• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEGIATAN PEMBELAJARAN 5 : SURVEY LAPANGAN UNTUK PLTMH A.Tujuan Pembelajaran

5.3. Pekerjaan Survey dan Penyelidikan Lapangan

5.3.1. Survey Topografi

Pekerjaan survey topografi dalam pekerjaan Studi Kelayakan dan Preliminary Desain Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro (PLTMH) adalah untuk memetakan kondisi rupa bumi di wilayah studi yang diperkirakan berpotensi dan layak untuk dibangun PLTMH.

Tujuan Survei

Dalam kegiatan survei topografi mempunyai tujuan untuk mendapatkan data dan gambaran bentuk permukaan tanah rencana Masterplan drainase yang berupa situasi dan ketinggian serta posisi kenampakan yang ada. Tujuan dari survai topografi adalah untuk menyajikan informasi topografi dan situasi daerah studi secara lengkap dalam bentuk peta situasi skala 1 : 500, untuk memenuhi syarat teknis guna keperluan perencanaan fasilitas pembangkit yang akan dibangun serta optimasi pekerjaan fisik dan penentuan elevasi struktur.

SURVEI DAN KONSTRUKSI BANGUNAN PLTMH TEKNOLOGI ENERGI TERBARUKAN – TEKNIK ENERGI HIDRO

121 Ruang Lingkup Survei

Kegiatan yang dilaksanakan dalam survei topografi mempunyai ruang lingkup sebagai berikut:

1. Pekerjaan pengukuran 2. Orientasi medan

3. Pemasangan Bech Mark (BM) dan patok pengukuran 4. Pengukuran poligon (kerangka dasar horizontal) 5. Pengukuran sipat datar (kerangka dasar vertikal) 6. Pengukuran penampang saluran

7. Perhitungan hasil pengukuran

Survai topografi meliputi kegiatan :

1. Pemetaan wilayah, yang dipetakan dalam survey topografi ini meliputi wilayah dataran dan perairan (sungai)

2. Pemetaan situasiuntuk layout PLTMH rencana skala 1:1000 sepanjang 1.5 kilometer sungai dengan lebar 300 meter per bantaran sungai.

3. Pengukuran cross section sungai pada lokasi calon PLTM terpilih, di lokasi bendung (masing-masing 5 cross section) dan tailrace (masing-masing 5 cross section). Diperkirakan akan terdapat 30 cross section dengan kerapatan disesuaikan kebutuhan.

4. Pemetaan detil bangunan skala 1:200 pada lokasi PLTM terpilih (bendung, intake, kolam pengendap pasir, saluran hantar, bak penenang, pelimpas, jalur pipa pesat, gedung sentral, switchgear, rumah operator, pos jaga).

5. Pengikatan ke titik referensi yang terdekat. 6. Pemasangan 8 titik benchmark pada lokasi PLTM. 7. Penentuan kerangka horizontal dan vertikal.

SURVEI DAN KONSTRUKSI BANGUNAN PLTMH TEKNOLOGI ENERGI TERBARUKAN – TEKNIK ENERGI HIDRO

122 Metodologi Survei

Metodologi pengukuran yang akan dilaksanakan terdiri dari beberapa kegiatan sebagai berikut:

Pekerjaan Pengukuran

Pengukuran ini maksudkan untuk menetapkan posisi dari titik awal proyek terhadap koordinat maupun elevasi triangulasi, agar pada saat pengukuran untuk pelaksanaan (stake out) mudah dilakukan.Data koordinat dan ketinggian titik triangulasi diperoleh dari Jawatan Topografi Angkatan Darat atau dari BIG (Badan Informasi Geospasial).Referensi ketinggian titik triangulasi adalah permukaan laut rata-rata, sedangkan data koordinat triangulasi berupa koordinat geografis lintang dan bujur dalam sistem koordinat UTM (Universal Transverse Mercator) yang kemudian ditransformasi ke dalam sistem Koordinat Cartesian (x, y).

Pengukuran pengikatan dilakukan dari titik triangulasi terhadap salah satu titik pada kerangka dasar horizontal/vertikal utama, agar seluruh daerah pemetaan berada dalam satu sistem referensi yang sama. Apabila titik triangulasi tidak ada/berada jauh sekali dari lokasi proyek, maka dapat digunakan titik referensi lokal.

