• Tidak ada hasil yang ditemukan

F. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep 1. Kerangka Teori

F.1.3. Supporting Theory atau Applied Theory

Pada tataran Supporting Theory atau Applied Theory teori yang digunakan adalah teori Pembangunan untuk mengkaji peranan hukum, arah dan bentuk pembaharuan yang diperlukan agar dapat meningkatkan pelayanan guna mewujudkan kepentingan masyarakat pencari keadilan. Pembangunan di Indonesia harus dilaksanakan secara menyeluruh dalam semua aspek kehidupan bangsa dengan saling menunjang antara pembangunan disektor yang satu dengan pembangunan sektor yang lainnya. Semua masyarakat yang sedang membangun dicirikan oleh perubahan. Peranan hukum dalam pembangunan adalah menjamin bahwa perubahan itu terjadi dengan cara yang teratur, karena tujuan pokok dan pertama dari hukum adalah ketertiban yang merupakan syarat pokok bagi adanya

56

Istilah sistem berasal dari bahasa Yunani “systema” yang mempunyai pengertian “Suatu keseluruhan yang tersusun dari sekian banyak bagian (whole compound of several parts), lihat William A. Shrode and Dan Voich, Organization and Management; Basic System Concepts, Irwin Book Co.,Malaysia, 1974, hlm. 115, dikutip dalam Otje Salman S., Anthon F. Susanto, Teori Hukum Mengingat, Mengumpulkan dan Membuka Kembali, PT. Refika Aditama, Bandung, 2004, hlm. 87.

57

Award, Elis M, dikutip dalam OK. Saidin, Op.Cit., hlm.19. 58

Mariam Darus Badrulzaman, dikutip dalam Tan Kamelo, Hukum Jaminan Fidusia Suatu Kebutuhan Yang Didambakan, (Bandung: Alumni, 2004), hlm. 19.

suatu masyarakat yang teratur. Selain itu bertujuan untuk tercapai keadilan yang berbeda-beda isi dan ukurannya menurut masyarakat dan zamannya.59 Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang amat membutuhkan hukum yang harus dapat membantu proses perubahan yang terjadi di masyarakat.60 Mochtar Kusumaatmadja menyatakan:

“hukum merupakan suatu alat untuk memelihara ketertiban dalam masyarakat. Mengingat fungsinya sifat hukum, pada dasarnya adalah konservatif artinya, hukum bersifat memelihara dan mempertahankan yang telah dicapai. Fungsi demikian diperlukan dalam setiap masyarakat, termasuk masyarakat yang sedang membangun, karena disini pun ada hasil – hasil yang harus dipelihara, dilindungi dan diamankan. Akan tetapi, masyarakat yang sedang membangun yang dalam definisi kita berarti masyarakat yang sedang berubah cepat, hukum tidak cukup memiliki fungsi demikian saja. Ia juga harus dapat membantu proses perubahan masyarakat itu. Pandangan yang kolot tentang hukum yang menitikberatkan fungsi pemeliharaan ketertiban dalam arti statis, dan menekankan sifat konservatif dari hukum, menganggap bahwa hukum tidak dapat memainkan suatu peranan yang berarti dalam proses pembaharuan”.61

Salah satu tujuan pokok pembinaan peradilan ialah terselenggaranya proses peradilan yang cepat, dengan biaya ringan, dan memenuhi rasa keadilan bagi semua warga masyarakat, sehingga hakim memiliki kebebasan dalam memeriksa dan memutus perkara, bebas dari campur tangan masyarakat, eksekutif maupun legislatif. Dengan kebebasan yang demikian itu, diharapkan hakim dapat mengambil keputusan berdasarkan hukum yang berlaku dan juga berdasarkan keyakinannya yang seadil-adilnya serta memberikan manfaat bagi masyarakat, dengan demikian maka hukum dan badan-badan pengadilan akan dapat berfungsi

59

Mochtar Kusumaatmadja, Pembinaan Hukum dalam Rangka Pembangunan Nasional, (Bandung; Binacipta, 1986) hlm. 3.

