• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Badan Kepegawaian Daerah Dalam Pelaksanaan Rekrutmen Pegawai Negeri Sipil (Studi pada Badan Kepegawaian Daerah Kota Pematangsiantar)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Peranan Badan Kepegawaian Daerah Dalam Pelaksanaan Rekrutmen Pegawai Negeri Sipil (Studi pada Badan Kepegawaian Daerah Kota Pematangsiantar)"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH

DALAM PELAKSANAAN REKRUTMEN PEGAWAI NEGERI SIPIL (Studi pada Badan Kepegawaian Daerah Kota Pematangsiantar)

DIAJUKAN O L E H

080921008 WINDI ARYUNI

SKRIPSI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Ilmu Administrasi Negara

PROGRAM STUDI S-1 EKSTENSI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ABSTRAK

PERANAN BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH DALAM PELAKSANAAN REKRUTMEN PEGAWAI NEGERI SIPIL

(Studi Pada Badan Kepegawaian Daerah Kota Pematangsiantar) Nama : Windi Aryuni

Nim : 080921008

Fakultas : Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Jurusan : Ilmu Administrasi Negara

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peranan Badan Kepegawaian Daerah dalam pelaksanaan rekrutmen Pegawai Negeri Sipil dan untuk mendeskripsikan tentang pelaksanaan rekrutmen Pegawai Negeri Sipil.

Aspek yang diteliti secara garis besar yaitu pelaksanaan rekrutmen Pegawai Negeri Sipil. Indikator yang digunakan yaitu menentukan kebutuhan tenaga kerja yang di perlukan, proses formasi, proses pengadaan, proses seleksi dan penempatan.

(3)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

DAFTAR ISI ... ii

A. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Kerangka Teori ... 5

1. Badan Kepegawaian Daerah (BKD) ... 6

2. Rekrutmen ... 6

2.1 Pengertian Rekrutmen ... 6

2.2 Langkah-langkah Rekrutmen ... 8

2.3 Pelaksanaan Rekrutmen Pegawai Negeri Sipil... 10

2.3.1 Proses Formasi Pegawai Negeri Sipil ... 10

2.3.2 Proses Pengadaan Pegawai Negeri Sipil ... 14

2.3.3 Persyaratan ... 16

2.3.4 Pengumuman ... 17

2.3.5 Pelamaran ... 17

2.3.6 Penyaringan ... 18

2.3.7 Pengumuman Pelamar Yang Diterima ... 19

2.3.8 Pengangkatan Sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil ... 21

(4)

3. Pegawai Neger Sipil (PNS) ... 23

F. Defenisi Konsep ... 25

G. Defenisi Operasional ... 26

H. Sistematika Penulisan ... 28

B. BAB II METODE PENULISAN A. Bentuk Penelitian... 29

B. Lokasi Penelitian ... 30

C. Informan ... 30

D. Metode Pengumpulan Data ... 31

E. Teknik Analisa Data ... 32

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN A. Latar Belakang Berdirinya Badan Kepegawaian Daerah Kota Pematangsiantar... 35

B. Dasar Hukum Pembentukan BKD Kota Pematangsiantar ... 36

C. Struktur Organisasi BKD Kota Pematangsiantar ... 38

D. Tugas Pokok dan Fungsi BKD Kota Pematangsiantar ... 39

E. Uraian Tugas dan Fungsi Sekretariat, Bidang dan Kelompok Jabatan Fungsional ... 42

F. Komposisi Sumber Daya Manusia di Kantor BKD Kota Pematangsiantar ... 47

(5)

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

A. Peranan BKD dalam Pelaksanaan Rekrutmen PNS pada Badan

Kepegawaian Daerah Kota Pematangsiantar ... 54

B. Variabel Penelitian Peranan BKD dalam Pelaksanaan Rekrutmen PNS pada Badan Kepegawaian Daerah Kota Pematangsiantar ... 56

1. Menentukan Kebutuhan Tenaga Kerja yang Diperlukan... 56

2. Proses Formasi ... 59

3. Proses Pengadaan ... 61

a. Pengumuman ... 62

b. Pelamaran ... 62

c. Penyaringan dan Pelaksanaa Ujian ... 63

4. Proses Seleksi dan Penempatan ... 66

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN ... 71

B. SARAN ... 73

(6)

ABSTRAK

PERANAN BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH DALAM PELAKSANAAN REKRUTMEN PEGAWAI NEGERI SIPIL

(Studi Pada Badan Kepegawaian Daerah Kota Pematangsiantar) Nama : Windi Aryuni

Nim : 080921008

Fakultas : Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Jurusan : Ilmu Administrasi Negara

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peranan Badan Kepegawaian Daerah dalam pelaksanaan rekrutmen Pegawai Negeri Sipil dan untuk mendeskripsikan tentang pelaksanaan rekrutmen Pegawai Negeri Sipil.

