• Tidak ada hasil yang ditemukan

s. Identifikasi dan Pengukuran Kerugian Penurunan Nilai (lanjutan)

s. Identification and Measurement of Impairment Losses (continued)

Semua aset keuangan yang signifikan secara individual yang tidak mengalami penurunan nilai secara individual dievaluasi secara kolektif untuk menentukan penurunan nilai yang sudah terjadi namun belum diidentifikasi. Aset keuangan yang tidak signifikan secara individual akan dievaluasi secara kolektif untuk menentukan penurunan nilainya dengan mengelompokkan aset keuangan tersebut berdasarkan karakteristik risiko yang serupa. Aset keuangan yang dievaluasi secara individual untuk penurunan nilai, dan dimana kerugian penurunan nilai diakui tidak lagi termasuk dalam penurunan nilai secara kolektif.

All individually significant financial assets not to be specifically impaired are then collectively assessed for any impairment that has been incurred but not yet identified. Financial assets that are not individually significant are collectively assessed for impairment by grouping together such financial assets with similar risk characteristics. Financial assets that are individually assessed for impairment and for which an impairment loss is recognized are no longer included in a collective assessment of impairment.

Dalam mengevaluasi penurunan nilai secara kolektif, Bank menggunakan model statistik dari tren probability of default di masa lalu, waktu pemulihan dan jumlah kerugian yang terjadi, yang disesuaikan dengan pertimbangan manajemen mengenai apakah kondisi ekonomi dan kondisi kredit saat ini mungkin menyebabkan kerugian aktual lebih besar atau lebih kecil daripada yang dihasilkan oleh model statistik. Tingkat wanprestasi, tingkat kerugian dan waktu pemulihan yang diharapkan di masa datang secara berkala dibandingkan dengan hasil aktual yang diperoleh untuk memastikan bahwa model statistik yang digunakan masih memadai.

In assessing collective impairment, the Bank uses statistical modeling of historical trends of the probability of default, timing of recoveries and the amount of loss incurred, adjusted for management’s judgment as to whether current economic and credit conditions are such that the actual losses are likely to be greater or less than suggested by historical modeling. Default rates, loss rates and the expected timing of future recoveries are regularly benchmarked against actual outcomes to ensure that they remain appropriate.

Kerugian penurunan nilai atas aset keuangan yang dicatat pada biaya perolehan diamortisasi diukur sebesar selisih antara nilai tercatat aset keuangan dengan nilai kini estimasi arus kas masa datang yang didiskonto menggunakan suku bunga efektif awal dari aset keuangan tersebut. Perhitungan nilai kini dari estimasi arus kas masa datang atas aset keuangan dengan agunan (collateralised financial asset) mencerminkan arus kas yang dapat dihasilkan dari pengambilalihan agunan dikurangi biaya-biaya untuk memperoleh dan menjual agunan, terlepas apakah pengambilalihan tersebut berpeluang terjadi atau tidak. Kerugian yang terjadi diakui pada laporan laba rugi komprehensif konsolidasian dan dicatat pada akun cadangan kerugian atas aset keuangan yang dicatat pada biaya perolehan diamortisasi. Pendapatan bunga atas aset keuangan yang mengalami penurunan nilai tetap diakui atas dasar suku bunga yang digunakan untuk mendiskonto arus kas masa datang dalam pengukuran kerugian penurunan nilai. Ketika peristiwa yang terjadi setelah penurunan nilai menyebabkan jumlah kerugian penurunan nilai berkurang, kerugian penurunan nilai yang sebelumnya diakui harus dipulihkan dan pemulihan tersebut diakui pada laporan laba rugi komprehensif konsolidasian.

Impairment losses on financial assets carried at amortized cost are measured as the difference between the carrying amount of the financial assets and the present value of estimated future cash flows discounted at the financial assets’ original effective interest rate. The calculation of the present value of the estimated future cash flows of a collateralised financial asset reflects the cash flows that may result from foreclosure less costs for obtaining and selling the collateral, whether or not foreclosure is probable. Losses are recognized in the consolidated statements of comprehensive income and reflected in an allowance account against financial assets carried at amortized cost. Interest on the impaired financial asset continues to be recognized using the rate of interest used to discount the future cash flows for the purpose of measuring the impairment loss. When a subsequent event causes the amount of impairment loss to decrease, the impairment loss is reversed through the consolidated statements of comprehensive income.

