LAPORAN TUGAS AKHIR
TATA CARA PENYELESAIAN PERMOHONAN SURAT KETERANGAN BEBAS PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 IMPOR DI
KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BELAWAN
O L E H
Nama : RAJA WINA HANDAYANI Nim : 102600085
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
HALAMAN PERSETUJUAN
LAPORAN PKLM INI DISETUJUI UNTUK DIPRESENTASIKAN OLEH :
Nama : Raja Wina Handayani
NIM : 102600085
Program Studi : Diploma III Administrasi Perpajakan
Judul : Tata Cara Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan
Bebas Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Impor
Di KPP Pratama Medan Belawan
Ketua Program Studi Diploma III Dosen Pembimbing Supervisor Lapangan
Administrasi Perpajakan
Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si Dr. Bastari, MM, BKP Irwansyah Lubis, M.Si
NIP 195608311986011001 NIP 196802181198031001
Dekan
Prof. Dr. Badaruddin, M.Si
KATA PENGANTAR
Segala Puji serta Syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat dan hidayahnya yang telah memberikan kesehatan dan keselamatan serta
pengetahuan, keterampilan, kemampuan dan senantiasa memberikan petunjuk kepada
Penulis dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir dengan judul “Tata Cara Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Bebas Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Impor Di KPP Pratama Medan Belawan” ini dengan baik guna memenuhi salah satu syarat kelulusan untuk melesaikan Program Studi Diploma
III Adminstrasi Perpajakan di Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara.
Dalam penyelesaian tugas akhir ini Penulis telah banyak menerima bantuan
moril, spiritual, dorongan serta bimbingan maupun informasi dari berbagai pihak
yang sangat berperan aktif mulai dari tahap awal hingga selesainya tugas akhir ini
untuk itu dengan segala kerendahan hati Penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Sc selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si selaku Ketua Jurusan Program Studi
Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
3. Ibu Arlina, S.H, M.Hum selaku Sekretaris Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara.
4. Bapak Dr. Bastari, MM, BKP selaku Dosen Pembimbing.
5. Bapak Irwansyah Lubis selaku Supervisor dan Kepala Seksi Pengolahan Data
dan Informasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.
6. Teristimewa kepada Ayahanda tercinta Raja Muhammad Fauzi dan Ibunda
Pariyem, yang tidak pernah lelah mengasihi, menyayangi, dan mendoakan
anak-anaknya. Semoga Allah SWT mengasihi dan mengampuni keduanya.
Amin.
7. Teristimewa kepada Abang-Abangku, Kakakku dan Adikku yang tercinta
serta Keluarga Besarku, terima kasih atas dukungan dan kasih sayangnya.
8. Buat teman-temanku Fanny, Sarah, Abidah, Juwita, terima kasih telah
menjadi keluargaku selama hidup diperantauan. “KURA59” yang terpilih dan
terbaik.
9. Buat seluruh Pegawai KPP Pratama Medan Belawan terima kasih atas
dukungan dan ilmu pengetahuan yang diberikan dalam penyelesaian Tugas
Akhir ini.
10.Buat teman-teman IMPROSAJA FISIP USU periode 2012-2013 terutama
Kesekretariatan (Fitri, Aleksander, Rezky, Winda, Egy) terima kasih atas
pengalaman, pelajaran berorganisasi dan pertemanan yang luar biasa.
11.Buat teman-teman sekelasku Tax B 2010 terutama Eki Prayudi terima kasih
telah menjadi keluarga, sahabat dan kakak/abangku selama di DIII
Administrasi Perpajakan FISIP USU. Semoga kita sukses semua dan tetap
bersahabat sampai kapanpun.
12.Buat teman-teman, Dosen, Pelaksana Brevet Batch V Tax Centre FISIP USU,
terima kasih atas kebersamaan dan ilmunya. Semoga kami dapat menjadi
konsultan pajak yang terbaik bagi diri sendiri dan orang lain.
Dalam penulisan Tugas Akhir ini Penulis menyadari kekurangan dan
kelemahan baik dalam teknik penulisan maupun isi, untuk itu dengan segala
kerendahan hati Penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
deni kesempurnaan Tugas Akhir ini.
Akhir kata Penulis mendoakan semoga Allah SWT selalu memberikan
magfirah-Nya kepada kita semua dan semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi kita
semua.
Medan, Juli 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang PKLM ... 1
B. Tujuan Penulisan Dan Manfaat PKLM ... 3
C. Uraian Teoritis ... 6
D. Ruang Lingkup PKLM ... 9
E. Metode PKLM ... 9
F. Metode Pengumpulan Data PKLM ... 11
G. Sistematika Penulisan Laporan PKLM ... 12
BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PKLM ... 14
A. Sejarah Singkat Berdirinya KPP Pratama Medan Belawan ... 14
B. Visi Dan Misi KPP Pratama Medan Belawan ... 17
C. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Belawan ... 18
D. Uraian Tugas Pokok Dan Fungsi KPP Pratama Medan Belawan ... 21
BAB III GAMBARAN DATA SKB PEMUNGUTAN PPh PASAL 22 IMPOR 30
A. SKB Pemotongan Dan/Atau Pemungutan Pajak Penghasilan ... 30
1. Pengertian SKB Pemotongan Dan/Atau Pemungutan Pajak Penghasilan ... 30
2. Dasar Hukum SKB Pemotongan Dan/Atau Pemungutan Pajak Penghasilan ... 30
3. Jenis Dan Bentuk SKB Pemotongan Dan/Atau Pemungutan Pajak Penghasilan ... 31
4. Wajib Pajak Yang Dapat Mengajukan SKB Pemotongan Dan/Atau Pemungutan Pajak Penghasilan ... 31
5. Syarat-Syarat Pengajuan Permohonan Pembebasan Dari Pemotongan Dan/Atau Pemungutan Pajak Penghasilan ... 33
B. Surat Keterangan Bebas Pemungutan PPh Pasal 22 Impor ... 35
1. Jenis Pelayanan SKB PPh Pasal 22 Impor ... 35
2. Pengertian SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor ... 36
3. Objek Pajak SKB Pemungutan PPh 22 Impor ... 36
4. Jenis SKB PPh Pasal 22 Impor ... 37
5. Persyaratan Pengajuan Permohonan SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor ... 37
C. Data Penerbitan SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor Di KPP
Pratama Medan Belawan ... 40
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI DATA ... 41
A. Tata Cara Penyelesaian Permohonan SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor Di KPP Pratama Medan Belawan ... 41
1. Pelayanan Penyelesaian Permohonan SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor ... 41
2. Penjelasan Tata Cara Penyelesaian Permohonan SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor Di KPP Pratama Medan Belawan ... 44
B. Analisis Data SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor Di KPP Pratama Medan Belawan ... 46
C. Hambatan Dan Upaya Mengatasi Hambatan Dalam Penyelesaian Permohonan SKB Pemungutan PPhPasal 22 Impor Di KPP Pratama Medan Belawan ... 47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 50
1. Kesimpulan ... 50
2. Saran ... 51
DAFTAR TABEL
Tabel II.1 Wajib Pajak Terdaftar Di KPP Pratama Medan Belawan Tahun 2012 ... 27
Tabel II.2 Rencana Penerimaan Pajak Tahun 2012 Di KPP Pratama Medan
Belawan ... 28
Tabel II.3 Jumlah Pegawai Per Seksi/Bagian/Kelompok Di KPP Pratama Medan Belawan Tahun 2012 ... 28
Tabel III.1 Penerbitan SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor Di KPP Pratama
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Keberhasilan suatu bangsa dalam pembangunan nasional sangat ditentukan
oleh kemampuan bangsa untuk dapat memajukan kesejahteraan masyarakat, maka
diperlukan dana untuk pembiayaan pembangunan guna mencapai tujuan yang
diinginkan. Usaha untuk mencapai tujuan tersebut salah satunya adalah melalui pajak.
Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dapat memberikan peranan dan
sumbangan yang berarti bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran negara. Demikian
pentingnya pajak bagi negara, maka pemungutannya didasarkan pada ketentuan
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 23 huruf (a), bahwa segala pajak untuk keperluan
negara berdasarkan Undang-Undang.