Setelah dilakukan pengukuran pengikatan untuk menentukan titik awal proyek, selanjutnya dilakukan pengukuran titik-titik kontrol, baik titik kontrol horizontal maupun vertikal. Pengukuran titik-titik kontrol (control survey) adalah pekerjaan pengukuran untuk pemasangan patok-patok yang kelak akan digunakan sebagai titik-titik dasar dalam berbagai macam pekerjaan pengukuran. Pengukuran yang dilakukan untuk memperoleh hubungan posisi diantara titik-titik dasar disebut pengukuran titik-titik kontrol dan hasilnya akan dipergunakan untuk pengukuran detail.

SURVEI DAN KONSTRUKSI BANGUNAN PLTMH TEKNOLOGI ENERGI TERBARUKAN – TEKNIK ENERGI HIDRO

123 Orientasi Medan

Sebagai langkah awal setelah tim tiba di Base Camp lapangan adalah melakukan orientasi medan yang meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a) Melacak letak dan kondisi existing BM (BM yang telah terpasang sebelumnya) dan pilar beton lainnya yang akan dimanfaatkan sebagai titik-titik kontrol pengukuran.

b) Meninjau dan mengamati kondisi sungai beserta keadaan daerah sekitarnya. c) Melacak serta mengamati keadaan di dalam lokasi.

d) Penghimpunan Tenaga Lokal (TL) yang diambil dari penduduk sekitar lokasi. e) Melakukan konsolidasi internal terhadap kesiapan personil, peralatan,

perlengkapan, material, serta logistik.

f) Melakukan konsultasi teknis serta meninjau lokasi secara bersama-sama dengan Pengawas Lapangan.

Pemasangan BM (Bench Mark) dan Patok Kayu

BM dipasang ditempat yang stabil, aman dari gangguan dan mudah dicari. Setiap BM akan difoto, dibuat deskripsinya, diberi nomor dan kode. Penentuan koordinat (x, y, z) BM dilakukan dengan menggunakan pengukuran GPS, poligon dan sipat datar. Pada setiap pemasangan BM akan dipasang CP pendamping untuk memudahkan pemeriksaan. Tata cara pengukuran, peralatan dan ketelitian pengukuran sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Titik ikat yang dipakai adalah BM lama yang terdekat. Bentuk, ukuran dan konstruksi Bench Mark besar berukuran (20x20x75)cm dengan jumlah BM sebanyak 2 buah. Bench Mark besar dipasang seperti berikut :

a) BM harus dipasang pada jarak tertentu sepanjang jalur poligon utama atau cabang. Patok beton tersebut harus ditanam ke dalam tanah sepanjang kurang lebih 50cm (yang kelihatan di atas tanah kurang lebih 25cm) ditempatkan pada daerah yang lebih aman dan mudah dicari. Pembuatan tulangan dan cetakan BM dilakukan di Base Camp. Pengecoran BM

SURVEI DAN KONSTRUKSI BANGUNAN PLTMH TEKNOLOGI ENERGI TERBARUKAN – TEKNIK ENERGI HIDRO

124 dilakukan dilokasi pemasangan. Pembuatan skets lokasi BM untuk deskripsi. Pemotretan BM dalam posisi "Close Up", untuk lembar deskripsi BM.

b) Baik patok beton maupun patok-patok poligon diberi tanda Bench Mark (BM) dan nomor urut, ditempatkan pada daerah yang lebih aman dan mudah pencariannya.

c) Untuk memudahkan pencarian patok sebaiknya pada pohon-pohon disekitar patok diberi cat atau pita atau tanda-tanda tertentu.

d) Untuk patok kayu harus dibuat dari bahan yang kuat dengan ukuran (3x5x50)cm3 ditanam sedalam 30cm, dicat merah dan dipasang paku diatasnya serta diberi kode dan nomor yang teratur.