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (lanjutan)

2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING POLICIES (continued)

s. Identifikasi dan Pengukuran Kerugian Penurunan Nilai (lanjutan)

s. Identification and Measurement of Impairment Losses (continued)

Kerugian penurunan nilai atas efek-efek yang tersedia untuk dijual diakui dengan mengeluarkan kerugian kumulatif yang telah diakui secara langsung dalam ekuitas ke dalam laporan laba rugi komprehensif konsolidasian. Jumlah kerugian kumulatif yang dikeluarkan dari ekuitas dan diakui pada laporan laba rugi komprehensif konsolidasian merupakan selisih antara biaya perolehan, setelah dikurangi pelunasan pokok dan amortisasi, dengan nilai wajar kini, dikurangi kerugian penurunan nilai aset keuangan yang sebelumnya telah diakui pada laporan laba rugi komprehensif konsolidasian. Perubahan cadangan kerugian penurunan nilai yang dapat diatribusikan pada nilai waktu (time value) tercermin sebagai komponen pendapatan bunga.

Impairment losses on available-for-sale marketable securities are recognized by transferring the cumulative loss that has been recognized directly in equity to the consolidated statements of comprehensive income. The cumulative loss that has been removed from equity and recognized in the consolidated statements of comprehensive income is the difference between the acquisition cost, net of any principal repayment and amortization, and the current fair value, less any impairment loss previously recognized in the consolidated statements of comprehensive income. Changes in impairment provisions attributable to time value are reflected as a component of interest income.

Jika, pada periode berikutnya, nilai wajar instrumen utang yang diklasifikasikan dalam kelompok tersedia untuk dijual yang mengalami penurunan nilai meningkat dan peningkatan tersebut dapat secara obyektif dihubungkan dengan peristiwa yang terjadi setelah pengakuan kerugian penurunan nilai pada laporan laba rugi komprehensif konsolidasian, maka kerugian penurunan nilai tersebut harus dipulihkan dan pemulihan tersebut diakui pada laporan laba rugi komprehensif konsolidasian.

If, in a subsequent period, the fair value of an impaired available-for-sale debt instrument increases and the increase can be objectively related to an event occurring after the impairment loss was recognized in the consolidated statements of comprehensive income, the impairment loss is reversed, with the amount of reversal recognized in the consolidated statements of comprehensive income.

Jika persyaratan kredit, piutang atau investasi yang dimiliki hingga jatuh tempo dinegosiasi ulang atau dimodifikasi karena debitur atau penerbit mengalami kesulitan keuangan, maka penurunan nilai diukur dengan suku bunga efektif awal yang digunakan sebelum persyaratan diubah.

If the terms of a loan, receivable or held-to-maturity investment are renegotiated or otherwise modified because of financial difficulties of the borrower or issuer, impairment is measured using the original effective interest rate before the modification of terms.

t. Penyisihan Penghapusan Aset Non- Keuangan

t. Allowance for Losses on Non-Financial Assets

Mulai tanggal 1 Januari 2011, Perseroan mencatat dan menyajikan penyisihan penghapusan aset non-keuangan sesuai dengan standar akuntansi relevan yang berlaku. Perubahan kebijakan akuntansi ini diterapkan secara retrospektif. Dampak perubahan ini disajikan pada Catatan 50.

Starting 1 January 2011, the Company recorded and presented allowance for losses on non-financial assets in accordance with the prevailing accounting standards.This change of accounting policies is applied retrospectively. The effect of these changes is discussed in Note 50.

Penyesuaian atas penyisihan penghapusan aset non-keuangan dicatat dalam periode dimana penyesuaian tersebut diketahui atau dapat ditaksir secara wajar. Termasuk dalam penyesuaian ini adalah penambahan penyisihan penghapusan aset non-keuangan maupun pemulihan aset non-keuangan yang telah dihapusbukukan sebelumnya.

Adjustments to the allowance for losses on non-financial assets are reported in the period that such adjustments become known or can be reasonably estimated. These adjustments include additional allowance for losses as well as recoveries of previously written-off non-financial assets.

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (lanjutan)

2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING POLICIES (continued)

t. Penyisihan Penghapusan Aset Non- Keuangan (lanjutan)

t. Allowance for Losses on Non-Financial Assets (continued)

Aset non-keuangan dihapusbukukan dengan mengurangi penyisihan penghapusan yang bersangkutan apabila menurut manajemen aset tersebut tidak mungkin dipulihkan lagi.

Non-financial assets are written-off against the respective allowance for losses when management believes that the recoverability of the assets is unlikely.