Kualitas pelayanan sebagai wujud kepuasan wajib pajak diatur oleh
dijabarkan dalam
eksternal dan/atau internal sesuai dengan peraturan perundang-undangan untuk
kepentingan masyarakat atau para pemangku kepentingan lainnya atas jasa dan/atau
pelayanan administratif yang disediakan oleh Kementerian Keuangan.
Salah satu bentuk pelayanan yang diatur di dalam Standard Operating Procedure (SOP) Layanan Unggulan Bidang Perpajakan adalah Pelayanan Penyelesaian Surat Keterangan Bebas Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Impor.
Pelayanan tersebut merupakan bentuk pembuktian komitmen Direktorat Jenderal Pajak
untuk memberikan kemudahan pelayanan kepada wajib pajak yaitu wajib pajak
dibebaskan dari pemotongan dan/atau pemungutan pajak penghasilan oleh pihak lain.
Sesuai dengan fungsi pajak reguler yaitu alat untuk mengatur atau
melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi. Pelayanan tersebut bertujuan
untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dan pengendalian di bidang ekonomi oleh
pemerintah sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.
Banyak cara yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi nasional salah satunya dengan memberikan kemudahan pembebasan
pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Impor. Walaupun dengan pembebasan
pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Impor akan menghilangkan potensi pajak pada
sektor pajak ini tetapi pertumbuhan ekonomi di bidang industri dapat terwujud
sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan meningkatnya taraf hidup,
pengurangan pengangguran dan kesenjangan sosial. Dan akan berdampak pada
Berdasarkan uraian tersebut di atas, dalam melaksanakan PKLM ini penulis
tertarik mengambil judul “Tata Cara Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Bebas Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Impor Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan”.
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Secara teoritis Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) merupakan kegiatan
intrakurikuler yang dilakukan mahasiswa secara mandiri dengan cara praktis di
lapangan yang langsung berhubungan dengan teori-teori keahlian yang diterima dari
para dosen Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam melaksanakan Praktik Kerja
Lapangan Mandiri ini adalah :
a. Untuk mengetahui dan memahami tata cara penyelesaian permohonan surat
keterangan bebas pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Impor.
b. Untuk mengetahui gambaran penyelesaian permohonan surat keterangan bebas
pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Impor.
c. Untuk mengetahui hambatan dan upaya mengatasi hambatan dalam
penyelesaian permohonan surat keterangan bebas pemungutan Pajak
2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri a. Bagi Mahasiswa
1. Dapat mempraktikkan teori yang telah diperoleh dari bangku kuliah ke dalam
lingkungan kerja.
2. Melatih kemampuan dalam bekerja sama, komunikasi dan kedisiplinan.
3. Menstimulasi produktifitas dan efesiensi mahasiswa.
4. Mempersiapkan mahasiswa untuk menjadi tenaga ahli yang siap pakai.
b. Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
1. Mempererat hubungan kerjasama antara pihak Universitas Sumatera Utara
khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan dengan Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.
2. Memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengenal dunia kerja yang
sesungguhnya.
3. Membuka kesempatan untuk melakukan kerjasama bagi dosen Program Studi
Diploma III Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara dengan
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.
4. Mendapatkan ide, informasi, masukan, gagasan, dan saran untuk evaluasi bagi
penyempurnaan kurikulum khususnya Program Studi Diploma III Administrasi
5. Memberikan uji nyata mengenai pendidikan yang diterima serta meningkatkan
profesionalisme dan memperluas wawasan mahasiswa serta memantapkan
pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam menerapkan ilmu
pengetahuannya.
6. Untuk memenuhi program kurikulum yang telah ditentukan.
c. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan
1. Membina kerjasama antara lembaga pendidikan dengan Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Medan Belawan.
2. Mempromosikan dan membangun pandangan masyarakat terhadap Sumber
Daya Manusia (SDM) yang dihasilkan dari lembaga pendidikan nasional
khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Universitas
Sumatera Utara.
3. Untuk membantu meringankan pekerjaan karyawan.
4. Sebagai bahan perbandingan antara teori kerja yang berlaku pada lembaga
dan teori kerja pada dunia pendidikan.
5. Dapat digunakan sebagai masukan dan informasi tambahan dalam
C. Uraian Teoritis
1. Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 22
Pajak penghasilan (PPh) Pasal 22 adalah pajak penghasilan yang dipungut
oleh Bendaharawan Pemerintah Pusat/Daerah, instansi atau lembaga pemerintah dan
lembaga-lembaga negara lainnya, berkenaan dengan pembayaran atas penyerahan
barang dan badan-badan tertentu, baik badan pemerintah maupun swasta berkenaan
dengan kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha dibidang lain serta wajib pajak
badan yang melakukan penjualan barang yang tergolong sangat mewah (Waluyo 2010:
265)
2. Pemungut Pajak Penghasilan Pasal 22 Atas Impor
Pemungut Pajak Penghasilan Pasal 22 atas impor sebagaimana dimaksud pasal
22 Undang-Undang Pajak Penghasilan adalah Bank Devisa dan Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai (DJBC) atas impor barang (Waluyo 2010: 265)
3. Tarif Pajak
Besarnya pungutan Pajak Penghasilan pasal 22 atas impor adalah sebagai
berikut :
a. Yang menggunakan Angka Pengenal Impor (API), besarnya pungutan PPh
Pasal 22 adalah sebesar 2,5 % (dua setengah persen) dari nilai impor.
b. Yang tidak menggunakan Angka Pengenal Impor (API), besarnya pungutan
c. Yang tidak dikuasai, besarnya pungutan PPh Pasal 22 adalah sebesar 7,5 %
(tujuh setengah persen) dari harga jual lelang.
d. Atas impor kedelai, gandum, dan tepung terigu oleh importir yang
menggunakan Angka Pengenal Impor (API), besarnya pengutan PPh Pasal 22
sebesar 0,5 % (setengah persen) dari nilai impor (Booklet PPh 2010:20)
4. Pengecualian Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Atas Impor a. Menggunakan Surat Keterangan Bebas
1. Impor barang dan/atau penyerahan barang yang berdasarkan ketentuan
perundang-undangan tidak terutang Pajak Penghasilan, dinyatakan dengan
Surat Keterangan Bebas (SKB).
2. Emas batangan yang akan diproses untuk menghasilkan barang perhiasan dari
emas untuk tujuan ekspor, dinyatakan dengan Surat Keterangan Bebas (SKB).
b. Otomatis (Tanpa Surat Keterangan Bebas) Dikecualikan Dari Pengenaan Pajak Penghasilan Pasal 22
1. Impor barang yang dibebaskan dari bea masuk dan/atau Pajak Pertambahan
Nilai, dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
2. Impor sementara jika waktu impornya nyata-nyata dimaksudkan untuk
diekspor kembali, dan dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
5. Saat Terutang dan Pelunasan Pajak Penghasilan Pasal 22 Atas Impor
Atas kegiatan impor barang, PPh Pasal 22 terutang pada saat bersamaan dengan
saat pembayaran bea masuk. Apabila pembayaran bea masuknya ditunda atau
dibebaskan, PPh Pasal 22 terutang pada saat penyelesaian dokumen Pemberitahuan
Impor Barang (PIB).
6. Tata Cara Pemungutan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 22 Atas Impor
a. Pemungutan PPh Pasal 22 atas impor barang oleh pemungut (Bank Devisa dan
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai) dilaksanakan dengan cara penyetoran oleh
importir dengan menggunakan formulir Surat Setoran Pajak Cukai dan Pabean
(SSPCP). PPh Pasal 22 atas impor barang yang dipungut Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai harus disetor ke bank devisa atau Bendahara Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai dalam jangka waktu 1 (satu) hari setelah pemungutan pajak dan
dilaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) secara mingguan paling lambat 7
(tujuh) hari setelah batas waktu penyetoran pajak berakhir.
b. PPh Pasal 22 atas impor harus dilunasi bersamaan dengan saat pembayaran bea
masuk dan dalam hal bea masuk ditunda atau dibebaskan, PPh Pasal 22 atas
impor harus dilunasi saat penyelesaian dokumen pemberitahuan pabean impor.
Dilaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) paling lambat tanggal 20 setelah
7. Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Impor
Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Impor
adalah surat yang menyatakan Wajib Pajak dibebaskan dari pemotongan dan/atau
pemungutan Pajak Penghasilan oleh pihak lain dalam rangka impor (dalam hal ini
Kantor Pelayanan Bea dan Cukai atau Bank Devisa) yang diterbitkan oleh Kantor
Pelayanan Pajak dimana Wajib Pajak terdaftar.
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Adapun yang menjadi ruang lingkup PKLM adalah :
1. Tata cara pelaksanaan penyelesaian permohonan surat keterangan bebas
pemungutan Pajak Penghasilan pasal 22 impor.
2. Syarat-syarat dalam mengajukan permohonan surat keterangan bebas
pemungutan Pajak Penghasilan pasal 22 impor.
3. Keputusan atas permohonan surat keterangan bebas pemungutan Pajak
Penghasilan pasal 22 impor.
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Untuk mendapatkan data serta informasi yang akurat, dibutuhkan
tahapan-tahapan sebagai berikut :
Merupakan suatu persiapan dalam PKLM yang meliputi pemilihan objek lokasi
PKLM, permohonan surat pengantar dari fakultas sebagai syarat untuk dapat
melaksanakan PKLM di KPP Pratama Medan Belawan, pengajuan judul,
pencarian bahan untuk proposal, dan penyusunan proposal PKLM.
2. Studi Literatur
Merupakan landasan teori yang mendukung penyelesaian laporan ini. Dalam
tahap ini penulis mencari bahan yang berasal dari buku-buku, undang-undang,
internet maupun bahan tertulis lainnya yang berhubungan dengan penyelesaian laporan ini.
3. Observasi Lapangan
Observasi lapangan dilakukan atau dilaksanakan di Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) Pratama Medan Belawan.
4. Pengumpulan Data
Dalam tahap ini penulis mengumpulkan data melalui :
a. Data Primer : mengumpulkan data secara langsung dari sumbernya melalui
wawancara dengan pihak fiskus.
b. Data Sekunder : mengumpulkan data dari hasil dokumen berupa buku,
majalah, surat kabar, internet dan Undang-Undang yang ada kaitannya dengan laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).
Setelah diperoleh data yang diperlukan, penulis menganalisis dan mengevaluasi
kendala-kendala yang terjadi dan mencari tahu solusi dari permasalahan
tersebut.
F. Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri 1. Daftar Pertanyaan / Wawancara ( Interview Guide )
Dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan langsung kepada pegawai dalam
instansi yang bersangkutan baik secara lisan maupun tulisan. Dengan terlebih dahulu
mempersiapkan data interview untuk memperlancar jalannya interview.
2. Daftar Observasi (Observation Guide)
Dalam mengumpulkan data, studi ini dilakukan dengan terjun langsung ke
lapangan mengadakan pengamatan yang berkaitan dengan objek PKLM.
3. Daftar Dokumen (Optional Guide)
Dalam metode ini, penulis mengumpulkan data dengan cara meminta dokumen
berupa struktur organisasi yang berhubungan dengan objek PKLM.
G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Adapun sistematika dalam penulisan laporan akhir adalah :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis menjelaskan tentang latar belakang Praktik Kerja
Mandiri (PKLM), uraian teoritis, ruang lingkup Praktik Kerja Lapangan
Mandiri (PKLM), metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM),
metode pengumpulan data Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
dan sistematika penulisan laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
(PKLM).
BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM
Dalam bab ini diuraikan sejarah singkat Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Belawan, visi dan misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Belawan, struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Belawan, uraian tugas pokok dan fungsi Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Belawan dan gambaran kepegawaian pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.
BAB III GAMBARAN DATA SKB PEMUNGUTAN PAJAK
PENGHASILAN PASAL 22 IMPOR
Dalam bab ini menjelaskan tentang ketentuan-ketentuan dalam
penyelesaian permohonan surat keterangan bebas pemungutan Pajak
Penghasilan pasal 22 impor yaitu deskripsi tentang surat keterangan
bebas pemotongan dan/atau pemungutan Pajak Penghasilan, deskripsi
tentang surat keterangan bebas pemungutan Pajak Penghasilan pasal
22 impor serta data penerbitan surat keterangan bebas pemungutan
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI DATA
Dalam bab ini penulis akan menganalisis data dan informasi yang telah
dikumpulkan yaitu analisis tata cara, gambaran dan hambatan serta
upaya mengatasi hambatan dalam penyelesaian permohonan surat
keterangan bebas pemungutan PPh pasal 22 impor.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini berisi kesimpulan dan saran-saran penulis sehubungan
dengan uraian-uraian pada bab-bab sebelumnya.
BAB II
GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM
A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan berganti nama dari Kantor
Pelayanan Pajak Medan Utara berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik
Indonesia No. 443/KMK.01/2001 tanggal 23 juli 2001 tentang Organisasi Dan Tata
Kerja Direktorat Jenderal Pajak Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang berada di
lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Bagian Utara I dan
berkedudukan di jalan Yos Sudarso Km 8,2 Tanjung Mulia, Medan.
KPP Pratama Medan Belawan meliputi kecamatan :
1. Kecamatan Medan Belawan
2. Kecamatan Medan Marelan
3. Kecamatan Medan Labuhan
4. Kecamatan Medan Deli
Keempat kecamatan diatas berbatasan dengan :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Belawan
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Sungai Deli
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Medan Barat
Berdasarkan data dari Kantor Statistik Kotamadya Medan, wilayah kerja KPP
Medan Utara yang telah berganti nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Belawan mempunyai luas 107,58 KM2 (10.758 Ha) yang terdiri dari 4 (empat)
kecamatan yang meliputi 23 (dua puluh tiga) kelurahan.
Sebelum tahun 1967, Kantor Pelayanan Pajak bernama Kantor Inpeksi Pajak
Medan dan oleh pemerintah dipecah menjadi dua bagian, yaitu:
1. Kantor Inpeksi Pajak Medan Utara yang berlokasi di Jalan Suka Mulia Nomor
17 A
2. Kantor Inpeksi Pajak Medan Selatan yang berlokasi di Jalan Diponegoro
Nomor 30
Pada tahun 1978, Kantor Pelayanan Pajak masih disebut Kantor Inpeksi
Pajak. Pada saat itu ada dua Kantor Inpeksi Pajak, yaitu:
1. Kantor Inpeksi Pajak Medan Pajak Selatan
2. Kantor Inpeksi Pajak Medan Kisaran
Pada tanggal 1 April 1979, Kantor Inpeksi Pajak diseluruh Indonesia diubah
namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Untuk wilayah Medan, Kantor
Pelayanan Pajak dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Utara yang berlokasi di Jalan Suka
Mulia Nomor 17 A
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan yang berlokasi di Jalan Diponegoro
Pada tahun 1989 tepatnya bulan April, Kantor Pelayanan Pajak dikembangkan
menjadi tiga, yaitu:
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat
3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan
Kemudian dengan SK No. 94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994, terhitung
tanggal 1 April Kantor Pelayanan Pajak di Medan dibagi menjadi empat, yaitu:
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat
3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur
4. Kantor Pelayanan Pajak Binjai
Sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.
443/KMK.01/2001 tanggal 23 Juli 2001 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak, Kantor Pelayanan Pajak, Kantor Pelayanan Pajak
Bumi dan Bangunan, Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak dan Kantor Penyuluhan dan
Pengamalan Potensi Perpajakan, sehingga Kantor Pelayanan Pajak di Medan dibagi
menjadi enam Kantor Pelayanan Pajak, yaitu:
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan yang berlokasi di Jalan Asrama
Nomor 7 Medan
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan yang berlokasi di Jalan Suka Mulia
3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur yang berlokasi di Jalan Diponegoro
Nomor 30 A Medan
4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai yang berlokasi di Jalan Asrama Nomor
7 A Medan
5. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota yang berlokasi di Jalan Diponegoro
Nomor 17 A Medan
6. Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia yang berlokasi di Jalan Diponegoro
Nomor 30 A Medan.
Adapun Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan adalah Kantor Pelayanan
Pajak Medan Utara yang telah berganti nama. Sedangkan mengenai hal lainnya tidak
ada yang berubah.
B. Visi Dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan adalah instansi yang berada
dibawah naungan Direktorat Jenderal Pajak sehingga dapat dikatakan bahwa visi misi
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan sama dengan visi dan misi
Direktorat Jenderal Pajak.