60

Ranti Fauza Mayana, Pelindungan Desain Industri di Indonesia dalam Era Perdagangan Bebas,(Jakarta; Grasindo, 2004) hlm. 27.

61

Mochtar Kusumaatmadja, Konsep – Konsep Hukum dalam Pembangunan (Kumpulan Karya Tulis), (Bandung; Alumni, 2002) hlm. 14.

sebagai penggerak masyarakat dalam pembangunan hukum dan pembinaan tertib hukum.62

Hak atas Kekayaan Intelektual atau yang sebelumnya dikenal dengan Hak Milik Intelektual63 merupakan suatu hak milik yang berada dalam ruang lingkup kehidupan teknologi, ilmu pengetahuan, maupun seni dan sastra. Pemilikan terhadap hak milik yang dimaksud bukan terletak pada barang, melainkan terhadap hasil kemampuan intelektual manusia, yaitu diantaranya berupa ide.

Dalam masyarakat beradab, suatu hak milik yang timbul dari karya, karsa cipta manusia atau dapat pula disebut sebagai hak atas kekayaan yang timbul karena atau lahir dari kemampuan intelektualitas manusia, diakui bahwa yang menciptakan boleh menguasai untuk tujuan yang menguntungkannya. Kreasi sebagai milik berdasarkan postulat hak milik dalam arti seluas-luasnya termasuk juga milik yang tak berwujud.64

Oleh karena hukum merek merupakan bagian dari hukum harta benda, maka pada prinsipnya pemilik merek adalah bebas berbuat apa saja sesuai dengan kehendaknya dan memberikan isi yang dikehendakinya sendiri pada hubungan

62

Mochtar Kusumaatmadja, Hukum Masyarakat dan Pembinaan Hukum Nasional, Suatu Uraian Tentang Landasan Pikiran Pola dan Mekanisme Pembaharuan Hukum di Indonesia

(Bandung; Binacipta, 1976) hlm. 319. 63

lstilah Hak Milik Intelektual atau Hak atas Kekayaan Intelektual merupakan terjemahan langsung dari intellectual property. Selain istilah intellectual property, juga dikenal dengan istilah

“intangible property”, “creative property” dan “incorporeal property”. Di Perancis orang menyatakannya sebagai “propriete intelectulle” dan “propriete industrielle”. Di Belanda biasa disebut sebagai hak milik intelektuil dan milik perindustrian. World Intellectual Property Organization (WIPO) menggunakan istilah intellectual propety yang mempunyai pengertian luas dan mencakup, antara lain karya kesusastraan, artistik maupun ilmu pengetahuan, pertunjukan oleh para artis, kaset dan penyiaran audio visual, penemuan dalam segala bidang usaha manusia, penemuan ilmiah, desain industri, merek dagang, nama usaha, dan penentuan komersial

(commercial names and designation), dan pelindungan terhadap persaingan curang. Muhamad Djumhana dan R. Djubaedillah, Hak Milik Intelektual: Sejarah, Teori dan Prakteknya di Indonesia, (Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 2003) hlm. 159-160.

64

Roscoe Pound, Pengantar Filsafat Hukum, terjemahan Mohamad Radjab, (Jakarta: Bharatara KaryaAksara, 1982), hlm. 118.

hukumnya. Salah satu sifat yang dimiliki oleh hak merek adalah eksklusif dan mutlak. Artinya bahwa pemilik merek dapat mempertahankan hak yang dimilikinya tersebut terhadap siapa pun. Pemilik merek dapat menuntut terhadap suatu pelanggaran yang dilakukan oleh siapa pun. Pemilik atau pemegang hak merek mempunyai suatu hak monopoli atas karya intelektual yang dimaksud. Dengan hak monopoli itu pemilik dapat melarang siapa pun yang tanpa persetujuannya membuat ciptaan/ penemuan ataupun menggunakannya.65

