• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dasah Pujo Suwarno: Sang Empu Gamelan dari Sukoharjo Nama Dasah Pujo Suwarno di kalangan pembuat gamelan bisa dikatakan tak

asing lagi. Dasah, panggilannya, adalah empu pembuat gamelan asal Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Selain karena usianya paling tua di kalangan para pembuat gamelan, keahlian pria ini dalam membuat gamelan juga memang tidak diragukan lagi.

Gamelan karya Dasah tidak hanya digunakan di sejumlah pelosok Pulau Jawa, tetapi juga menyebar ke daerah lain di Nusantara. Jawa Barat dan Bali, misalnya, merupakan pelanggan tetap gamelan karya Dasah. Bahkan, gamelan buatan dia juga sudah sampai ke mancanegara, seperti Australia, Swiss, Belanda, Lebanon, Irak, Inggris, dan Amerika Serikat.

Kendati karya Dasah tak terhitung lagi jumlahnya, tidak berarti ia lupa dengan semua gamelan yang pernah disentuh tangannya. Bahkan, untuk menguji apakah gamelan itu buatan tangannya, ia cukup mendengar bunyi yang keluar dari permainan karawitan.

―Walau hanya mendengar bunyinya dari jauh, saya pasti tahu gamelan yang digunakan untuk karawitan itu buatan saya atau bukan‖, ujar Dasah.

Itulah Dasah. Pria ini termasuk salah satu empu yang terpilih untuk tampil dalam Gamelan Maker Festival 2009 yang digelar Pemerintah Kabupaten Sukoharjo dan Sanggar Sekar Jagad di Lapangan Kotakan, Desa Bakalan, Polokarto, Sukoharjo, akhir November lalu.

Sebagai empu gamelan, Dasah tidak sembarangan membuat perangkat musik itu. Sebelum membuat gamelan itu, dia harus melakukan ritual tertentu. Karena itu, ketika pesanan gamelan datang, dia tak langsung membuatnya.

Kendati ritual dianggap penting, bagi Dasah, kunci membuat gamelan yang baik itu tetap bergantung pada suasana hati perajinnya. Kalau suasana batin sedang tidak bagus, gamelan yang dia buat pun tidak memuaskan. Bahkan, campuran tembaga dan timah untuk dibuat gamelan pun bisa berulang kali rusak jika hati sedang susah.

126 Indonesiaproud.wordpress.com

Bagaimanapun, menjadi perajin gamelan sudah menjadi penghidupan Dasah. Lewat gamelan, dia bisa memiliki rumah dan tanah, serta secara ekonomi bisa menopang kehidupan keluarganya.

Pura Mangkunegara

Dasah bercerita, dia pertama kali belajar membuat gamelan tahun 1960-an. Ketika itu dia bekerja di besalen (tempat pembuatan gamelan yang dilengkapi perapian) di lingkungan Pura Mangkunegara, Surakarta.

Selama puluhan tahun, dia menimba ilmu pembuatan gamelan dari beberapa ahli gamelan Mangkunegara, seperti Guno Pawiro Sutomo, Atmo Wiguno, Yoso Pradonggo, Karyo Pradonggo, dan Karto Pandoyo.

Walaupun sempat untuk sementara waktu bekerja di tempat pembuatan batik, Dasah menggunakan sebagian besar waktunya untuk belajar membuat gamelan di besalen Mangkunegara.

Setelah merasa puas berguru kepada sejumlah empu gamelan, sekitar tahun 1989 Dasah memberanikan diri mendirikan besalen sendiri dengan nama ―Sumber Gong Sopo Nyono‖ di kawasan Jatiteken Laban, Mojolaban, Sukoharjo.

Dari awalnya bekerja sendiri, belakangan ini Dasah sudah dibantu 16 orang pekerja dalam pembuatan gamelan. Untuk membuat satu set instrumen gamelan, dia membutuhkan waktu sekitar lima bulan.

Sebenarnya tak cuma Dasah yang menjadi perajin gamelan di wilayah Kabupaten Sukoharjo. Namun, Dasah- lah yang tertua dan dianggap mumpuni. Perajin lain yang juga disebut sebagai empu gamelan, antara lain, adalah Saroyo (54). Pria pemilik besalen Palu Gongso ini dikenal punya kemampuan spesifik, yakni membuat gong ageng (gong besar). Bahkan, Pemerintah Kabupaten Sukoharjo pun mengangkat gamelan sebagai ikon daerahnya.

