• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tata Cara Penerimaan Pegawai Negeri Sipil (PNS) Menurut Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tata Cara Penerimaan Pegawai Negeri Sipil (PNS) Menurut Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

Daftar Pustaka

Miftah Thoha, Administrasi Kepegawaian Daerah, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1990

Marsono, Pokok-pokok Kepegawaian, Ichtiar Baru-Van Hoeve, 1981, Jakarta Sastra Djatmika, Marsono, Hukum Kepegawaian di Indonesia, Djambatan,

Jakarta, 1990

Tjahya Supriatna, Sistem Administrasi Pemerintahan di Daerah, Bumi Aksara, 1996

Utrecht, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, Universitas Padjadjaran, Bandung, 1960

Philipus M. Hadjon, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gadjah Mada University Press Yogyakarta, 2001

Wahyudi Kumorotomo, Etika Administrasi Negara, PT. Raja Grapindo Persada, Jakarta, 2001

Kitab Undang-undang Hukum Pidana

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-pokok Kepegawaian. Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 Tentang Pengadaan Pegawai

Negeri Sipil

Peraturan Pemerintah Nomor. 159 Tahun 2000 Tentang Pedoman Pembentukan Badan Kepegawaian Daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2000 Tentang Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil.

Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 Tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Dalam Jabatan Struktural.

(2)

BAB III

SELEKSI PENERIMAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

A. Proses Pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil

Dalam setiap organisasi atau instansi harus terdapat personil atau pegawai sebagai pekerja atau pelaksana kegiatan dan tugas-tugas organisasi tersebut. Bahkan tanpa adanya personil itu, organisasi tidak mungkin dapat berdiri dengan baik.

Berdirinya suatu organisasi sudah tentu mempunyai suatu tujuan, baik itu tujuan individual maupun dari setiap anggota organisasi ataupun merupakan tujuan bersama (umum) dari keseluruhan anggota organisasi.

Untuk menjamin agar proses pencapaian tujuan tersebut berjalan secara baik, maka segala sesuatu yang berhubungan dengan proses pencapaian organisasi itu, terlebih dahulu dipikirkan, diperhitungkan, dan dipertimbangkan secara matang. Kemudian didalam kerjasama antara anggota didalam mencapai tujuan perlu diadakan pengaturan dan penyerasian hubungan tugas, wewenang dan tanggungjawab antara anggota yang satu dengan anggota yang lainnya. Maka ditentukan fungsi-fungsi tertentu dari personil tersebut seperti : administrator, manajer, dan pegawai (pekerja).

(3)

disebabkan oleh dua hal, yaitu adanya Pegawai Negeri yang keluar atau berhenti dan adanya perluasan organisasi.

Sedangkan Pasal 15 ayat (1) dan ayat (2) Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 menyatakan ”Jumlah dan susunan pangkat Pegawai Negeri Sipil yang diperlukan ditetapkan dalam formasi dan ditetapkan untuk jangka waktu tertentu berdasarkan jenis, sifat, dan beban kerja yang harus dilaksanakan”.

Sesuai dengan maksud Pasal 16 ayat 2 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 dan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 bahwa setiap warga Negara yang memenuhi syarat-syarat mempunyai kesempatan yang sama untuk melamar menjadi Pegawai Negeri Sipil, hal ini berarti bahwa pengadaan Pegawai Negeri Sipil harus didasarkan semata-mata atas syarat-syarat objektif dan tidak boleh didasarkan atas golongan, agama atau daerah.

Agar supaya setiap warga Negara dapat mengetahui adanya lowongan formasi yang akan diisi dan agar instansi memperoleh kesempatan yang cukup luas dalam melakukan pemilihan calon yang terbaik maka penerimaan pegawai baru yang dimaksud harus diumumkan seluas-luasnya melalui media yang ada (Pasal 4 Peraturan Pemerintah No. 6 tahun 1976 jo Peraturan Pemerintah No. 98 Tahun 2000 tentang pengadaan Pegawai Negeri Sipil dan Surat Edaran Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara tanggal 8 Maret 1976 Nomor 05/SE/1976).

(4)

maka calonnya dicari di antara orang-orang yang secara kebetulan telah melamar pekerjaan pada kantor yang memerlukan tenaga atau diantara orang-orang yang telah dikenal oleh salah seorang pegawai dari kantor itu.

Atas persetjuan dari Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara, oleh pejabat yang berwenang dilakukan pengangkatan pelamar menjadi calon Pegawai Negeri Sipil. Dalam kedudukan sebagai calon Pegawai Negeri Sipil, yang bersangkutan menjalani masa percobaan sebagai, yang setelah menjalani masa percobaan selama sekurang-kurangnya satu tahun dan sebanyak-banyaknya dua tahun dan memenuhi syarat-syarat lain yang ditentukan, diangkat sebagai pegawai negeri sipil. Apabila selama atau masa percobaan berakhir dan ternyata tidak memenuhi syarat-syarat ang ditentukan maka yang bersangkutan diberhentikan sebagai calon pegawai negeri sipil.

Terlebih dahulu telah dikemukakan bahwa jabatan Negeri ada yang dipangku oleh mereka yang tidak berstatus sebagai Pegawai Negeri sedangkan gaji mereka dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Demikian pula halnya dengan jabatan dalam lingkungan Pemerintah Daerah ada pula yang dipangku oleh mereka yang bukan Pegawai Negeri Sipil Daerah sedang gaji mereka dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

(5)

Untuk kepentingan yang lebih luas, Pemerintah telah mengangkat sebagian dari mereka menjadi Pegawai Negeri Sipil yang ada kalanya merupakan kekhususan dari ketentuan umum kepegawaian yang diatur dalam Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 dan peraturan pelaksanaannya.

Pengangkatan mereka yang gajinya dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan / atau Anggaran Pendapatan Belanja Daerah, bukan atas pertimbangan untuk mengisi formasi yang lowong, sebagaimana dimaksud Pasal 15 ayat (1) Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tetapi untuk kepentingan yang lebih luas dari sekedar pembinaan pegawai.

Setelah diangkat menjadi Pegawai Negeri, mereka bertugas pada Departemen atau Lembaga Pemerintah tertentu lainnya atau bahkan ada yang diperbantukan pada Badan Swasta atau Yayasan tertentu.

Pengangkatan mereka untuk pertama kali sebagai Pegawai Negeri Sipil, tidak ditetapkan oleh Menteri atau Pimpinan Lembaga di mana mereka ditugaskan tetapi ditetapkan dengan Keputusan Kepala Badan Administrasi Negara.

Kriteria pokok yang dijadikan dasar pengangkatan mereka menjadi Pegawai Negeri Sipil adalah bahwa mereka adalah pegawai pada instansi tertentu dan memperoleh gaji yang dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan / atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

(6)

Mereka diangkat langsung menjadi Pegawai Negeri Sipil, tidak diangkat sebagai Calon Pegawai Negeri terlebih dahulu.

Setelah diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil bagi mereka berlaku ketentuan-ketentuan tentang kedudukan hak, kewajiban dan pembinaan yang berlaku bagi Pegawai Negeri Sipil pada umumnya.

Selama menjalani masa percobaan, seorang calon Pegawai Negeri memperoleh gaji pokok sebesar 80% dari gaji pokok yang berlaku bagi Pegawai Negeri Sipil. Hak atas gaji tersebut mulai berlaku pada bulan calon Pegawai Negeri Sipil secara nyata melaksanakan tugasnya yang dinyatakan dengan surat oleh atasan langsung yang membawahi calon Pegawai Negeri Sipil. Calon Pegawai Negeri Sipil telah dianggap nyata melaksanakan tugasnya terhitung mulai tanggal ia diperintahkan menuju tempat tugas oleh atasan yang berwenang dengan Surat Perintah Perjalanan.

Oleh karena demikian maka hak atas gaji calon Pegawai Negeri Sipil tidak selalu bersamaan waktu dengan saat pengangkatannya.

Dalam hal seorang pelamar mempunyai pengalaman bekerja maka pengalaman bekerja dimaksud dapat diperhitungkan untuk menentukan gaji pokok, bersamaan dengan usul pengangkatan sebagai Calon Pegawai Negeri atau masa berikutnya yang harus mendapat persetujuan dari Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara.

B. Prosedur Penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil Di Daerah

(7)

unsur aparatur negara untuk menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan dalam rangka usaha mencapai tujuan nasional.

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 Jo. Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 menyebutkan bahwa : ”Pegawai negeri adalah unsur aparatur negara, abdi negara dan abdi masyarakat yang penuh kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila, UUD 1945, Negara dan Pemerintah, menyelenggarakan tugas pemerintah dan pembangunan”.

Dari ketentuan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 jo Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999, bahwa fungsi pegawai negari sipil adalah :

a. Sebagai aparatur negara; b. Sebagai abdi negara; c. Sebagai abdi masyarakat.

Pegawai negeri sipil sebagai aparatur negara bertugas membantu Presiden sebagai Kepala Pemerintahan dalam menyelenggarakan Pemerintahan, tugas melaksanakan peraturan perundang-undangan dalam arti kata wajib mengusahakan agar setiap peraturan perundangan ditaati masyarakat.

Sebagai abdi negara dan abdi masyarakat setiap pegawai negeri sipil harus mampu meletakkan kepentingan negara dan kepentingan masyarakat diatas kepentingan pribadi dan golongan. Dalam hal ini berlaku prinsip monoloyalitas yaitu mendahulukan kepentingan negara diatas kepentingan pribadi dan golongan.

(8)

usaha mencapai tujuan nasional. Jadi dari sini dapat dilihat bahwa fungsi pegawai negeri sipil adalah membantu pemerintah untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan dan pembangunan yang berakibat langsung dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat sebagai abdi negara dan abdi masyarakat.

