• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III TINJAUAN UMUM MENGENAI POLIS, PREMI, DAN

B. Syarat dan Pelaksanaan Pembuatan Polis Asuransi

Suatu polis harus dibuat dengan tepat dan isinya harus memuat penjelasan yang lengkap mengenai perjanjian yang diadakan antara penanggung dan tertanggung. Polis yang sempurna harus memenuhi standar polis yang telah ditentukan. Setiap polis kecuali mengenai asuransi jiwa, harus memuat syarat- syarat khusus berikut ini :

1. Hari dan Tanggal Pembuatan Asuransi

Penanggalan sangat penting untuk menentukan kapan mulai berlakunya pertanggungan. Selain itu untuk mengetahui apabila tertanggung menggunakan asuransi rangkap (double insurance),

76

Ketut Sendra, Konsep dan Penerapan Asuransi Jiwa Unit-Link Proteksi Sekaligus Investasi, (Jakarta: PPM, 2004), hal. 22

penanggung mana yang bertanggungjawab mengganti kerugian yang diderita oleh tertanggung, karena pada dasarnya dalam prinsip dasar asuransi tertanggung hanya boleh mendapat ganti rugi sebanyak satu kali terhadap satu peristiwa yang membuat dirinya menderita kerugian. 2. Nama Tertanggung untuk Diri Sendiri atau Pihak Ketiga

Asuransi diadakan untuk diri sendiri atau untuk kepentingan pihak ketiga harus dijelaskan dalam polis. Apabila di dalam polis tidak dinyatakan, maka asuransi dianggap diadakan untuk diri sendiri. Penanggung tidak berkewajiban untuk mengganti kerugian apabila seseorang yang mempertanggungkan untuk dirinya sendiri atau untuk pihak ketiga pada waktu pertanggungan tidak mempunyai kepentingan.77

3. Uraian Mengenai Objek Asuransi

Pada uraian ini dijelaskan secara lengkap identitas dari objek yang diasuransikan yaitu jenis, jumlah, sifat, ukuran, letak, dan kondisinya. Apabila yang menjadi objek pertanggungan berupa harta kekayaan harus disebutkan jelas bentuk harta kekayaannya, berapa jumlah dan ukurannya, dimana letaknya, nama mereknya, berapa nilainya, dan sebagainya, sedangkan apabila yang menjadi objek pertanggungan berupa jiwa atau raga harus disebutkan nama lengkapnya, umurnya, hubungan keluarganya, alamat lengkapnya, dan sebagainya.78

77

Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, Pasal 250 78

Dhian Indah Astanti, “Implementasi Good Corporate Governance Bagi Perusahaan Asuransi”, Tesis Pascasarjana Universitas Diponegoro, (Semarang, 2007), hal. 78

Objek yang dapat dipertanggungkan harus memenuhi beberapa kriteria yaitu:

a. Dapat dinilai dengan uang

b. Dapat diancam oleh bahaya

c. Tidak dikecualikan dalam undang-undang.79

4. Jumlah yang Diasuransikan

Jumlah yang diasuransikan merupakan nilai maksimal ganti kerugian yang harus dibayar penanggung kepada tertanggung jika terjadi

evenemen yang menimbulkan kerugian total.

Menentukan jumlah yang diasuransikan berguna untuk mengetahui apakah asuransi itu di bawah nilai benda asuransi (under insurance), atau sama dengan nilai benda asuransi (full insurance), atau melebihi nilai benda asuransi (over insurance).80

5. Bahaya (Evenemen) yang Menjadi Tanggungan dan Ditanggung oleh Penanggung

Evenemen merupakan peristiwa yang menurut pengalaman manusia

normal tidak dapat dipastikan terjadi, atau walaupun sudah pasti terjadi, saat terjadinya itu tidak dapat ditentukan dan juga tidak diharapkan akan terjadi jika terjadi akan mengakibatkan kerugian.81 Bahaya yang dimaksud dalam hal ini yaitu bahaya yang mengandung unsur ketidaksengajaan, karena sering terjadi ketika tertanggung

79

Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, Pasal 268

80

Abdulkadir Muhammad, Op.Cit, hal. 96 81

membutuhkan uang maka dengan sengaja tertanggung membahayakan dirinya atau membuat kerusakan pada benda yang dipertanggungkan untuk mendapatkan ganti kerugian. Jika unsur kesengajaan terjadi pada peristiwa yang membuat tertanggung menderita kerugian dan tertanggung mengajukan klaim maka pihak penanggung berhak menolak memberikan ganti kerugian.82

Bahaya atau peristiwa yang menjadi tanggungan penanggung harus disebutkan dengan jelas dalam polis agar penanggung dan tertanggung saling mengetahui sejauh mana batasan tanggung jawab dari penanggung.

