• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III SELEKSI PENERIMAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

C. SYARAT DAN KRITERIA YANG HARUS DIPENUHI

Pembangunan Nasional merupakan upaya bersama pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia dalam mewujudkan tujuan nasional, didalamnya terdapat program-program pembangunan dan serangkaian usaha kerja diseluruh tanah air, yang mencakup segala bidang. Hal ini sesuai dengan Garis-garis Besar Haluan Negara yang ditetapkan oleh MPR.

Pembangunan Nasional pada hakekatnya adalah suatu proses perubahan dan dinamika yang terus menerus kearah perbaikan dan peningkatan taraf hidup masyarakat Indonesia. Pembangunan nasional di samping akan menghasilkan perubahan-perubahan, juga akan menimbulkan dinamika sosial yang mengandung kerawanan, karena dinamika sosial akan mempengaruhi cara berfikir dan corak hidup masyarakat sebagai dampak dari pembangunan dan hasil-hasilnya.

Untuk mencapai tujuan nasional, maka Pegawai Republik Indonesia harus melaksanakan kegiatan-kegiatan di bidang pembangunan yang sesuai dengan petunjuk serta kebijaksanaan pembangunan sebagai mana tercantum dalam Garis-garis Besar Haluan Negara. Kelancaran pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan sangat tergantung pada kesempurnaan aparatur negara/pegawai negeri.

Untuk mengatur hal ini perlu dibuat suatu peraturan umum yang berlaku bagi pegawai negeri tersebut, sebagai pedoman yang memberikan arahan di dalam mengemban tugasnya agar dapat berjalan pada jalur yang benar.

Dengan adanya peraturan kepegawaian yang berlaku secara umum ini, di samping merupakan peraturan-peraturan khusus, maka para pegawai negeri tersebut dapat terkontrol dan dapat diawasi oleh badan-badan /lembaga-lembaga pengawas dan dapat diambil tindakan bagi yang tidak melaksanakan kewajibannya menurut fungsinya masing-masing.

Dari uraian-uraian tersebut di atas bahwa aparatur sebagai pelaksana tugas-tugas umum pemerintah sangat membutuhkan orang yang bersih dan berwibawa dalam kelangsungan hidup bernegara dan bermasyarakat. Dengan

demikian didalam melaksanakan penerimaan/pengadaan calon pegawai negeri sipil harus dilakukan dengan selektif mungkin dengan meneliti persyaratan kecakapan serta kemampuan, agar aparatur yang bersih dan berwibawa dapat melaksanakan tugas berdaya guna dan berhasil guna untuk mencapai suatu tujuan. Jika pelaksanaan pengadaan Pegawai Negeri sebagai langkah pertama dari proses kepegawaian telah menyimpang misalnya mengangkat pegawai karena belas kasihan, titipan atau bersifat kekeluargaan, padahal calon pegawai tersebut tidak mempunyai kemampuan atau keahlian maka aparat yang bersih dan berwibawa tidak akan tercapai. Seandainya pelaksanaan pengadaan pegawai negeri sipil dalam proses pelaksanaan tidak menyimpang dari semestinya dalam pengangkatan/penerimaan pegawai, maka terciptalah aparat yang bersih dan berwibawa.

Hal ini berarti bahwa pengadaan pegawai negeri sipil harus didasarkan semata-mata atas syarat obyektif yang telah ditentukan dan tidak boleh didasarkan atas golongan, agama atau daerah.

Agar supaya setiap warga negara dapat mengetahui adanya lowongan formasi yang akan diisi, dan agar instansi memperoleh kesempatan yang cukup luas dalam melakukan pemilihan calon yang terbaik, maka penerimaan pegawai baru dimaksud harus diumumkan seluas-luasnya melalui media yang ada dan pengumuman dilakukan paling lambat 15 (lima belas) hari sebelum tanggal penerimaan lamaran.

