• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambar Lampiran 18. Tanaman Cabai Varietas TOmbak

Nama Varietas : Tombak

Habitus tanaman : Kompak

Warna batang : Hijau

Bentuk daun : Oval

Tepi daun : Ombak

Pangkal daun : Tumpul

Ujung daun : Runcing

Permukaan atas daun : Licin

Permukaan bawah daun : Agak berbulu

Warna daun bagian atas : Hijau tua

Warna daun bagian bawah : Hijau muda

Warna tangkai bunga : Hijau

Bentuk bunga : Intermediate

Warna biji : Putih kekuningan

Bentuk biji : Membulat

Warna kelopak : Hijau tua

Warna mahkota : Putih

Warna anther : Ungu

Warna putik : Putih

Jumlah anther : 5

Jumlah helai mahkota : 4

Bentuk buah : Memanjang

Permukaan kulit buah : Halus

Tepi buah : Gerigi

Pangkal buah : Romping

Ujung buah : Pointed

Warna buah muda : Hijau

Warna buah Intermediate : Cokelat

Warna buah masak : Merah

Daya simpan buah : 7 hari

Lebar tajuk : 58.07 cm Tinggi tanaman : 77.75 cm Tinggi dikotomous : 28.72 cm Diameter batang : 11.81 mm Lebar daun : 2.75 cm Panjang daun : 8.27 cm

Panjang tangkai daun : 2.25 cm

Umur berbunga : 27 HST

Panjang tangkai bunga : 3.60 cm

Jumlah bunga : 28

Umur panen : 84 HST

Jumlah buah : 46 buah

Diameter buah : 15.26 mm

Tebal kulit buah : 1.95 mm

Panjang buah : 13.70 cm

Panjang tangkai buah : 4.00 cm

Bobot per buah : 15.03 g

Bobot total per tanaman : 686.77 g

Bobot 1000 biji : 4.28 g

Produktivitas : 21.98 ton/ha

Gambar Lampiran 19. Tanaman Cabai Varietas Trisula

Nama Varietas : Trisula

Habitus tanaman : Kompak

Warna batang : Hijau

Bentuk daun : Oval

Tepi daun : Rata

Pangkal daun : Tumpul

Ujung daun : Runcing

Permukaan atas daun : Licin

Permukaan bawah daun : Licin

Warna daun bagian atas : Hijau

Warna daun bagian bawah : Hijau

Warna tangkai bunga : Hijau

Bentuk bunga : Intermediate

Warna biji : Putih

Bentuk biji : Membulat

Warna kelopak : Hijau tua

Warna mahkota : Putih

Warna anther : Ungu

Warna putik : Putih

Jumlah anther : 6

Jumlah helai mahkota : 4

Bentuk buah : Memanjang

Permukaan kulit buah : Halus

Tepi buah : Agak gerigi

Pangkal buah : Romping

Ujung buah : Pointed

Warna buah muda : Hijau

Warna buah Intermediate : Hitam

Warna buah masak : Merah terang

Daya simpan buah : 8 hari

Lebar tajuk : 43.77 cm Tinggi tanaman : 45.09 cm Tinggi dikotomous : 20.80 cm Diameter batang : 9.58 mm Lebar daun : 2.74 cm Panjang daun : 8.01 cm

Panjang tangkai daun : 1.82 cm

Umur berbunga : 20 HST

Panjang tangkai bunga : 2.55 cm

Jumlah bunga : 24

Umur panen : 69 HST

Jumlah buah : 48 buah

Diameter buah : 9.51 mm

Tebal kulit buah : 1.51 mm

Panjang buah : 9.89 cm

Panjang tangkai buah : 2.81 cm

Bobot per buah : 12.68 g

Bobot total per tanaman : 610.38 g

Bobot 1000 biji : 5.03 g

Produktivitas : 19.53 ton/ha

Latar Belakang

Pertanian merupakan sektor yang dapat diandalkan untuk meningkatkan perekonomian negara, sehingga produk hortikultura seperti sayur dan buah-buahan memiliki prospek yang cukup bagus, baik di pasar dalam negeri maupun luar negeri. Cabai (Capsicum sp.) adalah salah satu tanaman hortikultura yang bernilai ekonomi dan komoditas sayuran serta rempah yang penting di dunia. Cabai memiliki berbagai kegunaan diantaranya untuk konsumsi, bahan industri dan peternakan.