Kelancaran penyelenggaraan pemerintah dan pelaksanaan pembangunan nasional sangat tergantung dari kesempurnaan dan kemampuan aparatur negara. Untuk mencapai tujuan pembangunan nasional sebagaimana termaktub dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 Alinea keempat, bukanlah hal ringan tetapi suatu tugas yang berat. Untuk itu sangat dituntut adanya pegawai negeri sipil yang disamping setia dan taat kepada Pancasila, UUD 1945, negara dan pemerintah, juga harus memiliki kemampuan dan keterampilan sebagai aparatur negara, abdi negara dan abdi masyarakat.

Menyadari hal itu, pemerintah terus-menerus berupaya untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan pegawai negeri sipil agar dapat menyelengarakan tugasnya masing-masing dalam melaksanakan roda pembangunan nasional. Salah satu bentuk upaya yang dilaksanakan pemerintah untuk meningkatkan keperampilan dan kemampuan pegawai negeri tersebut adalah pendidikan dan latihan.

(9)

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000 telah ditetapkan Pokok-pokok Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil untuk mengisi satuan organisasi pemerintahan. Tujuan penetapan formasi adalah agar satuan-satuan organisasi negara dapat rnempunyai jumlah dan mutu pegawai yang cukup sesuai dengan beban kerja yang dipikul pada satuan-satuan organisasi itu yang penetapannya ditetapkan oleh Menteri yang bertanggung jawab dalam bidang penertiban dan penyempurnaan aparatur negara. Dalam hal ini adalah Menteri Negara Penertiban Aparatur Negara.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000, formasi dapat dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu :

1. Formasi Anggaran, yang dimaksud dengan formasi anggaran adalah formasi yang ditetapkan berdasarkan atas anggaran belanja yang tersedia bagi Departemen/Lembaga yang bersangkutan.

2. Formasi Beban Kerja, yang dimaksud dengan Formasi Beban Kerja adalah formasi yang ditetapkan berdasrkan atas besar kecilnya beban kerja yang ada bagi Departemen/Lembaga yang bersangkutan.

(10)

organisasi tersebut, yang disebabkan kemajuan-kemajuan yang dicapai organisasi tersebut cukup baik.

Pengadaan pegawai negeri sipil dilakukan hanya untuk mengisi formasi yang lowong, lowongan formasi dalam satuan unit organisasi pemerintah pada umumnya adalah disebabkan :

1. Adanya Pegawai Negeri Sipil yang berhenti karena pensiun, berhenti, dan lain-lain

2. Adanya perluasan organisasi pemerintah.

Karena pengadaan pegawai negeri sipil adalah untuk mengisi formasi yang lowong maka pengadaan pegawai negeri sipil harus berdasarkan kebutuhan, baik dalam arti jumlah maupun dalam arti kuwalitas.

Dalam penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil haruslah tetap dipegang teguh prinsip, bahwa setiap warga negara yang memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk menjadi pegawai negeri sipil.

Hal ini berarti bahwa pengadaan pegawai negeri sipil haruslah didasarkan semata-mata atas syarat-syarat yang objektif yang telah ditentukan dan tidak boleh didasarkan atas dasar golongan, agama, atau daerah.

Dalam pengadaan pegawai negeri sipil terbagi 2 (dua) kemungkinan sistem yang digunakan :

(11)

berhubungan dengan luas wilayah negara kesatuan Republik Indonesian dan masih sulitnya perhubungan untuk beberapa daerah.

2. Sistem Desentralisasi, keuntungan sistem ini adalah dapat dilaksanakan pengadaan Pegawai Negeri Sipil dengan cepat, sedang kerugiannya adalah tidak terdapat keseragaman dalam cara penerimaan, kemungkinan penentuan norma yang berbeda yang mungkin mengakibatkan tidak terjaminnya mutu Pegawai Negeri Sipil.

Berhubungan dengan luasnya wilayah negara kesatuan Republik Indonesia dan masih sulitnya perhubungan, maka pada dewasa ini diadakan perpaduan antara sistem sentralisasi dan desentralisasi dalam arti bahwa penentuan norma dan cara ditetapkan secara terpusat sedang pelaksanaannya didesentarlisasikan.

Pengadaan Pegawai Negeri Sipil dengan menggunakan sistem sentarlisasi diadakan ditingkat pusat, sedang sitem desentarlisasi diadakan ditingkat daerah.

(12)

Dalam hal pengadaan pegawai ini tidak dikenal dalam pengangkatan pegawai harian yang telah bekerja sebelumnya atau dengan jalan penyisipan.

Bagi yang lulus dalam seleksi ini merekalah yang diangkat dengan kedudukan Calon Pegawai Negeri Sipil dengan masa percobaan.

Dalam Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 1981 tentang prajabatan bagi calon pegawai negeri sipil disebutkan bahwa masa percobaan sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun dan palin lama 2 (dua) tahun maka seorang Calon Pegawai Negeri Sipil tersebut dapat diangkat menjadi Pegawai Negeri penuh dengan mendapat gaji penuh (100%) tetapi dengan syarat harus lulus test kesehatan dan lulus testing pra jabatan, testing pra jabatan ini wajib diikuti bagi setiap Calon Pegawai Negeri yang diangkat.

Untuk pendidikan dalam jabatan yang bertujuan untuk meningkatkan mutu serta keterampilan pegawai pada Direktorat Jenderal Anggaran dilaksankan pendidikan dan latihan penyesuaian tugas (DPT) yang merupakan salah satu syarat dalam kenaikan pangkat sebagai penyesuaian ijazah yang diharuskan melampirkan. Jadi ijazah latihan penyesuain tugas (DPT) ini wajib diikuti bagi setiap pegawai yang akan memperoleh kenaikan pangkat sebagai penyesuaian ijazah. Pendidikan dan latihan penyesuain tugas ini terdiri dari:

(13)

Bagi para pegawai yang akan naik golongan, dari golongan I/d ke golongan II/a, golongan II/d ke golongan III/a, golongan III/d ke golongan IV/a harus terlebih dahulu mengikuti dan lulus ujian dinas, yang terdiri dari:

1. Ujian Dinas Tingkat I dari golongan I ke golongan II. 2. Ujian Dinas Tingkat II dari golongan II ke golongan III. 3. Ujian Dinas Tingkat III dari golongan III ke golongan IV.

Selanjutnya bagi mereka yang akan memperoleh kenaikan pangkat karena penyesuain ijazah diwajibkan mengikuti dan lulus pendidikan dan latihan penyesuaian ijazah (DPI), yang terdiri dari:

1. DPI Tingkat I bagi pegawai yang akan naik pangkat ke golongan II. 2. DPI Tingkat II bagi pegawai yang akan naik pangkat ke golongan III.

Pelaksanaan pendidikan dan latihan tersebut bertujuan untuk meningkatkan mutu serta kecakapan agar para pegawai tersebuit dapat mampu menjalankan tugas yang lebih berat yang akan dipegangnya sesuai dengan golongan/pangkat yang telah dimiliki.

C. Syarat Dan Kriteria Yang Harus Dipenuhi Oleh Calon Pegawai Negeri Sipil Didaerah

(14)

Pembangunan Nasional pada hakekatnya adalah suatu proses perubahan dan dinamika yang terus menerus kearah perbaikan dan peningkatan taraf hidup masyarakat Indonesia. Pembangunan nasional di samping akan menghasilkan perubahan-perubahan, juga akan menimbulkan dinamika sosial yang mengandung kerawanan, karena dinamika sosial akan mempengaruhi cara berfikir dan corak hidup masyarakat sebagai dampak dari pembangunan dan hasil-hasilnya.

Untuk mencapai tujuan nasional, maka Pegawai Republik Indonesia harus melaksanakan kegiatan-kegiatan di bidang pembangunan yang sesuai dengan petunjuk serta kebijaksanaan pembangunan sebagai mana tercantum dalam Garis-garis Besar Haluan Negara. Kelancaran pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan sangat tergantung pada kesempurnaan aparatur negara/pegawai negeri.

Untuk mengatur hal ini perlu dibuat suatu peraturan umum yang berlaku bagi pegawai negeri tersebut, sebagai pedoman yang memberikan arahan di dalam mengemban tugasnya agar dapat berjalan pada jalur yang benar.

Dengan adanya peraturan kepegawaian yang berlaku secara umum ini, di samping merupakan peraturan-peraturan khusus, maka para pegawai negeri tersebut dapat terkontrol dan dapat diawasi oleh badan-badan /lembaga-lembaga pengawas dan dapat diambil tindakan bagi yang tidak melaksanakan kewajibannya menurut fungsinya masing-masing.

(15)

demikian didalam melaksanakan penerimaan/pengadaan calon pegawai negeri sipil harus dilakukan dengan selektif mungkin dengan meneliti persyaratan kecakapan serta kemampuan, agar aparatur yang bersih dan berwibawa dapat melaksanakan tugas berdaya guna dan berhasil guna untuk mencapai suatu tujuan. Jika pelaksanaan pengadaan Pegawai Negeri sebagai langkah pertama dari proses kepegawaian telah menyimpang misalnya mengangkat pegawai karena belas kasihan, titipan atau bersifat kekeluargaan, padahal calon pegawai tersebut tidak mempunyai kemampuan atau keahlian maka aparat yang bersih dan berwibawa tidak akan tercapai. Seandainya pelaksanaan pengadaan pegawai negeri sipil dalam proses pelaksanaan tidak menyimpang dari semestinya dalam pengangkatan/penerimaan pegawai, maka terciptalah aparat yang bersih dan berwibawa.

Hal ini berarti bahwa pengadaan pegawai negeri sipil harus didasarkan semata-mata atas syarat obyektif yang telah ditentukan dan tidak boleh didasarkan atas golongan, agama atau daerah.