Pada tahun 2013, DJP telah melakukan transformasi visi demi memenuhi
Visi baru Direktorat Jenderal Pajak tahun 2013 tersebut adalah:
VISI
“Menjadi institusi pemerintah penghimpun pajak negara yang terbaik di wilayah Asia Tenggara”
Frase lugas yang pada hakikatnya merupakan sebuah visi sekaligus tantangan
tersebut telah final dirumuskan. Tugas DJP sekarang adalah melaksanakan
eksekusinya dengan penuh komitmen, kesungguhan, dan tanggung jawab. Semoga
transformasi visi ini akan menjadi resolusi awal tahun 2013 yang mampu membakar
semangat kita selaku punggawa negeri untuk mewujudkan agar Direktorat Jenderal
Pajak mampu menjadi instansi yang terbaik di kancah internasional, khususnya di
kawasan Asia Tenggara.
MISI
“Menyelenggarakan fungsi administrasi perpajakan dengan menerapkan Undang-Undang Perpajakan secara adil dalam rangka membiayai penyelenggaraan negara
demi kemakmuran rakyat”
C. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan
Setiap perusahaan memiliki struktur organisasi untuk menggambarkan secara
jelas unsur-unsur yang membantu pimpinan dalam menjelaskan perusahaan. Dengan
adanya struktur organisasi yang jelas dapat diketahui posisi, tugas dan wewenang
berdasarkan pada pola hubungan kerja serta lalu lintas wewenang dan tanggung
jawab.
Jenis struktur organisasi yang digunakan oleh KPP Pratama Medan Belawan
adalah menggunakan jenis struktur “line and staff organization” atau gabungan dari jenis struktur organisasi garis dan organisasi fungsional. Struktur organisasi KPP
Pratama Medan Belawan berdasarkan fungsi bukan jenis pajak.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 29/PMK.01/2012
Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak pada
lampiran II wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan terdiri
dari 4 (empat) kecamatan, yaitu:
1. Kecamatan Medan Belawan
2. Kecamatan Medan Labuhan
3. Kecamatan Medan Marelan
4. Kecamatan Medan Deli
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan membawahi
seksi/sub.bagian umum, kelompok jabatan fungsional. KPP Pratama dipimpin oleh
seorang kepala kantor sedangkan setiap seksi dipimpin oleh kepala seksi/kepala
sub.bagian umum dan dibantu oleh Account Representative (AR) dan pelaksana.
Adapun seksi/sub.bagian umum dan kelompok fungsional tersebut sebagai berikut :
2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi Perpajakan
3. Seksi Pelayanan
4. Seksi Pemeriksaan Dan Kepatuhan Internal
5. Seksi Penagihan
6. Seksi Ekstensifikasi
7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi 1
8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi 2
9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi 3
10.Seksi Pengawasan dan Konsultasi 4
11.Kelompok Jabatan Fungsional
Berikut gambar Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Belawan
KEPALA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BELAWAN
SUBBAGIAN UMUM
SEKSI PENGAWASAN DAN
KONSULTASI I
SEKSI PENGAWASAN DAN
KONSULTASI II
SEKSI PENGAWASAN DAN
KONSULTASI III
SEKSI PENGAWASAN DAN
KONSULTASI IV KELOMPOK JABATAN SEKSI PELAYANAN SEKSI PENAGIHAN SEKSI RIKI SEKSI EKSTENSIFIKASI PERPAJAKAN
SEKSI PENGOLAHAN DATA DAN
D. Uraian Tugas Pokok Dan Fungsi KPP Pratama Medan Belawan
Uraian dan Fungsi KPP Pratama diatur didalam Peraturan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor 62/PMK.01/2009 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja
Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak pada Paragraf 2 (dua) pasal 58 sampai
dengan 61.
Dalam melaksanakan tugasnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Belawan menyelenggarakan fungsi :
1. Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi
perpajakan, penyajian informasi perpajakan pendataan objek dan subjek
pajak, serta penilaian Pajak Bumi dan Bangunan sektor pertanian, perkebunan
dan perhutanan
2. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan
3. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan
pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya
4. Penyuluhan perpajakan
5. Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak
6. Pelaksanaan ekstensifikasi
7. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak
8. Pelaksanaan pemeriksaan pajak
9. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak
11.Pelaksanaan intensifikasi
12.Pembetulan ketetapan pajak
13.Pelaksanaan administrasi kantor
Dalam melaksanakan fungsinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Belawan menyelenggarakan tugas-tugas pokok sebagai berikut :
a. Kepala Kantor
KPP Pratama merupakan penggabungan dari KPP dan Karipka. Maka kepala
KPP Pratama mempunyai tugas mengkoordinasikan pelaksanaan penyuluhan,
pelayanan, pengawasan, wajib pajak dibidang PPh, PPN, PPnBM, pajak tidak
langsung lainnya dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
b. Sub Bagian Umum
Sub bagian umum mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian,
keuangan, tata usaha dan rumah tangga kantor.
Tugas Kepala Sub Bagian Umum
1. Pelaksanaan tugas di bidang administrasi penerimaan pengiriman surat-surat
serta pelaksanaan tugas bendaharawan
2. Mendistribusikan surat-surat masuk kepada seksi yang bersangkutan dan
pengiriman surat-surat keluar kepada instansi yang terkait
3. Mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas bendaharawan rutin
5. Memberi penilaian atas pelaksanaan pekerjaan pegawai
c. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)
1. Melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data perpajakan
2. Penyajian informasi perpajakan
3. Perekaman dokumen perpajakan
4. Urusan tata usaha penerimaan perpajakan
5. Pelayanan dukungan teknis komputer
6. Pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling
7. Pelaksanaan SIDJP serta penyiapan laporan kinerja
d. Seksi Pelayanan
1. Menetapkan penerbitan produk hukum perpajakan
2. Mengadministrasikan dokumen dan berkas perpajakan
3. Menerima dan mengolah Surat Pemberitahuan (SPT) serta penerimaan surat
lainnya
4. Memberikan penyuluhan perpajakan
5. Melaksanakan registrasi Wajib Pajak
6. Memungut fiskal luar negeri di pelabuhan Belawan
e. Seksi Penagihan
1. Melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, memproses permohonan
2. Melakukan penerbitan Surat Tagihan Pajak, Surat Paksa, Surat Perintah
Melakukan Penyitaan
3. Melakukan penyitaan, urusan lelang dan penyitaan lainnya
Di seksi penagihan terdapat beberapa Juru Sita Pajak (JSP) yang telah
mendapatkan pendidikan khusus berkaitan dengan penagihan dan penyitaan pajak.
Adapun tugas JSP adalah :
1. Melaksanakan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus (SPPSS)
2. Memberitahukan Surat Paksa (SP)
3. Melaksanakan penyitaan barang Penanggung Pajak berdasarkan Surat
Perintah Melakukan Penyitaan (SPMP)
4. Melaksanakan penyanderaan berdasarkan surat perintah penyanderaan
Juru Sita Pajak dalam melaksanakan tugas harus dilengkapi kartu tanda
pengenal dan memperlihatkannya kepada Penanggung Pajak.
f. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal
1. Melakukan penyusunan rencana pemeriksaan
2. Melakukan pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan
3. Penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta
administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya
Dalam melaksanakan tugas pemeriksaan pajak, pemeriksa pajak memiliki
kewenangan pemeriksaan pajak yang diatur dalam pasal 29 Undang-Undang
g. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
1. Melakukan pengamatan dan penggalian potensi perpajakan
2. Pendataan objek dan subjek pajak
3. Penilaian objek pajak dan kegiatan ekstensifikasi perpajakan
h. Seksi Pengawasan dan Konsultasi
1. Melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan dari wajib pajak
terdaftar
2. Memberikan bimbingan/himbauan kepada wajib pajak dan konsultasi teknis
perpajakan
3. Penyusunan profil wajib pajak
4. Menganalisis kinerja wajib pajak
5. Melakukan rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka melakukan
intensifikasi dan melakukan evaluasi hasil keputusan banding
6. Penyelesaian permohonan izin prinsip pembebasan PPh Pasal 22 Impor
7. Melaksanakan proses penyelesaian permohonan Surat Keterangan Bebas
Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Impor
Pada pelaksanaannya, wilayah kerja keempat seksi pengawasan dan konsultasi
dibagi berdasarkan domisili /tempat tinggal/wilayah tempat wajib pajak terdaftar.
1. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I (Waskon I)
a. Kelurahan Kampung Besar
c. Kelurahan Sei Mati
d. Kelurahan Pekan Labuhan
e. Kelurahan Tangkahan
f. Kelurahan Nelayan Indah
2. Seksi Pengawasan Dan Konsultasi II (Waskon II)
a. Kelurahan Labuhan Deli
b. Kelurahan Rengas Pulau
c. Kelurahan Terjun
d. Kelurahan Tanah Enam Ratus
e. Kelurahan Paya Pasir
3. Seksi Pengawasan Dan Konsultasi III (Waskon III)
a. Kelurahan Tanjung Mulia
b. Kelurahan Tanjung Mulia Hilir
c. Kelurahan Mabar
d. Kelurahan Kota Bangun
e. Kelurahan Titi Papan
f. Kelurahan Mabar Hilir
4. Seksi Pengawasan Dan Konsultasi IV (Waskon IV)
a. Kelurahan Sicanang
b. Kelurahan Belawan Bahari
d. Kelurahan Belawan I
e. Kelurahan Belawan II
f. Kelurahan Bagan Deli
i. Kelompok Jabatan Fungsional
Pejabat Fungsional terdiri atas Pejabat Fungsional Pemeriksa dan Pejabat
Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala Kantor.
Dalam melaksanakan tugasnya, Pejabat Fungsional Pemeriksa berkoordinasi dengan
seksi pemeriksaan, sedangkan Pejabat Fungsioanal Penilai berkoordinasi dengan
seksi ekstensifikasi.
E. Gambaran Wajib Pajak, Realisasi Penerimaan Dan Kepegawaian Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan
Adapun jumlah wajib pajak terdaftar di KPP Pratama Medan Belawan periode
[image:36.612.112.528.547.689.2]Desember 2012 berjumlah sebanyak 44.120 Wajib Pajak, yang terdiri dari :
Tabel II.1Wajib Pajak Terdaftar Di KPP Pratama Medan Belawan Tahun 2012
No Jenis Wajib Pajak Jumlah
1 Orang Pribadi 42.340
2 Badan 1.609
3 Bendaharawan 171
Adapun jenis pajak dan rencana penerimaan pajak di KPP Pratama Medan
[image:37.612.112.533.234.406.2]Belawan yang tercapai sampai Desember 2012 adalah :
Tabel II.2 Rencana Penerimaan Pajak Tahun 2012 Di KPP Pratama Medan Belawan
No Jenis Pajak Rencana Penerimaan Realisasi Penerimaan Bruto
SPMKP Realisasi Penerimaan
Netto
1 PPh Non
Migas
199.639.820.000 175.275.145.652 127.128.773 175.148.016.879
2 PPN dan
PPnBM
-28.995.120.000 249.957.840.513 141.701.200.836 108.256.693.677
Total 170.664.700.000 425.232.986.165 141.828.329.609 283.404.656.556
Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan
Jumlah sumber daya manusia di lingkungan KPP Pratama Medan Belawan
berjumlah 78 orang yang terdiri dari pegawai 73 orang termasuk dengan kepala
kantor dan pegawai honorer (petugas security yang dibiayai dana DIPA) sebanyak 4
orang. Adapun perincian jumlah pegawai berdasarkan pegawai per
seksi/bagian/kelompokadalah sebagai berikut :
Tabel II.3 Jumlah Pegawai Per Seksi/Bagian/Kelompok Di KPP Medan Belawan Tahun 2012
No Seksi/Bagian Jumlah Pegawai
2 Pengolahan Data dan Informasi (PDI) 9
3 Pelayanan 11
4 Penagihan 3
5 Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal 4
6 Ekstensifikasi Perpajakan 4
7 Pengawasan dan Konsultasi I 6
8 Pengawasan dan Konsultasi II 6
9 Pengawasan dan Konsultasi III 6
10 Pengawasan dan Konsultasi IV 6
11 Fungsional 10
Jumlah 73
BAB III
GAMBARAN DATA SURAT KETERANGAN BEBAS PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 IMPOR
A. Surat Keterangan Bebas Pemotongan Dan/Atau Pemungutan Pajak Penghasilan
1. Pengertian SKB Pemotongan Dan/Atau Pemungutan Pajak Penghasilan
Surat Keterangan Bebas Pemotongan dan/atau Pemungutan Pajak Penghasilan
adalah surat yang menyatakan Wajib Pajak dibebaskan dari pemotongan dan/atau
pemungutan Pajak Penghasilan oleh pihak lai
2. Dasar Hukum SKB Pemotongan Dan/Atau Pemungutan Pajak Penghasilan
a. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-21/PJ.4/1995 ditetapkan tanggal
26 April 1995 tentang Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemotongan/Pemungutan
PPh (Seri PPh Umum No. 9).
b. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-192/PJ./2002 Tentang Tata Cara
Penerbitan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemotongan/Pemungutan Pajak
Penghasilan, mulai berlaku 1 Mei 2002.
c. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-1/PJ/2011 Tentang Tata Cara
Pengajuan Permohonan Pembebasan Dari Pemotongan Dan/Atau Pemungutan
Pajak Penghasilan Oleh Pihak Lain, mulai berlaku 1 Februari 2011 sampai
d. Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-11/PJ/2011 Tanggal 20 Januari 2011
Tentang Pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-1/PJ/2011
Tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pembebasan Dari Pemotongan
Dan/Atau Pemungutan Pajak Penghasilan Oleh Pihak Lain.
3. Jenis Dan Bentuk SKB Pemotongan Dan/Atau Pemungutan Pajak Penghasilan
Adapun bentuk Surat Keterangan Bebas (SKB) adalah sebagaimana
ditetapkan dalam Lampiran II Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-1/PJ/2011 untuk
pemotongan dan/atau pemungutan PPh pasal 21, PPh pasal 22 dan PPh pasal 23.
Khusus untuk PPh pasal 22 impor, bentuk SKB adalah sebagaimana
ditetapkan dalam Lampiran III Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-1/PJ/2011.
Dalam hal permohonan pembebasan dari pemotongan dan/atau pemungutan
Pajak Penghasilan ditolak, kepala Kantor Pelayanan Pajak harus menyampaikan
pemberitahuan kepada Wajib Pajak dengan mempergunakan formulir sebagaimana
dimaksud dalam Lampiran IV Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER-1/PJ/2011. (www.ortax.com)
4. Wajib Pajak Yang Dapat Mengajukan SKB Pemotongan Dan/Atau Pemungutan Pajak Penghasilan
Menurut Peraturan DJP Nomor PER-1/PJ/2011, kriteria Wajib Pajak yang
a. Wajib Pajak yang dalam tahun pajak berjalan dapat membuktikan tidak akan
terutang Pajak Penghasilan karena mengalami kerugian fiskal, dalam hal:
1. Wajib Pajak yang baru berdiri dan masih dalam tahap investasi.
Wajib Pajak yang baru berdiri adalah Wajib Pajak yang baru berdiri dalam
tahun pajak berjalan.
2. Wajib Pajak belum sampai pada tahap produksi komersial; atau
3. Wajib Pajak mengalami suatu peristiwa yang berada di luar kemampuan
(force majeur).
Permohonan pembebasan dari pemotongan dan/atau pemungutan Pajak
Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam butir a tidak berlaku terhadap
pemotongan dan/atau pemungutan Pajak Penghasilan yang bersifat final.
b. Wajib Pajak yang dalam tahun pajak berjalan dapat membuktikan tidak akan
terutang Pajak Penghasilan karena berhak melakukan kompensasi kerugian
fiskal.
Besarnya kompensasi kerugian fiskal adalah kerugian tahun-tahun pajak
sebelumnya yang masih dapat dikompensasikan yang tercantum dalam Surat
Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan atau Surat Ketetapan Pajak.
Dalam hal Wajib Pajak mendapat Surat Keputusan Keberatan atau Putusan
Banding maka besarnya kompensasi kerugian fiskal adalah kerugian
tahun-tahun pajak sebelumnya yang masih dapat dikompensasikan yang tercantum
c. Wajib Pajak yang dapat membuktikan Pajak Penghasilan yang telah dan akan
dibayar lebih besar dari Pajak Penghasilan yang akan terutang.