Gamelan Sunda

Sebagai empu pembuat gamelan, Dasah tidak hanya ahli membuat gamelan untuk keperluan karawitan Jawa, tetapi dia juga ahli membuat gamelan Sunda, gamelan Bali, dan instrumen musik tradisional Minang.

Menurut Dasah, pesanan gamelan terbesar yang pernah diterimanya datang pada 1996. Ketika itu, dia mendapat pesanan gamelan Sunda untuk beberapa negara. Dia diminta membuat hampir 30 set gamelan untuk Irak, Swiss, Perancis, dan Lebanon, masing-masing lima set. Adapun Australia, Amerika Serikat, dan Jepang masing-masing memesan tiga set gamelan.

Seperangkat gamelan Sunda jumlahnya memang tak sebanyak gamelan Jawa. Kalau satu set gemalan Jawa jumlahnya sekitar 130 buah atau rancak, maka seperangkat gamelan Sunda terdiri dari sekitar 70 buah.

Berapa harga seperangkat gamelan buatan Dasah? Untuk satu set gamelan Jawa dia memasang harga sekitar Rp 300 juta, sedangkan harga seperangkat gamelan Sunda sekitar Rp 60 juta.

Dasah lalu bercerita tentang awal perkenalannya dengan gamelan Sunda. Pada awal mengoperasikan besalen milik sendiri, Dasah sering pergi ke Bali untuk menawarkan hasil karyanya. Namun, pada 1995-1996 dia malah kedatangan dua orang dari Subang, Jawa Barat. Salah seorang mengenalkan diri sebagai dalang dan mengaku mencari empu gamelan.

127 Indonesiaproud.wordpress.com

Mereka sudah keliling ke Yogyakarta, Klaten, Kartasura, hingga Keraton Surakarta, dan akhirnya ke tempat saya. Mereka tanya, Apa ini rumah Pak Dasah, pembuat gamelan? Saya jawab, Kalau enggak salah, saya Pak Dasah. Mereka langsung merangkul saya, ujarnya.

Mereka lalu minta izin untuk membasuh diri di rumah Dasah. Setelah itu, mereka pamit dan diantar Dasah hingga terminal bus antarkota. Dasah memberi mereka uang Rp 200.000 sebagai ongkos pulang ke Subang. Beberapa waktu setelah kedua orang itu pergi, Dasah menerima banyak pesanan gamelan Sunda. Dia kemudian berinisiatif menunjukkan gamelan buatannya kepada salah seorang dalang di Bandung, Jabar. Dasah membawa satu bonang dan lima kenong sebagai contoh. Ternyata, sang dalang tertarik dan langsung memesan seperangkat gamelan.

Setelah itu, kata Dasah, pesanan gamelan Sunda bisa dikatakan terus mengalir. Selain dari perseorangan, pesanan juga datang dari kantor-kantor pemerintah di Jabar, perusahaan, dan para dalang.

Meskipun namanya sebagai perajin gamelan yang mumpuni relatif sudah populer, Dasah sendiri terus berupaya menjaga kualitas produknya. Sebelum dikirim kepada pemesan, setiap gamelan harus melewati tangannya satu per satu.

Setelah sampai ke pemesan, saya minta mereka mengecek lagi bagaimana suaranya. Kalau gamelan itu belum sempurna (bunyinya), saya yang pergi ke tempat pemesan untuk memperbaikinya, kata Dasah. Namun, hal itu tak berlaku untuk pesanan gamelan dari luar negeri.

Sebagai perajin gamelan, Dasah mengaku penghasilannya relatif bisa mencukupi kebutuhan hidup keluarganya.

―Kita hidup itu untuk mencari penghidupan. Jadi, tidak perlu ngoyo, apalagi menjadi berlebih,‖ ujarnya tanpa beban.

Sumber: Kompas

Indonesia Juara Umum Lomba Tembak Antar Tentara ASEAN

Garis besar

Dokumen terkait