Agar supaya setiap warga negara dapat mengetahui adanya lowongan formasi yang akan diisi, dan agar instansi memperoleh kesempatan yang cukup luas dalam melakukan pemilihan calon yang terbaik, maka penerimaan pegawai baru dimaksud harus diumumkan seluas-luasnya melalui media yang ada dan pengumuman dilakukan paling lambat 15 (lima belas) hari sebelum tanggal penerimaan lamaran.

(16)

Pemerintah. Disamping itu masih dimungkinkan adanya persyaratan khusus yang ditetapkan oleh masing-masing instansi, sehubungan dengan kekhususan instansi bersangkutan, misalnya tidak buta warna, belum menikah dan sebagainya.

Selanjutnya dalam Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1976 Jo Pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang pengadaan Pegawai Negeri ditetapkan bahwa syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh setiap pelamar adalah :

1. Warga Negara Indonesia. Apabila disangsikan dapat diminta bukti kewarganegaraan seorang pelamar;

2. Berusia serendah-rendahnya 18 (delapan belas) tahun dan setinggi-tingginya 40 (empat puluh) tahun;

Pelamar yang belum mencapai usia 18 tahun ditolak, sedang pelamar yang berusia lebih dari 40 tahun dalam hal-hal tertentu dapat dipertimbangkan. Dalam Surat Edaran Badan Administrasi Kepegawaian Negara tanggal 8 Maret 1976 Nomor 05 / SE / 1976 ditetapkan bahwa pelamar yang melebihi usia 40 (empat puluh) tahun hanya dapat diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil atas Keputusan Presiden.

Usia seorang pelamar ditentukan berdasarkan tanggal kelahiran yang tercantum dalam akte kelahiran atau yang tercantum dalam surat tanda tamat belajar degan catatan apabila terdapat perbedaan diantara keduanya maka yang dipergunakan adalah tanggal kelahiran yang tercantum pada akte kelahiran; 3. Tidak pernah dihukum penjara atau kurungan berdasarkan keputusan

(17)

suatu tindak pidana kejahatan jabatan atau tindak pidana kejahatan yang ada hubungannya dengan jabatan;

4. Tidak pernah terlibat dalam suatu gerakan yang menentang Pancasila, UUD 1945, Negara dan Pemerintah. Gerakan yang dimaksud dinyatakan dengan tegas oleh Pemerintah Pusat;

5. Tidak pernah diberhentikan dengan tidak hormat sebagai Pegawai suatu instansi baik instansi Pemerintah maupun instansi swasta;

6. tidak berkedudukan sebagai Pegawai Negeri atau calon Pegawai negeri; 7. Mempunyai pendidikan, kecakapan atau keahlian yang diperlukan;

8. Berkelakuan baik yang dibuktikan dengan Surat Keterangan POLRI setempat; 9. Berbadan sehat yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter;

10.Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia atau di Negara lain yang ditentukan oleh Pemerintah;

11.Syarat-syarat lain yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan termasuk syarat-syarat khusus yang ditentukan oleh instansi yang bersangkutan.

Semua syarat-syarat sebagai tersebut di atas harus dipenuhi oleh setiap pelamar yang berarti bahwa apabila salah satu syarat di atas tidak di penuhi oleh pelamar maka lamarannya ditolak.

(18)

Setiap pelamar harus mengajukan surat lamaran yang ditulis tangan dengan huruf latin kepada instansi yang bersangkutan yang harus dilengkapi dengan lampiran-lampiran sebagai berikut :

1. Daftar Riwayat Hidup;

2. Salinan atau foto copi Surat Tanda Tamat Belajar yang disahkan dengan catatan bahwa untuk ijazah Perguruan Tinggi Swasta harus ada pengesahan dari Koordinator Perguruan Tinggi dan untuk ijazah pendidikan luar negeri, penghargaan harus ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan; 3. Surat Keterangan Berkelakukan Baik dari Polisi Republik Indonesia setempat; 4. Surat Keterangan Kesehatan dari dokter, baik dokter Pemerintah maupun

dokter swasta;

5. Surat Pernyataan pelamar, bahwa ia tidak pernah di hukum penjara atau kurungan berdasarkan keputusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap karena melakukan suatu tindak pidana kejahatan jabatan atau tindak pidana kejahatan yang berhubungan dengan jabatan;

6. Surat Pernyataan pelamar, bahwa ia tidak pernah terlibat dalam gerakan yang menentang Pancasila, DUD 1945, Negara dan Pemerintah;

7. Surat Pernyataan pelamar, bahwa ia tidak pernah diberhentikan tidak hormat sebagai pegawai suatu instansi baik instansi Pemerintah maupun instansi swasta;

(19)

9. Surat Pernyataan pelamar, bahwa ia bersedia ditempatkan diseluruh wilayah Negara Republik Indonesia atau di Negara lain yang ditentukan oleh Pemerintah;

10.Pas foto menurut ukuran dan jumlah yang ditentukan;

11.Salinan sah surat keputusan atau surat keterangan dari dua orang saksi yang disahkan tentang pengalaman bekerja bagi pelamar yang telah mempunyai pengalaman bekerja;

12.Surat Keterangan lainnya yang diminta dalam pengumuman.

Surat lamaran beserta lampiran-lampirannya dibuat menurut jumlah rangkap sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan catatan bahwa lampiran-lampiran dimaksud angka 1,5,6,7,8 dan 9 dibuat menurut contoh yang ditetapkan dalam lampiran Surat Edaran Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara tanggal 8 Maret 1976 Nomor 05 / SE /1976.

Terhadap surat-surat lamaran yang masuk selanjutnya dilakukan pemeriksaan administratif. Pelamar yang memenuhi syarat-syarat dipanggil dengan surat atau pengumuman dalam mass media lain untuk mengikuti ujian yang diselenggarakan oleh suatu panitia.

(20)
(21)

BAB IV

PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

A. PENERBITAN SURAT KEPUTUSAN PERPANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

Promosi merupakan suatu penghargaan (reward) yang diberikan kepada pegawai yang berprestasi untuk memangku tanggung jawab yang lebih besar, berupa kenaikan pangkat atau jabatan. Maksud kenaikan pangkat adalah sebagai pendorong/motivasi kerja bagi PNS untuk lebih meningkatkan pengabdiannya di dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari. Dalam rangka meningkatkan pelaksanaan pembinaan PNS pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 99 Tahun 2000 tentang. Kenaikan Pangkat PNS. Dalam pasal 1 angka (2) Peraturan Pemerintah No. 99 Tahun 2000 disebutkan bahwa kenaikan pangkat adalah penghargaan yang diberikan atas prestasi kerja dan pengabdian PNS terhadap negara. Menurut Pasal 3. Kenaikan pangkat dilaksanakan berdasarkan dua sistem, yaitu :

(1) Kenaikan pangkat reguler, yaitu penghargaan yang diberikan kepada PNS yang telah memenuhi syarat yang ditemukan tanpa terikat pada jabatan, Kenaikan pangkat reguler diberikan kepada PNS yang :

(a) tidak menduduki jabatan struktural atau jabatan fungsional tertentu.

(22)

(c) diperkerjakan atau diperbantukan secara penuh di luar instansi induk dan tidak menduduki jabatan fungsional tertentu. Ketentuan kenaikan pangkat ini diberikan sepanjang tidak melampaui pangkat atasannya langsung. (2) Kenaikan pangkat pilihan, yaitu kepercayaan dan penghargaan yang

diberikan kepada PNS atas prestasi kerjanya yang tinggi. Kenaikan pangkat pilihan diberikan kepada PNS yang (Pasal 9) :

(a) menduduki jabatan struktural atau jabatan fungsional tertentu.

(b) menduduki jabatan tertentu yang pengangkatannya ditetapkan dengan Keputusan Presiden.

(c) Menunjukkan prestasi kerja luar biasa baiknya;

(d) Menemukan penemuan baru yang bermanfaat bagi negara (e) Diangkat menjadi Pejabat Negara

(f) Memperoleh Surat Tanda Tamat Belajar atau Ijazah

(g) Melaksanakan tugas belajar dan seblumnya menduduki jabatan strukturan dan jabatan fungsional.

(h) Telah selesai mengikuti dan lulus tugas belajar; dan

(i) Dipekerjakan atau diperbantukan secara penuh di luar instansi induknya yang diangkat dalam jabatan pimpinan atau jabatan fungsional tertentu. Selain jenis kenaikan pangkat reguler dan pilihan, peraturan pemerintah ini juga mengatur tentang jenis kenaikan pangkat lain yang dapat diuraikan sebagai berikut :

(23)

Akibat keuangan dari kenaikan pangkat anumerta baru timbul setelah keputudan sementara ditetapkan menjadi keputusan pejabat yang berwenang (Pasal 26).

(2) Kenaikan pangkat pengabdian, yang diberikan kepada PNS yang akan diberhentikan dengan hormat dengan hak pensiun karena mencapai batas usia pensiun dan diberikan kenaikan pangkat pengabdian setingkat lebih tinggi (Pasal 27 ayat (1)).

Mengenai wewenang penetapan kenaikan pangkat lebih lanjut diatur dalam Bab III Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 2003.

Pada umumnya pegawai yang akan dipromosikan harus memenuhi paeryaratan pendidikan dan prestasi kerja yang baik, sehingga setelah dipromosikan akan terjadi peningkatan kinerja. Secara lebih spesifik pegawai yang diberikan suatu kepercayaan, yaitu promosi harus memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh peraturan pemerintah ini yang antara lain :

(1) Pangkat/golongan yang telah memenuhi syarat; (2) Disiplin ilmu/latar belakang pendidikan formal; (3) Mempunyai kinerja/prestasi kerja yang lebih baik. (4) Telah mengikut i Diklat Struktural/Fungsional; (5) Memperhatikan DUK (Daftar Urut Kepangkatan);

(6) Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan paling tidak bernilai baik; (7) Usia;

(24)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian

Pasal 17

(1) Pegawai Negeri Sipil diangkat dalam pangkat dan jabatan tertentu

(2) Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam sesuatu jabatan dilaksanakan dengan memperhatikan jenjang pangkat yang ditetapkan untuk jabatan itu

Pasal 18

(1) pemberian kenaikan pangkat dilaksanakan berdasarkan sistem kenaikan pangkat reguler dan kenaikan pangkat pilihan.

