• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sustainable Supply Chain Management (Manajemen Rantai Pasok Berkelanjutan)

3. Data diambil dengan memberikan kuesioner kepada responden

3.2. Sustainable Supply Chain Management (Manajemen Rantai Pasok Berkelanjutan)

Ekonomi dunia yang terus tumbuh, selain memberikan dampak positif pada tingkat kesejahteraan masyarakat dunia juga menghasilkan pengaruh negatif pada lingkungan dan faktor ini sangat erat kaitanya dengan faktor sosial sebuah bangsa. Salah satu yang sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi negara adalah sektor transportasi (B Vittaldasa Prabhu, 2008). Hal itulah yang menjadi dasar pemikiran mengenai pentingnya konsep rantai pasok yang berkelanjutan (sustainable).

Rantai pasok yang berkelanjutan merupakan perkembangan dari ilmu rantai pasok itu sendiri, dikatakan berkelanjutan dikarenakan memenuhi 3 faktor utama dalam perwujudannya yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan (Balkan et al, 2011).

Sumber : Sustainable Supply Chain, Balkan et al, 2011

Gambar 3.2. Matric Dimensions and Sub Dimension of Sustainable Supply Chain

Sustainability

Social Economic Environment

Health

SUSTAINABILITY SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

Menurut Kaplan et al, pada saat ini sebuah industri berhasil atau tidaknya menerapkan strategi manajemen dapat terlihat dari 4 faktor berikut ini :

- Strategi perusahaan yang tepat dalam menghadapi persaingan - Strategi rantai pasok

- Bagaimana menghubungkan antara strategi perusahaan dan strategi rantai pasok

- Bagaimana membuatnya menjadi berkelanjutan (sustainable)

Dimensi sosial pada Supply Chain Sustainability mempunyai arti pencapaian kesamaan dalam distribusi pada masing-masing pelaku, kesempatan kerja, kesehatan dan keamanan. Aspek sosial mencakup hubungan organisasi dengan masyarakat sekitar dan karyawan (keselamatan dan kesehatan), aspek sosial dalam rantai pasok berkelanjutan juga menyangkut sosial sebagai Responsibility perusahaan (Tate et al., 2010). Erol et al., (2011) menyatakan aspek ekonomi mencakup mutu, profit, responsivenees, dan efesiensi. Suatu perusahaan yang mampu mencapai Supply Chain Sustainability harus bisa mengolaborasi ketiga entitas dalam bentuk kinerja rantai pasok.

EKONOMI

LINGKUNGAN SOSIAL

Gambar 3.3 Konsep SSCM

Industri hijau (sustainable) adalah industri yang penggunaan sumber dayanya dilakukan secara berkelanjutan sehingga mampu menyelaraskan pembangunan industri dengan kelestarian fungsi lingkungan hidup serta dapat memberi manfaat bagi masyarakat. (Kementrian Perindustrian Republik Indonesia, 2018). Selama 10 tahun terakhir, industri memberikan kontribusi 25,45-28,96 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.

Keberlanjutan dipandang memiliki dimensi lingkungan, ekonomi dan sosial.

Pendekatan keberlanjutan yang diadopsi oleh setiap bisnis dan rantai pasokan di mana mereka berada harus mencakup aspek-aspek ini (Gopalakrishnan, Yusuf, Musa, Abubakar, & Ambursa, 2012)

Pendekatan rantai pasok selanjutnya dikembangkan dengan pendekatan keberlanjutan (sustainable supply chain management) yang diharapkan lebih mampu mengoptimalkan kinerja rantai pasok. Hal ini disebabkan karena kelangsungan dan daya saing sebuah organisasi dalam jangka panjang tidak hanya bisa dievaluasi dengan ukuran finansial semata. Investor, pembuat kebijakan, dan pemangku kepentingan yang lain semakin ingin meningkatkan kinerja evaluasi dengan melibatkan aspek keberlangsungan—kinerja lingkungan, sosial, dan ekonomi organisasi (Yakovieva et al., 2009).

Kelestarian lingkungan dan polusi adalah masalah global yang memengaruhi manufaktur industri baik di negara maju maupun negara berkembang (Beamon, 1999). Menghasilkan limbah dan penggunaan sumber daya alam, terutama yang dikaitkan dengan manufaktur, berkontribusi terhadap degradasi lingkungan”. Isu-isu global yang meningkat ini menunjukkan

kebutuhan mendesak untuk perusahaan manufaktur untuk menyelaraskan strategi dan operasi mereka untuk melakukan lingkungan inisiatif. Manajemen rantai pasokan berkelanjutan (SSCM) adalah topik yang semakin penting dalam literatur operasi dan manajemen rantai pasokan, karena berbagai faktor mendukung penerimaannya dan mendukung pengadopsiannya seperti: tekanan sosial, meningkat harapan pelanggan, citra perusahaan, peraturan pemerintah yang lebih ketat, kompetitif tekanan, kelangkaan sumber daya alam dan sebagainya (Tseng et al., 2015 dan Govidan et al., 2014). Dari perspektif holistik, gagasan SSCM umumnya dianggap sinergis penggabungan tanggung jawab sosial perusahaan, manajemen lingkungan, dan rantai pasokan manajemen (Linton et al., 2007).