Persyaratan tersebut diatas merupakan persyaratan yang bersifat umum, maksudnya persyaratan tersebut berlaku bagi lamaran ke semua instansi

Pemerintah. Disamping itu masih dimungkinkan adanya persyaratan khusus yang ditetapkan oleh masing-masing instansi, sehubungan dengan kekhususan instansi bersangkutan, misalnya tidak buta warna, belum menikah dan sebagainya.

Selanjutnya dalam Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1976 Jo Pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang pengadaan Pegawai Negeri ditetapkan bahwa syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh setiap pelamar adalah :

1. Warga Negara Indonesia. Apabila disangsikan dapat diminta bukti kewarganegaraan seorang pelamar;

2. Berusia serendah-rendahnya 18 (delapan belas) tahun dan setinggi-tingginya 40 (empat puluh) tahun;

Pelamar yang belum mencapai usia 18 tahun ditolak, sedang pelamar yang berusia lebih dari 40 tahun dalam hal-hal tertentu dapat dipertimbangkan. Dalam Surat Edaran Badan Administrasi Kepegawaian Negara tanggal 8 Maret 1976 Nomor 05 / SE / 1976 ditetapkan bahwa pelamar yang melebihi usia 40 (empat puluh) tahun hanya dapat diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil atas Keputusan Presiden.

Usia seorang pelamar ditentukan berdasarkan tanggal kelahiran yang tercantum dalam akte kelahiran atau yang tercantum dalam surat tanda tamat belajar degan catatan apabila terdapat perbedaan diantara keduanya maka yang dipergunakan adalah tanggal kelahiran yang tercantum pada akte kelahiran; 3. Tidak pernah dihukum penjara atau kurungan berdasarkan keputusan

suatu tindak pidana kejahatan jabatan atau tindak pidana kejahatan yang ada hubungannya dengan jabatan;

4. Tidak pernah terlibat dalam suatu gerakan yang menentang Pancasila, UUD 1945, Negara dan Pemerintah. Gerakan yang dimaksud dinyatakan dengan tegas oleh Pemerintah Pusat;

5. Tidak pernah diberhentikan dengan tidak hormat sebagai Pegawai suatu instansi baik instansi Pemerintah maupun instansi swasta;

6. tidak berkedudukan sebagai Pegawai Negeri atau calon Pegawai negeri; 7. Mempunyai pendidikan, kecakapan atau keahlian yang diperlukan;

8. Berkelakuan baik yang dibuktikan dengan Surat Keterangan POLRI setempat; 9. Berbadan sehat yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter;

10.Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia atau di Negara lain yang ditentukan oleh Pemerintah;

11.Syarat-syarat lain yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan termasuk syarat-syarat khusus yang ditentukan oleh instansi yang bersangkutan.

Semua syarat-syarat sebagai tersebut di atas harus dipenuhi oleh setiap pelamar yang berarti bahwa apabila salah satu syarat di atas tidak di penuhi oleh pelamar maka lamarannya ditolak.

Dapat dicatat bahwa syarat-syarat sebagai tersebut diatas walaupun dalam rumusan dan susunan yang berbeda namun isinya dapat dianggap sebagai syarat yang ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 18 Tahun 1961 atau juga telah diperlakukan pada masa sebelumnya.

Setiap pelamar harus mengajukan surat lamaran yang ditulis tangan dengan huruf latin kepada instansi yang bersangkutan yang harus dilengkapi dengan lampiran-lampiran sebagai berikut :

1. Daftar Riwayat Hidup;

2. Salinan atau foto copi Surat Tanda Tamat Belajar yang disahkan dengan catatan bahwa untuk ijazah Perguruan Tinggi Swasta harus ada pengesahan dari Koordinator Perguruan Tinggi dan untuk ijazah pendidikan luar negeri, penghargaan harus ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan; 3. Surat Keterangan Berkelakukan Baik dari Polisi Republik Indonesia setempat; 4. Surat Keterangan Kesehatan dari dokter, baik dokter Pemerintah maupun

dokter swasta;

