• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Kebutuhan Air Kotamadya Bogor

5.2.3 Suplai air Simpanan Permukaan (S)

Berdasarkan perhitungan, nilai air simpanan permukaan (S total) sebesar 4.544.512,81 m3/th. Setiap tutupan lahan memiliki kontribusi dalam suplai total air simpanan permukaan. Pada Tabel 15, disajikan data hasil perhitungan air simpanan permukaan pada setiap tutupan lahan. Lahan pemukiman berkontribusi terbanyak, sebesar 2.505.618,34 m3/th, sedangkan lahan semak berkontribusi paling sedikit yaitu 150.123,24 m3/th. Lahan pemukiman berkontribusi terbesar karena mendominasi luasan penutupan lahan di Kotamadya Bogor, yakni sebesar 72,40%.

Tabel 15 Luas, bilangan kurva (CN) dan nilai S pada setiap tutupan lahan setiap jenis tanah. Land Cover Regosol Latosol Total CN* (mS 3/th) (m3/ha/th) S Luas

(ha) CN Luas (ha) CN

Hutan 2,35 25 139,15 70 141,50 69,25 159.566,31 1.127,68 Kebun campuran 145,51 49 745,62 79 891,13 74,10 791.083,29 887,73 Perkebunan 0,00 65 401,23 82 401,23 82,00 223.710,19 557,56 Semak 79,79 68 154,84 86 234,63 79,88 150.123,24 639,83 Sawah 37,55 61 687,67 81 725,22 79,96 461.538,34 636,41 Pemukiman 206,53 77 8.372,29 90 8.578,82 89,69 2.505.618,34 292,07 Tanah kosong 7,04 72 549,92 85 556,96 84,84 252.873,10 454,02 Situ/danau 2,35 - 106,98 - 109,33 - - - Badan sungai 0,00 - 211,18 - 211,18 - - - Total 481,11 11.368,89 11.850,00 4.544.512,81 Keterangan: *) Nilai CN rata-rata berbobot

Kotamadya Bogor terbagi ke dalam dua jenis tanah yakni tanah Latosol dan Regosol. Jenis tanah Latosol mendominasi sebesar 95,94% atau seluas 11.368,89 ha, sedangkan 481,11 ha atau 4,06% lainnya adalah tanah Regosol. Pada setiap jenis tanah tersebut kemudian dirinci luasan setiap tipe tutupan lahan. Hasil tersebut dapat dilihat pada Tabel 15. Di kedua jenis tanah, tutupan lahan didominasi oleh pemukiman. Di tanah Regosol 42,93% (206,53 ha) adalah pemukiman, sedangkan di tanah Latosol mencapai 73,64% atau seluas 8.372,29 ha. Tutupan lahan perkebunan dan sungai seluruhnya hanya terdapat di wilayah tanah Latosol.

Penetapan nilai CN berdasarkan kelompok hidrologi tanahnya. Tanah Regosol bertekstur pasir, sehingga masuk dalam kelompok hidrologi A. Sedangkan tanah Latosol yang bertekstur liat termasuk dalam kategori C. Pengelompokan tersebut berdasarkan kelas permeabilitasnya, sehingga dapat dikatakan kelompok hidrologi tanah A merupakan tanah-tanah yang memiliki kelas permeabilitas tinggi.

Nilai CN yang digunakan dalam perhitungan adalah nilai rata-rata berbobot. Nilai CN rata-rata berbobot dapat dilihat pada Tabel 15. Nilai CN untuk hutan merupakan nilai terendah yakni sebesar 25 di tanah Regosol dan 70 di tanah Latosol. Hutan terdapat di kawasan lahan tanah Regosol sebesar 1,66% dan di tanah Latosol 98,34%, dengan proporsi demikian, maka hutan memiliki nilai CN rata-rata berbobot 69,25.

Nilai CN tertinggi adalah tipe pemukiman dengan nilai sebesar 77 di tanah Regosol dan 90 di tanah Latosol. 97,59% kawasan pemukiman terdapat di tanah Latosol, sisanya sebesar 2,41% di lahan tanah Regosol, dengan demikian nilai CN rata-rata berbobot sebesar 89,69. Semakin rendah nilai CN, maka jenis tutupan lahan tersebut semakin baik, karena nilai CN berbanding terbalik dengan nilai S atau retensi potensial maksimum air hujan yang dapat disimpan oleh tanah. 5.2.4 Suplai air total Kotamadya Bogor

Berdasarkan penjumlahan seluruh suplai air, suplai total air untuk Kotamadya Bogor adalah 79.442.512,81 m3/th. Persentase suplai air dari ketiga sumber dapat dilihat pada Gambar 16. Suplai air terbesar berasal dari PDAM sebesar 49,62% menyusul kemudian air tanah dan air simpanan permukaan. Dilihat dari tingginya suplai air PDAM untuk masyarakat Kotamadya Bogor, hal ini menunjukkan bahwa peranan penting PDAM dalam memasok kebutuhan air bersih. Di tahun-tahun mendatang, untuk memenuhi tuntutan kebutuhan yang semakin tinggi, PDAM diharapkan dapat memenuhi tuntutan tersebut, dengan menambah kapasitas produksinya.

