• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab IV Guru Profesional Perspektif Islam Berstandar Ulul Albab, (Ulul Albab dalam al-Qur’an : Redaksi dan Terjemahan

LANDASAN TEORETIS A. Gambaran Umum Tentang Guru Profesional

16) Surat At-Thalaq Ayat 10

يِذَّلا ِباَبْلَ ْلأا يِلوُأ اَي َ َّاللَّ اوُقَّتاَف ۖ اًديِدَش اًباَذَع ْمُهَل ُ َّاللَّ َّدَعَأ ا ًرْكِذ ْمُكْيَلِإ ُ َّاللَّ َل َزْنَأ ْدَق اوُنَمآ َن

125

Artinya Allah menyediakan bagi mereka azab yang keras, maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang yang mempunyai akal; (yaitu) orang-orang yang beriman. Sesungguhnya Allah telah menurunkan peringatan kepadamu,(Qs. Ath-Thalaq : 10)

b. Tafsir Ayat-Ayat Ulul Albab

1) Surat Al-Baqarah Ayat 179

نوُقَّتَت أمُكَّلَعَل باَبألَ ألْا ي لوُأ اَي ٌةاَيَح صاَص قألا ي ف أمُكَل َو

Artinya Dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa (Qs. Al-Baqarah : 179).

Ayat ini menerangkan bahwa melalui ketetapan hokum qishahs terdapat jaminan kelangsungan hidup bagi manusia. Karena siapa yang yang pemiliknya meraih kebenaran dan mengamalkannya serta menghindar dari kesalahandan kemungkaran. Itulah saripati manusia.171

2) Surat Al-Baqarah Ayat 197

ۗ ِّ جَحألا ي ف َلاَد ج َلَ َو َقوُسُف َلَ َو َثَفَر َلََف َّجَحألا َّن هي ف َضَرَف أنَمَف ۚ ٌتاَموُلأعَم ٌرُهأشَأ ُّجَحألا ي لوُأ اَي نوُقَّتا َو ۚ ٰى َوأقَّتلا داَّزلا َرأيَخ َّن إَف اوُد َّوَزَت َو ۗ ُ َّاللَّ ُهأمَلأعَي ٍرأيَخ أن م اوُلَعأفَت اَم َو َبألَ ألْا

با

Artinya (Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang beraka (Qs. Al-baqarah : 197).

126

Untuk melaksanakan ibadah haji ada waktu-waktu yang sudah dikenal oleh umat Islam, yaitu dimulai sejak bulan syawal, Dzulqaidah, sampai dengan tanggal 10 Dzulhijjah. Faedah ditetapkan waktu haji dalam bulan-bulan ini ialah ibadah haji tidak dianggap sah melainkan dalam bulan-bulan tersebut.

Melaksanakan ibadah haji tidak cukup hanya dengan niat, tetapi wajib melakukan pekerjaan yang telah disyariatkan untuknya. Apabila seseorang telah mewajibkan dirinya, maka ia dilarang melakukan perbuatan-perbuatan yang terlarang, sebab ia sedang menghadap Allah dan mohon keridhoannya.172 Bagi yang sedang melaksanakan ibdah haji maka ia dilarang untuk berbuat nafas, yakni bersetubuh atau bercumbu, tidak berbuat fusuq, yakni ucapan dan perbuatan yang melanggar norma-norma susiala atau agama dan tidak jida jidal, yakni berbantahan yang dapat mengakibatkan permusuhan, perselisihan, dan perpecahan.173

Dan jadikanlah taqwa sebagai bekal kalian di akhirat kelak, sebab bertaqwa adalah sebaik-baik bekal,174Perintah ini ditujukan kepada Ulul Albab, yakni mereka yng memiliki akal murni yang tidak diselubungi oleh “kulit” yakni ide yang dapat melahirkan kerancuan dalam berfikir, Ulul Albab adalah mereka yang tidak lagi terbelenggu oleh nafsu kebinatangan. Agaknya, penutup ayat ini ditujukan kepada mereka untuk

172Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir al-Maraghi, Jilid II, (Semarang: Toha Putra), 1987, hlm, 185-187.