Pajak Penghasilan yang telah dan akan dibayar merupakan Pajak Penghasilan
yang bersifat tidak final yang telah dan akan dilunasi oleh Wajib Pajak dalam
tahun pajak berjalan melalui pemotongan dan/atau pemungutan pajak oleh
pihak lain, serta pembayaran pajak oleh Wajib Pajak sendiri.
d. Wajib Pajak yang atas seluruh penghasilannya dikenakan pajak bersifat final.
Wajib Pajak yang atas penghasilannya hanya dikenakan pajak bersifat final,
dapat juga mengajukan permohonan pembebasan dari pemotongan dan/atau
pemungutan Pajak Penghasilan yang dapat dikreditkan kepada Direktur
Jenderal Pajak. Misalnya, Wajib Pajak yang bergerak di bidang usaha jasa
konstruksi mengimpor barang. Atas impor barang tersebut, Wajib Pajak
konstruksi tersebut dapat mengajukan permohonan pembebasan dari PPh
pasal 22 impor.
5. Syarat – Syarat Pengajuan Permohonan Pembebasan Dari Pemotongan Dan/Atau Pemungutan Pajak Penghasilan
Menurut Peraturan DJP PER-1/PJ/2011 dalam mengajukan permohonan
pembebasan dari pemotongan dan/atau pemungutan Pajak Penghasilan, Wajib Pajak
a. Permohonan diajukan secara tertulis kepada kepala Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) tempat Wajib Pajak terdaftar dengan menggunakan formulir yang telah
ditetapkan di Lampiran I PER-1/PJ/2011.
b. Satu permohonan diajukan untuk setiap jenis pemotongan dan/atau
pemungutan PPh pasal 21, PPh pasal 22 Impor, PPh pasal 22 selain impor,
dan PPh pasal 23.
c. Setiap permohonan dilampiri dengan penghitungan Pajak Penghasilan yang
diperkirakan akan terutang untuk tahun pajak diajukannya permohonan,
kecuali bagi Wajib Pajak yang atas seluruh penghasilannya dikenakan pajak
bersifat final.
Penghitungan Pajak Penghasilan yang diperkirakan akan terutang paling
sedikit harus memuat:
1. Peredaran usaha dan luar usaha tahun berjalan serta perkiraan peredaran
usaha dan luar usaha dalam satu tahun pajak;
2. Biaya fiskal tahun berjalan dan perkiraan biaya fiskal dalam satu tahun
pajak, kecuali bagi Wajib Pajak yang menggunakan norma penghitungan
penghasilan neto;
3. Perkiraan Pajak Penghasilan yang akan terutang dalam satu tahun pajak;
4. Pajak Penghasilan yang telah dipotong/dipungut dan/atau dibayar sendiri
5. Perkiraan Pajak Penghasilan yang akan dipotong/dipungut dan/atau dibayar
sendiri dalam tahun berjalan.
d. Wajib Pajak telah menyampaikan SPT Tahunan Pajak Penghasilan tahun
pajak terakhir sebelum tahun diajukan permohonan, kecuali bagi Wajib Pajak
yang baru berdiri dan masih dalam tahap investasi;
Dalam hal SPT Tahunan Pajak Penghasilan belum disampaikan karena Wajib
Pajak menyampaikan pemberitahuan perpanjangan SPT Tahunan Pajak
Penghasilan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan maka Wajib
Pajak yang bersangkutan dianggap telah memenuhi ketentuan.
B. Surat Keterangan Bebas Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Impor 1. Jenis Pelayanan Surat Keterangan Bebas PPh Pasal 22 Impor
a. Pelayanan permohona
bersifat final.
b. Pelayanan permohona
perhiasan dari emas untuk tujuan ekspor.
c. Pelayanan permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemungutan PPh
Pasal 22 Impor
Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemungutan PPh Pasal 22 Impor adalah surat
yang menyatakan Wajib Pajak dibebaskan dari pemotongan dan/atau pemungutan
Pajak Penghasilan oleh pihak lain dalam rangka impor (dalam hal ini Kantor
Pelayanan Bea dan Cukai atau Bank Devisa) yang diterbitkan oleh Kantor Pelayanan
Pajak dimana Wajib Pajak terdaftar.
Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemungutan PPh Pasal 22 Impor merupakan
bagian dari pelayanan Surat Keterangan Bebas Pemotongan dan/atau Pemungutan
Pajak Penghasilan yang bersifat khusus yang diberikan DJP kepada wajib pajak
sebagai Layanan Unggulan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak.
Sehingga segala ketentuan-ketentuan yang ditetapkan di Surat Keterangan
Bebas Pemotongan dan/atau Pemungutan Pajak Penghasilan juga berlaku di Surat
Keterangan Bebas (SKB) Pemungutan PPh Pasal 22 Impor.
3. Objek SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor
Objek SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor adalah kondisi/keadaan Wajib
Pajak yang dikenakan pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas impor yang
memenuhi persyaratan dan kriteria Wajib Pajak yang dapat mengajukan permohonan
SKB Pemotongan dan/atau Pemungutan Pajak Penghasilan yang diatur dalam
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-1/PJ/2011 Tentang Tata Cara
Pengajuan Permohonan Pembebasan Dari Pemotongan Dan/Atau Pemungutan Pajak
Penghasilan Oleh Pihak Lain.
a. SKB Izin Prinsip
Adalah penelitian yang dilakukan secara garis besar terhadap permohonan Wajib
Pajak dimana bila disetujui permohonan tersebut akan ditentukan kuota tertentu
atas jenis-jenis barang yang dimintakan SKB PPh Pasal 22 Impor.
b. SKB Per Shipment
Adalah pengurangan atas kuota yang dimiliki Wajib Pajak pada saat melakukan
impor dengan disertai Invoice, Bill of Lading, Freight, dan Insurance.
5. Persyaratan Pengajuan Permohonan SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor
Dalam mengajukan permohonan SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor,
Wajib Pajak harus dilengkapi beberapa persyaratan sebagai berikut
(www.ortax.com):
1. Memenuhi persyaratan yang diatur didalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor PER-1/PJ/2011 Tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan
Pembebasan Dari Pemotongan Dan/Atau Pemungutan Pajak Penghasilan Oleh
Pihak Lain.
2. Melengkapi persyaratan lainnya, yaitu :
a. Fotokopi kartu NPWP dan Identitas KTP/KITAS
b. Fotokopi Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
c. Surat Kuasa Khusus jika dikuasakan
d. Fotokopi Pemberitahuan Impor Barang (PIB)
f. Surat permohonan SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor
g. Bukti Telah menyampaikan SPT Tahunan PPh Tahun Pajak Terakhir
sebelum tahun diajukan permohonan dan Lampiran Laporan Keuangan
kecuali Wajib Pajak yang baru berdiri dan masih dalam tahap investasi.
h. Menyampaikan daftar pihak-pihak pemberi penghasilan (perkiraan
customer) beserta nilai transaksi yang diperkirakan diperoleh.
i. Prakiraan jenis barang yang akan diimpor beserta kuantumnya dan
nilainya dalam valuta asing, dalam tahun berjalan, yang meliputi kategori:
1) Barang Modal
2) Bahan baku
3) Bahan Penolong
4) Suku Cadang
5) Barang Lain-lain.
j. Dan persyaratan lainnya yang diperlukan dan diminta oleh pihak DJP.
6. Jangka Waktu Penyelesaian Permohonan SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor
Menurut Peraturan DJP PER-1/PJ/2011, atas permohonan pembebasan dari
pemotongan dan/atau pemungutan Pajak Penghasilan, Kepala Kantor Pelayanan
Pajak harus memberikan keputusan dengan menerbitkan:
b. Surat Penolakan Permohonan Surat Keterangan Bebas Pemungutan PPh Pasal
22 Impor,
Dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) hari kerja sejak permohonan
diterima secara lengkap. Apabila dalam jangka waktu 5 (lima) hari kerja, Kepala
Kantor Pelayanan Pajak belum memberikan keputusan, permohonan Wajib Pajak
dianggap diterima. Dalam hal permohonan Wajib Pajak dianggap diterima, Kepala
Kantor Pelayanan Pajak wajib menerbitkan Surat Keterangan Bebas dalam jangka
waktu 2 (dua) hari kerja setelah jangka waktu 5 (lima) hari kerja terlewati.