(2) Setiap Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi syarat-syarat yang ditentukan, berhak atas kenaikan pangkat reguler.

(3) Pemberian kenaikan pangkat pilihan adalah penghargaan atas prestasi kerja Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan.

(4) Syarat-syarat kenaikan pangkat reguler adalah prestasi kerja, disiplin kerja, kesetiaan, pengabdian, pengalaman, dan syarat-syarat objektif lainnya.

(5) Kenaikan pangkat pilihan, disamping harus memenuhi syarat-syarat yang dimaksud dalam ayat (4) pasal ini, harus pula didasarkan atas jabatan yang dipangkunya dengan memperhatikan daftar urut kepangkatan. (6) Pegawai Negeri Sipil yang tewas diberikan kenaikan pangkat setingkat

(25)

Pasal 19

Pengangkatan dalam jabatan didasarkan atas prerstasi kerja, disiplin kerja, kesetiaan, pengabdian, pengalaman, dapat dipercaya, serta syarat-syarat objektif lainnya.

Pasal 20

Untuk lebih menjamin objektifitas dalam mempertimbangkan dan menetapkan kenaikan pangkat dan pengangkatan dalam jabatan diadakan daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan dan daftar urut kepangkatan.

B. PENEMPATAN

Penempatan pegawai merupakan suatu proses yang tidak terpisahkan dengan pengadaan pegawai. Setelah proses pengadaan pegawai, pegawai yang baru diangkat harus ditempatkan pada suatu unit organisasi tertentu yang membutuhkan tenaga baru dan mengacu pada formasi yang ada. Pada dasarnya setiap pegawai mempunyai jabatan karena mereka direkrut berdasarkan kebutuhan untuk melaksanakan tugas dan fungsi yang ada dalam organisasi. Apabila hal itu diikuti, tidak akan ada seorang pun pegawai yang tidak mempunyai jabatan, apa pun jenis jabatannya.

(26)

1) Adanya Analisis Tugas Jabatan (job analisys) yang baik, suatu analisis yang menggambarkan tentang ruang lingkup dan sifa-sifat tugas yang dilaksanakan sesuatu unit organisasi itu.

2) Adanya Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (kecakapan pegawai) dari masing-masing pegawai yang terpelihara dengan baik dan terus menerus. Dengan adanya penilaian pekerjaan ini dapat diketahui tentang sifat,, kecakapan, disiplin, prestasi kerja, dan lain-lain dari masing-masing pegawai.

Berdasarkan pendapat diatas pada prinsipnya penempatan PNS harus mengacu pada kebutuhan dan kemampuan organisasi, dan yang paling penting bahwa pegawai yang bersangkutan harus memiliki kecapan dalam bidang kerjanya yang ditunjukkan dengan Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3). Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan adalah suatu daftar yang memuat hasil penilaian pelaknasaan pekerjaan seorang PNS dalam jangka waktu satu tahun yang dibuat oleh Pejabat Penilai. Unsur-unsur yang dinilai antara lain: kesetiaan, prestasi kerja, tanggung jawab, ketaatan, kejujuran, kerja sama, prakarsa, dan kepemimpinan. Dalam pemberian nilai dalam Daftar Peraturan Pelaksanaan Pekerjaan harus berpedoman kepada Lampiran Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1979.

(27)

dianut, norma-norma yang berlaku, dan sebagainya. Program orientasi biasanya berlaku untuk jangka waktu satu sampai tiga bulan dengan cara berpindah-pindah unit kerja, sehingga pada saat penempatan nanti pegawai baru sudah memahami cara bertindak dan berlaku yang dapat diterima oleh pegawai lama. Setelah melalui masa orientasi, kemudian pegawai ditempatkan sesuai kebutuhan unit kerja dan kompetensi pegawai pada saat direkrut. Sebelum diangkat sebagai pegawai tetap pegawai baru berstatus sebagai Calon PNS (CPNS) dan diharuskan mengikuti Diklat Prajabatan. Secara nasional pembinaan Diklat Prajabatan dilakukan oleh Lembaga Administrasi Negara sedangkan pelaksanaannya dilakukan oleh daerah masing-masing. Untuk8 dapat diangkat menjadi PNS apabila setiap unsur penilaian prestasi kerja minimal bernilai baik, telah memenuhi syarat kesehatan, dan telah lulus pendidikan dan pelatihan Prajabatan. Sebaliknya jika Calon PNS tersebut tidak memenuhi syarat di atas, dan/atau syarat lain seperti diatur dalam Pasal 18 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 2002, yang bersangkutan dapat diberhentikan dengan hormat atau tidak dengan hormat.

(28)

Struktural diatur oleh kebijakan melalui Peraturan Pemerintah No. 100 Tahun 2000 tentang Pengangkatan PNS dalam Jabatan Struktural. Peraturan pemerintah ini merupakan pelaksanaan dari Pasal 17 dan 20 Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 yang mengatur tentang pengangkatan PNS dalam jabatan struktural.

Berdasarkan Pasal 13 Peraturan Pemerintah No.100 Tahun 2000, sebagai bentuk lain dan pemberian kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggungjawab, wewenang, dan hak seorang PNS dalam memimpin satuan organisasi pemerintahan adalah pengangkatan dalam jabatan struktural. Sebagai sebuah sistem, pengangkatan dalam jabatan struktural merupakan bagian dan sistem pembinaan karier PNS. Pengangkatan dalam jabatan struktural erat kaitannya dengan jenjang kepangkatan yang ditetapkan untuk jabatan itu, sehingga pegawai yang lebih rendah pangkatnya tidak dapat membawahi langsung pegawai yang pangkatnya lebih tinggi guna menjamin kualitas dan objektivitas dalam pengangkatan dalam jabatan struktural. Berdasarkan Pasal 14 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 100 Tahun 2000, Presiden menetapkan jabatan Eselon I atas usul pimpinan instansi dan setelah mendapat pertimbangan tertulis dan Komisi Kepegawaian Negara. Bagi Pejabat Eselon II ke bawah, baik untuk instansi di pusat maupun instansi di daerah dibentuk Badan Pertimbangan Jabatan dan I Kepangkatan (Baperjakat) yang bertugas memberikan pertimbangan objektif kepada Pejabat Pembina Kepegawaian (pusat atau daerah).

(29)

fungsi keahlian dan/atau keterampilan untuk mencapai tujuan organisasi. Belum ada peraturan yang melaksanakan Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 1999 terhadap jabatan fungsional. Dengan menunjuk pada aturan hukum yang berlaku, Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 1994 telah ditetapkan sebagai peraturan dalam mengatur pelaksanaan pengangkatan PNS yang menduduki jabatan fungsional. Bagi pegawai yang menduduki jabatan fungsional diprogramkan untuk mengikuti pendidikan fungsional atau pendidikan lain yang berlaku bagi PNS pada umumnya. Pembinaan PNS yang menduduki jabatan fungsional dilakukan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai tingkatannya, dan penetapan kenaikan pangkatnya dilakukan melalui penetapan angka kredit.

Mutasi adalah perpindahan atau alih tugas dan suatu unit organisasi ke unit organisasi lain. Dasar yang digunakan untuk menentukan mutasi pegawai di antaranya adalah lamanya masa kerja di suatu bidang pekerjaan, kebutuhan organisasi, penyegaran organisasi, pengetahuan, dan keterampilan serta alasan khusus (misalnya ikut suami).” Dalam Penjelasan Umum Peraturan Pemerintah No.96 Tahun 2000 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian PNS disebutkan bahwa untuk kepentingan kedinasan dan sebagai usaha untuk memperluas pengalaman, wawasan, dan kemampuan, diadakan perpindahan jabatan, tugas dan wilayah bagi PNS terutama bagi yang menjabat pimpinan dengan tidak merugikan hak kepegawaiannya.

(30)

yang berwenang dalam penentuan mutasi pegawai umumnya juga merupakan mereka yang menentukan penilaian kinerja, promosi, dan diklat. Hal-hal yang perlu ditingkatkan dalam pelaksanaan mutasi adalah pengarahan dan pengawasan kepada bawahan agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, memberikan kesempatan yang luas kepada pegawai agar dapat mengikuti diklat, frekuensi sosialisasi peraturan dan penyediaan sarana dan prasarana yang perlu ditingkatkan.

Pasal 16 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 2003 menyebutkan bahwa Kepala Badan Kepegawaian Negara menetapkan pemindahan:

1) Pegawai Negeri antardepartemen atau Lembaga;

2) PNS Pusat dan PNS Daerah antara Provinsi/Kabupaten/Kota dan Departemen/Lembaga;

3) Pegawai Negeri Daerah antar daerah Provinsi; dan

4) Pegawai Negeri Daerah antara Daerah Kabupaten/Kota dan Daerah Kabupaten/Kota Provinsi lainnya.

Penetapan oleh Badan Kepegawaian Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) dilaksanakan atas permintaan dan persetujuan dan instansi yang bersangkutan (ayat (2)). BKN dapat mendelegasikan wewenangnya atau memberikan kuasa kepada pejabat lain di lingkungannya (ayat (3)).

Pasal 17 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 96 Tahun 2000 menyebutkan bahwa Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Provinsi menetapkan pemindahan: 1) PNS Daerah antardaerah Kabupaten/Kota dalam satu Provinsi; dan

(31)

C. PENUGASAN

Tugas PNS memberikan pelayanan kepada masyarakat dan siap ditugaskan di seluruh Wilayah Indonesia.