Pada tingkatan yang paling tinggi dari hubungan kepemilikan, hukum bertindak lebih jauh, dan menjamin bagi setiap manusia penguasaan dan penikmatan eksklusif atas benda atau ciptaannya tersebut dengan bantuan negara. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa pelindungan hukum adalah untuk kepentingan si pemilik, baik pribadi maupun kelompok yang merupakan subjek hukum. Guna membatasi penonjolan kepentingan dan perorangan maka hukum pula memberikan jaminan tetap terpeliharanya kepentingan masyarakat. Jaminan terpeliharanya kepentingan perorangan dan kepentingan masyarakat tercermin dalam sistem HKI. Prinsip-prinsip yang terkandung dalam sistem HKI antara lain,66 pertama prinsip keadilan (the principle of natural justice). Setiap orang yang menciptakan sebuah karya sebagai hasil dari kemampuan intelektualnya wajar memperoleh imbalan. Imbalan tersebut dapat berupa materi maupun non-materi seperti rasa aman karena dilindungi dan diakui atas hasil karyanya. Hukum memberikan pelindungan tersebut demi kepentingan pencipta berupa suatu kekuasaan untuk bertindak dalam rangka kepentingannya. Inilah yang disebut hak.

65

Muhamad Djumhana dan R. Djubaedillah, Hak Milik Intelektual: Sejarah, Teori dan Prakteknya di Indonesia, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003), hlm. 23.

Setiap hak menurut hukum itu mempunyai title, yaitu suatu peristiwa tertentu yang menjadi alasan melekatnya hak itu pada pemiliknya. Dalam hak milik intelektual, peristiwa yang menjadi alasan melekatnya adalah penciptaan yang didasarkan atas kemampuan intelektualnya. Pelindungan terhadap pencipta ini tidak hanya terbatas dalam negeri di pencipta, akan tetapi dapat juga meliputi pelindungan di luar batas negaranya. Hak ini disebabkan karena hak yang ada pada pencipta tersebut mewajibkan pihak lain untuk melakukan perbuatan (comission) atau tidak melakukan (omission) suatu perbuatan. Kedua Prinsip Ekonomi (the economic argument), hak merek ini merupakan hak yang berasal dari hasil kegiatan kreatif suatu kemampuan daya pikir manusia yang diekspresikan kepada khalayak umum dalam berbagai bentuknya, yang memiliki manfaat serta berguna dalam menunjang kehidupan manusia. Dengan kata lain bahwa kepemilikan itu adalah wajar karena sifat ekonomis manusia yang menjadikan hal tersebut menjadi suatu keharusan untuk menunjang kehidupannya di dalam masyarakat. Karena itu merek merupakan suatu bentuk kekayaan bagi pemiliknya. Dan kepemilikannya, seseorang akan mendapatkan keuntungan, misalnya dalam bentuk pembayaran royalty.

Doktrin awal tentang merek yaitu tentang persamaan secara menyeluruh atau entire similiarity theory. Doktrin ini menganggap suatu merek sama dengan merek orang lain jika suatu merek meniru atau mengkopi dan adanya persamaan jenis barang dan adanya persamaan jalur pemasaran.67 Makna persamaan yang menyeluruh menurut entire similiarity theory ini harus meliputi semua faktor yang

67

Yahya Harahap, Tinjauan Merek Secara Umum dan Hukum Merek di Indonesia Berdasarkan Undang-Undang No. 19 Tahun 1992, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1996), hlm. 280-290.

relevan. Patokan untuk menentukan kualifikasi adanya persamaan secara menyeluruh berdasarkan asas perbandingan secara menyeluruh (compared in their entities).

Confusion theory menganalisa pelanggaran merek dengan bertitik tolak dari akibat yang ditimbulkan, yaitu dengan adanya pelanggaran ataupun pemalsuan merek dapat menimbulkan kebingungan konsumen atau tidak, termasuk didalamnya identical with/ nearly resembles theory.68

Oleh karena itu suatu merek dianggap sama dengan merek orang lain jika:69

1. Suatu merek merupakan peniruan dari merek lain dengan cara mengcopy atau mereproduksi dari aslinya yang disebut “in imitation of genuine one” 2. Persamaan jenis barang

