• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Lampiran 8. Surat Pernyataan Peranan Farmasis (Apoteker) Menuju

Senin, 8 November 2004

PERANAN FARMASIS ( APOTEKER ) MENUJU INDONESIA SEHAT 2010

Sehat adalah kondisi badan atau jiwa yang bebas dari penyakit.

Sehat merupakan idaman setiap orang dan merupakan hak azasi setiap manusia.

Indonesia sehat 2010 adalah visi dari Departemen Kesehatan RI yang ditetapkan pada tahun 1999, merupakan gambaran masyarakat Indonesia pada tahun 2010 yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil, dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Untuk mencapai visi dilakukan gerakan yang namanya misi, yaitu : 1. Menggerakan pembangunan yang berwawasan kesehatan 2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat

3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau

4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya

Untuk mencapai visi dan melaksanakan misi dirumuskan : a. SASARAN

b. STRATEGI c. PROGRAM d. INDIKATOR

SASARAN

Sasaran pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah : 1. Perilaku hidup sehat

2. Lingkungan sehat 3. Upaya Kesehatan

4. Manajemen Pembangunan Kesehatan 5. Derajat Kesehatan

Diantara sasaran tersebut yang sangat relevan dengan peran farmasis

adalah Upaya Kesehatan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan.

Upaya Kesehatan , meningkatnya secara bermakna :

1. Sarana kesehatan yang bermutu

2. Jangkauan dan cakupan pelayanan kesehatan

3. Penggunaan obat generik dalam pelayanan kesehatan 4. Penggunaan obat secara rasional

5. Pemanfaatan pelayanan promotif dan preventif 6. Biaya kesehatan yang dikelola secara efisien

7. Ketersediaan pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan

Manajemen Pembangunan Kesehatan

Meningkatnya secara bermakna ;

1. Sistem informasi pembangunan kesehatan

2. Kemampuan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi pembangunan kesehatan

3. Kepemimpinan dan manajemen kesehatan

4. Peraturan perundang-undangan yang mendukung pembangunan kesehatan 5. Kerjasama lintas program dan sektor

Pada Manajemen Pembangunan Kesehatan peran farmasis (apoteker) lebih berhubungan dengan kepemimpinan dan manajemen kesehatan serta Peraturan Perundang-undangan yang mendukung pembangunan kesehatan.

Siapapun dan dimanapun orang / pimpinan organisasi profesi berbicara dalam masalah kefarmasian, intinya tidak lain adalah pelaksanaan “Pharmaceutical Care” (PC).

PC ada yang mengartikan “Asuhan Kefarmasian”, bisa juga “Perhatian Kefarmasian” atau “Kepedulian Kefarmasian”.

Pharmaceutical Care adalah tanggungjawab farmako-terapi dari seorang farmasis untuk mencapai dampak tertentu dalam meningkatkan kualitas hidup pasien.

PC diimplementasikan (dilaksanakan) dengan “ Good Pharmacy Practice “ (Cara Praktik di Apotek yang Baik) (CPAB).

Dalam pelaksanaan CPAB diperlukan :

1. Keterlibatan langsung farmasis (apoteker) dalam segala segi pelayanan kebutuhan pasien (obat-obatan dan alat kesehatan)

2. Aktifitas utama apotek adalah :

• Menyalurkan obat-obatan dan alat kesehatan dengan mutu yang terjamin.

• Memberikan informasi obat yang tepat.

• Monitoring efek dari obat / alat kesehatan tersebut

3. Kontribusi apoteker yang menyeluruh dalam penggunaan obat yang tepat dan peresepan yang rasional serta ekonomis

4. Setiap orang / petugas di apotek sudah diberitahu bahwa tugas setiap pelayanan apotek sangat penting dan saling berhubungan satu dengan lainnya.

Untuk itu diperlukan pelayanan yang profesional yaitu pelayanan yang :

• Dilaksanakan dengan kemampuan dan disiplin yang tinggi.

