• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESOLUSI SPASIAL

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.6. Pengukuran faktor biofisik lapangan

3.5.2. Survei kondisi sosial, ekonomi dan budaya

Kondisi sosial, ekonomi dan budaya diperlukan untuk mendapatkan data yang mendukung kelayakan pembentukan KKL di suatu lokasi. Beberapa data yang diperlukan adalah data demogarfi, kearifan tradisional, aspek hukum dan kelembagaan, persepsi stakeholder tentang KKL, dan beberapa informasi penting lainnya.

Kegiatan survey sosial, budaya dan ekonomi dilakukan dengan metode kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif dilakukan dengan menggunakan kuisioner yang telah disusun secara sistematis dalam rangka mendapatkan parameter-parameter atau kriteria-kriteria sosial, budaya dan ekonomi sebagai pertimbangan yang mendukung pembentukan dan penetapan KKL baru. Sedangkan kualitatif menggunakan tehnik-tehnik yang memungkinkan lahirnya partisipasi masyarakat lokal dan stakeholder lainnya.

X 0.20 X 0.20 X 0.10 X 0.10 KKL X 0.30 X 0.10

3.7. Metode penentuan kawasan konservasi laut

Hasil survey baik secara kuantitatif dan kualitatif ditabulasikan berdasarkan kategori-kategori ekologis, sosial, budaya dan ekonomi. Kategori tersebut dianalisi secara diskriptif, diinterpretasi dan dibahas. Dalam penelitian kali ini hanya dari segi ekologis yang akan dibahas.

Analisi yang dilakukan untuk penentuan kawasan konservasi laut berdasarkan pada metode Cell Based Modelling, baik mengkelaskan maupun overlay setiap parameter yang diperoleh dari pengukuran lapang maupun ekstraksi citra satelit. Setelah seluruh parameter dikelaskan sesuai dengan kriteria yang ditentukan dalam Table 4, kawasan konservasi laut diperoleh dari hasil overlay seluruh parameter (Gambar 10).

PARAMETER BOBOT RASTER OVERLAY

Gambar 10. Weigth Overlay untuk Kawasan konservasi laut ( KKL)

Jarak dari jalur pelayaran (m) Jarak dari pemukiman(panta uan)

Kedalaman Jumlah jenis ikan karang

Jumlah kelimpahan ikan Substrat dasar

Beberapa kriteria sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan KKL yang baru sebagai berikut :

1. Lokasi KKL bukan merupakan lokasi utama penangkapan ikan oleh masyarakat setempat maupun nelayan dari lauar wilayah sebab akan menyulitkan dalam upaya pelarangan penangkapan ikan dilokasi tersebut nantinya.

2. Tutupan karang sebaiknya dalam kondisi baik. Idealnya, lokasi tersebut memiliki 50% tutupan karang hidup. Walaupun demikian, lokasi dengan tutupan karang yang lebih rendah juga masih dapat dijadikan pilihan jika kriteria lainya memungkinkan ( sangat sesuai ≥ 50%, sesuai >25% dan

≤ 50%, dan tidak sesuai ≤ 25% ).

3. Lokasi KKL seharusnya meliputi habitat terumbu karang, hutan mangrove, padang lamun, dan habitat penting lainnya ( sangat sesuai : karang, lamun, mangrove ; sesuai : karang, lamun ; tidak sesuai : tidak ada ekosistem).

4. Lokasi KKL sebaiknya berada dalam jarak pandang dan pantauan pemukiman agar dapat diamati dan diawasi oleh masyarakat guna mengurangi pelanggaran aturan larang ambil secara permanen ( sangat sesuai < 500 m, sesuai 500-1500 m, tidak sesuai ≥ 1500 m).

5. Ukuran besar atau kecilnya kawasan KKL tidak terlalu penting /

menentukan, akan tetapi ada baiknya lokasi yang ditetapkan mempunyai luas sekitar 10-20% dari total perkiraan terumbu karang di perairan pulau Karang Lebar dan Karang Congkak.

6. Lokasi KKL seharusnya tidak berada di dekat mulut sungai yang sangat rawan terhadap sedimentasi dan akibat dari poluso darat.

7. Lokasi KKL merupakan daerah penyelaman atau berpotensi untuk lokasi penyelaman.

8. Kawasan yang merupakan lokasi biota tertentu atau spesies yang langka bertelur atau mencari makan juga merupakan lokasi yang ideal bagi KKL.

9. Sangat berguna untuk menetapkan lokasi dengan bentuk yang mudah dilihat (seperti persegi, persegi panjang, segitiga, dan lainnya), atau mengikuti kontur fisik alam dan menempatkan batas berdasarkan letak geografis alami yang dikenal oleh masyarakat setempat (seperti batas tanjung, lekukan, tepi karang, batas hutan mangrove, bukit, dan lain-lain).

3.8. Matriks kesesuaian untuk penentuan kawasan konservasi laut

Penentuan kawasan konservasi laut memerlukan kriteria yang berkorelasi dengan keadaan lingkungan daerah penelitian. Kriteria yang disusun merupakan kajian dan modifikasi dari berbagai sumber serta diskusi dengan pakar.

Pembuatan matriks kesesuaian ini dimulai dengan menentukan parameter apa saja yang berpengaruh terhadap daerah yang berpoetensi dijadikan KKL.

Penyusunan matriks selanjutnya hanya memperhatikan faktor-faktor yang bervariasi yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan perairan Kepulauan Seribu. Pembobotan setiap parameter berdasarkan pada dominasi pengaruh parameter tersebut dalam zona KKL. Pemberian scoring dimaksudkan untuk

menilai faktor pembatas pada setiap parameter. Parameter yang digunakan dalam penentuan zona potensial KKL melibatkan faktor biofisik perairan, kawasan konservasi, aktivitas manusia yang kemungkinan dapat mengganggu ekosistem dan letak pemukiman yang berhubungan dengan jarak pantauan masyarakat.

