• Tidak ada hasil yang ditemukan

Survive pada Kondisi Minimal

Dalam dokumen Pertumbuhan Pohon dan Jaringan Pengaman (Halaman 49-53)

Banyak ditemukan contoh tumbuhan yang berada dalam kondisi lingkungan yang tidak sewajarnya namun masih tetap bertahan hidup, bahkan secara keseluruhan memberikan nilai tambah yang signifikans. Tanaman bonsai merupakan bentuk pembatasan lingkungan pada batas minimal, dimana pertumbuhan tanaman ditekan sedemikian rupa namun masih dalam relung yang memungkinkan tanaman untuk tetap survive. Tumbuhan yang hidup di daerah tandus dan kering sering berhadapan dengan kondisi yang sangat kritis secara alami.

Pada beberapa contoh kasus, tumbuhan dibentuk sedemikian rupa untuk menggali potensi keindahan dan estetika, dengan tetap menjaga agar tumbuhan tetap bertahan hidup, sebab apabila tumbuhan tersebut mati, maka nilai keindahan dan estetika yang alamiah akan hilang. Pada contoh di atas, kita telah mengetahui kemampuan akar yang sangat hebat dalam menjalankan fungsi dan peranannya sebagai pencari dan penyerap air dan unsur hara serta penyokong tubuh tumbuhan.

Pohon sequoia (Sequoiadenderon giganteum) yang merupakan pohon terbesar di dunia mempunyai ketinggian 83,8 m dan berat 6.000 ton serta volume 1.486 m3, ditemukan di Sierra Nevada California diperkirakan berumur 2.200 tahun. Umur pohon diperkirakan sebagai faktor pembatas namun pohon masih tetap survive. Pohon tenere yang hidup di daerah tandus dan kering (padang pasir) harus ditopang oleh sistem perakaran yang kuat dan dalam. Kemampuan akar membentuk Jaringan Pengaman Air dan Unsur Hara (Safety Nutrient and Water Network) menjadi semakin penting pada kasus seperti ini.

Gambar 42. Tumbuhan yang dibentuk untuk menciptakan nilai estetika unik

Gambar 43. Pohon sequoia(Sequoiadendron giganteum) yang tumbuh sangat besar dan tua serta pohon tenere yang mampu hidup di padang pasir

Gambar 44. Pohon sebagai media seni bagi manusia

Tumbuhan yang hanya mempunyai sistem perakaran yang sederhana membentuk mekanisme tersendiri dalam upaya mendapatkan air dan unsur hara. Pohon cendana cenderung melakukan simbiosis dengan tumbuhan lain, seperti cabe, dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Tumbuhan parasit seperti benalu (Loranthaceae), tidak dilengkapi sistem perakaran yang sempurna sehingga hanya mampu menyerap air dan unsur hara dari inangnya, kemudian memproses sendiri menjadi karbohidrat. Beberapa tumbuhan seperti bunga Rafflesia spp mengambil energi dari jaringan tumbuhan pemanjat Tetrastigma yang batangnya merayap di permukaan tanah, dalam rangka mempertahankan hidupnya. Benalu dan putri malu tidak mempunyai jaringan perakaran pada umumnya, melainkan hanya jaringan embrio lunak yang hanya mampu menyerap unsur hara yang telah terdapat pada inangnya.

Ganbar 45. BungaRafflesiaspp mengambil energi dari tetrastigma

Pertumbuhan akar dimulai dari meristem primer akar berkembang sedemikian rupa membentuk sistem perakaran yang komplek dan Jaringan Pengaman Unsur Hara.

Fungsi akar disamping sebagai pencari dan penyerap air dan unsur hara dari tanah juga sebagai penyokong kedudukan tumbuhan dan penghasil sejumlah hormon penting bagi tanaman

Perakaran tanaman terdiri dari bagian ujung(root tip), rambut akar (root hair) dan bagian pangkal yang telah mengalami proses lignifikasi. Ujung akar terdiri dari jaringan meristem yang aktif melakukan pertumbuhan dan tudung akar(root cap) yang melindungi jaringan meristem serta melakukan penetrasi biokimia menembus lapisan tanah. Rambut akar berperan mengabsorbsi air dan unsur hara dari tanah melalui mekanisme osmosis (apoplastdansymplast) dan mekanisme aktif.

Dalam rangka menjalankan tugas, fungsi dan perannya, perakaran tumbuhan telah mengembangkan Jaringan Pengaman Unsur Hara(Safety Nutrient Network)melalui mekanisme unik dan cerdas yang bersifat khas dan berbeda-beda sesuai sifat genetik, geometri akar, keadaan tanah, sistem pertanaman, ketersediaan air dan unsur hara dan sinergitas antar spesies dan mikroorganisme tanah.

Mekanisme pembentukanSafety Nutrient Network(SNN) dapat ditempuh bermacam-macam sesuai jenis tumbuhan dan keadaan lingkungan. Mekanisme tersebut adalah daya kompatibilitas akar, Safety Nutrient Space (SNS), Safety Nutrient Cavity (SNC), Simbiosis dengan mikroorganisme, kemampuan menembus lapisan keras, perluasan ruang perakaran, memperkokoh kedudukan tumbuhan,Safety Nutrient Technique(SNT) pada mangrove, SNN pada rerumputan serta survive pada kondisi lingkungan minimal.