173M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Jilid I hlm 433

127

mengisyaratkan bahwa para jemaah haji melaksanakan tuntunan dan tuntutan di atas wajar untuk menyandang sifat tersebut.175

3) Surat Al-Baqarah Ayat 269

َلأْا اوُل ْوُأ َّلاِإ ُرَّكَّذَياَم َو ا ًريِثَك ا ًرْيَخ َيِتوُأ ْدَقَف َةَمْك ِحْلا َت ْؤُي نَم َو ُءآَشَي نَم َةَمْك ِحْلا يِتْؤُي ِباَبْل

“Artinya Allah menganugerahkan al-Hikmah 176(kefahaman yang dalam tentang al-Qur’an dan as-Sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang dianugerahi al-Hikmah, dia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).” (Qs. Al-Baqarah: 269)

Barangsiapa yang diberi oleh Allah ilmu yang berguna dan diberi petunjuk cara menggunakan akal serta menempuh arah yang benar, maka orang itu berarti mendapatkan petunjuk dan kebaikan dunia dan akhirat. Karena ia mendapatkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya, seperti penglihatan, pendengaran, hati dan pikiran secara berdaya guna dan menyiapkan untuk kesenangannya yang benar, lalu berserah diri kepada Allah SWT, Tuhan penciptanya, karena dialah asal segala sesuatu dan kepada-Nya lah semuanya akan berakhir. Dia tidak mau menerima bisikan-bisikan setan dan mengotori dirinya sendiri dengan berbuat dosa. Dia percaya segala sesuatunya berjalan menurut ketentuan dan takdir Allah. Dengan peranan dan pikiran seperti hatinya lapang dan perasaannya tenang serta penuh dengan kedamaian mengarungi malam dan siang.177

175M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Jilid I hlm 435

176Hikmah Islah Kemampuan untuk Memahami Rahasi-Rahasia Syariat Agama. 177Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir al-Maraghi, Jilid II, hlm, 49-50

128

Maksud Ulul Albab disini yaitu orang yang benar-benar menggunakan akal pikirannya dalam menentukan masa depan dunia dan akhiratnya. Karena hanya orang yang menggunakan akal pengetahuanlah yang akan mendapatkan hikmah.

4) Surat Ali Imran Ayat 7

اَّمَأَف ٌتاَهِباَشَتُم ُرَخُأ َو ِباَتِكْلا ُّمُأ َّنُه ٌتاَمَكْحُّم ٌتاَياَء ُهْنِم َباَتِكْلا َكْيَلَع َل َزنَأ يِذَّلا َوُه َنيِذَّلا ُمَلْعَياَم َو ِهِليِوْأَت َءآَغِتْبا َو ِةَنْتِفْلا َءآَغِتْبا ُهْنِم َهَباَشَتاَم َنوُعِبَّتَيَف ٌغْي َز ْمِهِبوُلُق يِف ُهَليِوْأَت ُل ْوُأ َّلاِإ ُرَّكَّذَياَم َو اَنِِّب َر ِدنِع ْنِِّم ٌّلُك ِهِب اَّنَماَء َنوُلوُقَي ِمْلِعْلا يِف َنوُخِسا َّرلا َو ُالله َّلاِإ ِباَبْلَلأْا او

“Artinya Dia-lah yang menurunkan al-Kitab (al-Qur’an) kepadamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi al-Qur’an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyabihat dari padanya untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman kepada ayat-ayat yang muta-syabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.” Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal (Qs. Ali-Imran :7)

Ayat ini menjelaskan bahwasanya ayat Allah itu ada dua, ada yang muhkam dan ada yang mustasyabih. Ayat-ayat yang muhkam yakni yang kandungannya sangat jelas, sehingga hampr-hampir tidak lagi dibutuhkan penjelasan tambahan untuknya, atau yang tidak mengandung makna yang selain terlintas pertama kali dalam benak. Ada juga yang memahami ayat-ayat ini sebagai ayat-ayat yang mengandung perintah melaksanakan sesuatu atau larangan. Sedangkan mutasyabih adalah ayat-ayat yang harus di

129

imani.178Di samping terdapat ayat mutasyabih terdapat pula faedahnya, diantaranya ialah bahwa untuk mencapai arti dan maksudnya dan kebenaran yang terkandung di dalamnya, lebih sukar dari pada ayat yang muhkam. Dengan sebab demikian, niscaya lebih besar pahala bagi orang-orang yang mujahid, yang bersungguh-sungguh mengkajinya.179

Tidaklah akan memikirkan dan memahami himah ayat-ayat mutasyabih, kecuali orang yang mempunyai pandangan jernih dan akal yang luas secara istimewa ayat-ayat mutasyabih dengan dia dapat mengingat dan merujuk ayat-ayat mutasyabih kepada ayat-ayat muhkam.180

Kaum Ulul Albab merupakan kaum yang berakal, istimewa dan mempunyai pikiran jernih. Sehingga dapat dikatakan bahwa kaum inilah yang mampu beriman kepada ayat-ayat Allah yang mutasyabih.