5. Surat Pernyataan pelamar, bahwa ia tidak pernah di hukum penjara atau kurungan berdasarkan keputusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap karena melakukan suatu tindak pidana kejahatan jabatan atau tindak pidana kejahatan yang berhubungan dengan jabatan;

6. Surat Pernyataan pelamar, bahwa ia tidak pernah terlibat dalam gerakan yang menentang Pancasila, DUD 1945, Negara dan Pemerintah;

7. Surat Pernyataan pelamar, bahwa ia tidak pernah diberhentikan tidak hormat sebagai pegawai suatu instansi baik instansi Pemerintah maupun instansi swasta;

8. Surat Pernyataan pelamar, bahwa ia tidak berkedudukan sebagai Pegawai Negeri atau Calon Pegawai Negeri;

9. Surat Pernyataan pelamar, bahwa ia bersedia ditempatkan diseluruh wilayah Negara Republik Indonesia atau di Negara lain yang ditentukan oleh Pemerintah;

10.Pas foto menurut ukuran dan jumlah yang ditentukan;

11.Salinan sah surat keputusan atau surat keterangan dari dua orang saksi yang disahkan tentang pengalaman bekerja bagi pelamar yang telah mempunyai pengalaman bekerja;

12.Surat Keterangan lainnya yang diminta dalam pengumuman.

Surat lamaran beserta lampiran-lampirannya dibuat menurut jumlah rangkap sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan catatan bahwa lampiran-lampiran dimaksud angka 1,5,6,7,8 dan 9 dibuat menurut contoh yang ditetapkan dalam lampiran Surat Edaran Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara tanggal 8 Maret 1976 Nomor 05 / SE /1976.

Terhadap surat-surat lamaran yang masuk selanjutnya dilakukan pemeriksaan administratif. Pelamar yang memenuhi syarat-syarat dipanggil dengan surat atau pengumuman dalam mass media lain untuk mengikuti ujian yang diselenggarakan oleh suatu panitia.

Ujian dimaksud meliputi pengetahuan umum, pengetahuan tehnis dan pengetahuan lain yang dianggap perlu. Para pelamar yang lulus ujian atau sebagian di antara mereka sesuai dengan kebutuhan, dinyatakan diterima dan kemudian diusulkan pengangkatannya menjadi calon Pegawai Negeri Sipil kepada Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara.

Penyampaian informasi, pengangkatan dan pemberhentian pegawai negeri sipil didaerah merupakan fungsi BKD (Badan kepegawaian Daerah) sebagai perangkat daerah yang melaksanakan manajemen Pegawai Negeri Sipil Daerah dalam membantu tugas pokok Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah. Adapun tugas pokok BKD sebagaimana tercantum dalarn Peraturan Pemerintah Nomor 159 Tahun 2000 adalah membantu Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah dalam melaksanakan manajemen Pegawai Negeri Sipil Daerah.

BAB IV

PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

A. PENERBITAN SURAT KEPUTUSAN PERPANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

Promosi merupakan suatu penghargaan (reward) yang diberikan kepada pegawai yang berprestasi untuk memangku tanggung jawab yang lebih besar, berupa kenaikan pangkat atau jabatan. Maksud kenaikan pangkat adalah sebagai pendorong/motivasi kerja bagi PNS untuk lebih meningkatkan pengabdiannya di dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari. Dalam rangka meningkatkan pelaksanaan pembinaan PNS pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 99 Tahun 2000 tentang. Kenaikan Pangkat PNS. Dalam pasal 1 angka (2) Peraturan Pemerintah No. 99 Tahun 2000 disebutkan bahwa kenaikan pangkat adalah penghargaan yang diberikan atas prestasi kerja dan pengabdian PNS terhadap negara. Menurut Pasal 3. Kenaikan pangkat dilaksanakan berdasarkan dua sistem, yaitu :

(1) Kenaikan pangkat reguler, yaitu penghargaan yang diberikan kepada PNS yang telah memenuhi syarat yang ditemukan tanpa terikat pada jabatan, Kenaikan pangkat reguler diberikan kepada PNS yang :

(a) tidak menduduki jabatan struktural atau jabatan fungsional tertentu.