3. Persamaan jalur pemasaran yaitu meliputi wilayah pasar yang sama dan konsumen yang sama

Selanjutnya dalam perkara-perkara merek, dilution theory perlu dikaji untuk memberikan pelindungan terhadap merek-merek terkenal yang digunakan bukan oleh pemiliknya untuk memasarkan barang-barang dan jasa yang tidak sejenis, yang tidak berkompetisi secara langsung dengan produk dan jasa dari pemilik merek sesungguhnya. Dalam Black’s Law Dictionary disebutkan:

“Dilution Doctrine. A trademark doctrine protecting strong marks agains use by other parties even where there is no competition or likehood of

68

Teori nearly resambles/identical with, yaitu teori yang digunakan untuk menentukan apabila ada dua merek yang dimiliki oleh orang yang berbeda terdapat unsur identik atau sangat mirip. Hal ini tentu saja membingungkan konsuman. Jika terjadi hal demikian, maka kedua merek tersebut dianggap mengandung persaman.

69

confusion. Concept is most applicable where subsequent user used trademark of prior user for a product so dissimilar from the product of the prior user and there is no likehood of confusion of the products or sources, but where the use of the trademark by subsequent user will lessen uniqueness of the prior user’s mark with the possible future result thet a

strong mark may become a weak mark70

Dilution doctrine secara tegas melindungi merek dari penggunaan pihak lain yang tidak berhak meskipun hal tersebut tidak membingungan konsumen.71 Inti dari dillution theory yang pertama kali dikemukakan oleh Frank I. Schechter adalah kekuatan menjual barang.72 Barang yang berbeda kelas dan tidak berkompetisi namun menggunakan merek yang sama, terutama merek terkenal dapat dikaji dengan dillution theory.73

Goodfaith theory atau adanya itikad baik merupakan faktor yang sangat penting dan paling menentukan dalam merek terkenal. Dalam lingkup merek, juga dikenal teori itikad baik. Dalam bahasa Belanda itikad baik disebut goeder trow dan dalam bahasa Inggris disebut goodfaith. Sebagai istilah, itikad baik memiliki arti konotatif dan denotatif (lugas). Arti denotatif itikad baik adalah niat, maksud atau motivasi yang baik. Secara konotatif, arti itikad baik dapat berarti kejujuran, ketidaktahuan, kekhilafan, sikap tulus, sikap patut, sikap hati-hati dan dapat memiliki arti lain yang disesuaikan dengan konteks kalimat. Secara sederhana, itikad baik berarti moral objektif yang kriterianya berubah-ubah disesuaikan dengan kondisi objektif yang berkaitan dengan perkara-perkara yang

70

Henry Campbell Black, Black’s Law Dictionary 6th edition (St. Paul: West Publishing, ), hlm. 214.

71

Ibid., hlm. 314. Lihat juga Ginsburg, Litman, Goldberg dan Greenbauin, Trade Mark and Unfair Competition Law Cases and Materials, 2nd edition (Virginia: Michle Law Publishers, 1996), hlm. 57.

72

Jane C. Ginsburg et.al., Trade Mark and Unfair Competition Law, Cases and Material,

second edition (Virginia: Michie Law Publishers, 1991), hlm. 736. 73

David I. Bainbridge, Intellectual Property, fourth ed. (London: Pitnan Publishing, 1999), hlm. 574.

bersangkutan, berdasarkan nilai-nilai tata susila masyarakat, kelaziman dan kebiasaan setempat.74 Mengenai itikad tidak baik ini dalam Paris Convention pasal 6 bis (3) disebutkan bahwa permohonan pembatalan atas suatu merek karena adanya itikad tidak baik boleh diajukan kapan saja.

Berdasarkan pemikiran-pemikiran seperti diuraikan di atas secara teoritik dapatlah disusun 3 (tiga) jenis teori yang dapat digunakan sebagai landasan untuk penelitian yang akan dilakukan. Teori-teori dimaksud terdiri dari teori “Azas Keadilan dan Kepastian Hukum” sebagai grand theory. Kemudian middle range theory, yang dipakai sebagai landasan adalah teori “sistem hukum” yang dikemukakan oleh Lawrence M.Friedman. Teori terakhir yang dipakai sebagai penelitian adalah Applied Theory yaitu Teori Hukum Pembangunan yang dikemukakan Mochtar Kusumaatmadja yang didukung teori-teori tentang HKI dan teori asas-asas hukum perdata.