Sebagai salah satu komoditas unggulan hortikultura Indonesia, cabai menempati areal pertanaman terluas dibanding tanaman sayuran lainnya yaitu sebesar 19.12% (Direktorat Jendral Bina Produksi Hortikultura, 2008). Luasnya areal pertanaman tersebut tidak diikuti oleh tingginya produktivitas. Pada tahun 2008 rata-rata produktivitas cabai nasional mencapai 5.89 ton per hektar per musim (Badan Pusat Statistik, 2009). Angka tersebut masih sangat rendah jika dibandingkan dengan potensi produktivitasnya yang mencapai 20 ton per hektar per musim. Rendahnya produktivitas cabai di Indonesia tidak sebanding dengan luas areal pertanaman cabai di Indonesia. Salah satu faktor yang menyebabkan hal tersebut adalah varietas unggul yang masih terbatas. Menurut Syukur et al. (2010), alternatif untuk meningkatkan produktivitas cabai adalah dengan perakitan varietas unggul. Bagian Genetika dan Pemuliaan Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB mulai merakit varietas cabai untuk menghasilkan varietas unggul baru mulai tahun 2000. Saat ini telah didapatkan beberapa galur yang diharapkan mampu bersaing dengan varietas cabai komersial lainnya.

Evaluasi karakteristik genotipe merupakan satu dari berbagai langkah yang dilakukan pemulia tanaman untuk memperoleh informasi mengenai genotipe-genotipe yang ada. Allard (1960) menyatakan bahwa hasil evaluasi berguna untuk mengetahui manfaat suatu genotipe-genotipe yang perlu diseleksi lebih lanjut. Evaluasi adalah bagian dalam pembentukan varietas yang meliputi hibridisasi, seleksi, evaluasi, dan pelepasan varietas.

Dalam persiapan pelepasan varietas, daya hasil genotipe harapan perlu diuji. Varietas yang baru akan dilepas harus menunjukkan keunggulan dibandingkan dengan varietas yang telah ada sehingga diperlukan suatu pengujian (Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura, 2004). Hasil yang diharapkan dari pengujian ini adalah terpilihnya genotipe yang memiliki hasil yang tinggi dan sifat yang unggul.

Kabupaten Kuantan Singingi merupakan daerah yang berpotensi menjadi sentra tanaman cabai. Hal ini ditunjukkan dengan tingginya tingkat ketergantungan masyarakat terhadap cabai yang berbanding terbalik dengan ketersediaan cabai di daerah tersebut, sehingga untuk memenuhi kebutuhan cabai di pasaran daerah tersebut masih bergantung pada daerah lain. Ketergantungan ini menyebabkan tingginya harga cabai di pasaran.

Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui daya hasil dan kualitas galur-galur cabai IPB dan varietas cabai pembanding yang dievaluasi.

2. Mendapatkan galur cabai IPB yang memiliki daya hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan varietas pembanding di Kabupaten Kuantan Singingi.

Hipotesis Hipotesis dari penelitian ini adalah:

1. Terdapat perbedaan daya hasil dan kualitas pada galur-galur cabai IPB yang dievaluasi.

2. Terdapat paling sedikit satu galur cabai IPB yang memiliki daya hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan varietas pembanding.

Botani Umum Cabai  

Tanaman cabai (Capsicum annuum L.) termasuk ke dalam famili solanaceae. Tanaman ini masih satu kerabat dengan kentang (Solanum tuberosum

L.), terung (S. melongena L.), tomat (Licopersicon esculentum Mill.), takokak (S. torvum Swartz) dan leunca (S. ningrum L.) (Direktorat Tanaman Sayuran, Hias, dan Aneka Tanaman, 2003).