Dalam hal Wajib Pajak tidak memenuhi persyaratan mengajukan SKB
Pemungutan PPh Pasal 22 Impor, Kepala KPP harus menerbitkan Surat Penolakan
Permohonan SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor. Wajib Pajak yang telah
mendapatkan Surat Penolakan Permohonan SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor
sehubungan dengan tidak terpenuhinya persyaratan dapat mengajukan kembali
permohonan pembebasan dari pemotongan dan/atau pemungutan Pajak Penghasilan.
Dalam hal Wajib Pajak yang telah mendapat SKB melakukan transaksi
dengan lebih dari satu pemotong dan/atau pemungut pajak maka Wajib Pajak dapat
menggunakan fotokopi SKB yang telah dilegalisasi oleh KPP yang menerbitkan
SKB.
Batas waktu berlakunya Surat Keterangan Bebas Pemungutan PPh Pasal 22
C. Data Penerbitan SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor Di KPP Pratama Medan Belawan
Penelitian dilakukan di KPP Pratama Medan Belawan untuk mengetahui
perbandingan gambaran data antara penyelesaian permohonan SKB Pemungutan PPh
Pasal 22 Impor dengan legalisasi SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor yang
diproses mulai tahun 2011 sampai dengan Mei 2013 dengan melakukan wawancara
terhadap Pelaksana Seksi Pelayanan dan melihat Laporan Layanan Unggulan di seksi
[image:49.612.117.529.399.623.2]Pengolahan Data dan Informasi (PDI) pada tanggal 13 Juni 2013 dan 26 Juni 2013.
Tabel III.1 Penerbitan SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor Di KPP Pratama Medan Belawan
No Tahun
Jumlah Permohonan Yang Masuk
Jumlah Surat Keputusan
Yang Di Keluarkan Legalisasi SKB Pemungutan PPh Pasal 22
Impor SKB
Pemungutan PPh Pasal 22
Impor
Surat Penolakan
SKB Pemungutan PPh Pasal 22
Impor
1 2011 0 0 0 24
2 2012 1 0 1 24
3
s/d Mei
2013
0 0 0 2
BAB IV
ANALISIS DAN EVALUASI DATA
A. Tata Cara Penyelesaian Permohonan SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan
1. Pelayanan Penyelesaian Permohonan SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor
Pelayanan penyelesaian permohonan Surat Keterangan Bebas Pemungutan
PPh Pasal 22 Impor diatur didalam Standard Operating Procedure (SOP)/Standar Prosedur Operasi Layanan Unggulan Bidang Perpajakan yaitu
lain sebagai berikut :
a. Deskripsi:
Merupakan pelayanan penyelesaian permohonan Wajib Pajak untuk
memperoleh Surat Keterangan Bebas (SKB) PPh Pasal 22 Impor sehingga
terbebas daripemungutan PPh Pasal 22 Impor pada saat melakukan impor.
b. Pihak yang Dilayani/Stakeholder: Wajib Pajak.
c. Janji Layanan:
1. Jangka waktu penyelesaian 5 (lima) hari kerja sejak surat permohonan
2. Tidak ada biaya atas jasa pelayanan.
3. Persyaratan administrasi berupa dokumen impor.
Catatan: Wajib Pajak masih mempunyai kuota sesuai ijin prinsip yang telah
dikeluarkan.
d. Proses:
1. Awal : Wajib Pajak mengajukan permohonan untuk memperoleh Surat
Keterangan Bebas (SKB) Pemungutan/Pemotongan PPh Pasal 22 Impor
ke KPP melalui Tempat Pelayanan Terpadu.
2. Akhir : Seksi Pelayanan DJP menyampaikan Surat Keterangan Bebas
(SKB) Pemungutan PPh Pasal 22 Impor atau Surat Penolakan
Permohonan Surat Keterangan Bebas Pemotongan/Pemungutan Pajak
Penghasilan Pasal 22 Impor kepada Wajib Pajak.
e. Keluaran/Hasil Akhir (output):
1. Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemungutan PPh Pasal 22 Impor; atau
2. Surat Penolakan Permohonan Surat Keterangan Bebas
Pemotongan/Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Impor.
2. Penjelasan Tata Cara Penyelesaian Permohonan SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor Di KPP Pratama Medan Belawan
a. Wajib Pajak mengajukan Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB)
Pemotongan dan/atau Pemungutan PPh ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Belawan melalui Tempat Pelayanan Terpadu dalam bentuk tertulis
berupa Surat Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemotongan
dan/atau Pemungutan PPh (Lampiran I PER-1/PJ/2011).
b. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu menerima surat permohonan kemudian
meneliti kelengkapan persyaratannya sesuai dengan ketentuan. Dalam hal
surat permohonan beserta persyaratannya belum lengkap, dihimbau kepada
Wajib Pajak untuk melengkapinya. Dalam hal surat permohonan beserta
persyaratannya sudah lengkap, Petugas Tempat Pelayanan Terpadu mencetak
BPS dan LPAD. BPS diserahkan kepada Wajib Pajak sedangkan LPAD
digabungkan dengan surat permohonan beserta kelengkapannya. Petugas
Tempat Pelayanan Terpadu kemudian merekam surat permohonan dan
dilanjutkan dengan meneruskan surat permohonan beserta kelengkapannya ke
Account Representative.
c. Account Representative membuat dan menandatangani Uraian Penelitian Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemotongan dan/atau
Pemungutan PPh, kemudian menyampaikan uraian penelitian permohonan
d. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi meneliti, menandatangani Uraian
Penelitian Permohonan, dan memberikan persetujuan (approve) atas penerbitan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemotongan dan/atau Pemungutan
PPh, kemudian menyampaikan uraian penelitian permohonan tersebut kepada
Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan
e. Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan menelaah,
menandatangani UraianPenelitian Permohonan, dan memberikan persetujuan
(approve) atas penerbitan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemotongan dan/atau PemungutanPPh.
f. Kepala Seksi Pelayanan menerima uraian penelitian permohonan dan
menugaskan Pelaksana Seksi Pelayanan untuk mencetak dokumen hasil
persetujuan.
g. Surat Keterangan Bebas (SKB) diterbitkan dalam rangkap 3 (tiga), yaitu:
Lembar ke‐1 : untuk Wajib Pajak
Lembar ke‐2 : untuk Pemotong/Pemungut pajak
Lembar ke‐3 : untuk arsip Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan
h. Pelaksana Seksi Pelayanan melakukan pencetakan konsep Surat Keterangan
Bebas Pemungutan PPh Pasal 22 Impor atau Surat Penolakan Permohonan
i. Kepala Seksi Pelayanan meneliti dan memaraf dokumen hasil persetujuan,
kemudian menyampaikannya kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Belawan.
j. Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan menyetujui dan
menandatanganidokumen hasil persetujuan.
k. Surat Keterangan Bebas Pemungutan PPh Pasal 22 Impor atau Surat
Penolakan Permohonan Surat Keterangan Bebas Pemungutan PPh Pasal 22
Impor ditatausahakan di Seksi Pelayanan (SOP Tata Cara Penatausahaan
Dokumen Wajib Pajak) dan menyampaikan kepada pihak‐pihak terkait
melalui Subbagian Umum(SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen di KPP).
l. Proses Selesai.
B. Analisis Data SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor Di KPP Pratama Medan Belawan
Dari tabel III.1 dapat dilihat bahwa perbandingan data antara proses legalisasi
dan proses penyelesian permohonan SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor di KPP
Pratama Medan Belawan, antara lain :
1. Di tahun 2011 penyelesaian permohonan SKB Pemungutan PPh Pasal 22
Impor yang diproses sebanyak 0 (nol) atau tidak ada sedangkan legalisasi
2. Dan di tahun 2012 penyelesaian permohonan SKB Pemungutan PPh Pasal 22
Impor yang diproses sebanyak 1 (satu) dengan hasil akhir keputusan adalah
penerbitan Surat Penolakan SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor sedangkan
legalisasi SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor sebanyak 24 (dua empat).
