• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.5.1 Klasifikasi dan karakteristik umum morfologi

Ikan kuniran merupakan jenis ikan yang memiliki bentuk badan memanjang, pipih bagian depan punggung, serta ukuran tubuhnya yang mencapai 20 cm (Triana 2011). Klasifikasi ikan kuniran (Gambar 2) menurut www.fishbase.org adalah sebagai berikut:

Kelas : Actinopterygii

Ordo : Perciformes

Famili : Mullidae

Genus : Upeneus

Spesies : Upeneus spp.

Nama Lokal : Ikan Biji Nangka (Jakarta), Kuniran atau Kuningan (Jawa), Ikan Jenggot (Sulawesi Tengah)

16

Gambar 2 Morfometrik contoh ikan kuniran yang diamati.

Ikan kuniran (famili Mullidae) umumnya ditemukan di laut tropis dan subtropis dan biasanya di daerah sekitar batu karang. Ada sekitar 50-60 spesies ikan kuniran yang diketahui di dunia. Ikan ini umumnya berwarna merah, kuning, dan silver. Ikan ini memiliki ciri tubuh yang relatif memanjang, dua sirip punggung (dorsal) yang terpisah, dan terdapat sepasang sungut yang memanjang pada dagu yang digunakan untuk mendeteksi makanan. Sungut tersebut juga digunakan oleh ikan kuniran jantan untuk menarik perhatian ikan kuniran betina. Selama sungut tidak digunakan, ikan kuniran akan menyelipkan dengan rapat sungut tersebut di bawah dagunya. Ikan kuniran memiliki ukuran maksimum sebesar 60 cm, tetapi sebagian besar dari jenis ikan kuniran berukuran lebih kecil (Allen 1999).

2.5.2 Habitat dan distribusi

Ikan kuniran (Mullidae) termasuk ke dalam kelompok ikan demersal yang mempunyai nilai ekonomis dan tersebar hampir di seluruh wilayah perairan Indonesia. Ikan ini hidup di perairan dengan dasar berlumpur, serta tersebar luas di Indo-Pasifik Barat (Peristiwady 2006). Ikan demersal biasanya ditangkap dengan alat tangkap seperti trawl, rawai dasar, jaring insang dasar, jaring klitik/trammel net,

Panjang Total = 12,2 cm

Panjang Baku = 10,4 cm Panjang Kepala = 2,2 cm

17

dan bubu. Namun, ikan kuniran di PPP Labuan biasanya ditangkap dengan menggunakan alat tangkap cantrang. Jika upaya penangkapan ditingkatkan maka mortalitas ikan ini pun akan meningkat. Apabila hal ini berlanjut terus menerus maka akan terjadi hal yang tidak diinginkan seperti terancamnya kelestarian sumberdaya ikan demersal, salah satunya adalah ikan kuniran (Ernawati & Sumiono 2006).

Umumnya ikan-ikan demersal jarang sekali mengadakan migrasi ke daerah yang jauh. Hal ini disebabkan oleh ikan demersal mencari makan di dasar perairan sehingga kebanyakan dari mereka hidup pada perairan yang dangkal. Ikan kuniran jarang sekali mengadakan ruaya melewati laut dalam dan cenderung untuk menyusuri tepi pantai (Widodo 1980 in Siregar 1990). Peta distribusi ikan kuniran dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Sebaran ikan kuniran. Sumber : www.fishbase.org (2012).

2.5.3 Alat tangkap

Alat tangkap yang umum digunakan untuk menangkap sumber daya ikan kuniran adalah cantrang. Cantrang dapat diklasifikasikan menurut cara pengoperasiannya, bentuk konstruksi serta fungsinya, mempunyai banyak kemiripan dengan pukat harimau. Menurut Subani dan Barus (1989), cantrang, dogol, payang dan bundes diklasifikasikan ke dalam alat tangkap Danish Seine berbentuk panjang tetapi penggunaannya untuk menangkap ikan demersal terutama udang. Sifat alat tangkap cantrang ini adalah dengan menyapu bagian dasar perairan sehingga dapat menyebabkan ikan yang tertangkap adalah ikan yang terdiri dari berbagai ukuran

18

sehingga dapat mempengaruhi kelestarian stok yang terdapat di alam. Apabila hasil tangkapan didominasi oleh ikan yang berukuran terlalu kecil maka akan mengakibatkan growth overfishing, sedangkan apabila ikan yang tertangkap sebagian besar merupakan ikan yang matang gonad maka akan terjadi recruitment overfishing (Saputra et al. 2009). Gambar alat tangkap cantrang yang digunakan untuk menangkap ikan kuniran dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Alat tangkap cantrang. Sumber : http://kapi.kkp.go.id.