Gambar 5. 2 ContohKonstruksi BM

Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal

Pada dasarnya ada beberapa macam cara untuk melakukan pengukuran titik kerangka dasar horizontal, diantaranya yaitu dengan melakukan pengukuran dengan menggunakan satelit GPS (Global Positioning System) dan dengan

40 20 15 65 20 100 Beton 1:2:3 Pasir dipadatkan Pen kuningan Tulangan tiang Ø10 Sengkang Ø5-15 Pelat marmer 12 x 12 20 10 20 10 Ø6 cm Pipa pralon PVC Ø6 cm Nomor titik Dicor beton Dicor beton 75 25

SURVEI DAN KONSTRUKSI BANGUNAN PLTMH TEKNOLOGI ENERGI TERBARUKAN – TEKNIK ENERGI HIDRO

125 pengukuran poligon. Keuntungan menggunakan metoda GPS untuk penentuan titik kerangka dasar horizontal yaitu:

a) Waktu pelaksanaan lebih cepat.

b) Tidak perlu adanya keterlihatan antar titik yang akan diukur. c) Dapat dilakukan setiap saat (real time), baik siang maupun malam.

d) Memberikan posisi tiga dimensi yang umumnya bereferensi ke satu datum global yaitu World Geodetic System 1984 yang menggunakan ellipsoid referensi Geodetic Reference System 1980.

e) Proses pengamatan relatif tidak tergantung pada kondisi terrain dan cuaca. f) Ketelitian posisi yang diberikan relatif tinggi.

Sedangkan kerugiannya antara lain:

a. Datum untuk penentuan posisi ditentukan oleh pemilik dan pengelola satelit. Pemakai harus menggunakan datum tersebut, atau kalau tidak, ia harus mentransformasikannya ke datum yang digunakannya (transformasi datum).

b. Pemakai tidak mempunyai kontrol dan wewenang dalam pengoperasian sistem. Pemakai hanya mengamati satelit sebagaimana adanya beserta segala konsekuensinya.

c. Pemrosesan data satelit untuk mendapatkan hasil yang teliti, relatif tidak mudah. Banyak faktor yang harus diperhitungkan dengan baik dan hati-hati.

Spesifikasi pengamatan GPS untuk memperoleh titik kerangka utama ini adalah:

a. Pengamatan dilakukan secara double difference dengan metode static atau rapid static.

b. Lama pengamatan 30-45 menit setiap sesi pengamatan.

c. Panjang tiap baseline maksimal 2,5km.

d. Masking angle adalah sebesar 15 derajat.

e. GPS receiver yang digunakan adalah GPS single frekuensi baik L1 atau L2.

SURVEI DAN KONSTRUKSI BANGUNAN PLTMH TEKNOLOGI ENERGI TERBARUKAN – TEKNIK ENERGI HIDRO

126 Pengukuran titik kontrol horizontal yang dilakukan dalam bentuk poligon, harus terikat pada ujung-ujungnya. Dalam pengukuran poligon ada dua unsur penting yang perlu diperhatikan yaitu jarak dan sudut jurusan. Pengukuran titik kontrol horizontal (titik poligon) dilaksanakan dengan cara mengukur jarak dan sudut menurut lintasan tertutup. Pada pengukuran poligon ini, titik akhir pengukuran berada pada titik awal pengukuran. Pengukuran sudut dilakukan dengan pembacaan double seri, dimana besar sudut yang akan dipakai adalah harga rata-rata dari pembacaan tersebut. Azimut awal akan ditetapkan dari pengamatan matahari dan dikoreksikan terhadap azimut magnetis.

Metode dan alat yang digunakan adalah sebagai berikut:

a). Alat yang digunakan adalah Theodolit dengan ketelitian 1” (satu sekon)dan EDM dengan ketelitian 3ppm.

b). Pengukuran sudut dilakukan seri yang setiap seri dengan perbedaan maksimum. 5”, sedangkan untuk sudut vertikal hanya diukur satu seri saja. Kesalahan penutup sudut maksimum 20√ N, dimana N = jumlah titik pengamatan sudut.

c). Pengukuran jarak dilakukan pulang pergi yang masing-masing 3 kali pengamatan.

d). Kesalahan linier koordinat maksimum 1:10.000

Dokumen terkait