Sesuai pasal 2 ayat (1) UU No. 43 Tahun 1999 tersebut, Pegawai Negeri terdiri dari :

a. Pegawai Negeri Sipil

b. Anggota Tentara Nasional Indonesia

c. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia

Pegawai Negeri Sipil memiliki kedudukan sebagai unsur aparatur negara yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada msayarakat secara profesional, jujur, adil, dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintah, dan pembangunan, sesuai Pasal 3 ayat (1) UU No. 43 Tahun 1999.

D. PENGGAJIAN

(32)

Burhannudin A. Tayibnapis mengatakan bahwa gaji menyandang fungsi sebagai:

1. daya tarik untuk memperoleh tenaga-tenaga yang cakap dan produktif; 2. sarana motivasi untuk meningkatkan kinerja karyawan; dan

3. alat untuk memelihara agar karyawan tetap betah bekerja dalam organisasi (perusahaan).

Pengertian secara normatif tercantum dalam Pasal 7 Undang-Undang No. 43 Tahun 1999, pada ayat (1) menyebutkan bahwa setiap Pegawai Negeri berhak memperoleh gaji yang adil dan layak sesuai dengan beban pekerjaan dan tanggungjawabnya, dan pada bagian penjelasan undang-undang ini diterangkan bahwa yang dimaksud dengan gaji yang adil dan layak adalah bahwa gaji PNS harus mampu memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, sehingga PNS dapat memusatkan perhatian, pikiran, dan tenaganya hanya untuk melaksanakan tugas yang dipercayakan kepadanya. Sementara pada ayat (2) diatur bahwa gaji yang diterima oleh Pegawai Negeri harus mampu memacu produktivitas dan menjamin kesejahteraannya. Pengaturan gaji PNS yang adil dimaksudkan untuk mencegah kesenjangan kesejahteraan baik antar-PNS maupun antara PNS dengan swasta, dan gaji yang layak dimaksudkan untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan pokok dan dapat mendorong produktivitas dan kreativitas PNS.

(33)

Dalam Peraturan Pemerintah No. 66 Tahun 2005 diatur mengenai pemberian gaji pokok yang meliputi:

1. Kepada PNS yang diangkat dalam suatu pangkat menurut PP ini, diberikan Gaji pokok berdasarkan golongan ruang yang ditetapkan untuk pangkat itu. 2. Kepada seorang yang diangkat menjadi Calon Pagawai Negeri Sipil,

diberikan gaji pokok sebesar 80% (delapan puluh persen) dari gaji pokok. 3. Kepada calon PNS, apabila telah mempunyai pengalaman kerja yang dapat

diperhitungkan untuk menetapkan gaji pokok, diberikan gaji pokok yang segaris dengan pengalaman kerjanya yang telah ditetapkan sebagai masa kerja golongan.

4. Pemberian gaji pokok setinggi-tingginya ditetapkan berdasarkan gaji pokok maksimum dalam golongan ruang yang bersangkutan setelah dikurangi dengan 2 (dua) kali kenaikan gaji berkala yang terakhir dalam golongan ruang tersebut.

5. Kepada seorang yang diangkat langsung menjadi PNS apabila telah mempunyai pengalaman kerja yang dapat diperhitungkan untuk menetapkan gaji pokok, diberikan gaji pokok yang segaris dengan pengalaman kerja yang ditetapkan sebagai masa kerja golongan.

(34)

7. Kepada PNS yang diturunkan pangkatnya ke dalam suatu pangkat yang lebih rendah dari pangkat semula, diberikan gaji pokok berdasarkan pangkat baru yang segaris dengan gaji jokok dan masa kerja golongan dalam golongan ruang menurut pangkat lama.

8. Kepada pensiunan Pegawai Negeri yang diangkat menjadi pegawai bulanan, di samping pensiun diberikan gaji pokok berdasarkan pangkat dan masa kerja golongan yang dimilikinya pada saat ia pensiun.

Selain pemberian gaji pokok, pegawai negeri juga diberikan kenaikan gaji berkala dan kenaikan gaji istimewa, yang diatur dalam Bab III Peraturan Pemerintah No. 66 Tahun 2005. Kepada PNS diberikan kenaikan gaji berkala apabila dipenuhi syarat-syarat:

1. telah mencapai masa kerja golongan yang ditentukan untuk kenaikan gaji berkala;

2. penilaian pelaksanaan pekerjaan dengan nilai rata-rata sekurang-kurangnya “cukup”.

(35)

Selain pemberian gaji, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 66 Tahun 2005 juga mengatur mengenai pemberian tunjangan. Tunjangan merupakan bagian dari kompensasi finansial langsung yang diberikan kepada PNS. Tunjangan yang diberikan adalah tunjangan keluarga, tunjangan jabatan, tunjangan pangan, dan tunjangan lain-lain.

Metode penetapan gaji yang diatur dalam peraturan pemerintah ini masih mengacu pada tiga sistem, yaitu sistem skala tunggal, sistem skala ganda, dan sistem skala gabungan.

• Sistem skala tunggal adalah sistem penggajian yang memberikan gaji yang

sama kepada pegawai yang berpangkat sama dengan tidak atau kurang memperhatikan sifat pekerjaan yang dilakukan dan beratnya tanggung jawab yang dipikul dalam melaksanakan pekerjaan itu.

• Sistem skala ganda adalah sistem penggajian yang menentukan besarnya gaji

yang tidak saja didasarkan pada pangkat, tetapi juga didasarkan pada sifat pekerjaan yang dilakukan, prestasi kerja yang dicapai dan beratnya tanggung jawab yang dipikul dalam melaksanakan pekerjaan itu.

• Sistem skala gabungan adalah sistem perpaduan skala tunggal dan skala

(36)
(37)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Dalam Pasal 15 ayat 1 Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian ditetapkan bahwa pengadaan Pegawai Negeri Sipil untuk mengisi formasi. Lowongan formasi dalam suatu organisasi pada umumnya disebabkan oleh dua hal, yaitu adanya Pegawai Negeri yang keluar atau berhenti dan adanya perluasan organisasi.

Sesuai dengan maksud Pasal 16 ayat 2 Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 bahwa setiap warga Negara yang memenuhi syarat-syarat mempunyai kesempatan yang sama untuk melamar menjadi Pegawai Negeri Sipil, hal ini berarti bahwa pengadaan Pegawai Negeri Sipil harus didasarkan semata-mata atas syarat-syarat objektif dan tidak boleh didasarkan atas golongan, agama atau daerah.

(38)

Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 pengurnuman dilakukan paling lambat 15 (lima belas) hari sebelum tanggal penerimaan lamaran. Kiranya dapat dicatat, bahwa dimasa lalu pengisian lowongan formasi dalam suatu instansi tidak selalu diumumkan melalui mass media yang ada baik dalam jumlah yang besar apalagi bila hanya diperlukan satu atau dua orang saja, maka calonnya dicari di antara orang-orang yang secara kebetulan telah melamar pekerjaan pada kantor yang memerlukan tenaga atau diantara orang-orang yang telah dikenal oleh salah seorang-orang pegawai dari kantor itu.

2. Berhubungan dengan luasnya wilayah negara kesatuan Republik Indonesia dan masih sulitnya perhubungan, maka pada dewasa ini diadakan perpaduan antara sistem sentralisasi dan desentralisasi dalam arti bahwa penentuan norma dan cara ditetapkan secara terpusat sedang pelaksanaannya di desentralisasikan.

Pengadaan Pegawai Negeri Sipil dengan menggunakan sistem sentarlisasi diadakan ditingkat pusat, sedang sitem desentralisasi diadakan ditingkat daerah.

Dalam perpaduan antara kedua sistem tersebut penentuan norma dan cara pengadaan Pegawai Negeri Sipil seperti antara lain bahan-bahan ujian yang akan diujikan dan tata cara dilaksanakannya ujian tersebut ditentukan secara terpusat, sedang pelaksanaanya dapat didesentralisasikan.

(39)

maksudnya persyaratan tersebut berlaku bagi lamaran ke semua instansi Pemerintah. Disamping itu masih dimungkinkan adanya persyaratan khusus yang ditetapkan oleh masing-masing instansi, sehubungan dengan kekhususan instansi bersangkutan, misalnya tidak buta warna, belum menikah dan sebagainya.

Penyampaian informasi, pengangkatan dan pemberhentian pegawai negeri sipil didaerah merupakan fungsi BKD (Badan kepegawaian Daerah) sebagai perangkat daerah yang melaksanakan manajemen Pegawai Negeri Sipil Daerah dalam membantu tugas pokok Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah. Adapun tugas pokok BKD sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 159 Tahun 2.000 adalah membantu Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah dalam melaksanakan manajemen Pegawai Negeri Sipil Daerah.

B. Saran

(40)

penyempurnaan kembali ketentuan mengenai pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil.

2. Sesuai dengan ketentuan Pasal 17 Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian, Pegawai Negeri Sipil diangkat dalam jabatan dan pangkat tertentu. Dengan demikian pegertian formasi termasuk didalamnya jumlah susunan jabatan Pegawai Negeri Sipil yang diperlukan suatu satuan organisasi Negara untuk mamapu melaksanakan tugas pokok dalam jangka waktu tertentu sehingga diharapkan mutu dan jumlah pegawai memadai sesuai dengan beban kerja dan tanggung jawab pada masing-masing satuan organisasi.