6. Saat Bahaya Mulai Berjalan dan Berakhir

Saat bahaya mulai berjalan dan berakhir adalah jangka waktu pertanggungan tersebut diadakan. Hal ini penting untuk mengetahui apakah kerugian yang diderita masih menjadi tanggungan penanggung atau tidak.

7. Premi Asuransi

Dalam polis harus disebutkan secara jelas berapa premi yang harus dibayarkan oleh tertanggung dan bagaimana cara pembayarannya, premi dibayar lebih dulu atau dibayar secara bulanan.

Besarnya premi ini biasanya ditentukan dengan persentase dari jumlah asuransi ditambah dengan biaya-biaya pendukung yang lain seperti biaya materai.

82

Mashudi dan Moh. Chaidir Ali, Hukum Asuransi, (Bandung: Mandar Maju, 2003), hal. 76

8. Semua Keadaan dan Syarat-Syarat Khusus

Pada uraian ini dinyatakan apabila premi dibayar oleh tertanggung maka asuransi berjalan dan begitu sebaliknya premi tidak dibayar maka asuransi tidak berjalan, termasuk juga dalam hal benda asuransi apabila dibebani hak tanggungan (hipotik), fiducia jika terjadi peristiwa yang menimbulkan kerugian, penanggung dapat berhadapan dengan siapa.

Secara teoritis, polis asuransi merupakan kontrak yang dapat dinegosiasikan, meskipun dalam kenyataannya banyak perusahaan asuransi tidak berkenan untuk menegosiasikan isi polis asuransi, dan sudah merupakan perjanjian standar (baku) sehingga tidak akan diubah lagi, oleh karena itu bagi tertanggung berada pada posisi menerima atau menolak perusahaan asuransi tersebut (take it or leave it).83

Persyaratan mengenai perjanjian asuransi yang terdapat dalam polis asuransi ditentukan secara sepihak oleh pihak penanggung, namun tertanggung yang menerima perjanjian tersebut dianggap menyetujui segala persyaratan yang ditentukan dalam polis. Oleh karena itu, biasanya polis hanya ditandatangani oleh pihak penanggung saja.84

Menurut ketentuan Pasal 259 KUHD apabila asuransi diadakan langsung antara tertanggung dan penanggung, maka polis harus ditandatangani dan diserahkan oleh penanggung dalam tempo 24 (dua puluh empat) jam setelah

83

Munir Fuady, Op.Cit, hal. 259 84

Khotibul Umam, Memahami dan Memilih Produk Asuransi, (Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2011), hal. 26

permintaan, kecuali karena ketentuan undang-undang ditentukan tenggang waktu yang lebih lama.

Menurut ketentuan Pasal 260 KUHD, apabila asuransi diadakan dengan perantara pialang asuransi, maka polis yang sudah ditandatangani penanggung harus diserahkan dalam waktu 8 (delapan) hari setelah dibuat perjanjian asuransi. Berdasarkan ketentuan pasal ini, jangka waktu 8 (delapan) hari tersebut dihitung sejak terjadi kesepakatan antara pialang asuransi dan penanggung, bukan sejak polis ditandatangani penanggung.

Menurut Pasal 261 KUHD, apabila ada kelalaian penyerahan polis dalam waktu yang telah ditentukan maka pihak penanggung atau pialang untuk kepentingan pihak tertanggung wajib mengganti kerugian yang mungkin timbul dari kelalaian itu.

Pada praktik kegiatan asuransi, yang menjadi patokan perusahaan asuransi adalah berusaha secepat mungkin membuat akta polis serta menyerahkannya kepada tertanggung pemegang polis, bahkan sebelum pembuatan polis itu selesai, maka perusahaan asuransi akan menyerahkan terlebih dahulu apa yang telah disebutkan sebelumnya yaitu dengan menyerahkan nota penutupan.85 Nota penutupan merupakan dokumen yang bersifat sementara berisi mengenai perjanjian asuransi sampai polis asuransi resmi diterbitkan oleh pihak penanggung.

85

Ariawan Sukarno Adi, “Akibat Hukum Jika Pemberi Gadai (Pemilik Polis Asuransi) Meninggal Dunia Dalam Perjanjian Kredit”, Tesis Pascasarjana Universitas Diponegoro, (Semarang, 2010), hal. 63

Dokumen terkait