Dalam dunia tumbuh-tumbuhan, tanaman cabai dapat diklasifikasikan sebagai berikut: kingdom plantae, divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae,

kelas dycotiledonae, ordo tubiflora (solanales), famili solanaceae, genus

capsicum (Direktorat Tanaman Sayuran, Hias, dan Aneka Tanaman, 2003). Rubatzky dan Yamaguchi (1999) menyatakan bahwa tanaman cabai termasuk ke dalam tanaman herba yang berbentuk semak dan sebagian besar menjadi berkayu pada bagian pangkal batangnya. Tanaman cabai merupakan tanaman tropika yang biasanya ditanam sebagai tanaman setahun. Tanaman ini memiliki batang yang tegak dengan tinggi batang berkisar antara 45-100 cm. Tangkai daunnya horisontal dengan bentuk lanset dan ujungnya agak rucing. Daun cabai bertipe daun tunggal dan tipis dengan ukuran yang bervariasi serta memiliki helaian daun berbentuk lanset dan bulat telur lebar. Prajnanta (2007) struktur perakaran tanaman cabai diawali dari akar tunggang yang sangat kuat yang terdiri atas akar utama (primer) dan lateral (sekunder). Akar tersier merupakan serabut-serabut akar yang keluar dari akar lateral. Panjang akar primer sekitar 35-50 cm dan akar lateral sekitar 35-45 cm.

Bunga cabai digolongkan ke dalam bunga lengkap karena terdiri atas mahkota, kelopak, benang sari, dan putik. Diameter bunga berukuran 10-15 mm dan warna mahkota adalah putih. Sebagian besar spesies cabai bersifat menyerbuk sendiri (self pollination) tetapi penyerbukan silang (open pollination) secara alami dapat terjadi dengan bantuan lebah. Menurut Kusandriani (1996), posisi dan ukuran stigma sangat berpengaruh pada terjadinya penyerbukan silang. Bunga yang memiliki kepala putik lebih tinggi dari kotak sari akan lebih mudah terjadi

penyerbukan silang. Hal ini menyebabkan tanaman cabai pada beberapa kultivar melakukan penyerbukan silang

Buah tumbuh pada ketiak daun. Ukuran buah cabai beragam dari pendek sampai panjang dengan ujung runcing atau tumpul. Permukaan kulit bervariasi, ada yang rata sampai bergelombang, warnanya kusam atau mengkilat serta umumnya berwarna merah ketika masak. Warna hijau pada buah cabai adalah akibat klorofil, sedangkan warna merah dan kuning disebabkan oleh adanya karotenoid.

Biji cabai terletak dalam buah cabai dan melekat sepanjang plasenta (Kusandriani,1996). Biji cabai berjumlah 140 butir per gram. Biji mempunyai permukaan kulit yang keras dan didalamnya terdapat endosperm dan ovule.

Syarat Tumbuh  

Cabai merupakan tanaman yang memiliki daya adaptasi yang luas. Cabai dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah dari tanah berpasir sampai berkilat asalkan terdapat aerasi dan drainase yang baik. Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1999) tanah yang paling ideal untuk tanaman cabai adalah tanah yang mengandung cukup bahan organik dan mempunyai pH sekitar 6.0-6.5.

Curah hujan yang tinggi dan iklim yang basah dapat menyebabkan tanaman terserang penyakit. Sebaliknya, curah hujan yang rendah dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman cabai terhambat dan dapat mempengaruhi ukuran buah. Intensitas curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman adalah 600-1250 mm per tahun.

Cabai sensitif terhadap sinar matahari yang terik tetapi menghendaki penyinaran penuh sepanjang hari. Cabai rentan terhadap hujan yang terlalu deras dan cuaca yang mendung. Namun demikian cabai toleran terhadap naungan hingga 45%. Menurut Tani (2008), tanaman cabai merupakan tanaman yang memerlukan penyinaran matahari minimal 8 jam per hari. Intensitas cahaya yang rendah dapat mempengaruhi orientasi kloroplas tanaman. Tanaman cabai yang kekurangan cahaya mengakibatkan tanaman menjadi lemah, pucat, dan pertumbuhannya cenderung memanjang.

Suhu udara yang optimal bagi pertumbuhan cabai adalah 16-32 oC. Suhu udara yang paling cocok untuk pertumbuhan cabai rata-rata adalah 16 oC pada malam hari dan 23 oC pada siang hari.

