• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III KEDUDUKAN NOTARIS SEBAGAI PEJABAT UMUM

A. Sumpah Jabatan dan Rahasia Jabatan Notaris

Sumpah Jabatan Notaris merupakan sumpah seorang Notaris sebelum menjalankan jabatannya yang wajib dilakukan atau dapat dikatakan sebagai syarat lebih lanjut dalam menjalankan jabatannya. Merupakan konsekuensi dalam Peraturan Jabatan Notaris sehingga menjadi suatu azas hukum publik, bahwa seorang pejabat umum, sebelum dapat menjalankan jabatannya dengan sah, harus terlebih dahulu mengangkat sumpah (diambil sumpah). Selama sumpah tersebut belum dilakukan, maka jabatan sebagai notaris itu tidak boleh dan tidak dapat dijalankan dengan sah.

Di dalam Ketentuan Peraturan Jabatan Notaris, yaitu pada Pasal 18 PJN, dinyatakan bahwa Notaris yang diangkat itu, sebelum mengangkat sumpah, tidak diperkenankan untuk melakukan sesuatu pekerjaan yang termasuk dalam bidang tugas Jabatan Notaris. Jika ketentuan ini dilanggar, maka akan dikenakan dengan ancaman dikenakan denda. Secara lengkap bunyi Pasal 18 PJN, sebagai berikut : Sebelum disumpah, notaris tidak boleh melakukan tindakan apapun juga yang termasuk jabatannya, dengan ancaman hukuman denda 100,- sampai Rp. 300,- gulden ,dan tidak mengurangi kewajiban untuk membayar biaya, kerugian, dan bunga.

Sumpah jabatan notaris, seperti yang dinyatakan dalam Pasal 4 ayat (2) UUJN secara lengkap adalah sebagai berikut :

Erwin Harris Rahman : Tindak Pidana Penggelapan Yang Dilakukan Pejabat Notaris Dikaitkan Dengan Sumpah Jabatan Notaris (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Medan 2601/Pid.B/2003/ PN.Mdn), 2009.

Saya bersumpah (berjanji) :

a. bahwa saya akan patuh dan setia kepada Negara Republik Indonesia, Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang tentang Jabatan Notaris seria peraturan perundang-undangan lainnya.;

b. bahwa saya akan menjalankan jabatan saya dengan amanah, jujur, saksama, mandiri, dan tidak berpihak;

c. bahwa saya akan menjaga sikap, tingkah laku saya, dan akan menjalankan kewajiban saya sesuai dengan kode etik profesi, kehormatan, martabat, dan tanggung jawab saya sebagai Notaris;

d. bahwa saya akan merahasiakan isi akta dan keterangan yang diperoleh dalam pelaksanaan jabatan saya;

e. bahwa saya untuk dapat diangkat dalam jabatan ini, baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan nama atau dalih apa pun, tidak pernah dan tidak akan memberikan atau menjanjikan sesuatu kepada siapa pun. Mengenai isi sumpah jabatan seperti yang tersebut di atas, secara substansi dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu:48

Bagian pertama, Notaris bersumpah akan patuh setia kepada Negara Republik Indonesia dan Undang-undang Dasarnya serta menghormati semua pembesar-pembesar hakim pengadilan dan pembesar-pembesar lainnya, bagian sumpah ini dinamakan politieke eed. Pada bagian kedua, Notaris berjanji akan menjalankan tugasnya dengan jujur, seksama, dan tidak berpihak serta akan

48

Erwin Harris Rahman : Tindak Pidana Penggelapan Yang Dilakukan Pejabat Notaris Dikaitkan Dengan Sumpah Jabatan Notaris (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Medan 2601/Pid.B/2003/ PN.Mdn), 2009.

menaati dengan seteliti-telitinya semua peraturan-peraturan jabatan notaris yang sedang berlaku atau yang akan diadakan dan merahasiakan serapat-rapatnya isi akta – akta selaras dengan ketentuan-ketentuan peraturan-peraturan itu, bagian ini dinamakan beroepseed (sumpah jabatan).

Sumpah jabatan ini mengandung substansi Rahasia Jabatan yang mempunyai konsekuensi adanya Hak Ingkar bagi Notaris sehingga ketiga hal ini saling terkait, dan apabila membicarakan salah satu hal, maka akan tidak terlepas pembahasannya pada dua hal yang lain. Letak Rahasia jabatan Notaris ini terletak pada bagian sumpah bahwa Notaris akan merahasiakan serapat-rapatnya isi akta-akta selaras dengan ketentuan-ketentuan peraturan-peraturan tadi.