Pengoperasiannya dilakukan dengan melingkarkan tali selambar dan jaring pada dasar yang dituju. Cantrang terdiri dari (1) kantong (codend); bagian tempat berkumpulnya hasil tangkapan yang pada ujungnya diikat dengan tali agar hasil tangkapan tidak lolos. (2) Badan; bagian terbesar dari jaring yang terletak diantara kantong dan kaki jaring, terdiri dari bagian kecil–kecil dengan ukuran mata jaring yang berbeda–beda. (3) Kaki (sayap); terbentang dari badan hingga selambar yang berguna sebagai penghalang ikan masuk ke dalam kantong. (4) Mulut; pada bagian atas jaring relatif sama panjang dengan bagian bawah. Alat tangkap cantrang dioperasikan dengan kapal berukuran 8,5 – 11 m x 1,5 – 2,5 m x 1 – 1,5 m dengan kekuatan mesin 18 – 27 PK (Budiman 2006).

Menurut Subani dan Barus (1989), daerah penangkapan (fishing ground) cantrang tidak jauh dari pantai, pada bentuk dasar perairan berlumpur atau lumpur berpasir dengan permukaan dasar rata. Daerah tangkapan yang baik untuk kelompok alat tangkap DanishSeine harus memenuhi syarat sebagai berikut :

19

b. Arus laut cukup kecil (< 3 knot). c. Cuaca terang tidak ada angin kencang.

Kekuatan menangkap dari sebuah cantrang terutama tergantung pada ukuran alat yang erat kaitannya dengan ukuran kapal penangkap. Upaya penangkapan dari cantrang harus dicatat sebagai jumlah set menurut kategori ukuran kapal. Unit waktu untuk cantrang dapat berupa waktu jaring secara aktual dioperasikan atau jumlah set (Widodo & Suadi 2006). Alat tangkap cantrang banyak digunakan oleh nelayan karena cukup efisien dalam penggunaan waktu penangkapan ikan. Namun, di sisi lain alat tangkap ini juga memiliki dampak negatifnya antara lain dapat merusak ekosistem laut, merugikan nelayan kecil karena pada daerah operasi penangkapannya sumberdaya ikannya telah habis sehingga hasil tangkapan nelayan kecil menjadi sedikit, terjadinya monopoli penangkapan ikan yang dilakukan oleh pemilik kapal, serta dapat merugikan negara karena masih ada beberapa oknum pengusaha yang melakukan penangkapan secara ilegal untuk menghindari pajak.

2.5.4 Nilai Ekonomi Ikan Kuniran

Nilai ekonomis Ikan Kuniran adalah sebagai ikan konsumsi dengan harga sedang serta dipasarkan dalam bentuk segar dan asin kering (Genisa 2003). Ikan Kuniran di Indramayu, Jawa Barat telah tersedia dalam kemasan siap saji dan dijual dengan harga yang cukup tinggi dibandingkan dengan harga Ikan Kuniran segar yang semula dianggap kurang bernilai. Hal ini secara langsung dapat meningkatkan pendapatan nelayan (Harian Umum Pelita 2012). Harga Ikan Kuniran basah yang biasa dibeli dari nelayan sebesar Rp. 115.000 per bakul (isi 30 kg) atau seharga Rp. 3.500-4.000 per kg, sedangkan harga jual fillet ikan kuniran kering yang dibeli pabrik sekitar Rp. 45.000 per kg.

Selain itu, Ikan Kuniran dapat juga dijadikan bakso. Keunggulan dari produk bakso Ikan Kuniran tersebut adalah memiliki kadar protein yang tinggi dan kadar lemak yang relatif rendah (Izzuddin 2012).

Dokumen terkait