang Merah per Musim Tanam pada Tahun 2008/2009

Produktivitas tertinggi terjadi pada rentang waktu antara bulan Juli hingga agustus. Pada rentang waktu tersebut, kondisi cuaca relatif mendukung pertumbuhan bawang merah. Salah satu penyebabnya adalah adanya jenis angin kumbang yang berhembus setiap bulan juli hingga agustus yang dapat menerbangkan beberapa macam hama. Selain itu, pada rentang waktu bulan juli- agustus teresbut cuaca relatif cerah dengan suhu yang agak panas. Sementara itu, seperti yang terlihat pada Gambar 16, tingkat produktivitas bawang merah pada musim April-Mei dan Oktober-Desember lebih rendah dengan perbedaan yang cukup signifikan. 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200

Produk vi tas bawa ng me r ah (Kwintal/hektar)

6.2.2 Faktor Hama dan Penyakit Tanaman

Hama dan penyakit tanaman merupakan masalah terpenting yang dihadapi dalam kegiatan budidaya bawang merah. Hama dan penyakit dapat menyerang mulai dari akar, umbi, batang, daun, dan bahkan ujung daun. Bukan hanya menyerang pada saat tanaman berada di lahan, tetapi hama maupun penyakit juga dapat menyerang hingga di tempat penyimpanan. Kemunculan hama dan penyakit ini sering kali tidak dapat diprediksi sebelumnya. Hal ini dikarenakan munculnya hama dan penyakit tersebut dipengaruhi oleh faktor cuaca dan iklim yang juga tidak dapat diprediksi secara tepat. Oleh karena itu, hama dan penyakit tanaman dapat menjadi faktor risiko usahatani bawang merah.

Terdapat berbagai macam jenis hama yang dapat menyebabkan gagalnya panen bawang merah, mulai dari jenis gurem, kutu, ulat, tungau, dan sebagainya. Bagian tanaman bawang merah yang diserang pun bervariasi. Hama menyukai daun yang masih muda, pucuk daun, pangkal batang, sampai ke umbi bawang merah dan akarnya. Semua bagian tanaman dapat menjadi sasaran serangan hama. Gambaran mengenai jenis-jenis hama dijelaskan pada Tabel 23.

Tabel 23. Jenis-jenis Hama yang Menyerang Tanaman Bawang Merah

Jenis hama Ciri-ciri Bentuk serangan

Hama bodas (Thrips tobaci)

§ Dapat berkembang biak dan menyebar secara cepat

§ Berwarna cokelat kelabu dengan panjang kurang lebih 1 mm, sedang larvanya berawarna kuning muda

Terdapat bercak-bercak yang mengkilau dan bintik-bintik putih yang merupakan bekas gigitan pada daun dewasa

Ulat daun

(Laphygma exigua)

§ Saat masih muda berwarna hijau daun dengan panjang sekitar 2,5 cm

§ berkembang biak secara cepat

Daun yang diserang terlihat menerawang (tembus cahaya) atau bercak-bercak putih

Ulat tanah (Agrotis

interjectionist dan

Agrotis ipsilon)

§ Menyerang pada saat malam hari

§ Menyerang tanaman yang masih muda

§ Dapat menular

Menyerang pada bagian leher umbi sehingga menyebabkan batang jatuh ke tanah

Hama sieur (Acarina sp)

§ Menyerang pada musim kemarau terutama saat matahari terik

§ Berwarna kuning, pu h, d an merah

Daun yang diserang berwarna keabu-abuan jika dilihat dari jauh

Nematoda akar § Bentuknya seper c aci ng y ang sangat kecil

Tanaman yang terserang pangkal k t u mbu hnya be ngkak da n ujung akrnya kering dan busuk sehingga menjadi kerdil

Sumber : Widodo (2001)

Selain hama, juga terdapat banyak penyakit yang menyerang tanaman bawang merah mulai dari cendawan, bakteri hingga virus. Diantara ketiga kelompok tersebut, yang paling sering menyerang tanaman bawang adalah bakteri dan cendawan. Penyakit yang disebabkan oleh cendawan umumnya menampilkan warna-warna sesuai dengan warna sporanya pada bagian tanaman yang diserang. Sementara penyakit yang disebabkan oleh bakteri biasanya menyebabkan busuk, basah, dan bau tidak sedap. Berbeda dengan bakteri, pembusukan akibat serangan cendawan biasanya kering. Gambaran mengenai jenis-jenis penyakit pada tanaman bawang merah dapat dilihat pada Tabel 24.