Aspek yang diteliti secara garis besar yaitu pelaksanaan rekrutmen Pegawai Negeri Sipil. Indikator yang digunakan yaitu menentukan kebutuhan tenaga kerja yang di perlukan, proses formasi, proses pengadaan, proses seleksi dan penempatan.

(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada dunia Internasional, Indonesia diklasifikasikan sebagai Negara berkembang, sehingga Indonesia menyadari pentingnya melaksanakan pembangunan untuk pertumbuhan ekonomi dan sosial. Dengan kata lain, pembangunan merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyatnya. Hal ini menjadi tanggung jawab bangsa Indonesia untuk mewujudkan cita-cita pembangunan Indonesia.

“Pembangunan merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan, berlandaskan kemampuan nasional dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global. Dalam pelaksanaannya mengacu pada kepribadian bangsa dan nilai luhur yang universal untuk mewujudkan kehidupan yang berdaulat, mandiri, berkeadilan, sejahtera, maju, dan kukuh kekuatan moral dan etikanya”.

(8)

Namun realitanya pada saat ini aparatur pemerintah pada umumnya bukan menjadi public service atau pelayan bagi masyarakat tetapi sebaliknya mereka lebih untuk dilayani oleh masyarakat. Bahkan yang lebih parah lagi para aparatur pemerintah kurang memperhatikan kepentingan masyarakat. Hal ini disebabkan karena paratur pemerintah memiliki permasalahan yang kompleks dan membutuhkan sistem keja yang professional, yang dapat dimulai dari proses rekrutmen pegawai yang lebih selektif, yang mengutamakan kualitas tanpa adanya kolusi dan nepotisme dari orang dalam.

Sejalan dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, maka di bidang pemerintahan sekarang ini telah terjadi perubahan yang besar sekali. Salah satu perubahan itu ialah diwujudkannya tata pemerintahan yang demokratis dan baik (democratic and good governance). Upaya mewujudkan sistem pemerintahan yang demokratis, bersih, dan berwibawa selalu menjadi obsesi bagi rakyat dan pemerintah di zaman modern sekarang ini. Peristiwa dramatis yang membawa kondisi perekonomian kita terpuruk sehingga agak sulit bangkit kembali, merupakan tonggak kesadaran bagi kita semua untuk kembali menata sistem pemerintahan yang baik. Salah satu unsur pemerintahan yang perlu memperoleh perhatian dalam upaya reformasi itu ialah penataan aparatur pemerintahan yang meliputi penataan kelembagaan birokrasi pemerintahan, sistem dan penataan manajemen sumber daya pegawai (PNS).

(9)

pemberhentian atau pensiun. Proses kegiatan ini dilakukan oleh berdasarkan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam perundang-undangan maupun peraturan pemerintah.

Rekrutmen sebagai suatu proses pengumpulan calon pemegang jabatan yang sesuai dengan sumber daya manusia untuk menduduki suatu jabatan dalam fungsi pemekerjaan (employee function). SDM-PNS selama ini diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang Pengadaan pegawai Negeri Sipil. Meskipun sistem rekrutmen telah diatur dalam peraturan pemerintah sebagai upaya untuk menjaring SDM-PNS yang kompeten namun dalam implementasinya belum mempunyai kebutuhan yang dapat menunjang keberhasilan kinerja dan profesionalisme SDM-PNS. Kondisi SDM-PNS demikian ini antara lain disebabkan oleh perencanaan kepegawaian saat ini belum didasarkan pada kebutuhan nyata sesuai dengan kebutuhan organisasi.

Rekrutmen pegawai yang dilaksanakan oleh organisasi pemerintahan, belum mampu mengungkapkan kompetensi SDM-PNS sesuai dengan kebutuhan. Proses prosedur rekrutmen Pegawai Negeri Sipil selama ini menurut opini yang berkembang di masyarakat, cenderung diwarnai praktik-praktik spoil, kolusi, nepotisme, daerahisme, sehingga mengakibatkan rendahnya kualitas SDM-PNS.

(10)

peraturan Perundang-undangan di bidang Kepegawaian. Dalam pelaksanaan rekrutmen PNS diharapkan pihak BKD Kota Pematangsiantar dapat lebih transparan, lebih profesionalisme, adil, dan mengutamakan kualitas tanpa adanya kolusi dan nepotisme dari orang dalam yang dilakukan sesuai dengan peraturan perundangan maupun peraturan pemerintah yang berlaku.

Berdasarkan pada uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk meneliti dan membahas hal ini menjadi suatu objek penelitian. Adapun judul yang penulis ajukan adalah: “Peranan Badan Kepegawaian Daerah dalam Pelaksanaan Rekrutmen Pegawai Negeri Sipil (Studi Kasus pada Badan kepegawaian Daerah Kota Pematangsiantar)”.