Sebagaimana dikatakan sebelumnya, bahwa Rahasia Jabatan dalam sumpah jabatan hanya dikatakan dalam hal “isi akta-akta”. Undang-undang tidak menyebutkan tentang kewajiban untuk merahasiakan semua hal yang tidak tercantum dalam akta, sehingga timbul pendapat bahwa Notaris dapat membuka hal-hal di luar isi akta, tentang segala hal yang diberitahukan kepadanya selaku notaris oleh kliennya.

Notaris sebagai jabatan kepercayaan, wajib merahasiakan segala hal yang yang bersangkutan dengan jabatannya sebagai pejabat umum. Rahasia yang wajib disimpan ini dikenal dengan sebutan Rahasia Jabatan. Jabatan Notaris dengan sendirinya melahirkan kewajiban untuk merahasiakan itu, baik yang menyangkut isi akta ataupun hal-hal yang disampaikan klien kepadanya, tetapi tidak dimuat dalam akta, yakni untuk hal-hal yang diketahuinya karena jabatannya (uit hoofde van Zijn ambt). Konsekunsi adanya Rahasia Jabatan, adalah apabila Notaris

Erwin Harris Rahman : Tindak Pidana Penggelapan Yang Dilakukan Pejabat Notaris Dikaitkan Dengan Sumpah Jabatan Notaris (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Medan 2601/Pid.B/2003/ PN.Mdn), 2009.

tersebut berperan sebagai saksi, dia mempunyai hak untuk mengundurkan diri sebagai saksi, seperti yang ditetapkan dalam Pasal 1909 ayat (3) KUH Perdata dan 170 ayat (1) KUHAP.

Seorang notaris tidak dapat seenaknya membuka rahasia jabatannya, akan tetapi dikaitkan dengan eksistensi notaris sebagai jabatan kepercayaan, maka merahasiakan jabatan adalah kewajiban. Apabila diketahui terjadi pelanggaran atas rahasia jabatan ini, maka akan dikenakan sanksi sesuai dengan Pasal 40 dan Pasal 322 KUH Pidana. Dalam prakteknya notaris harus memegang teguh rahasia jabatan karena atas dasar itulah dia dipercaya oleh kliennya dan dianggap sebagai vertrouwenspersoon.

Secara lengkap bunyi ketentuan Pasal 322 KUHP adalah sebagai berikut : Ayat (1)

Barangsiapa dengan sengaja membuka rahasia yang wajib disimpannya karena jabatan atau pencahariannya, baik yang sekarang, maupun yang dahulu, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau denda paling banyak enam ratus rupiah.

Ayat (2)

Jika kejahatan dilakukan terhadap seorang tertentu, maka perbuatan itu hanya dapat dituntut atas pengaduan orang itu.

Berdasarkan Pasal 322 ayat (1), dapat dilihat bahwa Rahasia Jabatan merupakan sesuatu melekat kepada seseorang karena jabatannya untuk hal-hal yang diketahuinya baik pada saat sekarang maupun dahulu yang dimulai dari saat dia menjabat dalam jabatannya tersebut secara sah. Hal ini bukanlah merupakan konsekuensi yang berlebihan karena tanggung jawab seorang pejabat, terutama pejabat umum, yaitu Notaris sangat berat karena segala hal yang dibuat olehnya

Erwin Harris Rahman : Tindak Pidana Penggelapan Yang Dilakukan Pejabat Notaris Dikaitkan Dengan Sumpah Jabatan Notaris (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Medan 2601/Pid.B/2003/ PN.Mdn), 2009.

akan membawa akibat hukum bukan hanya untuk para pihak (klien), tapi juga pihak lain yang bersangkutan dan berkepentingan. Mengenai konsekeunsi denda dan hukuman yang dimaksud dalam Pasal 322 ayat (1) tersebut perlu disesuaikan dengan keadaan zaman sekarang.

Ketentuan mengenai Rahasia Jabatan harus ditinjau pula dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana, yaitu Pasal 170 ayat (2) KUHAP sebagai pengecualian dari kewajiban untuk tidak membuka rahasia jabatan yang terdapatdalam Pasal 170 ayat (1) KUHAP, secara lengkap bunyinya : “Hakim menentukan sah atau tidaknya segala alasan untuk permintaan tersebut”.

Dokumen terkait