(b) melaksanakan tugas belajar dan sebelumnya tidak menduduki jabatan struktural atau jabatan fungsional tertentu; dan

(c) diperkerjakan atau diperbantukan secara penuh di luar instansi induk dan tidak menduduki jabatan fungsional tertentu. Ketentuan kenaikan pangkat ini diberikan sepanjang tidak melampaui pangkat atasannya langsung. (2) Kenaikan pangkat pilihan, yaitu kepercayaan dan penghargaan yang

diberikan kepada PNS atas prestasi kerjanya yang tinggi. Kenaikan pangkat pilihan diberikan kepada PNS yang (Pasal 9) :

(a) menduduki jabatan struktural atau jabatan fungsional tertentu.

(b) menduduki jabatan tertentu yang pengangkatannya ditetapkan dengan Keputusan Presiden.

(c) Menunjukkan prestasi kerja luar biasa baiknya;

(d) Menemukan penemuan baru yang bermanfaat bagi negara (e) Diangkat menjadi Pejabat Negara

(f) Memperoleh Surat Tanda Tamat Belajar atau Ijazah

(g) Melaksanakan tugas belajar dan seblumnya menduduki jabatan strukturan dan jabatan fungsional.

(h) Telah selesai mengikuti dan lulus tugas belajar; dan

(i) Dipekerjakan atau diperbantukan secara penuh di luar instansi induknya yang diangkat dalam jabatan pimpinan atau jabatan fungsional tertentu. Selain jenis kenaikan pangkat reguler dan pilihan, peraturan pemerintah ini juga mengatur tentang jenis kenaikan pangkat lain yang dapat diuraikan sebagai berikut :

(1) Kenaikan pangkat anumerta, yang diberikan kepada PNS yang tewas dan diberikan kenaikan pangkat anumerta setingkat lebih tinggi (Pasal 22 ayat (1).

Akibat keuangan dari kenaikan pangkat anumerta baru timbul setelah keputudan sementara ditetapkan menjadi keputusan pejabat yang berwenang (Pasal 26).

(2) Kenaikan pangkat pengabdian, yang diberikan kepada PNS yang akan diberhentikan dengan hormat dengan hak pensiun karena mencapai batas usia pensiun dan diberikan kenaikan pangkat pengabdian setingkat lebih tinggi (Pasal 27 ayat (1)).

Mengenai wewenang penetapan kenaikan pangkat lebih lanjut diatur dalam Bab III Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 2003.

Pada umumnya pegawai yang akan dipromosikan harus memenuhi paeryaratan pendidikan dan prestasi kerja yang baik, sehingga setelah dipromosikan akan terjadi peningkatan kinerja. Secara lebih spesifik pegawai yang diberikan suatu kepercayaan, yaitu promosi harus memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh peraturan pemerintah ini yang antara lain :

(1) Pangkat/golongan yang telah memenuhi syarat; (2) Disiplin ilmu/latar belakang pendidikan formal; (3) Mempunyai kinerja/prestasi kerja yang lebih baik. (4) Telah mengikut i Diklat Struktural/Fungsional; (5) Memperhatikan DUK (Daftar Urut Kepangkatan);

(6) Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan paling tidak bernilai baik; (7) Usia;

(8) Usulan unit kerja ke Baperjakat; dan (9) Atas persetujuan pimpinan instansi

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian

Pasal 17

(1) Pegawai Negeri Sipil diangkat dalam pangkat dan jabatan tertentu

(2) Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam sesuatu jabatan dilaksanakan dengan memperhatikan jenjang pangkat yang ditetapkan untuk jabatan itu

Pasal 18

(1) pemberian kenaikan pangkat dilaksanakan berdasarkan sistem kenaikan pangkat reguler dan kenaikan pangkat pilihan.