3. Sampai dengan Mei 2013 penyelesaian permohonan SKB Pemungutan PPh
Pasal 22 Impor yang diproses sebanyak 0 (nol) atau tidak ada sedangkan
legalisasi SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor sebanyak 2 (dua).
Dari keterangan data diatas dapat kita simpulkan bahwa di KPP Pratama
Medan Belawan lebih banyak melakukan proses legalisasi SKB Pemungutan PPh
Pasal 22 Impor daripada proses penyelesaian permohonan SKB Pemungutan PPh
Pasal 22 Impor.
C. Hambatan Dan Upaya Mengatasi Hambatan Dalam Penyelesaian Permohonan SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor Di KPP Pratama Medan Belawan
Dalam melakukan proses penyelesaian permohonan SKB Pemungutan PPh
Pasal 22 Impor pihak fiskus akan menghadapi hambatan-hambatan dalam bekerja.
Berikut hasil wawancara dengan Kepala Seksi Waskon III KPP Pratama Medan
Belawan tanggal 10 Juni 2013 :
1. Jangka waktu yang diberikan dalam proses penyelesaian permohonan SKB
terlalu cepat karena proses penerbitan SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor
harus diteliti lebih terperinci.
2. Ketidakhadiran kepala kantor atau kepala seksi yang bersangkutan karena
kesibukan diluar kantor pada saat proses penyelesaian permohonan SKB
Pemungutan PPh Pasal 22 Impor juga akan menghambat terpenuhinya jangka
waktu 5 (lima) hari kerja yang telah ditetapkan.
3. SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor akan diproses melalui beberapa seksi di
KPP Pratama Medan Belawan maka dari itu keterlambatan satu seksi
menyerahkan berkas SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor akan
mengakibatkan tidak terpenuhinya jangka waktu 5 (lima) hari kerja.
4. Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) di KPP Pratama Medan
Belawan yang terkadang mengalami gangguan saat bekerja.
Upaya yang dilakukan dalam mengatasi hambatan-hambatan penyelesaian
permohonan SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor dari hasil wawancara dengan
Kepala Seksi Waskon III KPP Pratama Medan Belawan tanggal 10 Juni 2013, yaitu :
1. Dalam pengerjaan proses penyelesaian permohonan SKB Pemungutan PPh
Pasal 22 Impor pihak fiskus akan saling berkoordinasi dari satu seksi dengan
seksi lainnya atau pegawai dengan pegawai lainnya agar jangka waktu 5
(lima) hari kerja dapat dipenuhi.
2. Jika pada saat proses pengerjaan penyelesaian permohonan SKB Pemungutan
anggota-anggota berupaya menghubungi via telepon/seluler/social network media.
3. Diupayakan agar berkas penyelesaian permohonan SKB Pemungutan PPh
Pasal 22 Impor diserahkan ke seksi lain dengan tepat waktu dengan
memproritaskan penyelesaian permohonan SKB Pemungutan PPh Pasal 22
Impor daripada perkerjaan yang lain yang tidak memiliki batas waktu
penyelesaian.
4. Berupaya memperbaiki Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Tata cara penyelesaian permohonan SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor di
KPP Pratama Medan Belawan adalah sebagai berikut :
Wajib Pajak mengajukan surat permohonan ke TPT dan petugas TPT
meneruskan surat ke seksi Waskon kemudian diteruskan ke Kepala KPP
Pratama Medan Belawan kemudian diteruskan ke seksi Pelayanan untuk
dicetak SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor atau Surat Penolakan SKB
Pemungutan PPh Pasal 22 Impor, kemudian diteruskan ke Kepala KPP
Pratama Medan Belawan dan diteruskan ke seksi Pelayanan kemudian di
teruskan ke seksi Subbagian Umum untuk dikirimkan ke wajib pajak.
2. Analisis data penyelesaian permohonan SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor
di KPP Pratama Medan Belawan adalah pada tahun 2011 terdapat 0 (nol)
penyelesaian permohonan dan 24 (dua empat) legalisasi SKB Pemungutan
PPh Pasal 22 Impor, sedangkan ditahun 2012 terdapat 1 (satu) penyelesaian
permohonan dan 24 (dua empat) legalisasi SKB Pemungutan PPh Pasal 22
Impor dan sampai dengan Mei 2013 terdapat 0 (nol) penyelesaian
permohonan dan 2 (dua) legalisasi SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor.
banyak melakukan proses legalisasi daripada proses penyelesaian permohonan
SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor.
3. Hambatan dan upaya dalam proses penyelesaian permohonan SKB
Pemungutan PPh Pasal 22 Impor di KPP Pratama Medan Belawan adalah :
a. Kesulitan memenuhi jangka waktu 5 (lima) hari kerja dengan upaya lebih
mengutamakan pekerjaan penyelesaian permohonan SKB Pemungutan
PPh Pasal 22 Impor daripada pekerjaan yang lain yang tidak terlalu dikejar
oleh waktu penyelesaian.
b. Gangguan Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) saat
bekerja dengan upaya memperbaiki dengan meminta bantuan tenaga
teknisi yang ahli di bidangnya.
c. Masalah ketidakhadiran kepala kantor atau kepala seksi dengan upaya
menghubungi via telepon/seluler/social network media.
d. Keterlambatan salah satu seksi dalam meneruskan berkas penyelesaian
permohonan SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor ke seksi yang lain hal
ini dapat diatasi dengan berkoordinasi yang kuat antara satu pegawai
dengan pegawai lain yang berada disatu seksi maupun seksi lain.
B. Saran
1. Dari rangkaian tata cara penyelesaian permohonan SKB Pemungutan PPh
untuk jangka waktu 5 hari kerja karena harus melewati beberapa seksi di KPP
Pratama Medan Belawan.
2. Terhadap analisis data yang dilakukan tentang gambaran SKB Pemungutan
PPh Pasal 22 Impor diharapkan kepada KPP Pratama Medan Belawan untuk
lebih mensosialisasikan adanya Layanan Unggulan yang diberikan oleh
Direktorat Jenderal Pajak ke Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Pratama
Medan Belawan karena pelayanan merupakan hak dari Wajib Pajak.
3. Dengan adanya hambatan serta upaya dalam penyelesaian permohonan SKB
Pemungutan PPh Pasal 22 Impor diharapkan kepada pegawai KPP Pratama
Medan Belawan untuk lebih memenuhi kewajiban pekerjaan serta berupaya
DAFTAR PUSTAKA
Booklet Pajak Penghasilan. 2010, Direktorat Penyuluhan Pelayanan dan Humas. Jakarta : Direktorat Jenderal Pajak
Waluyo, 2010, Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.
Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan
Peraturan Pemerintah Nomor 138 Tahun 2000 tentang Penghitungan Penghasilan Kena Pajak Dan Pelunasan Pajak Penghasilan Dalam Tahun Berjalan; Sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 94 Tahun 2010 Tentang Penghitungan Penghasilan Kena Pajak Dan Pelunasan Pajak Penghasilan Dalam Tahun Berjalan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 254/KMK.03/2001 tentang Penunjukan Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22, Sifat dan Besarnya Pungutan Serta Tata Cara Penyetoran dan Pelaporannya sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 210/PMK.03/2008
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 443/KMK.01/2001 tentang
Organisasi Dan Tata Kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak, Kantor Pelayanan Pajak, Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan, Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak dan Kantor Penyuluhan dan Pengamalan Potensi Perpajakan
Standar Prosedur
Operasi (Standard Operating Procedure) Layanan Unggulan Kementerian Keuangan
Peraturan Menteri Keuangan NomorOrganisasi Dan Tata
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 29/PMK.01/2012 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak
Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-192/PJ/2002 tentang Tata Cara Penerbitan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemotongan/Pemungutan Pajak Penghasilan
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-1/PJ/2011 tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pembebasan Dari Pemotongan Dan/Atau Pemungutan Pajak Penghasilan Oleh Pihak Lain
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-21/PJ.4/1995 tentang Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemotongan/Pemungutan PPh (Seri PPh Umum No. 9)
Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-11/PJ/2011 Tanggal 20 Januari 2011 tentang
Pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-1/PJ/2011 Tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pembebasan Dari Pemotongan Dan/Atau Pemungutan Pajak Penghasilan Oleh Pihak Lain
Sumber lain :