Pemuliaan Tanaman Cabai  

Menurut Makmur (1992) pemuliaan tanaman adalah suatu metode secara sistematik merakit keragaman genetik menjadi suatu bentuk yang bermanfaat bagi manusia. Program pemuliaan tanaman banyak ditekankan pada usaha mempertinggi produktivitas hasil pertanian. Tujuan pemuliaan tanaman cabai adalah untuk memperbaiki resistensi tanaman terhadap penyakit. Greenleaf (1986) menyatakan bahwa pemuliaan cabai juga bertujuan untuk memperbaiki karakter hortikultura seperti bentuk dan ukuran buah, rasa dan kandungan gizi pada buah, jumlah zat capsicinoids. Menurut Wardani et al. (2009), pemuliaan tanaman untuk memperbaiki daya hasil memerlukan waktu yang cukup lama. Hal ini dikarenakan oleh karakter daya hasil dipengaruhi dan dikendalikan oleh banyak gen, sehingga diperlukan pula perbaikan karakter-karakter kuantitatif yang lain untuk meningkatkan daya hasilnya.

Kegiatan pemuliaan tanaman terdiri atas serangkaian proses yaitu menentukan tujuan program pemuliaan, menyediakan materi pemuliaan, penilaian genotipe atau populasi untuk dijadikan varietas baru (Poespodarsono, 1988). Metode seleksi yang digunakan pada tanaman menyerbuk sendiri berbeda dengan metode seleksi pada tanaman menyerbuk silang. Metode seleksi yang digunakan pada tanaman menyerbuk sendiri adalah pedigree, bulk, backross, dan single seed descent (Wardani et al., 2009).

Pelepasan Varietas  

Pelepasan varietas adalah pengakuan pemerintah terhadap varietas hasil pemuliaan di dalam negri dan/atau introduksi yang dinyatakan dalam keputusan Menterti Pertanian bahwa varietas tersebut merupakan varietas unggul yang dapat disebarluaskan. Undang-Undang No. 12 tahun 1992 menyatakan bahwa pelepasan varietas merupakan syarat mutlak bagi varietas unggul hasil pemuliaan maupun introduksi untuk dapat dipasarkan di Indonesia.

Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2006), syarat pelepasan varietas sebagai berikut: 1. Silsilah dan cara mendapatkannya jelas, 2. Menunjukkan keunggulan terhadap varietas pembanding, 3. Tersedia deskripsi yang lengkap dan jelas, 4. Menyediakan contoh varietas yang diusulkan pelepasannya pada waktu sidang pelepasan varietas, 5. Ketersediaan benih penjenis, 6. Surat jaminan akan diproduksi di Indonesia, 7. Surat jaminan dari Pemerintah Daerah pengusul apabila varietas yang diusulkan merupakan varietas lokal. Sebelum varietas dilepas, maka perlu dilakukan pengujian.

Varietas Cabai Pembanding  

Varietas pembanding merupakan varietas komersial yang digunakan sebagai pembanding dari varietas yang akan dilepas. PT. Tanindo Subur Prima mengembangkan varietas Tombak yang merupakan cabai hasil introduksi dari Thailand. PT. Sinar Bumi mengembangkan varietas cabai merah besar Gelora. Tit Super merupakan varietas cabai merah besar lokal yang dikembangkan oleh PT. East West Seed. Varietas ini memiliki potensi hasil 20 ton/ha serta tahan terhadap penyakit antraknosa (Suwandi, 1995).

Trisula merupakan varietas bersari bebas asal Blitar yang dikembangkan oleh UD. Ridwan Tani. Potensi produksi varietas Trisula sebesar 17 – 20 ton/ha dan dapat ditanam pada daerah sampai ketinggian 1 200 m diatas permukaan laut, tanah yang gembur dengan pH 6 - 7 serta suhu antara 18 - 300C (Keputusan Menteri Pertanian, 2003). Lembang 1 merupakan varietas hasil seleksi tanaman di Pengalengan yang dikembangkan oleh Balitsa Lembang. Varietas ini memiliki potensi hasil 5.6 − 19 ton/ha dan agak toleran terhadap hama penghisap daun (trips) dan agak tahan terhadap penyakit antraknosa (Keputusan Menteri Pertanian, 2001).

