• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

GAMBARAN DATA SURAT KETERANGAN BEBAS PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 IMPOR

A. Surat Keterangan Bebas Pemotongan Dan/Atau Pemungutan Pajak Penghasilan

1. Pengertian SKB Pemotongan Dan/Atau Pemungutan Pajak Penghasilan

Surat Keterangan Bebas Pemotongan dan/atau Pemungutan Pajak Penghasilan adalah surat yang menyatakan Wajib Pajak dibebaskan dari pemotongan dan/atau pemungutan Pajak Penghasilan oleh pihak lai

2. Dasar Hukum SKB Pemotongan Dan/Atau Pemungutan Pajak Penghasilan

a. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-21/PJ.4/1995 ditetapkan tanggal 26 April 1995 tentang Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemotongan/Pemungutan PPh (Seri PPh Umum No. 9).

b. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-192/PJ./2002 Tentang Tata Cara Penerbitan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemotongan/Pemungutan Pajak Penghasilan, mulai berlaku 1 Mei 2002.

c. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-1/PJ/2011 Tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pembebasan Dari Pemotongan Dan/Atau Pemungutan Pajak Penghasilan Oleh Pihak Lain, mulai berlaku 1 Februari 2011 sampai dengan sekarang.

d. Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-11/PJ/2011 Tanggal 20 Januari 2011 Tentang Pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-1/PJ/2011 Tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pembebasan Dari Pemotongan Dan/Atau Pemungutan Pajak Penghasilan Oleh Pihak Lain.

3. Jenis Dan Bentuk SKB Pemotongan Dan/Atau Pemungutan Pajak Penghasilan

Adapun bentuk Surat Keterangan Bebas (SKB) adalah sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran II Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-1/PJ/2011 untuk pemotongan dan/atau pemungutan PPh pasal 21, PPh pasal 22 dan PPh pasal 23.

Khusus untuk PPh pasal 22 impor, bentuk SKB adalah sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran III Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-1/PJ/2011.

Dalam hal permohonan pembebasan dari pemotongan dan/atau pemungutan Pajak Penghasilan ditolak, kepala Kantor Pelayanan Pajak harus menyampaikan pemberitahuan kepada Wajib Pajak dengan mempergunakan formulir sebagaimana dimaksud dalam Lampiran IV Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-1/PJ/2011. (www.ortax.com)

4. Wajib Pajak Yang Dapat Mengajukan SKB Pemotongan Dan/Atau Pemungutan Pajak Penghasilan

Menurut Peraturan DJP Nomor PER-1/PJ/2011, kriteria Wajib Pajak yang dapat mengajukan Surat Keterangan Bebas Pemotongan dan/atau Pemungutan Pajak

a. Wajib Pajak yang dalam tahun pajak berjalan dapat membuktikan tidak akan terutang Pajak Penghasilan karena mengalami kerugian fiskal, dalam hal: 1. Wajib Pajak yang baru berdiri dan masih dalam tahap investasi.

Wajib Pajak yang baru berdiri adalah Wajib Pajak yang baru berdiri dalam tahun pajak berjalan.

2. Wajib Pajak belum sampai pada tahap produksi komersial; atau

3. Wajib Pajak mengalami suatu peristiwa yang berada di luar kemampuan (force majeur).

Permohonan pembebasan dari pemotongan dan/atau pemungutan Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam butir a tidak berlaku terhadap pemotongan dan/atau pemungutan Pajak Penghasilan yang bersifat final.

b. Wajib Pajak yang dalam tahun pajak berjalan dapat membuktikan tidak akan terutang Pajak Penghasilan karena berhak melakukan kompensasi kerugian fiskal.