(41)

BAB II

KEWENANGAN PENGANGKATAN CALON PEGAWAI NEGERI DI DAERAH

A. Kewenangan Pengangkatan Pegawai Negeri di Daerah

Negara sesungguhnya merupakan suatu wahana bagi bersatunya sekelompok orang yang merasa senasib, terikat oleh lokasi tanah air, dan punya tujuan-tujuan sama, maka tahap selanjutnya adalah memahami pola perilaku aparat-aparat negara itu dalam menerjemahkan kepentingan-kepentingan rakyat.1

Deskripsi huku m administrasi oleh J. H. A. Logemann ialah hukum administrasi meliputi peraturan-peraturan khusus, yang disamping hukum perdata positif yang berlaku umum, mengatur cara-cara organisasi negara ikut serta dalam lalu lintas masyarakat (de bijzondere regels, die naast het voor alien geldende burgerlijk recht, beheersen de wijze, waarop de staatsorganisatie aan het

maatsghappelijk verkeer deelneemt).

Adapun yang menjadi tugas Hukum Administrasi Negara itu bukan turut serta di bidang sosial penyelenggaraan ataupun lapangan kemasyarakatan saja, tetapi membawa orang kedalam lapangan administrasi negara, dan dalam lapangan administrasi ini, orang berusaha merealisasi keputusan-keputusan yang telah diambil mengenai jurusan perkembangan penghidupan negara itu.

2

1

Wahyudi Kumorotomo, Etika Administrasi Negara, PT. Raja Grapindo Persada, 2001, Jakarta, hal. 105.

2

(42)

Dalam menjalankan usaha itu, administrasi negara seiring diberi keleluasaan yang agak besar di dalam menjalankan kebijaksanaan pemerintah.

Peran Ilmu Hukum Administrasi Negara adalah mempelajari tentang sifat-sifat peraturan hukum dan bentuk-bentuk hukum yang membuat sertanya pemerintah dalam pergaulan sosial dan ekonomi, juga dipelajari asas-asas hukum yang membimbing partisipasi pemerintah tersebut hingga dalam lapangan administarsi negara, ilmu hukum dapat berkembang dengan baik sesuai dengan ketentuan yang ada.

Hukum Administrasi Negara sebagai kaedah-kaedah yang membentuk hubungan daripada wewenang administrasi, apabila terjadi penyimpangan dan tidak sesuai dengan kaedah-kaedah tersebut akan diberi sanksi oleh pemerintah dan aparaturnya.

Sedangkan menurut E. Utrech Hukum Administrasi Negara adalah menguji hubungan hukum istimewa yang diadakan akan memungkinkan para pejabat-pejabat administrasi Negara melakukan tugas-tugas khusus.3

Hukum Administrasi Negara melakukan sebagian dari pekerjaan pemerintah dalam fungsi administrasi yang ditugaskan kepada badan-badan Pengadilan dan Legislatif, secara mendalam lagi E. Utrecht mengemukakan melalui penetapan fungsi Hukum Administrasi Negara sebagai berikut : ”Kaedah-kaedah yang membimbing turut sertanya pemerintahan dalam pergaulan sosial dan ekonomi yaitu kaedah-kaedah yang oleh pemerintah sendiri diberi sanksi

3

(43)

dalam pelanggaran kaedah-kaedah hokum tersebut mengatur hubungan antara alat-alat pemerintahan dengan individu dan masyarakat”.4

1. Efektivitas, artinya kegiatan yang harus mengenai sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan dan direncanakan.

Untuk mempelancar penyelenggaraan dari pada yang dikehendaki dan yang menjadi keputusan rnaka harus dipenuhi syarat-syarat penunaian tugas oleh administrasi negara adalah :

2. Legitimasi, artinya kegiatan Administrasi Negara jangan sampai menimbulkan heboh oleh karena tidak dapat diterima oleh masyarakat setempat atau lingkungan yang bersangkutan.

3. Yuridiritas, adalah syarat yang menyatakan bahwa perbuatan para pejabat Administrasi Negara tidak boleh melawan atau melanggar hukum dalam arti luas.

4. Legalitas, adalah merupakan syarat yang menyatakan bahwa tidak satu perbuatan atau keputusan Administrasi Negara yang boleh dilakukan tanpa dasar atau pangkat suatu ketentuan Undang-undang dalam arti luas, bila sesuatu dijalankan dengan dalih keadaan darurat, maka kedaruratan tersebut wajib terbukti.

(44)

6. Effesiensi: wajib dikejar seoptimal mungkin, kehematan biaya produktifitas wajib diusahakan setingginya.

7. Teknologi yang setinggi-tingginya wajib dipakai untuk mengembangkan atau mempertahankan mutu prestasi yang sebaik-baiknya.

Dari uraian tersebut diatas bahwa aparatur sebagai pelaksana tugas-tugas umum pemerintahan harus bersih dan berwibawa terutama dalam pengangkatan dan penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil untuk mengisi formasi yang ada akibat diberhentikannya Pegawai Negeri Sipil.

Untuk mengisi formasi tersebut didalam Peraturan Pemerintah No. 98 Tahun 2000 Tentang Pengadaan Pegawai Negeri Sipil menyatakan beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh setiap pelamar adalah :

a. warga Negara Indonesia ;

b. berusia serendah-rendahnya 18 (delapan belas) tahun dan setinggi-tingginya 35 (tiga puluh lima) tahun ;

c. tidak pernah dihukum penjara atau kurungan berdasarkan keputusan pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, karena melakukan suatu tindak pidana kejahatan ;

d. tidak pernah diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri atau tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil, atau diberhentikan tidak dengan hormat sebagai pegawai swasta ;

e. tidak berkedudukan sebagai calon / Pegawai Negeri;

f. mempunyai pendidikan, kecakapan, keahlian dan keterampilan yang diperlukan;

g. berkelakuan baik ;

h. bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia atau Negara lain yang ditentukan oleh Pemerintah ;

i. syarat lain yang ditentukan dalam persyaratan jabatan.

(45)

Undang-undang Nomor 21 Tahun 1952 di tetapkan menjadi Undang-undang, yang kemudian di ubah dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 1961.

Berdasar ketentuan peralihan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1961 tentang Pokok-pokok Kepegawaian, ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 1952 beserta perubahan dan peraturan pelaksananya, tetap berlaku selama belum dicabut atau diatur lain, berdasar peraturan perundangan yang berlaku.

Menurut Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974, ”Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian adalah sebagian dari usaha pembinaan Pegawai Negeri Sipil. Pada prinsipnya, pembinaan pegawai negeri sipil secara menyeluruh berada di tangan Presiden yang untuk memperlancar pelaksanaannya, Presiden dapat mendelegasikan wewenang dimaksud kepada Menteri atau pejabat lain” (Pasal 25 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 Jo. Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999). Pendelegasian wewenang Presiden kepada Menteri atau pejabat lain, diatur dengan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1975 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil.

(46)

jabatan fungsional yang jenjangnya setingkat dengan itu, serta memberikan pendelegasian sebagian wewenang atau memberikan kuasa kepada pejabat lain lingkungnya untuk menetapkan pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil dalam dan dari jabatan struktural eselon III ke bawah atau jabatan fungsional yang jenjangnya setingkat dengan itu.5

Pengangkatan jabatan struktural Eselon I pada instansi pusat ditetapkan oleh Presiden atas usul Pimpinan Instansi setelah mendapat pertimbangan tertulis dari Menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur Negara dan jabatan struktural Eselon II kebawah pada instansi pusat ditetapkan oleh Pimpinan Instansi setekah mendapat pertimbangan tertulis dari Menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara. Jabatan struktural Eselon I ke bawah di Propinsi dan jabatan struktural Eselon II ke bawah di

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2000 ini juga mengatur tentang wewenang Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Propinsi atau Kabupaten/Kota dalam menetapkan pangkat dan pendelegasian wewenang. Hal terdapat dalam Pasal 7 ayat (1) dan ayat (2). Ayat (1) menyatakan :

”Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Propinsi atau Kabupaten/ Kota menetapkan kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil Daerah dilingkungannya untuk menjadi Juru Muda Tingkat I golongan ruang l/b sampai dengan Pembina Utama golongan ruang IV/e, termasuk kenaikan pangkat anumerta dan kenaikan pangkat pengabdian”. Ayat (2) menyatakan : ”Pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (I) dapat mendelegasikan sebagian wewenangnya atau memberikan kuasa kepada pejabat lain dilingkungannya untuk menetapkan kenaikan pangkat menjadi Juru Muda Tingkat I golongan ruang I/b sampai dengan Penata Tingkat I golongan ruang III/d”.

5

(47)

Kabupaten/Kota ditetapkan sesuai dengan kertentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Untuk dapat dicapai keseragaman dan tertib pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1975 telah ditetapkan Surat Edaran, Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Nomor 12 / SE / 1975 tanggal 14 Oktober 1975.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1975 yang tetap menjadi wewenang Presiden adalah :

a. Penetapan pengangkatan Pegawai Negeri Sipil baru atau pengangkatan kembali dan pemberhentian pegawai negeri sipil yang berpangkat Pembina Tingkat I (golongan / ruang IV / b) ke atas ;

b. Penetapan pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian pegawai negeri sipil dalam dan dari jabatan-jabatan jaksa agung, sekretaris jenderal, direktur kenderal, inspektur jenderal, kepala badan, pimpinan lembaga pemerintah non departemen, pimpinan Kesekretariatan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara, Rektor Universitas / Institusi / Perguruan Tinggi Negeri dan Jabatan-jabatan lain yang sederajat dengan itu atau jabatan-jabatan yang wewenang pengangkatan, pemindahan dan pemberhentiannya berada di tangan Presiden;

c. Penetapan pemberhentian sementara Pegawai Negeri Sipil yang dimaksud huruf b;

d. Penetapan pengangkatan tenaga ahli langsung menjadi Pegawai Negeri Sipil tanpa melalui pengangkatan sebagai calon Pegawai Negeri Sipil untuk menduduki suatu jabatan Negeri;

Wewenang pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil kecuali yang telah disebutkan diatas, oleh Presiden didelegasikan kepada pejabat lain.

