BAB VII Kesimpulan dan Saran berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian, serta saran-saran yang bermanfaat bagi perusahaan dan
TINJAUAN PUSTAKA
3.5. Supply Chain pada Daging Sapi
Daging sapi merupakan salah satu bahan pangan yang sangat penting dalam mencukupi kebutuhan gizi masyarakat serta merupakan komoditas ekonomi yang mempunyai nilai sangat strategis. Distribusi daging sapi yang terjadi dari berbagai Rumah Potong Hewan mendorong para pelaku distribusi seperti pedagang besar dan pedagang pengecer yang berhubungan langsung dengan konsumen melakukan strategi pemasaran dalam melakukan kegiatannya.
Pemasaran dan distribusi daging sapi membutuhkan lembaga pemasaran yang bekerja secara efektif, kerena daging sapi memiliki sifat produk yang mudah rusak (Amirah). Kegiatan dalam rantai pasokan merupakan proses penyampaian produk
yang awalnya berupa sapi potong hidup menjadi daging sapi yang siap untuk dipasarkan dari peternak sapi potong hingga ke konsumen daging (Emhar).
Kebutuhan daging sapi di Indonesia saat ini dipenuhi dari tiga sumber, yaitu peternakan rakyat (ternak lokal), industri peternakan rakyat (hasil penggemukan sapi ex-import), dan import daging dari luar negeri. Setiap tahun, Indonesia memproduksi daging sapi yang berasal dari kurang lebih 450. 000 ekor sapi. Indonesia saat ini masih mengalami kekurangan pasokan sapi karena pertambahan populasi tidak seimbang dengan kebutuhan nasional (Awang).
Tabel 3. 1. menunjukkan jumlah produksi daging sapi di Indonesia Periode 2009 – 2018.
Tabel 3. 1. Produksi Daging Sapi Indonesia Periode 2009 - 2018
Sumber: Badan Pusat Statistik
3.6. Traceability
Traceability didefinisikan sebagai kemampuan untuk melacak sejarah, aplikasi atau lokasi dari apa yang sedang dipertimbangkan menurut Organisasi Internasional untuk Standarisasi (ISO) dan traceability adalah serangkaian identifikasi yang direkam. Beberapa mendefinisikan traceability sebagai
Tahun Jumlah (Ekor)
III-15
kemampuan untuk mengikuti dan mendokumentasikan asal dan sejarah produk makanan (from core genetics to the dinner plate). Traceability melibatkan pengidentifikasian semua prosedur dan praktik yang telah memengaruhi kehidupan produk tertentu, dan didokumentasikan dan tersedia untuk dilihat oleh pembeli atau peserta rantai pasokan lainnya. Traceability menjadi metode penyediaan pasokan makanan yang lebih aman dan menghubungkan produsen dan konsumen (Dwiyitno).
Penerapan sistem traceability telah banyak diterapkan oleh industri untuk memberikan jaminan proteksi pemalsuan merek serta meyakinkan bahwa pengiriman yang dilakukan aman dan terjamin. Di samping itu, sistem traceability adalah bagian penting untuk mengefektifkan dan mengefisiensikan pengelolaan persediaan antar anggota rantai pasok. Sistem traceability juga dapat digunakan sebagai alat strategis untuk meningkatkan manajemen persediaan. Jenis manfaat yang diperoleh dari sistem traceability diidentifikasi, baik itu berupa manfaat yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif untuk setiap entitas pada rantai pasok.
3.6.1. Traceability pada Penelusuran Halal
Traceability halal dapat digunakan sebagai media untuk melacak status kehalalan dari suatu produk makanan, dengan cara merekam semua informasi kegiatan dalam menghasilkan produk mulai hulu yaitu asal usul bahan baku sampai dengan hilir. Semua kegiatan aliran informasi mulai dari hulu sampai hilir dapat terekam dan terdokumentasi dengan baik sehingga dapat memberikan transparansi terhadap produk halal. Selain itu sistem traceability halal dapat
menjamin keamanan pangan, kualitas produk dan meningkatkan tingkat kepercayaan konsumen terhadap produk halal (Maulida). Untuk makanan, hal yang paling mudah dilakukan oleh konsumen adalah melihat komposisi produk yang tertera pada label. Meski saat ini juga diduga banyak sekali bahan makanan tambahan yang digunakan produsen pada produk yang dijualnya. Sementara untuk kosmetik dan obat, konsumen menemui kesulitan untuk bisa memastikan apakah produk yang digunakannya benar-benar aman dan halal (Setyaningrum).