Sebelum tanggal 1 Januari 2011, Perseroan membentuk penyisihan penghapusan atas aset non-keuangan sesuai dengan peraturan Bank Indonesia.

Prior to 1 January 2011, the Company provided an allowance for losses from non-financial assets in accordance with Bank Indonesia regulation.

u. Penyisihan Penghapusan Aset dari Transaksi Syariah

u. Allowance for Losses on Sharia Transactions Perseroan mencatat dan menyajikan penyisihan

penghapusan aset dari transaksi syariah sesuai dengan peraturan Bank Indonesia yang berlaku.

The Company recorded and presented allowance for losses from assets of sharia transactions in accordance with the prevailing BI regulations.

u.1. Penyisihan Penghapusan Aset Produktif u.1. Allowance for Losses on Productive Assets

Penyisihan penghapusan aset produktif syariah dibentuk berdasarkan hasil evaluasi terhadap kolektibilitas dari masing-masing aset produktif yang mempunyai risiko kredit sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia (“BI“) tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Evaluasi manajemen atas kolektibilitas masing-masing aset produktif dilakukan berdasarkan sejumlah faktor, termasuk keadaan ekonomi/prospek usaha saat ini maupun yang diantisipasi untuk masa yang akan datang, kondisi keuangan, kemampuan membayar serta faktor-faktor lain yang relevan.

The allowance for losses from sharia productive assets are determined based on an evaluation of the collectibility of each individual productive asset with credit risk in accordance with Bank Indonesia (“BI“) regulations on Asset Quality Rating for Sharia Commercial Banks and Sharia Business Units. Management’s evaluation on the collectibility of each individual productive asset is based on a number of factors, including current and anticipated economic condition/business prospect, financial conditions, payment ability and other relevant factors.

Sesuai dengan ketentuan BI, penyisihan penghapusan aset produktif adalah sebagai berikut:

In accordance with BI regulation, the allowance for losses from productive assets are as follows:

1. Cadangan umum sekurang-kurangnya 1% dari aset produktif yang digolongkan lancar.

2. Cadangan khusus untuk aset produktif:

1. General allowance at a minimum of 1% of productive assets that are classified as pass.

2. Specific allowance for produktive assets:

Persentase minimum/

Penggolongan Minimum percentage Classification

Dalam perhatian khusus 5% Special mention

Kurang lancar 15% Substandard

Diragukan 50% Doubtful

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (lanjutan)

2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING POLICIES (continued)

u. Penyisihan Penghapusan Aset dari Transaksi Syariah (lanjutan)

u. Allowance for Losses on Sharia Transactions (continued)

u.1. Penyisihan Penghapusan Aset Produktif (lanjutan)

u.1. Allowance for Losses on Productive Assets (continued)

Cadangan khusus untuk aset produktif yang digolongkan sebagai dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan macet dihitung atas jumlah pokok pinjaman setelah dikurangi dengan nilai agunan yang diperkenankan.

Specific allowance for productive assets classified as special mention, substandard, doubtful and loss is calculated after deducting the value of allowable collateral.

u.2. Penyisihan Penghapusan Aset Non- Produktif

u.2. Allowance for Losses on Non- Productive Assets

Aset non-produktif unit usaha syariah Bank terdiri dari agunan yang diambil alih, rekening antar kantor dan suspense account.

Non-productive assets of the Bank’s sharia unit consist of foreclosed assets, inter-office and suspense account.

Sesuai dengan peraturan BI, penggolongan aset non-produktif berupa agunan yang diambil alih adalah sebagai berikut:

In accordance with BI regulation, non-productive assets in form of foreclosed assets are classified as follows:

Lama kepemilikan/ Persentase minimum/

Penggolongan Holding period Minimum percentage Classification

Lancar Sampai dengan 1 tahun/Up to 1 year 0% Pass

Macet Lebih dari 1 tahun/More than 1 years 100% Loss

Sesuai dengan peraturan BI, penggolongan kualitas untuk aset non-produktif yang berupa rekening antar kantor dan suspense account adalah sebagai berikut:

In accordance with BI regulation, the classification for non-productive assets in form of inter-office and suspense accounts are as follows:

Persentase minimum/

Penggolongan Umur/Aging Minimum percentage Classification

Lancar Sampai dengan 180 hari/

Up to 180 days

0% Pass

Macet Lebih dari 180 hari/

More than 180 days

100% Loss

Penyesuaian atas penyisihan penghapusan aset non-produktif dicatat dalam periode di mana penyesuaian tersebut diketahui atau dapat ditaksir secara wajar. Termasuk dalam penyesuaian ini adalah penambahan penyisihan penghapusan aset non-produktif maupun pemulihan aset non-produktif yang telah dihapusbukukan sebelumnya.