Pengujian Daya Hasil  

  Uji daya hasil merupakan salah satu tahapan pemuliaan tanaman yang bertujuan untuk mengevaluasi keberadaan gen-gen yang diinginkan pada genotipe yang selanjutnya dipersiapkan sebagai galur atau kultivar unggul baru (Nasir, 2001). Satu galur tertentu akan menampilkan daya hasil yang tinggi di lokasi satu,

tetapi dilakoasi lainnya penampilan hasil galur akan kurang baik atau sangat rendah (Bintari, 2006). Suatu galur perlu dilakukan pengujian multilokasi dengan tingkat iklim dan kondisi tanah yang berbeda sebelum dikembangkan dan dipasarkan menjadi satu varietas baru. Uji multilokasi merupakan salah satu syarat untuk pelepasan satu varietas baru.

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari - Agustus 2011. Penelitian ini bertempat di Kabupaten Kuantan Singingi, Riau pada ketinggian tempat berkisar antara 5-30 m dpl, jenis tanah berupa podzolik merah-kuning dengan pH 5-6.

Bahan dan Alat

Bahan tanaman cabai yang digunakan terdiri atas 14 galur cabai yang diuji dan 5 varietas pembanding (Tabel 1). Galur-galur tersebut merupakan galur cabai generasi lanjut hasil pemuliaan Tim Pemuliaan Cabai Departemen Agronomi dan Hortikultura, IPB.

Tabel 1. Daftar 14 Galur Cabai IPB dan 5 Varietas Pembanding No Galur Keterangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 IPB002001-4 IPB002003-9 IPB002005-2-9 IPB002046-2 IPB009002-1 IPB009003-5 IPB009004-3 IPB009015-4 IPB009019-3 IPB015002-8 IPB015008-5 IPB019015-1 IPB110005-91 IPB120005-5 Gelora Lembang-1 Tit Super Tombak Trisula

Persilangan antara IPB C2 dengan IPB C1 Persilangan antara IPB C2 dengan IPB C3 Persilangan antara IPB C2 dengan IPB C5 Persilangan antara IPB C2 dengan IPB C46 Persilangan antara IPB C9 dengan IPB C2 Persilangan antara IPB C9 dengan IPB C3 Persilangan antara IPB C9 dengan IPB C4 Persilangan antara IPB C9 dengan IPB C15 Persilangan antara IPB C9 dengan IPB C19 Persilangan antara IPB C15 dengan IPB C2 Persilangan antara IPB C15 dengan IPB C8 Persilangan antara IPB C19 dengan IPB C15 Persilangan antara IPB C110 dengan IPB C5 Persilangan antara IPB C120 dengan IPB C5 Berasal dari PT. Sinar Bumi

Berasal dari Balitsa Lembang Berasal dari PT. East West Seed Berasal dari PT. Tanindo Subur Prima Berasal dari UD. Ridwan Tani

Pupuk yang digunakan meliputi media pupuk kandang, NPK Mutiara, Gandasil D, Gandasil B, pupuk dasar berupa Urea, KCl, dan SP-36. Bahan lain yang digunakan adalah furadan 3G, Curacron, Antracol, Dithane M-45, Kelthane, dan Samite. Peralatan yang dipergunakan antara lain alat tanam dan pemeliharaan,

meteran, timbangan, jangka sorong, plastik, spidol, gunting, dan label untuk penamaan.

Metode Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) faktor tunggal dengan genotipe sebagai perlakuan. Dalam percobaan ini digunakan 19 genotipe cabai dengan empat ulangan sehingga secara keseluruhan terdapat 76 satuan percobaan pada lokasi.

Model rancangan yang digunakan adalah:

Υij = µ +αiji, (Gomez dan Gomez, 1995). Keterangan :Υij : Nilai pengamatan populasi ke-i dan ulangan ke-j

µ : Nilai rataan umum

αi : Pengaruh populasi ke-i i = 1,2,3,...,19

βj : Pengaruh ulangan ke-j j = 1,2,3,4

εij : Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j Perbedaan antara genotipe yang dievaluasi diuji dengan uji F. Bila terdapat perbedaan antar genotipe yang nyata pada taraf 5 % maka dilanjutkan dengan uji

Dunnett.