5) Surat Ali Imran Ayat 190-191

ِبََٰبْلَ ْلأٱ ىِل ۟وُ ِِّلأ ٍۢ تََٰياَءَل ِراَهَّنلٱ َو ِلْيَّلٱ ِفََٰلِتْخٱ َو ِض ْرَ ْلأٱ َو ِت ََٰو ََٰمَّسلٱ ِقْلَخ ىِف َّنِإ ِض ْرَ ْلأٱ َو ِت ََٰو ََٰمَّسلٱ ِقْلَخ ىِف َنوُرَّكَفَتَي َو ْمِهِبوُنُج َٰىَلَع َو ا ًًۭدوُعُق َو ا ًًۭمََٰيِق َ َّللَّٱ َنوُرُكْذَي َنيِذَّلٱ

اَم اَنَّب َر ِراَّنلٱ َباَذَع اَنِقَف َكَن ََٰحْبُس ًًۭلَِطََٰب اَذََٰه َتْقَلَخ

Artinya: “Sesungguhnya, dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang, terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.” (Qs. Ali-‘Imran: 190-191)

178M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Jilid I hlm 12

179Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jilid III (Jakarta: Pustaka Punjimas), 1983, hlm 109. 180Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir al-Maraghi, Jilid II, hlm, 132

130

Sesungguhnya dalam penciptaan, yakni kejadian-kejadian benda-benda angkasa seperti matahari, bulan dan jutaan gugusan bintang-bintang yang terdapat di langit atau dalam pengaturan sistem kerja langit yang sangat teliti serta kejadian dan perputaran bumi dan porosnya yang melahirkan silih bergantinya siang dan malam perbedaannya baik dalam masa, maupun dalam panjang pendeknya terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi Ulul Albab, yakni orang yang memiliki akal yang murni.

Kata Albab adalah bentuk jamak dari lubb yaitu saripati sesuatu. Kacang, misalnya memiliki kulit yang menutupi isinya, isi kacang dinamai lub, Ulul Albab adalah orang yang memiliki akal yang murni, yang tidak diselubungi oleh “kulit” yakni kabut ide yang dapat melahirkan kerancuan dalam berfikir, yang merenungkan tentang fenomena alam raya akan dapat sampai kepada bukti yang sangat nyata tentang ke-Esaan dan kekuasaan Allah SWT.181

6) Surat Al-Maidah Ayat 100

ِثيبَخلا ُة َرثَك َكَبَجعَأ وَل َو ُبِِّيَّطلا َو ُثيبَخلا يِوَتسَي لا لُق ََّاللَّ اوُقَّتاَف

َنوحِلفُت مُكَّلَعَل ِبابلَلأا يِلوُأ اي Artinya Katakanlah: “Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan”.(Qs. Al-Maidah :100).

Dalam ayat ini Allah Memerintahkan manusia untuk bertaqwa agar menjadi insan yang muflih, menganjurkan manusia untuk menjauhkan diri

131

dari segala sesuatu yang buruk, meskipun sangat menarik hati dan jumlahnya banyak. Allah yang Maha Mengetahui tidak mungkin akan membiarkan manusia berlaku sesuka hatinya dengan tidak mendapat pembalasan yang setimpal dari perbuatannya. Perintah bertaqwa kepada Allah dalam ayat ini dianjurkan untuk manusia berakal yang mempunyai pikiran bersih dan lurus. Menjauhi dan meninggalkan perkara yang haram, kemudian mengambil kebaikan dari perkara yang halal agar mendapat keberuntungan.