Adjustments to the allowance for losses on non-productive assets are reported in the period that such adjustments become known or can be reasonably estimated. These adjustments include additional allowance for losses as well as recoveries of previously written-off non-productive assets.

Aset non-produktif dihapusbukukan dengan mengurangi penyisihan penghapusan yang bersangkutan apabila menurut manajemen aset tersebut tidak mungkin dipulihkan lagi.

Non-productive assets are written-off against the respective allowance for losses when management believes that the recoverability of the assets is unlikely.

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (lanjutan)

2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING POLICIES (continued)

v. Simpanan dari Nasabah dan Bank-Bank Lain v. Deposits from Customers and Other Banks Setelah pengakuan awal, giro, tabungan, deposito

berjangka, dan simpanan dari bank-bank lain dinyatakan sebesar biaya perolehan diamortisasi.

After initial recognition, demand deposits, savings, time deposits, and deposits from other banks are carried at amortized cost.

Sebagian simpanan dari nasabah adalah simpanan dengan akad mudharabah yang merupakan dana syirkah temporer.

Apart of deposits from customers are deposits with mudharabah principle which included as unrestricted investment funds.

w. Liabilitas Imbalan Pasca-kerja w. Obligation for Post-employment Benefits Liabilitas imbalan pasca-kerja dihitung sebesar

nilai kini dari estimasi jumlah liabilitas imbalan pasca-kerja di masa depan yang timbul dari jasa yang telah diberikan oleh karyawan pada masa kini dan masa lalu, dikurangi dengan nilai wajar aset program dana pensiun. Perhitungan dilakukan oleh aktuaris independen dengan metode projected-unit-credit.

The obligation for post-employment benefits is calculated at present value of estimated future benefits that the employees have earned in return for their services in the current and prior periods, deducted by any plan assets. The calculation is performed by an independent actuary using the projected-unit-credit method.

Ketika imbalan pasca-kerja berubah, porsi kenaikan atau penurunan imbalan sehubungan dengan jasa yang telah diberikan oleh karyawan pada masa lalu dibebankan atau dikreditkan dalam laporan laba rugi komprehensif konsolidasian dengan menggunakan metode garis lurus selama rata-rata masa kerja karyawan hingga imbalan pasca-kerja menjadi hak karyawan (vested). Porsi imbalan pasca-kerja yang telah menjadi hak karyawan diakui segera sebagai beban dalam laporan laba rugi komprehensif konsolidasian.

When the plan benefits change, the portion of increased or decreased benefits relating to past service by employees is charged or credited to the consolidated statements of comprehensive income on a straight-line basis over the average service period until the benefits become vested. To the extent that the benefits vest immediately, the expense is recognized immediately in the consolidated statements of comprehensive income.

Mulai tanggal 1 Januari 2012, keuntungan atau kerugian aktuarial diakui sebagai bagian dari laporan laba rugi komprehensif konsolidasian.

Starting 1 January 2012, actuarial gains and losses are recognized as part of the consolidated statements of comprehensive income.

Sebelum tanggal 1 Januari 2012, keuntungan atau kerugian aktuarial diakui sebagai pendapatan atau beban apabila akumulasi keuntungan atau kerugian aktuarial bersih yang belum diakui pada akhir periode pelaporan sebelumnya melebihi 10% atas nilai yang lebih besar antara nilai kini liabilitas imbalan pasti (sebelum dikurangi aset program) dan nilai wajar dari aset program pada tanggal tersebut. Keuntungan atau kerugian diakui dengan metode garis lurus selama rata-rata sisa masa kerja karyawan yang diharapkan. Jika tidak, keuntungan atau kerugian aktuarial tidak diakui.

Prior to 1 January 2012, actuarial gains and losses are recognized as income or expense when the cumulative unrecognized actuarial gains or losses at the end of the previous reporting periods exceeded 10% of the greater of the present value of the defined benefit obligation (before being deducted by plan assets) and the fair value of the plan assets at the date. These gains or losses are recognized on a straight-line basis over the expected average remaining working lives of the employees. Otherwise, the actuarial gains or losses are not recognized.

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG

Dokumen terkait