74

Lihat juga definisi itikad buruk (bad faith) yaitu adanya kesadaran bahwa seseorang telah melakukan kesalahan, tetapi hal tersebut dilakukan dengan ketidakjujuran atau moral yang tidak baik. Henry Campbell Black, Black’s Law Dictionary 6th edition (St. Paul: West Publishing), hlm. 94.

Teori yang dipergunakan dalam bentuk skema sebagai berikut:

Grand Theory Teori Keadilan dan Kepastian Hukum

Middle Range Theory Teori Sistem Hukum (L Applied Theory teori Hukum Pembangunan Applied Theory - Teori asas hukum Perdata - Teori Hak Kekayaan

2. Kerangka Konsep

Konsep diartikan sebagai kata yang menyatukan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus yang disebut definisi operasional.75 Peranan konsep dalam penelitian adalah untuk menghubungkan teori dan observasi, antara abstrak dan realitas.76

Kerangka konsep pada hakekatnya merupakan suatu pengarah, atau pedoman yang lebih konkrit dari kerangka teoritis yang seringkali bersifat abstrak, sehingga diperlukan definisi-definisi operasional yang menjadi pegangan konkrit dalam proses penelitian.77 Pentingnya definisi operasional ini bertujuan untuk menghindarkan perbedaan antara penafsiran mendua (dubius) dari suatu istilah yang dipakai. Selain itu, dipergunakan juga untuk memberikan pegangan pada proses penelitian ini.78

Untuk dapat menjawab permasalahan dalam penelitian disertasi ini perlu didefinisikan beberapa konsep dasar dalam rangka menyamakan persepsi agar secara operasional dapat dibatasi ruang lingkup variable dan dapat diperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditentukan. Konsep itu adalah sebagai berikut.

Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf – huruf, angka – angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur – unsur tersebut yang

75

Sumadi Suryabarata, Metodologi Penelitian, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1998), hlm. 28.

76

Masri Singarimbun, Op. Cit., hlm. 34. 77

Soerjono Soekanto, Op. Cit., hlm. 133. 78

Tan Kamello, Perkembangan Lembaga Jaminan Fidusia : Suatu Tinjauan Putusan Pengadilan dan Perjanjian di Sumatera Utara, Disertasi, (Medan : PPs-USU, 2002), hlm. 38-39.

memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.79

Merek Dagang adalah Merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya.80

Penetapan Sementara adalah penetapan yang dikeluarkan oleh Pengadilan berupa perintah yang harus ditaati semua pihak terkait berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon terhadap pelanggaran hak atas Desain Industri, Paten, Merek dan Hak Cipta, untuk: a. Mencegah masuknya barang yang diduga melanggar Hak atas Kekayaan intelektual dalam jalur perdagangan, b. Mengamankan dan mencegah penghilangan barang bukti oleh Pelanggar, c. Menghentikan pelanggaran guna mencegah kerugian yang Iebih besar. 81

Pemohon Penetapan Sementara adalah pemilik atau pemegang hak atas Desain Industri, Paten, Merek dan Hak Cipta yang memiliki bukti yang cukup terkait dengan dugaan terjadinya pelanggaran haknya.82

Termohon Penetapan Sementara adalah orang yang berdasarkan bukti permulaan yang cukup diduga melanggar hak atau yang menguasai barang bukti yang berkaitan dengan Desain Industri, Paten, Merek dan Hak Cipta.83

79

Pasal 1 angka 1 UU No. 15 Tahun 2001. 80

Pasal 1 angka 1 UU No. 15 Tahun 2001. 81

Pasal 1 angka 1 PERMA No. 5 Tahun 2012. 82

Pasal 1 angka 3 PERMA No. 5 Tahun 2012. 83

Dokumen terkait