• Mengamalkan kode etik dan standar profesi.

• Taat pada peraturan perundang-undangan yang berlaku

Untuk mencapai pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Mencapai Indonesia Sehat 2010) semua apoteker dimanapun bertugas harus memiliki perhatian utama (focus) pada kesejahteraan / keselamatan pasien dan anggota masyarakat lainnya antara lain :

A. Kepada apoteker yang bekerja hanya sebagai apoteker pengelola apotek ( APA ) difokuskan perannya kepada :

a. Menyediakan, menyimpan dan menyerahkan sediaan farmasi yang mutu dan keabsahannya terjamin.

b. Melayani dan mengawasi peracikan dan penyerahan obat

c. Memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan obat, baik dengan resep dokter maupun penjualan bebas

d. Melaksanakan semua peraturan kefarmasian tentang apotek

e. Tidak terlibat konspirasi penjualan obat keras ke dokter praktek, toko obat, dan sarana lainnya yang tidak berhak

f. Melakukan kerjasama yang baik dengan apotek sekitarnya dalam rangka meningkatkan pelayanan pada pasien

B. Kepada apoteker yang bekerja di industri farmasi / marketing pabrik farmasi diminta perannya dalam :

a. Mentaati peraturan tentang penyaluran sediaan farmasi utamanya obat keras

b. Tidak membuat kebijakan marketing yang merugikan pasien (konsumen) dengan membuat perjanjian tertentu yang meningkatkan harga obat yang dipikul pasien (konsumen)

C. Kepada apoteker pada dinas kesehatan Kab / Kotamadya / SudinKes Kotamadya diharapkan perannya :

a. Meningkatkan pelaksanaan tugas pengaturan dan pembinaan pada sarana kefarmasian

b. Menindak-lanjuti secara adil pelanggaran yang dilakukan oleh toko obat, apotek dan praktek profesi lainnya yang menyimpang dari peraturan yang berlaku

D. Kepada apoteker di Badan POM atau Balai POM provinsi diharapkan perannya :

a. Melakukan pemeriksaan atas penyaluran obat-obatan dari industri dan jika ditemukan penyimpangan, segera melaporkannya pada Menteri Kesehatan untuk ditindak lanjuti

b. Melakukan pembinaan dan peningkatan pada sarana pengawasan obat di daerah

c. Meningkatkan pengawasan peredaran sediaan farmasi palsu dan tidak absah

d. Melakukan desentralisasi pengawasan

E. Kepada apoteker yang berada pada Departemen Kesehatan / Dirjen Pelayanan Kefarmasian dan Komunitas diharapkan perannya :

a. Menyiapkan peraturan yang mengharuskan keberadaan apoteker di apotek selama ada pelayanan kefarmasian demi meningkatkan pelayanan kepada pasien / masyarakat

b. Menyiapkan peraturan yang mengharuskan adanya 2 apoteker jika apotek melayani masyarakat lebih dari 8 jam dan 3 apoteker jika apotek melayani masyarakat 24 jam

c. Menyiapkan sanksi administratif pada sarana industri farmasi yang melakukan pelanggran peraturan menteri kesehatan atas laporan Badan POM / Balai POM

d. Menyusun dan mengusulkan adanya Badan yang mengevaluasi dan mengendalikan harga obat nama dagang yang beredar di Indonesia demi melindungi masyarakat banyak dan agar Indonesia ini tidak lebih liberal dari negara liberal

e. Menyiapkan dan menegaskan kembali peraturan mengenai pemisahan yang jelas tugas masing-masing profesi dalam lingkungan kesehatan

Jika semua apoteker berperan untuk meningkatkan pelayanannya dan mempunyai niat baik untuk memperbaiki situasi kefarmasian, maka harkat dan martabat apoteker bisa diraih kembali.

Lampiran 9. Surat Pengantar Kuisioner Penelitian

Dokumen terkait