Suplai-suplai air yang diperhitungkan adalah air untuk pemenuhan kebutuhan air bersih atau air dengan standar kualitas tertentu, yakni air bersih (clean water). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990 Tentang Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air, air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Dengan demikian, perhitungan mengabaikan air yang belum terproses, baik itu proses alam maupun proses buatan manusia seperti air danau, air kolam dan air sungai. Hal ini menjadi alasan mengapa air untuk pertanian dan perikanan tidak turut dihitung dalam kebutuhan air di Kotamadya Bogor, karena air untuk lahan pertanian (misalkan lahan sawah atau ladang/kebun) memanfaatkan air hujan dan atau air sungai/air irigasi untuk memenuhi kebutuhan airnya.

49.62 44.66

5.72

Suplai Air PDAM Suplai Air Tanah

Suplai Air Simpanan Permukaan

Gambar 15 Persentase suplai air dari berbagai sumber di Kotamadya Bogor (%). 5.3 Luas Hutan Kota yang Dibutuhkan Kotamadya Bogor

Berdasarkan perhitungan kebutuhan dan suplai air, terdapat defisit air di Kotamadya Bogor sebesar 1.708.180,91 m3/th. Kemampuan hutan menyerap air per tahunnya sebesar 1.127,70 m3/ha, maka luas hutan kota optimal berdasarkan kebutuhan air di Kotamadya Bogor adalah 1.514,78 ha atau 12,78% dari luasan kota. Hutan kota di Kotamadya Bogor yang ada saat ini seluas 141,50 ha, yang dengan keberadaannya tersebut masih menimbulkan defisit air.

Untuk memenuhi kebutuhan air di Kotamadya Bogor, maka harus dialokasikan lahan yang tersedia untuk pembangunan hutan kota sebagai areal resapan. Dalam hal ini, lahan tersedia yang memungkinkan untuk dikonversi menjadi hutan dibandingkan tutupan lahan lain adalah semak dan tanah kosong. Kedua lahan tersebut mempunyai kemampuan dalam menyerap airnya (nilai S) lebih rendah dari hutan. Yakni sebesar 639,83 m3/ha/th untuk semak dan 454,02 m3/ha/th untuk tanah kosong.

Hutan kota total seluas 933,09 ha merupakan jumlah luas dari hutan yang telah ada serta semak dan tanah kosong yang dikonversi menjadi hutan, sebagaimana disajikan pada Tabel 16. Luasan tersebut merupakan luasan hutan kota maksimal yang dapat dibangun pada lahan tersedia. Dengan dihutankannya semak dan tanah kosong, maka nilai CN dan S berubah. Nilai S hutan setelah konversi menjadi 1.326,11 m3/ha/th. Perubahan nilai S berimplikasi pada volume air total yang dapat diserap oleh hutan per tahunnya yakni sebesar 1.237.382,77 m3/th, karena luas setelah konversi bertambah 791,59 ha. Nilai suplai air dari simpanan permukaan sebesar 5.259.164,26 m3/th, dengan demikian, suplai air

untuk Kota Bogor menjadi 80.157.164,26 m3/th, meningkat 714.651,45 m3/th dari suplai sebelum konversi, akan tetapi peningkatan suplai air tersebut belum juga mampu menihilkan defisit air, masih terdapat defisit air sejumlah 993.529,46 m3/th.

Tabel 16 Luas, bilangan kurva (CN) dan S setiap penggunaan lahan dalam setiap jenis tanah setelah konversi tanah kosong dan semak menjadi hutan. Land Cover Luas Regosol Latosol Total CN* (m3/ha/th) S ( mS 3/th )

(ha) CN Luas (ha) CN

Pemukiman 206,53 77 8.372,29 90 8.578,82 89,69 292,07 2.505.618,34 Kebun campuran 145,51 49 745,62 79 891,13 74,10 887,73 791.083,29 Hutan Hutan yang telah ada 2,35 25 139,15 70 141,5 65,70 1.326,11 1.237.382,77 Tanah kosong menjadi hutan 7,04 549,92 556,96 Semak menjadi hutan 79,79 154,84 234,63 Total 89,18 843,91 933,09 Sawah 37,55 61 687,67 81 725,22 78,61 691,33 501.369,67 Perkebunan 0.00 65 401,23 82 401,23 82.00 557,56 223.710,19 Situ/danau 2,35 - 106,98 - 109,33 - Badan sungai 0.00 - 211,18 - 211,18 - 481,11 - 11.368,89 - 11.850.00 - 5.259.164,26 Keterangan: *) Nilai CN rata-rata berbobot

Kondisi yang digunakan untuk semak dan tanah kosong yang dikonversi menjadi hutan adalah hutan pada kondisi baik. Hasil perhitungannya dapat dilihat pada Tabel 16. Nilai S hutan setelah konversi yaitu 1.326,1 m3/ha/th merupakan nilai yang lebih tinggi dari sebelumnya (1.127,68 m3/ha/th). Hal tersebut disebabkan adanya perbedaan kombinasi luas setiap jenis tanah, dimana dari luas total hutan 933,09 ha tanah Regosol menempati 9,5%, sedangkan tanah Latosol sebesar 90,5%. Dengan proporsi tanah Regosol yang lebih luas daripada sebelumnya, maka nilai CN hutan lebih rendah menjadi 65,70.

Setelah konversi semak dan tanah kosong menjadi hutan kota, masih terdapat defisit air sebanyak 993.529,46 m3/th, padahal tidak ada lagi lahan yang dapat dikonversi, maka solusinya adalah dengan meningkatkan resapan air ke dalam tanah, yakni dengan membuat sumur resapan sebanyak yang dibutuhkan.

5.4 Sumur Resapan

Dokumen terkait