Pelaksanaan Penelitian  

Persemaian dan Penanaman

Benih cabai disemai dalam tray yang berisi campuran tanah, pupuk kandang dengan perbandingan 1:1. Setelah bibit berumur 40 hari, lalu dipindahkan ke lapangan. Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk kandang, Urea, KCl, dan SP-36 dengan perbandingan 1:1:1:1. Dosis pupuk yang diberikan sebanyak 200 g/m2.

Bibit ditanam pada bedengan dengan luas 5 x 1 m. Bedengan yang digunakan berjumlah 76 bedeng. Bedengan ditutup dengan mulsa plastik hitam perak untuk menjaga kelembapan dan suhu tanah serta menekan laju pertumbuhan gulma dibedengan. Bibit ditanam dengan jarak tanam 50 x 50 cm. Bibit ditanam

pada lubang tanam, satu bibit per lubang tanam, kemudian lubang tanam diberi Furadan 3G untuk mencegah lalat bibit dan hama tanah lainnya. Setelah itu, diberi ajir agar tanaman tidak mudah rebah.

Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan meliputi pemupukan, penyiraman, pewiwilan, dan penyiangan, serta pengendalian hama dan penyakit. Pemupukan dilakukan dengan menggunakan NPK Mutiara dengan dosis 10 g/l dan pupuk daun Gandasil D dengan dosis 2 g/l. Pupuk diaplikasikan dalam bentuk cair dengan dosis 250 ml per tanaman. Penyiraman dilakukan pada waktu pagi dan sore hari. Penyiangan gulma dilakukan seminggu sekali di antara tanaman dan di sekitar bedengan. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menggunakan insektisida Curacron dengan dosis 2 g/l, fungisida Dithane M-45 dan Antracol dengan dosis 2 g/l, serta akarisida Samite dengan dosis 2 g/l.

Pengamatan  

Percobaan di Lapangan

Pengamatan di lapangan menurut IPGRI (1995) meliputi karakter kuantitatif dan karakter kualitatif.

Karakter Kuantitatif :

1. Umur berbunga (hari setelah tanam) : jumlah hari setelah tanam sampai mulai berbunga

2. Umur panen (hari setelah tanam) : jumlah hari setelah tanam sampai panen pertama

3. Tinggi tanaman (cm) : diukur dari permukaan tanah sampai pucuk, diukur setelah panen kedua

4. Tinggi dikotomous (cm) : diukur dari permukaan tanah sampai cabang utama setelah panen kedua

5. Diameter batang (cm) : diukur lima cm di atas permukaan tanah setelah panen kedua

7. Lebar daun (cm) : diukur dari 10 daun dewasa setelah panen kedua 8. Panjang daun (cm) : diukur dari 10 daun dewasa setelah panen kedua 9. Panjang tangkai daun : diukur dari 10 daun dewasa setelah panen kedua 10. Jumlah bunga per tanaman : jumlah keseluruhan bunga diamati saat bunga

mulai muncul

11. Panjang tangkai bunga (cm) : diukur dari 10 bunga setelah panen kedua 12. Bobot total per tanaman (g) : jumlah keseluruhan bobot buah yang dipanen

dari 10 tanaman contoh pada panen kedua hingga panen ke-8

13. Bobot per buah (g) : rata-rata bobot buah dari 10 buah segar mulai dari panen kedua hingga panen ke-8

14. Panjang buah (cm) : diukur dari 10 buah segar mulai dari panen kedua hingga panen ke-8

15. Diameter buah (cm) : diameter pangkal-tengah-ujung buah diukur dari 10 buah segar mulai dari panen kedua hingga panen ke-8