Atas delegasi wewenang dari Presiden maka yang menjadi wewenang : 1. Menteri yang memimpin departemen dan Menteri / sekretaris Negara ; 2. Jaksa Agung ;

(48)

Yang dimaksud dengan lembaga Tinggi Negara, kecuali Lembaga Kepresidenan adalah :

a. Dewan Perwakilan Rakyat; b. Dewan Pertimbangan Agung ; c. Badan Pemeriksa Keuangan ; d. Mahkamag Agung ;

4. Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen ;

Yang dimaksud dengan Lembaga Pemerintah Non Departemen adalah : a. Lembaga Sandi Negara ;

b. badan Administrasi Kepegawaian Negara ; c. Lembaga Administrasi Negara ;

d. Dewan Penerbangan dan Antariksa Nasional Republik Indonesia ; e. Dewan Telekomunikasi Republik Indonesia ;

f. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Republik Indonesia ; g. Badan Koordinasi Intelijen Negara ;

h. Lembaga llmu Pengetahuan Indonesia ; i. badan Tenaga Atom Nasional;

j. Biro Pusat Statistik ;

k. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional; l. Arsip Nasional;

(49)

5. Pejabat Lain Yang Ditunjuk Presiden

Masing-masing untuk para Pegawai Negeri Sipil dalam lingkungan instansi yang dipimpinnya adalah :

a. Penetapan pengangkatan Pegawai Negeri Sipil yang baru, atau pengangkatan kembali, kenaikan pangkat dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil yang berpangkat Pembina (golongan / Ruang IV / a) ke bawah ;

b. Penetapan pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian pegawai negeri sipil dalam dan dari jabatan-jabatan jaksa agung, sekretaris jenderal, direktur jenderal, inspektur jenderal, kepala badan, pimpinan lembaga pemerintah non departemen, pimpinan Kesekretariatan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara, Rektor Universitas/Institusi/ Perguruan Tinggi Negeri dan Jabatan-jabatan lain yang sederajat dengan itu ;

c. Pemberhentian-pemberhentian sementara Pegawai Negeri Sipil yang dimaksud huruf b ;

(50)

pegawai yang dimaksud menjadi wewenang Menteri/Sekretaris Negara. Apabila dalam suatu Lembaga terdapat Pegawai Negeri Sipil yang akan diberhentikan karena melakukan tindak pidana atau kejahatan lain, maka Pimpinan Lembaga mengusulkannya kepada Menteri/ Sekretaris Negara, disertai bukti-bukti dan alas an-alasan yang lengkap.

Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2000 bahwa Presiden menetapkan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil Pusat yang berpangkat Pembina Utama Muda golongan ruang IV/c, Pembina Utama Madya golongan ruang IV/d dan Pembina utama golongan ruang IV/e. Pemberhentian yang dimaksud dalam peraturan ini adalah pemberhentian dengan hormat atau tidak dengan hormat, antara lain karena :

a. atas permintaan sendiri; b. meninggal dunia; c. hukuman disiplin;

d. perampingan organisasi pemerintah; e. menjadi anggota partai politik; f. dipidana penjara;

g. dinyatakan hilang; h. keuzuran jasmani;

j. mencapai batas usia pensiun.

(51)

golongan ruang IV/b ke bawah dilingkungannya ditetapkan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat. Pemberhentian Galon Pegawai Negeri Sipil Daerah Propinsi atau kabupaten/kota merupakan kewenangan Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Propinsi atau kabupaten/kota.

B. Klasifikasi Pegawai Negeri

Dalam usaha meningkatkan pengabdian dan kemampuan pelaksanaan tugas aparatur pemerintah, maka perlu ditingkatkan pelaksanaan usaha-usaha secara berencana dan terarah agar para pegawai sebagai unsure aparatur Negara, Abdi Negara, dan Abdi Masyarakat, mempunyai kesetiaan dan ketaatan yang penuh kepada Pacasila, UUD 1945 dan bermental baik, berwibawa, berdaya guna, berhasil guna, bermutu tinggi, serta sadar akan tanggung jawabnya untuk menyelenggarakan tugas pemerintah dimaksud.

Kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan dalam rangka pembinaan pegawai adalah :

a. Penyempurnaan serta perumusan peraturan dan pedoman pelaksana di bidang kepegawaian antara lain merumuskan perencanaan karir, yang meliputi:

1. Penentuan jenjang jabatan struktural dan fungsional serta kepangkatan pegawai, baik di tingkat Kanwil maupun di tingkat daerah;

2. Penentuan persyaratan masing-masing jabatan structural dan fungsional serta pangkat pegawai;

3. Penentuan pola karir menurut jabatan structural, jabatan fungsional dan pangkat;

4. Penentuan usaha untuk memungkinkan pegawai memajukan karirnya, yaitu usaha di luar bidang pendidikan dan latihan atau usaha dalam bidang pendidikan dan latihan ;

(52)

bagi semua unit, dengan melakukan inventaris jabatan, peyusunan uraian jabatan, analisis serta penilaian jabatan ;

c. Mewujudkan terlaksananya disiplin pegawai serta penerapan pola dan gaya hidup sederhana ;

d. Mewujudkan penyelesaian pengangkatan dan sumpah pegawai negeri sipil;

e. Mewujudkan penyelesaian kasus-kasus pegawai yang sebaik-baiknya melalui penelitian, pertimbangan dan penindakan pegawai sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku dibidang kepegawaian ;

f. Penyempurnaan Tata Usaha Kepegawaian yang meliputi:

1. Pemantapan berkas individual sesuai dengan persyaratan, penataan tempat arsip dan dokumentasi kepegawaian ;

2. Perbaikan ketatalaksanaan di bidang administrasi kepegawaian ; 3. Mewujudkan pengumpulan data pegawai yang lengkap dan

dapat dipercaya secara teratur untuk selanjutnya dilakukan pengolahannya dengan komputer;

g. Peningkatan Pembinaan Kesejahteraan Pegawai melalui: 1. Meningkatkan pelayanan koperasi pegawai;

2. Meningkatkan pemeliharaan kesehatan pegawai beserta keluarganya;.

3. Mengusahakan perumahan pegawai; 4. Membina para pensiunan ;

h. Usaha-usaha lain:

1. Menyelenggarakan tindak lanjut P4 ;

2. Meningkatkan kegiatan pembinaan pegawai di luar kedinasan oleh KORPRI yang meliputi pembinaan Korps, pembinaan kekaryaan, pembinaan social politik, pembinaan agama dan sosial budaya serta pembinaan kesejahteraan”.6

6

Sastra Djatmika, Marsono, Hukum Kepegawaiun di Indonesia, Djambatan, 1990,

(53)

Untuk mewujudkan tujuan Nasional maka kegiatan Pegawai Negeri Sipil diarahkan pada kelancaran penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan dan Pembangunan Nasional berdasarkan UUD 1945 dan Garis-garis Besar Haluan Negara yang selanjutnya dijabarkan ke dalam program kerja pemerintah yang berupa Repelita, Program Departemen / Kanwil dan lain-lain.

Dengan demikian kegiatan tiap pegawai dalam rangka tugas yang sebenarnya merupakan kegiatan yang mewujudkan komponen-komponen daripada tujuan Pembangunan Nasional baik langsoung maupun tidak langsung.

Dalam Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian, ditentukan beberapa pengertian dan istilah yang penting antara lain :

a. Yang dimaksud dengan Pegawai Negeri Sipil Pusat adalah Pegawai Negeri Pusat yang gajinya dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan bekerja pada Departemen, Lembaga Pemerintah, Non Departemen, Kesekretariatan Lembaga Tertinggi / Tinggi Negara, Instansi Vertikal di daerah-daerah dan Kepanitraan Pengadilan.

b. Yang dimaksud dengan Pegawai Negeri Daerah adalah Pegawai Negeri Sipil Daerah Otonom.

c. Organisasi adalah suatu alat untuk mencapai tujuan oleh sebab itu organisasi haruslah selalu disesuaikan dengan perkembangan tugas pokok dalam mencapai tujuan.

(54)

unsure aparatur Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan dalam rangka usaha mencapai tujuan nasional.

Tujuan nasional seperti termaktub di dalam Pembukaan UUD 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan social, tujuan nasional tersebut hanya dapat dicapai melalui pembangunan nasional yang direncanakan dengan terarah dan realities serta dilaksanakan secara bertahap, bersungguh-sungguh, berdaya guna dan berhasil guna.

Kelancaran penyelenggaraan pemerintah dan pelaksanaan pembangunan nasional terutama tergantung dari kesempurnaan aparatur Negara dan kesempurnaan aparatur Negara pada pokoknya tergantung dari kesempurnaan pegawai negeri menjalankan dan melaksanakan administrasi kepegawaian dengan baik.

Disini penulis mengemukakan tentang Administrasi Kepegawaian karena hal tersebut tidak terlepas dari pengadaan pegawai negeri yang merupakan bagian dari pekerjaan administrasi kepegawaian ataupun langkah awal dari proses pengadaan.

(55)

”Manajemen itu hakekatnya adalah administrasi kepegawaian maksudnya seorang manajer yang baik itu adalah seorang administrator kepegawaian yang baik pula. Dengan perkataan lain seorang pejabat eksekutif yang kompoten seharusnya ia bersikap Personal Minded dan seorang kepala kepegawaian yang baik seharusnya ia menjadi Manajement Minded”.7

a. Suatu Dasar Hukum Kepegawaian Negeri dan Administrasi Kepegawaian; Sebenarnya tujuan apapun yang digariskan oleh setiap organisasi maka berhasil tidaknya tujuan tersebut tergantung pada langkah permulaannya yakni penataan tenaga kerja.

Administrasi Kepegawaian dalam instansi pemerintahan tidak dapat dilepaskan dari kegiatan administrasi secara keseluruhan, bahkan administrasi kepegawaian ini merupakan salah satu unsure dari administrasi tersebut. Sebagai salah satu unsure sifat administrasi kepegawaian masih tetap menjadi sasaran dari kegiatannya ialah tenaga kerja manusia.