Tabel 24. Jenis-jenis Penyakit yang Menyerang Tanaman Bawang Merah

Jenis penyakit Sifat dan penyebaran

Bercak ungu §Dapat terjadi pada ap ngkat umur tanaman

§Biasanya terjadi pada malam hari atau pada saat cuaca mendung

Tepung embun §Berwarna biru keabu-abuan

§Dipicu oleh adanya embun yang menempel pada daun, lembapnya lahan, dan buruknya drainase

§Serangan menghebat pada saat kelembaban udara nggi dan berkurang apabila cuaca cerah dengan penyinaran matahari yang banyak

§Dapat diturunkan jika menjadi bibit

Mati pucuk §Ditularkan melalui kompos atau pupuk kandang yang belum matang

§Menyerang daun

§Ditandai dengan bin k- bi n k kuni ng kemud i an daun men ger i ng dan melilit seper di pi lin

Busuk umbi §Dapat menyerang baik di lahan maupun gudang penyimpanan

§Infeksi dimulai pada bagian batang leher umbi (berwarna abu- abu), kemudian umbi menjadi busuk dan lunak seper di rebus , dan pada akhirnya mengeriput kering

Busuk hitam §Menyerang umbi pada saat di gudang penyimpanan

§Terdapat bin k- bi n k hi t am y ang men yebar pada per muk aan umbi

§Serangan dipicu karena pengeringan yang kurang atau ruang penyimpanan yang tertalu lembap

Layu fusarium §Menyebabkan daun bawang menjadi layu

§Sulit diberantas Sumber : Widodo (2001)

Baik hama maupun penyakit, kedua-duanya dapat menimbulkan kerugian pada kegiatan usahatani bawang merah. Setiap hama maupun penyakit

memberikan dampak kerugian yang berbeda-beda satu sama lain. Apabila tidak ditangani dengan tepat, serangan hama dan penyakit dapat menyebabkan gagal panen hingga seratus persen. Meskipun beberapa jenis hama ataupun penyakit pada tanaman bawang merah muncul secara musiman, namun ada kalanya kemunculan hama dan penyakit tertentu tidak dapat diprediksi sebelumnya. Adapun jenis hama dan penyakit yang sering dialami oleh petani bawang merah di Kabupaten Brebes berikut kerugian yang ditimbulkannya dapat dilihat pada Tabel 25.

Tabel 25. Jenis Serangan Hama dan Penyakit dan Dampak Kerugiannya Jenis hama dan penyakit Waktu serangan Kerugian yang ditimbulkan Hama ulat daun Musim kemarau 10-15 persen

Penyakit busuk akar Musim hujan 30-60 persen Penyakit busuk daun Musim hujan

Serangan cendawan (jamur otomatis)

Tidak dapat diprediksi

25-30 persen

Layu fusarium Bulan 4-6 40 persen

Tepung embun (trotol) Bulan 3-6 dan bulan 9-12

40-60 persen

Krapak Bulan 4-5 dan

10-12

50-70 persen

Hama grandong Sepanjang

musim

6.2.3 Tingkat Kesuburan Lahan

Lahan merupakan salah satu faktor produksi yang cukup penting. Saat ini, lahan merupakan faktor produksi yang langka sehingga pemanfaatannya harus seefisien mungkin. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam usahatani berkaitan dengan lahan yang digunakan adalah kesesuian dan daya dukung lahan terhadap aktivitas usahatani yang dilakukan. Salah satu bagian dari daya dukung lahan tersebut adalah tingkat kesuburan lahan.

Kesuburan lahan merupakan salah satu faktor yang menentukan produktivitas tanaman. Lahan yang subur akan menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan lahan yang kurang subur. Kesuburan lahan biasanya berkaitan dengan struktur dan tekstur tanah. Perbedaan struktur maupun tekstur tanah ini biasanya sesuai dengan jenis tanahnya. Selain itu, kesuburan tanah juga terkait dengan penggunaan pupuk dan obat-obatan. Hal ini berhubungan dengan

unsur hara yang terkandung di dalam tanah. Penggunaan bahan-bahan kimia yang di luar batas dapat mengurangi bahkan merusak unsur organik di dalam tanah.

6.2.4 Efektivitas Penggunaan Input

Dalam usahatani bawang merah, komponen terpenting dari variabel input ini adalah bibit, pupuk dan obat-obatan, serta tenaga kerja. Efektivitas penggunaan input tersebut dapat menjadi sumber risiko produksi pada kegiatan usahatani bawang merah. Hal ini dikarenakan penggunaan setiap input akan mempengaruhi tingkat produktivitas usahatani bawang merah. Semakin efektif dan efisien penggunaan input, maka semakin kecil risiko produksi yang dihadapi. Masing-masing variabel input memberikan pengaruh yang berbeda-beda terhadap tingkat produktivitas usahatani bawang merah.

Kualitas bibit sangat menentukan tingkat produktivitas usahatani. Beberapa varietas misalnya, hanya diperlukan jumlah yang lebih sedikit bibit untuk hasil produksi yang lebih besar. Kualitas bibit juga ditunjukkan dari ketahanan bibit bawang merah terhadap hama dan penyakit.

Bawang merah merupakan tanaman yang sangat rentan terhadap serangan hama dan penyakit tanaman. Bahkan jika dibandingkan dengan tanaman lain, alokasi pupuk maupun obat-obatan untuk tanaman bawang merah ini relatif lebih banyak. Akan tetapi, meskipun demikian terkadang tidak dapat dipastikan penggunaan obat-obatan tertentu dapat menanggulangi hama dan penyakit yang menyerang. Bahkan pada beberapa kasus justru menimbulkan kekebalan pada hama dan penyakit tertentu. Begitu pula dengan pupuk yang digunakan. Belum tentu alokasi pupuk yang lebih banyak dapat menghasilkan produksi yang lebih banyak pula. Terlebih, adanya dugaan bahwa kondisi tanah di sebagian besar wilayah Kabupaten Brebes yang hampir jenuh terhadap bahan-bahan kimia.

Dokumen terkait