(2) Setiap Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi syarat-syarat yang ditentukan, berhak atas kenaikan pangkat reguler.

(3) Pemberian kenaikan pangkat pilihan adalah penghargaan atas prestasi kerja Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan.

(4) Syarat-syarat kenaikan pangkat reguler adalah prestasi kerja, disiplin kerja, kesetiaan, pengabdian, pengalaman, dan syarat-syarat objektif lainnya.

(5) Kenaikan pangkat pilihan, disamping harus memenuhi syarat-syarat yang dimaksud dalam ayat (4) pasal ini, harus pula didasarkan atas jabatan yang dipangkunya dengan memperhatikan daftar urut kepangkatan. (6) Pegawai Negeri Sipil yang tewas diberikan kenaikan pangkat setingkat

Pasal 19

Pengangkatan dalam jabatan didasarkan atas prerstasi kerja, disiplin kerja, kesetiaan, pengabdian, pengalaman, dapat dipercaya, serta syarat-syarat objektif lainnya.

Pasal 20

Untuk lebih menjamin objektifitas dalam mempertimbangkan dan menetapkan kenaikan pangkat dan pengangkatan dalam jabatan diadakan daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan dan daftar urut kepangkatan.

B. PENEMPATAN

Penempatan pegawai merupakan suatu proses yang tidak terpisahkan dengan pengadaan pegawai. Setelah proses pengadaan pegawai, pegawai yang baru diangkat harus ditempatkan pada suatu unit organisasi tertentu yang membutuhkan tenaga baru dan mengacu pada formasi yang ada. Pada dasarnya setiap pegawai mempunyai jabatan karena mereka direkrut berdasarkan kebutuhan untuk melaksanakan tugas dan fungsi yang ada dalam organisasi. Apabila hal itu diikuti, tidak akan ada seorang pun pegawai yang tidak mempunyai jabatan, apa pun jenis jabatannya.

Prinsip penempatan menurut A.W.Widjaja adalah the right man on the right place (penempatan orang yang tepat). Untuk dapat melaksanakan prinsip ini dengan baik, ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu

1) Adanya Analisis Tugas Jabatan (job analisys) yang baik, suatu analisis yang menggambarkan tentang ruang lingkup dan sifa-sifat tugas yang dilaksanakan sesuatu unit organisasi itu.

2) Adanya Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (kecakapan pegawai) dari masing-masing pegawai yang terpelihara dengan baik dan terus menerus. Dengan adanya penilaian pekerjaan ini dapat diketahui tentang sifat,, kecakapan, disiplin, prestasi kerja, dan lain-lain dari masing-masing pegawai.

Berdasarkan pendapat diatas pada prinsipnya penempatan PNS harus mengacu pada kebutuhan dan kemampuan organisasi, dan yang paling penting bahwa pegawai yang bersangkutan harus memiliki kecapan dalam bidang kerjanya yang ditunjukkan dengan Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3). Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan adalah suatu daftar yang memuat hasil penilaian pelaknasaan pekerjaan seorang PNS dalam jangka waktu satu tahun yang dibuat oleh Pejabat Penilai. Unsur-unsur yang dinilai antara lain: kesetiaan, prestasi kerja, tanggung jawab, ketaatan, kejujuran, kerja sama, prakarsa, dan kepemimpinan. Dalam pemberian nilai dalam Daftar Peraturan Pelaksanaan Pekerjaan harus berpedoman kepada Lampiran Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1979.