Besarnya kompensasi kerugian fiskal adalah kerugian tahun-tahun pajak sebelumnya yang masih dapat dikompensasikan yang tercantum dalam Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan atau Surat Ketetapan Pajak. Dalam hal Wajib Pajak mendapat Surat Keputusan Keberatan atau Putusan Banding maka besarnya kompensasi kerugian fiskal adalah kerugian tahun-tahun pajak sebelumnya yang masih dapat dikompensasikan yang tercantum dalam Surat Keputusan Keberatan atau Putusan Banding.

c. Wajib Pajak yang dapat membuktikan Pajak Penghasilan yang telah dan akan dibayar lebih besar dari Pajak Penghasilan yang akan terutang.

Pajak Penghasilan yang telah dan akan dibayar merupakan Pajak Penghasilan yang bersifat tidak final yang telah dan akan dilunasi oleh Wajib Pajak dalam tahun pajak berjalan melalui pemotongan dan/atau pemungutan pajak oleh pihak lain, serta pembayaran pajak oleh Wajib Pajak sendiri.

d. Wajib Pajak yang atas seluruh penghasilannya dikenakan pajak bersifat final. Wajib Pajak yang atas penghasilannya hanya dikenakan pajak bersifat final, dapat juga mengajukan permohonan pembebasan dari pemotongan dan/atau pemungutan Pajak Penghasilan yang dapat dikreditkan kepada Direktur Jenderal Pajak. Misalnya, Wajib Pajak yang bergerak di bidang usaha jasa konstruksi mengimpor barang. Atas impor barang tersebut, Wajib Pajak konstruksi tersebut dapat mengajukan permohonan pembebasan dari PPh pasal 22 impor.

5. Syarat – Syarat Pengajuan Permohonan Pembebasan Dari Pemotongan Dan/Atau Pemungutan Pajak Penghasilan

Menurut Peraturan DJP PER-1/PJ/2011 dalam mengajukan permohonan pembebasan dari pemotongan dan/atau pemungutan Pajak Penghasilan, Wajib Pajak harus memenuhi syarat-syarat berikut :

a. Permohonan diajukan secara tertulis kepada kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat Wajib Pajak terdaftar dengan menggunakan formulir yang telah ditetapkan di Lampiran I PER-1/PJ/2011.

b. Satu permohonan diajukan untuk setiap jenis pemotongan dan/atau pemungutan PPh pasal 21, PPh pasal 22 Impor, PPh pasal 22 selain impor, dan PPh pasal 23.

c. Setiap permohonan dilampiri dengan penghitungan Pajak Penghasilan yang diperkirakan akan terutang untuk tahun pajak diajukannya permohonan, kecuali bagi Wajib Pajak yang atas seluruh penghasilannya dikenakan pajak bersifat final.

Penghitungan Pajak Penghasilan yang diperkirakan akan terutang paling sedikit harus memuat:

1. Peredaran usaha dan luar usaha tahun berjalan serta perkiraan peredaran usaha dan luar usaha dalam satu tahun pajak;

2. Biaya fiskal tahun berjalan dan perkiraan biaya fiskal dalam satu tahun pajak, kecuali bagi Wajib Pajak yang menggunakan norma penghitungan penghasilan neto;

3. Perkiraan Pajak Penghasilan yang akan terutang dalam satu tahun pajak; 4. Pajak Penghasilan yang telah dipotong/dipungut dan/atau dibayar sendiri

5. Perkiraan Pajak Penghasilan yang akan dipotong/dipungut dan/atau dibayar sendiri dalam tahun berjalan.

d. Wajib Pajak telah menyampaikan SPT Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak terakhir sebelum tahun diajukan permohonan, kecuali bagi Wajib Pajak yang baru berdiri dan masih dalam tahap investasi;

Dalam hal SPT Tahunan Pajak Penghasilan belum disampaikan karena Wajib Pajak menyampaikan pemberitahuan perpanjangan SPT Tahunan Pajak Penghasilan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan maka Wajib Pajak yang bersangkutan dianggap telah memenuhi ketentuan.

B. Surat Keterangan Bebas Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Impor

Dokumen terkait