Lingkup kegiatan dari administrasi kepegawaian ini antara lain pengadaan pegawai, penempatan dan pengembangan serta pemberhentian pegawai dalam rangka memenuhi kebutuhan formasi sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Bintoro Tjokroamidjoyo mengatakan pokok-pokok umum yang dilakukan dalam administrasi kepegawaian meliputi:

b. Adanya suatu badan yang menyelenggarakan administrasi kepegawaian dan langsung bertanggung jawab kepada pimpinan pemerintah serta mempunyai hubungan yang jelas dengan kementerian serta unit-unit kepengurusan kepegawaiannya ;

c. Perumusan yang jelas terhadap klasifikasi serta jabatan kepegawaian, perlu dikembangkan klasifikasi jabatan dan analisa pekerjaan ;

7

(56)

d. Pengadaan (Recruitment) dan penempatan atau penunjukan (Placement and Appointment) berdasarkan suatu system yang tidak memihak dan standard, standard tertentu sesuai dengan keperluan jabatan ;

e. Sistem promosi dan evaluasi terhadap prestasi kerja pegawai, disiplin, pemindahan atau penggantian jabatan serta pemberhentian ;

f. Sistem gaji berdasarkan standard-standard tertentu yang objektif sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan dan dapat diubah jika diperlukan, hal ini dikaitkan dengan pension ;

g. Adanya program pendidikan dan latihan yang dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan kerja pegawai negeri;

h. Hubungan dengan organisasi kepegawaian dan serikat-serikat sekerja i. Tata usaha kepegawaian dalam arti data kepegawaian individuil, absensi,

cuti, kenaikan gaji dan sebagainya.8

Dari uraian-uraian tersebut di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa ruang lingkup kegiatan Administrasi Kepegawaian meliputi:

1. Kegiatan pengadaan dan seleksi tenaga kerja ;

2. Kegiatan penempatan dan penunjukan sesuai dengan fungsi tertentu yang telah ditetapkan ;

3. Kegiatan pengembangan, kegiatan ini meliputi segenap proses latihan (Training);

4. Kegiatan pemberhentian dalam kegiatan ini dapat diketahui segenap proses pemberhentian, baik pemberhentian sebelum masanya ataupun pada saat sampai masanya ;

(57)

sadar akan tanggungjawab sebagai unsut aparatur negara, abdi negara dan abdi masyarakat.

Untuk mewujudkan pegawai negeri sebagai yang dimaksud diatas maka pegawai negeri perlu dibina dengan sebaik-baiknya agar mempunya kecakapan dan dedikasi yang tinggi dalam menjalankan tugasnya.

Dalam perpaduan antara sistem disentarlisasi dan sentralisasi maka penentuan norma dan tugas pembinaan serta tata cara pengadaan Pegawai Negeri Sipil seperti antara lain bahan-bahan ujian yang akan diujikan dan tata cara dilaksanakannya ujian tersebut ditentukan secara terpusat, sedang pelaksanaanya dapat didesentarlisasikan atau penyerahan wewenang dari pemerintah pusat kepada pejabatnya di daerah atau kepada lembaga-lembaga pemerintah di daerah untuk menjalankan urusan-urusan pemerintahan di daerah.9

Dalam pasal 92 KUH Pidana Pegawai Negeri masuk dalam sebutan Amtenar yaitu, ”sekalian orang yang dipilih menurut pilihan yang sudah diadakan

Dari uraian-uraian tersebut diatas dapat maka dapatlah kita tentukan pengertian beberapa istilah yang digunakan dengan maksud agar terdapat pengertian yang sama tentang pegawai negeri.

Menurut Undang-undang Nomor 43 Tahum 1999 mengatakan : ”Pegawai Negari adalah mereka yang telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas negara lainnya yang ditetapkan berdasarkan suatu peraturan perundang-undangan yang berlaku”.

9

(58)

menurut undang-undang umum. Demikian pula sekalian orang yang bukan karena pemilihan menjadi Anggota Dewan Pembuat Undang-undang, Pemerintah atau Perwakilan Rakyat yang dibentuk oleh atau atas nama Pemerintah, seterusnya sekalian Kepada Bangsa Indonesia dan Timur Asing, yang melakukan kekuasaan yang sah”.10

Kalau kita melihat Peraturan Pemerintah Tahun 1952 yang mengatur Pokok-pokok Kedudukan Hukum Pegawai Negeri adalah Peraturan Pemerintah

Adapun menurut Yurisprudensi yang diartikan dengan pegawai negeri adalah orang yang diangkat oleh kekuasaan umum menjadi pejabat umum untuk menjalankan sebagian dari tugas pemerintah atau bagian-bagiannya.

Pegawai Negeri menurut Hukum Administrasi seperti diatur dalam Undang-undang Nomor 18 Tahun 1961 Tentang ketentuan-ketentuan pokok Kepegawaian yang meliputi orang-orang yang menerima gaji atau upah dari keuangan Negara atau daerah tetapi selain dari itu juga meliputi orang-orang yang menerima gaji atau upah dari suatu Badan/Badan Hukum yang menerima bantuan dari keuangan Negara atau daerah atau Badan Hukum lain yang mempergunakan modal dan kelonggaran-kelonggaran dari Negara maupun masyarakat dengan dana diperoleh dari masyarakat tersebut untuk kepentingan social.

Sebagian dari pejabat adalah pegawai, tetapi tidaklah setiap pejabat disebut pegawai dan sebaliknya tidak setiap pegawai disebut pejabat misalnya pegawai yang dihentikan dari jabatannya dan diberi istirahat karena sakit.

10

(59)

Nomor 8 Tahun 1952 mengatakan : ”Pegawai Negeri adalah mereka yang bekerja sebagai pegawai pada suatu Badan Pemerintah, baik tetap maupun sementara”.11

1. Pegawai Negeri Sipil Pusat;

Dalam Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1974 (LN. tahun 1974 No. 8), tentang Pembatasan Kegiatan Pegawai Negeri dalam usaha swasta, pengertian Pegawai Negeri dirumuskan sebagai berikut:

”Pegawai Negeri adalah :

2. Anggota Angkatan Bersenjata Republik Indonesia;

3. Pegawai Negeri yang dibantukan/dipekerjakan pada Daerah Otonom; 4. Pegawai Otonom;

5. Pegawai Perusahaan Jawatan (Perjan); 6. Pegawai Perusahaan Umum (Perum);

7. Pegawai badan usaha milik Negara yang dibentuk dengan Undang-undang;

8. Pegawai Bank milik Negara”.12

Selanjutnya ada pula yang dipersamakan dengan Pagawai Negeri, yakni: 1. Perusahaan Perseroan (Persero);

2. Pegawai Perseroan Terbatas (PT) milik negara yang belum digolongkan berdasarkan Undang-undang No. 9 Tahun 1969;

3. Pegawai Perusahaan Daerah.13

Pengertian Pegawai Negeri diperinci menurut jenisnya dalam dua golongan yakni:

1. Pegawai Negeri Sipil yang terdiri dari: a. Pegawai Negeri Sipil Pusat;

Menurut Penjelasan dari Undang-undang No. 43 Tahun 1999 maka yang dimaksud dengan Pegawai Negeri Sipil Pusat adalah :

11

E. Utrecht, Op-cit, hal. 145 12

(60)

1. Pegawai Negeri Sipil Pusat yang gajinya dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan bekerja pada Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen, Kesekretariatan Lembaga Tertinggi / Tinggi Negara, Instansi Vertikal di daerah-daerah dan Kepaniteraan Pengadilan;

2. Pegawai Negeri Sipil Pusat yang bekerja pada Perusahaan Jawatan; 3. Pegawai Negeri Sipil Pusat yang diperbantukan atau dipekerjakan pada

Daerah Otonom;

4. Pegawai Negeri Sipil Pusat yang berdasarkan sesuatu peraturan perundang-undangan diperbantukan atau dipekerjakan pada badan lain, seperti Perusahaan Umum, Yayasan dan lain-lain;

5. Pegawai Negeri Sipil Pusat yang menyelenggarakan tugas Negara lainnya, seperti hakim pada Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi dan lain-lain ;

b. Pegawai Negeri Sipil Daerah ;

Yang dimaksud dengan Pegawai Negeri Sipil daerah adalah Pegawai Negeri Sipil Daerah Otonom.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini diharapkan akan memberikan gambaran mengenai implementasi basis akrual dalam pelaporan keuangan pemerintah daerah, menemukan permasalahan yang dihadapi

Rencana Kerja Kecamatan Lamposi Tigo Nagori ini juga memiliki peran strategis untuk menjembatani antara kebutuhan masyarakat yang harus menjadi prioritas pembangunan dengan

Penelitian ini dilaksanakan di Badan Pusat Statistik Jakarta, metode yang digunakan adalah metode jaringan dengan sistim berbasis LAN dengan menggunkan 4 komputer, dimana 1

Dari hasil evaluasi dan penilaian kinerja akan terlihat permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pelaksanaan rencana pembangunan bidang lingkungan hidup baik fisik

Hipotesis dalam penelitian ini adalah corporate governance (diukur melalui kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komisaris independen dan komite audit)

Dilihat dari hasil penelitian yang telah dilakukan di kelas eksperimen, dapat dinyatakan bahwa pemanfaatan perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar dapat menjadikan

Hasil analisis kebutuhan diperoleh beberapa kesenjangan, hambatan, ataupun tujuan untuk masa depan dari penelitian pengembangan ini, diantaranya adalah (1) Mahasiswa

Gambar 4.1 Kerangka Operasional Pengaruh Senam Dismenore Terhadap Penurunan Nyeri Dismenore Pada Remaja Di SMAN 6 Kediri