16. Tebal kulit buah (cm) : rata-rata tebal kulit dari 10 buah segar mulai dari panen kedua hingga panen ke-8

17. Panjang tangkai buah (cm) : diukur dari 10 buah segar mulai dari panen kedua hingga panen ke-8

18. Jumlah buah pertanaman : diamati mulai dari panen pertama hingga panen ke-8

19. Produktivitas (ton/ha) = Luas lahan x 80% x Bobot buah per tanaman Jarak tanam

Karakter Kualitatif :

1. Habitus tanaman : sparse,intermediate, dan dense diamati setelah panen kedua

Gambar 1. Habitus Tanaman : 3. Sparse, 5. Intermediate, 7. Dense

2. Warna batang : hijau, hijau garis ungu, ungu dan lainnya diamati setelah panen kedua

3. Bentuk daun : delta, oval, lanset diamati setelah panen kedua

Gambar 2. Bentuk Daun : 1. Delta, 2. Oval, 3. Lanset

4. Tepi daun : rata, bergerigi, bergerigi ganda, beringgit, dan berombak diamati setelah panen kedua

5. Pangkal daun : meruncing, tumpul, dan membulat diamati setelah panen kedua

6. Ujung daun : runcing, meruncing, tumpul, membulat, rompang, terbelah, dan berduri diamati setelah panen kedua

7. Warna daun bagian atas : kuning, hijau muda, hijau, hijau tua, ungu muda, ungu, variegata diamati setelah panen kedua

8. Warna daun bagian bawah : kuning, hijau muda, hijau, hijau tua, ungu muda, ungu, variegata diamati setelah panen kedua

9. Permukaan daun bagian atas : licin, agak berbulu, berbulu diamati pada daun dewasa setelah panen kedua

Gambar 3. Bentuk Permukaan Daun : 3. Licin, 5. Agak Berbulu, 7. Berbulu

10. Permukaan daun bagian bawah : licin, agak berbulu, berbulu diamati pada daun dewasa setelah panen kedua

11. Warna tangkai daun : hijau muda, hijau, hijau tua, hijau garis ungu, ungu dan lainnya diamati pada 10 daun dewasa setelah panen kedua

12. Warna kelopak bunga : hijau muda, hijau, hijau tua saat bunga anthesis 13. Warna mahkota bunga : putih, kuning muda, kuning, ungu dengan dasar

putih, putih dengan dasar ungu, ungu dan lainnya, diamati saat bunga anthesis

14. Warna tangkai bunga : hijau, hijau garis ungu, ungu dan lainnya diamati saat bunga anthesis

15. Bentuk bunga : pendant, intermediate, atau erect diamati setelah panen kedua

Gambar 4. Posisi Bunga : 3. Pendant, 5. Intermediate, 7. Erect

16. Jumlah helai mahkota : diamati saat bunga anthesis

17. Warna anther : ungu, ungu muda, biru, hijau diamati saat bunga anthesis 18. Jumlah anther : diamati saat bunga anthesis

19. Warna kepala putik : putih, putih kekuningan, kuning diamati saat anthesis 20. Warna tangkai buah : hijau muda, hijau, hijau tua, hijau garis ungu, ungu

dan lainnya diamati dari 10 buah segar setelah panen kedua

21. Permukaan kulit buah : halus, semi keriting, keriting dari 10 buah segar mulai panen kedua

22. Warna buah muda : hijau, hijau muda, hijau tua diamati saat bulai berbuah 23. Warna buah intermediate : ungu, hitam, coklat diamati saat buah mulai

masak

24. Warna buah masak : putih, kuning, lemon, oranye pucat, oranye, merah terang, merah, merah tua, ungu, coklat, hitam diamati saat buah masak penuh.

25. Bentuk tepi buah : rata, agak bergerigi, bergerigi diamati setelah panen kedua

3 5 7

Gambar 5. Bentuk Tepi Buah : 3. Rata, 5. Agak bergerigi, 7. Bergerigi 26. Bentuk pangkal buah : runcing, tumpul, romping, bentuk jantung, berlekuk

diamati setelah panen kedua

Gambar 6. Bentuk Pangkal Buah : 1. Runcing, 2. Tumpul, 3. Romping, 4. Bentuk jantung. 5. Berlekuk

27. Bentuk ujung buah : pointed, blunt, sunken, sunken dan pointed

Dokumen terkait