Salah satu cara efektif yang sering digunakan dalam penempatan pegawai baru adalah dengan cara orientasi. Program orientasi dimaksudkan untuk mensosialiasikan kepada pegawai baru mengenai hal-hal yang terkait dengan organisasi, misalnya kultur atau budaya organisasi, nilai-nilai organisasi yang

dianut, norma-norma yang berlaku, dan sebagainya. Program orientasi biasanya berlaku untuk jangka waktu satu sampai tiga bulan dengan cara berpindah-pindah unit kerja, sehingga pada saat penempatan nanti pegawai baru sudah memahami cara bertindak dan berlaku yang dapat diterima oleh pegawai lama. Setelah melalui masa orientasi, kemudian pegawai ditempatkan sesuai kebutuhan unit kerja dan kompetensi pegawai pada saat direkrut. Sebelum diangkat sebagai pegawai tetap pegawai baru berstatus sebagai Calon PNS (CPNS) dan diharuskan mengikuti Diklat Prajabatan. Secara nasional pembinaan Diklat Prajabatan dilakukan oleh Lembaga Administrasi Negara sedangkan pelaksanaannya dilakukan oleh daerah masing-masing. Untuk8 dapat diangkat menjadi PNS apabila setiap unsur penilaian prestasi kerja minimal bernilai baik, telah memenuhi syarat kesehatan, dan telah lulus pendidikan dan pelatihan Prajabatan. Sebaliknya jika Calon PNS tersebut tidak memenuhi syarat di atas, dan/atau syarat lain seperti diatur dalam Pasal 18 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 2002, yang bersangkutan dapat diberhentikan dengan hormat atau tidak dengan hormat.

Penempatan pegawai tidak selalu berarti penempatan pegawai baru, tetapi bisa pula berarti sebagai pengangkatan dalam jabatan, promosi, dan mutasi (perpindahan). Pengangkatan pegawai negeri dalam jabatan dilaksanakan berdasarkan prinsip profesionalisme sesuai dengan kompetensi, prestasi kerja, dan jenjang pangkat yang ditetapkan untuk jabatan itu serta syarat objektif lainnya tanpa membedakan jenis kelamin, suku, agama, ras, atau golongan (Pasal 17 ayat (2) Undang-Undang No.43 Tahun 1999). Dalam hal pengangkatan pada Jabatan

Struktural diatur oleh kebijakan melalui Peraturan Pemerintah No. 100 Tahun 2000 tentang Pengangkatan PNS dalam Jabatan Struktural. Peraturan pemerintah ini merupakan pelaksanaan dari Pasal 17 dan 20 Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 yang mengatur tentang pengangkatan PNS dalam jabatan struktural.

Berdasarkan Pasal 13 Peraturan Pemerintah No.100 Tahun 2000, sebagai bentuk lain dan pemberian kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggungjawab, wewenang, dan hak seorang PNS dalam memimpin satuan organisasi pemerintahan adalah pengangkatan dalam jabatan struktural. Sebagai sebuah sistem, pengangkatan dalam jabatan struktural merupakan bagian dan sistem pembinaan karier PNS. Pengangkatan dalam jabatan struktural erat kaitannya dengan jenjang kepangkatan yang ditetapkan untuk jabatan itu, sehingga pegawai yang lebih rendah pangkatnya tidak dapat membawahi langsung pegawai yang pangkatnya lebih tinggi guna menjamin kualitas dan objektivitas dalam pengangkatan dalam jabatan struktural. Berdasarkan Pasal 14 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 100 Tahun 2000, Presiden menetapkan jabatan Eselon I atas usul pimpinan instansi dan setelah mendapat pertimbangan tertulis dan Komisi Kepegawaian Negara. Bagi Pejabat Eselon II ke bawah, baik untuk instansi di pusat maupun instansi di daerah dibentuk Badan Pertimbangan Jabatan dan I Kepangkatan (Baperjakat) yang bertugas memberikan pertimbangan objektif kepada Pejabat Pembina Kepegawaian (pusat atau daerah).