Di sinilah insan Ulul Albab yang mempunyai inti pikiran diperintah bertakwa kepada Allah. Disini dipersambungkanlah pikiran cerdas dengan takwa kepada Allah. Karena dengan takwa kepada Allah pikiran tadi akan terombang-ambing, tidak akan terpesona melihat banyaknya yang buruk yang kerap kali seakan-akan menang. Dengan takwanya kepada Allah, dapatlah dia menahan diri dan tetap berpegang pada yang baik. Meskipun akal cerdas kalau takwa tidak ada, akal yang cerdas bisa dipergunakan memakai yang buruk dengan lebih teratur, padahal apabila telah karam ke dalam gelombang keburukan, kesengsaraanlah yang akan dirasa kelak, sedang dengan memelihara takwa kepada Allah SWT, diri dapat bertahan yang akhirnya akan membawa kepada kemenangan dan kejayaan.182

7) Surat Yusuf Ayat 111

َٰى َرَتْفُي اًثيِدَح َناَك اَم ۗ ِباَبْلَ ْلأا يِلوُ ِلأ ٌة َرْبِع ْمِه ِصَصَق يِف َناَك ْدَقَل

َنوُن ِم ْؤُي م ْوَقِل ًةَمْح َر َو ىًدُه َو ءْيَش ِِّلُك َلي ِصْفَت َو ِهْيَدَي َنْيَب يِذَّلا َقيِدْصَت ْنِكََٰل َو

132

Artinya Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.(Qs. Yusuf : 111).

Allah SWT berfirman bahwa pada cerita dan kisah-kisah para Rasul yang dikisahkan dalam Al-Qur’an terdapat ibrah dan pengajaran bagi orang-orang yang berakal dan hendak menggunakan akalnya mengenai bagaimana para Rasul Allah diselamatkan dari tipu daya dan perbuatan jahat orang-orang kafir dan bagaimana orang-orang menantang dan mendustakan para Rasul dibinasakan akibat kefakirannya. Al-Qur’an ini bukanlah cerita yang di buat-buat, akan tetapibenar-benar firman yang diwahyukan oleh Allah untuk membenarkan kitab-kitab Allah yang sebelumnya dan mengahpus serta mengoreksi apa yang telah terjadi dalam kitab-kitab itu berupa perubahan-perubahan dan penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh tangan hamba-hamba Allah yang jahil. Di samping itu Al-Qur’an ini menjelaskan dengan seterang-terangnya dengan segala sesuatu, apa-apa yang dihalalkan dan apa-apa yang diharamkan, serta hal-hal yang ghaib yang telah berlalau maupun yang akan dating, juga mengenai Dzat Allah yang Maha Esa, sifat-sifatnya, hikmah kebijaksanaan qodho dan qodarnya, karena itu maka Al-Qur’an menjadi petunjuk ke jalan lurus dan benar serta merupakan rahmad dati sisi Allah bagi hamba-hamba-Nya yang mukminin.183

133 8) Surat Ar-Ra’du Ayat 19

ِباَبْللأا وُلوُأ ُرَّكَذَتَي اَمَّنِإ ىَمْعَأ َوُه ْنَمَك ُّقَحْلا َكِِّب َر ْنِم َكْيَلِإ َل ِزْنُأ اَمَّنَأ ُمَلْعَي ْنَمَفَأ

Artinya Maka apakah orang yang mengetahui bahwa apa yang diturunkan Tuhan kepadamu adalah kebenaran sama dengan orang yang buta? Hanya orang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran. (Qs. Ar-Ra’du :19).

Demikianlah perbuatan antara kebenaran dan kebathilan, karena itu adakah orang yang mengetahui bahwa apa yang di turunkan kepadamu dari Tuhanmu wahai Muhammad mengetahuinya bahwa ia adalah kebenaran dan yang diibaratkan dengan air atau logam murni itu, sama dengan orang yang buta yang serupa dengan buih dan kotoran logam itu ? pastilah tidak sama! Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat menyadari perumpamaan dan mengambil pelajaran.

Ayat di atas menggunakan kata buta untuk mereka yang menolak apa yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW, yakni Al-Qur’an karena firman-firman Allah itu sedemikian jelas sehingga dapat dijangkau oleh siapapun, walau hanya memiliki mata saja. Namun demikian, karena mereka menolaknya maka mereka adalah orang buta mata hatinya. Ulul Albab bukan sekedar orang yang memiliki kemampuan berfikir cemerlang, tetapi kemampuan berpikir yang disertai dengan kesucian hati sehingga dapat mengantar pemilkinya meraih kebenaran dan mengamalkan serta menghindar dari kesalahan dan kemungkaran. Itulah saripati manusia184

Dokumen terkait