Sustainable supply chain management (SSCM) merupakan salah satu pendekatan bertujuan untuk meningkatkan kinerja rantai pasok sekaligus menjaga keberlangsungan rantai pasok melalui pengelolaan aliran material dan informasi serta kerjasama antara pelaku sepanjang rantai pasokan untuk memenuhi target dari semua tiga dimensi pembangunan berkelanjutan, yaitu ekonomi, lingkungan dan sosial masyarakat (Seuring dan Müller 2008).

China dan Iran telah mengalami perkembangan ekonomi yang cepat dalam waktu singkat kurang dari dua dekade (Geng et al., 2013). Namun demikian kelemahan dari hal ini adalah sejumlah masalah pencemaran lingkungan yang sekarang menjadi masalah serius perhatian publik, khususnya dari perspektif China. Sebagai tanggapan, China dan Iran pemerintah telah mengembangkan dan memberlakukan hukum dan kebijakan lingkungan untuk memberi lebih banyak kekuatan untuk program lingkungan mereka untuk membatasi dampak dari

manufaktur operasi pada lingkungan alami (Tan et al., 2014). Bisnis adalah sumber utama investasi dan pertumbuhan ekonomi, dan karenanya merupakan pemain kunci di Indonesia perlindungan lingkungan (Hsu et al., 2013), yang dimiliki pemerintah China dan Iran melembagakan beberapa insentif hijau untuk merangsang perusahaan-perusahaan manufaktur untuk bermain lebih sukarela peran dalam perlindungan lingkungan. Memang, ini telah menyebabkan pergeseran dari hanya mengandalkan internal sumber daya untuk bergantung pada sumber daya eksternal untuk melakukan inisiatif SSCM.

Perusahaan manufaktur dapat melakukan serangkaian inisiatif SSCM untuk meminimalkan yang negatif dampak lingkungan yang terkait dengan seluruh siklus hidup produk atau layanannya, dimulai dari desain hingga perolehan bahan baku hingga konsumsi dan pembuangan produk (Zsidisin dan Siferd, 2001). Konsep SSCM telah berkembang untuk mencakup kegiatan seperti pengadaan berkelanjutan (Tseng dan Chiu, 2013), produksi berkelanjutan (Vachon dan Klassen, 2006), eko-desain (Sarkis 2006), distribusi berkelanjutan (Lakshmimeera dan Palanisamy, 2013) dan pemulihan investasi (Zhu et al., 2008).

Meskipun konsep SSCM telah berkembang, tetapi informasi itu tidak tersebar luas, terutama di negara-negara berkembang tentang manfaat sustainable di negara mereka (Hsu et al., 2013).

Manfaat Supply Chain Sustainability telah diulas secara ringkas oleh (Sikdar, 2003, Shang dan Li, 2010, Seuring and M. Müller,2008, Solvang and M.H. Hakam,2010) antara lain: penurunan biaya dan menambah nilai dari operasi

bisnis, peningkatan pemanfaatan aset utama, pengurangan risiko (lingkungan, sosial, dan pasar), menjadi pendorong untuk inovasi pemasok, diferensiasi produk, standarisasi operasi dan memungkinkan untuk meningkatkan layanan pelanggan, perbaikan terus-menerus, peningkatan reputasi perusahaan.

Fokus dari Supply Chain Sustainability adalah melakukan adopsi dan pengembangan secara luas dari isu keberlanjutan dari hulu sampai hilir. Isu keberlanjutan harus dimulai dari proses awal dari bahan baku sampai dengan pengiriman kepada konsumen akhir. Isu keberlanjutan juga harus mengintegrasikan isu-isu dan arus yang melampaui inti dari Supply Chain Management (Linton dkk, 2007). Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, SCM berkelanjutan adalah integrasi pembangunan berkelanjutan dan manajemen rantai pasokan yang mengandung tiga dimensi, yaitu mengintegrasikan lingkungan, isu- isu sosial dan ekonomi yang memberi pengaruh terhadap strategi perusahaan.

Untuk pembelajaran yang semakin mendalam dari ketiga dimensi yang digunakan dalam Supply Chain Sustainability di atas akhirnya pada penelitian Hussain (2015) dikembangkan menjadi 4 aspek Supply Chain Sustainability yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1) Environmental management 2) Social responsibility

Dimensi ekonomi dikembangkan menjadi dua dimensi yaitu:

3) Health, safety, and risk management 4) Customer management

Dokumen terkait