Di samping jabatan struktural juga dikenal adanya jabatan fungsional. Jabatan fungsional adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggungjawab, wewenang dan hak seorang PNS dalam rangka menjalankan tugas pokok dan

fungsi keahlian dan/atau keterampilan untuk mencapai tujuan organisasi. Belum ada peraturan yang melaksanakan Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 1999 terhadap jabatan fungsional. Dengan menunjuk pada aturan hukum yang berlaku, Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 1994 telah ditetapkan sebagai peraturan dalam mengatur pelaksanaan pengangkatan PNS yang menduduki jabatan fungsional. Bagi pegawai yang menduduki jabatan fungsional diprogramkan untuk mengikuti pendidikan fungsional atau pendidikan lain yang berlaku bagi PNS pada umumnya. Pembinaan PNS yang menduduki jabatan fungsional dilakukan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai tingkatannya, dan penetapan kenaikan pangkatnya dilakukan melalui penetapan angka kredit.

Mutasi adalah perpindahan atau alih tugas dan suatu unit organisasi ke unit organisasi lain. Dasar yang digunakan untuk menentukan mutasi pegawai di antaranya adalah lamanya masa kerja di suatu bidang pekerjaan, kebutuhan organisasi, penyegaran organisasi, pengetahuan, dan keterampilan serta alasan khusus (misalnya ikut suami).” Dalam Penjelasan Umum Peraturan Pemerintah No.96 Tahun 2000 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian PNS disebutkan bahwa untuk kepentingan kedinasan dan sebagai usaha untuk memperluas pengalaman, wawasan, dan kemampuan, diadakan perpindahan jabatan, tugas dan wilayah bagi PNS terutama bagi yang menjabat pimpinan dengan tidak merugikan hak kepegawaiannya.

Biasanya mutasi mi minimal dilaksanakan setiap dua tahun dan maksimal empat tahun sekali, yang dilaksanakan berdasarkan usulan kepala unit kerja. Pihak

yang berwenang dalam penentuan mutasi pegawai umumnya juga merupakan mereka yang menentukan penilaian kinerja, promosi, dan diklat. Hal-hal yang perlu ditingkatkan dalam pelaksanaan mutasi adalah pengarahan dan pengawasan kepada bawahan agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, memberikan kesempatan yang luas kepada pegawai agar dapat mengikuti diklat, frekuensi sosialisasi peraturan dan penyediaan sarana dan prasarana yang perlu ditingkatkan.

Pasal 16 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 2003 menyebutkan bahwa Kepala Badan Kepegawaian Negara menetapkan pemindahan:

1) Pegawai Negeri antardepartemen atau Lembaga;

2) PNS Pusat dan PNS Daerah antara Provinsi/Kabupaten/Kota dan Departemen/Lembaga;

3) Pegawai Negeri Daerah antar daerah Provinsi; dan

4) Pegawai Negeri Daerah antara Daerah Kabupaten/Kota dan Daerah Kabupaten/Kota Provinsi lainnya.

Penetapan oleh Badan Kepegawaian Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) dilaksanakan atas permintaan dan persetujuan dan instansi yang bersangkutan (ayat (2)). BKN dapat mendelegasikan wewenangnya atau memberikan kuasa kepada pejabat lain di lingkungannya (ayat (3)).

Pasal 17 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 96 Tahun 2000 menyebutkan bahwa Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Provinsi menetapkan pemindahan: 1) PNS Daerah antardaerah Kabupaten/Kota dalam satu Provinsi; dan

C. PENUGASAN

Tugas PNS memberikan pelayanan kepada masyarakat dan siap ditugaskan di seluruh Wilayah Indonesia.

Sesuai pasal 2 ayat (1) UU No. 43 Tahun 1999 tersebut, Pegawai Negeri terdiri dari :

a. Pegawai Negeri Sipil

b. Anggota Tentara Nasional Indonesia

c. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia

Pegawai Negeri Sipil memiliki kedudukan sebagai unsur aparatur negara yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada msayarakat secara profesional, jujur, adil, dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintah, dan pembangunan, sesuai Pasal 3 ayat (1) UU No. 43 Tahun 1999.

Dokumen terkait