Labelisasi halal secara prinsip adalah label yang menginformasikan kepada pengguna produk yang berlabel tersebut, bahwa produknya benar-benar halal dan nutrisi-nutrisi yang dikandungnya tidak mengandung unsur-unsur yang diharamkan secara syariah sehingga produk tersebut boleh dikonsumsi. Dengan demikian produk-produk yang tidak mencantukam label halal pada kemasannya dianggap belum mendapat persetujuan lembaga berwenang untuk diklasifikasikan kedalam daftar produk halal atau dianggap masih diragukan kehalalannya.
Beberapa pakar telah melakukan studi sistem di industri makanan.
Rancangan sistem traceabilty memerlukan identifikasi kebutuhan data.
Penggunaan sistem traceability dapat memberikan banyak manfaat baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif (Setyaningrum).
QR Code adalah bentuk evolusi bar code dari satu dimensi menjadi dua dimensi. Penggunaan QR Code sudah sangat lazim di Jepang. Hal ini dikarenakan kemampuannya menyimpan data yang lebih besar daripada bar code sehingga mampu mengkodekan informasi dalam bahasa Jepang sebab dapat menampung huruf kanji. QR Code telah mendapatkan standardisasi internasional dan
III-17
standardisasi dari Jepang berupa ISO/IEC18004 dan JIS-X-0510 dan telah digunakan secara luas melalui ponsel di Jepang. QR Code adalah suatu jenis kode matriks atau bar code dua dimensi yang dikembangkan oleh Denso Wave, sebuah divisi Denso Corporation yang merupakan sebuah perusahaan Jepang dan dipublikasikan pada tahun 1994 dengan fungsionalitas utama yaitu dapat dengan mudah dibaca oleh QR Scanner. QR merupakan singkatan dari quick response atau respons cepat yang sesuai dengan tujuannya adalah untuk menyampaikan informasi dengan cepat dan mendapatkan respons yang cepat pula. Berbeda dengan bar code, yang hanya menyimpan informasi secara horizontal, QR Code mampu menyimpan informasi secara horizontal dan vertikal, oleh karena itu secara otomatis QR Code dapat menampung informasi yang lebih banyak daripada bar code (Daulay).
Manfaat yang berkaitan dengan pelaksaan Traceability dapat dikategorikan menjadi empat yaitu terdiri dari pengaturan dan pengawasan (regulatory benefits), pasar dan respon konsumen (market and customer respons), manajeman penarikan dan resiko (recall and risk management), serta rantai pasok (supply chain benefits) (Ginting) seperti tertera pada Tabel 3. 2.
Tabel 3. 2. Benefit Sistem Traceability
No Jenis Benefit Kualitatif Kuantitatif
1 Regulator Benefits
1. Dapat memenuhi persyaratan peraturan
2. Memudahkan akses dalam beroperasi
3. Mempermudah pelacakan dan penelusuran
4. Mempermudah proses pengaturan dan pamantauan
5. Mengurangi dampak munculnya problem
6. Meningkatkan level keamanan
2
Market and
Customer Responds Benefits
1. Memperbaiki prosedur operasi perusahaan
2. Meningkatkan akurasi kerja
1. Meningkatkan nilai
perusahaan 1. Mengurangi penarikan
produk
2. Mengurangi jumlah kerugian akibat recall product
2. Meningkatkan kepuasan dan kepercayaan konsumen 3. Mengantisipasi permintaan
konsumen terkait food safety
4 Supply Chain Benefits
1. Mengurangi komplain dari konsumen
2. Memperbaiki koordinasi
3. Mengurangi terjadinya kesalahan distribusi
Populasi dapat didefenisikan sebagai keseluruhan anggota atau kelompok yang membentuk objek yang dikenakan investigasi oleh peneliti. Elemen adalah setiap anggota dari populasi. Dengan kata lain, seluruh elemen yang membentuk