VI. ANALISIS HARA TANAH

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah lingkungan, jenis tanaman dan genetik tanaman. Faktor lingkungan terdiri dari faktor klimatis (seperti presipitasi, suhu, kelembaban, sinar, angin dan lain-lain) dan faktor edapis (seperti sifat fisik, kimia dan biologi tanah, ketinggian tempat dan lain-lain). Sebelum melakukan penanaman, semua komponen di atas hendaknya dikaji secara mendalam, termasuk komponen kandungan hara dalam tanah, sehingga kita dapat merencanakan dengan baik input-input hara yang akan diberikan pada lahan tersebut. Salah satu cara mengetahui kandungan hara tanah adalah melakukan pengambilan sampel tanah secara proporsional dan menganalisis sifat fisik, kimia dan biologi tanah, baik secara manual, semi manual atau melalui laboratorium yang menangani keperluan tersebut. Berdasarkan hasil analisis laboratorium kita dapat menilai kualitas tanah dan tindakan yang diperlukan dalam rangka menyediakan media tanam yang baik bagi tanaman. Berikut ini disajikan contoh hasil uji laboratorium tanah dan cara melakukan penilaian terhadap kulitas tanah.

Berdasarkan hasil penelitian tanah di Kabupaten Pulang Pisau, Provinsi Kalimantan Tengah, diperoleh informasi bahwa pada areal berhutan dilakukan konversi menjadi areal pertambangan pasir kuarsa (galian C). Jenis tanah lokasi pertambangan adalah Podsol (spodosol) pada daerah daratan penutupan vegetasi hutan alam seluas 1500 ha (sudah ditambang/tanah terbuka– tanah 2) dan 500 ha (hutan alam – tanah 1). Tanah regosol dijumpai pada daerah pantai dengan penutupan hutan mangrove. Seluruh lokasi masuk dalam kawasan hutan lindung. Pada hutan alam yang masih utuh terdapat stratifikasi vegetasi secara vertikal (tajuk) dan horisontal yang lengkap dengan tumbuhan bawah, tingkat semai, pancang, tiang dan pohon. Hasil pengamatan plot

ukuran 20 m x 20 m dengan total volume kayu (biomassa batang) sebesar 8,26 m3. Hasil analisis vegetasi/ tumbuhan pada lokasi penelitian dijumpai famili antara lain Clusiaceae, Malvaceae, Myrtaceae, Poaceae, Moraceae,

Dipterocar-paceae, Apocynaceae, Ixonanthaceae, Combretaceae,

Rhizophoraceae, Theaceae, Sapindaceae dan Euphorbiaceae. Kayu pada hutan alam dimanfaatkan oleh perusahaan dan masyarakat. Sebelum dilakukan penambangan, dilakukan analisis fisik dan kimia terhadap tanah hutan. Hasil analisis terlihat pada Tabel 3 dengan kode Htn artinya tanah berhutan yang selanjutnya disebut tanah 1. Setelah kegiatan penambangan, dilakukan analisis fisik dan kimia kembali. Hasil analisis terlihat pada Tabel 3 dengan kode Tnh Tb artinya tanah bekas pertambangan, yang selanjutnya disebut tanah 2.

Pembahasan yang dapat dilakukan pada kondisi tanah hutan sebelum dan sesudah dilakukan penambangan adalah: 1. Perubahan yang terjadi akibat penambangan secara

fisik

a. Hilangnya formasi hutan alam yang masih utuh b. Hilangnya stratifikasi vegetasi (hutan) secara vertikal

(tajuk) dan horisontal yang lengkap dengan tumbuhan bawah, tingkat semai, pancang, tiang dan pohon. c. Hilangnya volume kayu (biomassa batang) sebesar

309.750 m3. Karena:

Hasil pengamatan plot ukuran 20 m x 20 m (= 400 m2) didapatkan total volume kayu (biomassa batang) sebesar 8,26 m3. Pada areal hutan alam yang sudah ditambang dan menjadi tanah terbuka (tanah 2) seluas 1500 ha atau 15.000.000 m2, terjadi kehilangan volume kayu (biomassa batang) sebesar: (8,26 x 15.000.000) / 400 = 309.750 m3

d. Hilangnya komposisi dan struktur vegetasi pada hutan alam yang telah dilakukan penambangan (menjadi tanah terbuka) meliputi famili antara lainClusiaceae,

Malvaceae, Myrtaceae, Poaceae, Moraceae,

Dipterocarpaceae, Apocynaceae, Ixonanthaceae,

Combretaceae, Rhizophoraceae, Theaceae,

SapindaceaedanEuphorbiaceae.

e. Hilangnya kehidupan flora lainnya seperti jenis efipit, saprofit, herba, perdu dan lain-lain

f. Hilangnya satwa yang mendiami hutan alam tersebut g. Hilangnya ekosistem hutan alam yang komplek dan

kaya biodiversity

h. Perubahan lanskap dari hutan alam yang hijau, segar dengan nilai estetika tinggi menjadi hamparan yang kosong, tandus dan gersang dengan nilai estetika yang sangat rendah (jelek).

Dalam dokumen Pertumbuhan Pohon dan Jaringan Pengaman (Halaman 49-53)

Dokumen terkait