Sesuai dengan jiwa self assessment, wajib pajak mempunyai kewajiban untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri kewajiban perpajakannya. Produk akhir dari sistem ini adalah penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) oleh Wajib Pajak. Dengan demikian, SPT merupakan sarana pertanggungjawaban sekaligus pelaporan “kewajiban self assessment” tersebut. Ketika seorang subjek pajak memperoleh penghasilan, yang berdasarkan hukum pajak materiil (UU PPh) terutang pajak, berdasarkan sistem tersebut, selanjutnya
ia menghitung sendiri berapa pajak yang menjadi kewajibannya, membayarnya ke kas negara, meperhitungkannya sekaligus melaporkannya pada akhir masa pajak melalui SPT. Aktifitas tersebut dilaksanakan dengan tidak menggantungkan kepada adanya surat ketetapan pajak. Penerbitan SKP hanya terbatas kepada wajib pajak tertentu yang disebabakan oleh ketidakbenaran dalam pengisian SPT atau karena ditemukannya data foskal yang tidak dilaporkan oleh wajib pajak[ CITATION IAI133 \l 1057 ].
Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak, dan atau bukan objek pajak dan atau harta dan kewajiban, menurut ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan.
Pada prinsipnya, pajak terutang pada saat timbulnya objek pajak yang dapat dikenakan pajak, namun untuk kepentingan administrasi perpajakan saat terutangnya pajak tersebut adalah:
1. Pada suatu saat, untuk PPh yang dipotong oleh pihak ketiga.
2. Pada akhir masa, untuk PPh karyawan yang dipotong oleh pemberi kerja, atau yang dipungut oleh pihak lain atas kegiatan usaha, atau oleh Pengusaha Kena Pajak atas pemungutan PPN Barang dan Jasa atas Barang mewah.
3. Pada akhir tahun pajak, untuk Pajak Penghasilan.
Menurut Peraturan Menkeu No. 181/PMK.03/2007 jo. 152/PMK.03/2009 mebagi SPT yang berbentuk formulir kertas (hardcopy) dan e-SPT, menjadi dua yaitu :
2. SPT Masa, yaitu SPT untuk suatu masa pajak.
Rincian masing – masing SPT terlihat pada tabel berikut :
Tabel 2- 7 Jenis SPT
Jenis SPT Jenis SPT
Masa PPh Pasal 21 dan Pasal 26 PPh Pasal 22
PPh Pasal 23 PPh Pasal 25 PPh Pasal 4 ayat 2 PPh Pasal 15
PPN dan PPnBM (formulir 111 dan 1111DM), berlaku 1- 1-2011.
PPN bagi pemungut PPN (formulir 1107-PUT) Tahunan SPT Tahunan PPh WP Badan
SPT Tahunan PPh WP Orang Pribadi (form 1770) SPT Tahunan PPh WP Orang Pribadi (form 1770S) SPT Tahunan PPh WP Orang Pribadi (form 1770SS) (sumber : IAI, 2013)
SPT berbentuk hardcopy dapat diambil secara langsung di tempat yang ditetapkan oleh Direktur Jendral Pajak. Dan SPT berbentuk E-SPT dapat diambil secara langsung oleh Wajib Pajak atau dengan cara lain yaitu dapat mengunduh format SPT atau aplikasi e-SPT dari situs Direktorat Jendral Pajak, www.pajak.go.id [ CITATION IAI133 \l 1057 ].
Tabel 2- 8 Batas Waktu Penyampaian SPT
Jenis SPT Masa Batas Waktu
Penyetoran/Pembayara n Batas Waktu Penyampaian SPT Terakhir 1. PPh Pasal 4 ayat (2)
yang dipotong oleh Pemotong PPh
tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
20 (dua puluh) hari
setelah Masa Pajak berakhir 2. PPh Pasal 15 yang dipotong oleh Pemotong PPh 3. PPh Pasal 22 atas penyerahan bahan bakar minyak, gas, dan pelumas kepada penyalur/agen atau industri yang
dipungut oleh Wajib Pajak badan yang bergerak dalam bidang produksi bahan bakar minyak, gas, dan pelumas 4. PPh pasal 22 yang
pemungutannya dilakukan oleh Wajib Pajak badan tertentu sebagai Pemungut Pajak 5. PPh Pasal 21 yang dipotong oleh Pemotong PPh 6. PPh Pasal 23 yang dipotong oleh Pemotong PPh 7. PPh Pasal 26 yang dipotong oleh Pemotong PPh 8. PPh Pasal 4 ayat (2)
yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak
tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir 9. PPh Pasal 15 yang
harus dibayar sendiri 10. PPh Pasal 25
11. PPN atau PPN dan PPnBM yang
terutang dalam satu Masa Pajak 12. PPN atau PPN dan PPnBM yang pemungutannya dilakukan oleh Pemungut PPN selain Bendahara Pemerintah atau instansi Pemerintah yang ditunjuk 13. PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan PPnBM atas impor
bersamaan dengan saat pembayaran Bea Masuk dan dalam hal Bea Masuk ditunda atau dibebaskan, PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan PPnBM atas impor harus dilunasi pada saat penyelesaian dokumen pemberitahuan pabean impor - 14. PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan
1 (satu) hari kerja setelah dilakukan pemungutan
secara mingguan paling lama pada hari kerja
PPnBM atas impor yang dipungut oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
pajak terakhir minggu
berikutnya
15. PPh Pasal 22 yang dipungut oleh bendahara
pada hari yang sama dengan pelaksanaan pembayaran atas penyerahan barang yang dibiayai dari belanja Negara atau belanja
Daerah, dengan
menggunakan Surat Setoran Pajak atas nama
rekanan dan
ditandatangani oleh bendahara
14 (empat belas) hari
setelah Masa Pajak berakhir 16. PPN atau PPN dan PPnBM yang pemungutannya dilakukan oleh Bendahara Pemerintah atau instansi Pemerintah
tanggal 7 (tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir
yang ditunjuk 17. PPh Pasal 25 bagi
Wajib Pajak dengan kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3b) Undang-Undang KUP yang melaporkan beberapa Masa Pajak dalam satu Surat Pemberitahuan Masa
paling lama pada akhir Masa Pajak terakhir
20 (dua puluh) hari
setelah berakhirnya Masa Pajak terakhir
18. Pembayaran masa selain PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak dengan kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3b) Undang-Undang KUP yang
sesuai dengan batas waktu untuk masing-masing jenis pajak
melaporkan
beberapa masa pajak dalam satu Surat Pemberitahuan Masa SPT Tahunan : N o Jenis Pajak Yang Menyampaik an SPT Batas Waktu Pembayaran Batas Waktu Penyampaian SPT Terakhir 1. SPT PPh Tahunan Wajib Pajak
orang pribadi sebelum Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan disampaikan 3 (tiga) bulan setelah akhir Tahun Pajak Wajib Pajak badan 4 (empat) bulan setelah akhir Tahun Pajak (sumber: IAI,2013)
Dalam hal tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya. Dalam hal batas akhir pelaporan bertepatan dengan hari libur termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional, pelaporan dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya. Hari libur nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk hari yang diliburkan
untuk penyelenggaraan Pemilihan Umum yang ditetapkan oleh Pemerintah dan cuti bersama secara nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah[ CITATION IAI132 \l 1057 ].