Konsep dasar suatu "analisis kesesuaian biofisik lokasi untuk suatu penggunaan tertentu" atau sering secara singkat disebut sebagai "analisis

kesesuaian", pada prinsipnya adalah melakukan perbandingan antara karakteristik biofisik lokasi tersebut dengan kondisi biofisik yang seharusnya dipenuhi untuk suatu ekosistem tertentu agar ekosistem tersebut dapat hidup secara optimal. Karakteristik biofisik zona ini dinyatakan dalam berbagai parameter yang masing-masing mempunyai nilai dengan satuan pengukuran tertentu. Kondisi biofisik yang seharusnya dipenuhi untuk suatu ekosistem tertentu tersebut tidak lain adalah nilai-nilai berbagai parameter biofisik yang sesuai dengan kebutuhan ekosistem tersebut. Apabila nilai dari suatu parameter biofisik suatu di lokasi berada pada kisaran optimum dari nilai yang dibutuhkan oleh suatu ekosistem tertentu maka untuk parameter tersebut, lokasi tersebut dapat dinilai sebagai ”sangat sesuai”. Sebaliknya, jika di antara kondisi biofisik tersebut ada yang nilai parameternya berada di luar kisaran nilai optimum, maka secara keseluruhan, lokasi tersebut dapat dinyatakan sebagai ” sesuai”; atau bahkan ”tidak sesuai”, tergantung dari seberapa jauh nilai-nilai parameternya memiliki jarak

dibandingkan nilai optimum yang diinginkan untuk suatu ekosistem tertentu. Pemberian bobot untuk setiap parameter dalam kajian ini adalah 10 – 30 % dan pemberian nilai (skor) dalam kisaran 1-3. Kriteria matriks kesesuaian untuk

penentuan zona potensial kawasan konservasi laut dapat dilihat pada Tabel 4. Seluruh bobot dan skor pada keseluruhan kriteria konservasi akan diproses melalui software yang digunakan dan akan dihasilkan klasifikasi zona kawasan konservasi laut berdasarkan tingkat kesesuaian faktor-faktor konservasi. Nilai tiap kelas didasarkan pada perhitungan dengan rumus sebagai berikut:

N =∑Bi x Si Keterangan : N = Total bobot nilai

Bi = Bobot pada tiap kriteria Si = Skor pada tiap kriteria

Tabel 4. Sistem penilaian kesesuaian kawasan konservasi laut

No Parameter Bobot (%)

Sangat sesuai

Skor Sesuai Skor Tidak sesuai

Skor

1. Substrat dasar 30 Karang hidup 3 Karang mati 2 Pasir, lamun 1 2. Jenis Ikan Karang

(sp) 20 > 20 3 15-20 2 < 15 1 3. Jumlah Ikan Karang (ind) 20 >300 3 100-300 2 <100 1 4. Kedalaman (m) 10 10-25 3 3-<10 2 <3 dan >25 1 5. Jarak dari jalur

pelayaran (m) 10 .>2000 3 >1000 dan <2000 2 <1000 1 6. Jarak dari pemukiman (pantauan) 10 ≤ 500 m 500 -1500 m 2 ≥ 1500 m 1

Sumber : Modifikasi Bakosurtanal 1996, Gomez dan Alcala dalam Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan DKI Jakarta dan PKSPL-IPB, 2001.

Selang tiap-tiap kelas diperoleh dari jumlah perkalian nilai maksimum tiap bobot dan skor dikurangi jumlah perkalian nilai minimumnya yang kemudian dibagi menjadi tiga, yang dituliskan dengan rumus sebagai berikut:

Nminimum sebesar 1 dan Nmaksimum sebesar 3.

Nilai kelas S3 (tidak sesuai) didapatkan dari skor total kelas S3 (1) ditambah dengan 0,6667. Nilai kelas S2 (sesuai) didapatkan dari selang maksimum S3 (1,6667) ditambah dengan 0,6667. Nilai kelas S1 (sangat sesuai didapatkan dari selang maksimum S2 (2.3334) ditambah 0.6667. Masing-masing kelas dapat ditetapkan selang dari bobot nilainya sebagai berikut:

Kelas sangat sesuai (S1) dengan selang bobot nilai : 2,3335 – 3,0000 Kelas sesuai (S2) dengan selang bobot nilai : 1,6668 – 2,3334 Kelas tidak sesuai (S3) dengan selang bobot nilai : 1,0000 – 1,6667 Masing – masing kelas di atas didefinisikan sebagai berikut (Bakosurtanal, 1996): (1) Sangat sesuai (S1)

Wilayah perairan ini sangat sesuai untuk zona kawasan konservasi laut. Tanpa adanya faktor pembatas yang berarti atau tidak memiliki faktor pembatas yang berpengaruh dan tidak akan menurunkan pengaruh produktivitasnya dalam menjaga stabilitas lingkungan . Kegiatan konservasi dapat berlangsung tanpa adanya hambatan.

(2) Sesuai (S2)

Wilayah perairan ini mempunyai faktor pembatas yang berpengaruh terhadap kegiatan konservasi. Kegiatan konservasi dapat tetap berjalan tetapi memerlukan perlakuan dan masukan dari pelaku konservasi.

(3) Tidak sesuai (S3)

Wilayah perairan ini mempunyai faktor pembatas yang sangat signifikan baik permanen maupun tidak permanen. Kegiatan konservasi tidak dapat berlangsung meskipun diberikan berbagai perlakuan khusus (intensif).

Dokumen terkait