B. Perumusan Masalah

Untuk dapat memudahkan penelitian ini dan agar penelitian memiliki arah yang jelas dalam menginterpretasikan fakta dan data ke dalam penulisan skripsi, maka terlebih dahulu dirumuskan permasalahannya. Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah Peranan Badan Kepegawaian Daerah Kota Pematangsiantar dalam Pelaksanaan Rekrutmen Pegawai Negeri Sipil”.

C. Tujuan Penelitian

(11)

1. Untuk mengetahui bagaimana peranan Badan Kepegawaian Daerah dalam pelaksanaan rekrutmen Pegawai Negeri Sipil.

2. Untuk mendeskripsikan tentang pelaksanaan rekrutmen Pegawai Negeri Sipil.

D. Manfaat Penelitian

Yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

b. Bagi penulis, penelitian ini merupakan usaha untuk meningkatkan kemampuan berfikir melalui penelitian karya ilmiah dan untuk menerapkan teori-teori yang penulis telah terima selama masa perkuliahan di Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

c. Bagi pihak Badan Kepegawaian Daerah Kota Pematangsiantar, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk meningkatkan pelaksanaan rekrutmen pegawai Negeri Sipil.

d. Bagi Program Studi Ilmu Administrasi Negara, penelitian ini akan melengkapi ragam penelitian yang telah dibuat oleh para mahasiswa dan dapat menambah bahan bacaan dan atau referensi bagi terciptanya suatu karya ilmiah.

E. Kerangka Teori

(12)

1. Badan Kepegawai Daerah (BKD)

Badan ini dibentuk setelah pelaksanaan otonomi daerah tahun 1999. Badan ini yang mengurusi administrasi kepegawaian pemerintah daerah baik di pemerintah daerah kabupaten/kota maupun pemerintah daerah provinsi. Hampir sebagian besar BKD hanya di tingkat kabupaten/kota sedangkan di tingkat provinsi banyak yang masih menggunakan biro yakni Biro Kepegawaian.

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah disebutkan kewenangan mengatur kepegawaian mulai dari rekrutmen sampai dengan pensiun berada di kabupaten/kota. Pembentukan BKD pada umumnya didasarkan pada Peraturan Daerah masing-masing. Sebelum pelaksanaan otonomi daerah semua urusan kepegawaian berada di pemerintah pusat adapun yang ada di daerah hanya sebagai pelaksana administrasi kepegawaian dari kebijakan pemerintah pusat.

2. Rekrutmen

2.1 Pengertian Rekrutmen

Rekrutmen adalah suatu usaha untuk mencari dan mendapatkan calon-calon pegawai yang melamar jabatan yang lowong/kosong, guna mendapatkan sebanyak mungkin calon/pelamar yang memenuhi syarat-syarat menurut job description dan analisa yang diminta untuk jabatan yang lowong pada suatu organisasi. Untuk dipilih calon-calon yang terbaik dan cakap diantara mereka (Musanef, 1990:108).

(13)

yang tepat agar melamar dengan posisi yang dibutuhkan organisasi, baik dari dalam maupun dari luar organisasi, seperti ditetapkan di dalam perencanaan SDM.

Sedangkan Edwin B. Flippo (1990:56), mendefinisikan bahwa penarikan calon pegawai/tenaga kerja adalah proses pencarian tenaga kerja yang dilakukan secara sejsama, sehingga dapat merangsang mereka untuk mau melamar jabatan-jabatan tertentu yang ditawarkan oleh organisasi.

Berdasarkan defenisi-defenisi diatas, dapat ditarik suatu pandangan umum bahwa: “Penarikan calon pegawai merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terencana, guna memperoleh calon-calon pegawai yang memenuhi syarat-syarat yang dituntut oleh suatu jabatan tertentu, yang dibutuhkan suatu organisasi”.

Ini berarti melalui program penarikan pegawai, organisasi hanya dapat memperoleh sekelompok pelamar yang benar-benar sesuai dengan tuntutan jabatan (job requirement), yang sebelumnya telah terurai secara rinci dalam job describtion (uraian jabatan), job specification (spesifikasi jabatan), dan job performance standard (penampilan jabatan). Proses rekrutmen itu sendiri dimulai sejak mancari pelamar-pelamar dan diakhiri dengan diterimanya surat-surat lamaran. Hasil dari proses rekrutmen adalah sekelompok pelamar yang kelak akan dipilih melalui proses seleksi pegawai baru (Justine T, 2006:57).

Selanjutnya untuk mendapatkan calon/pelamar sebanyak mungkin, maka pelaksanaan rekrutmen harus dilakukan dengan berbagai jalan dan daya upaya yang dapat menarik perhatian, misalnya (Musanef, 1990:108) :

(14)

Penempatan Tenaga, Organisasi-organisasi pegawai, Perguruan-perguruan Tinggi dan sekolah-sekolah kejuruan serta kursus-kursus dan bila dipandang perlu dengan mengadakan pembibitan.

2. Mencari calon-calon dari jawatan/intern organisasi sendiri dengan jalan mengadakan penelitian catatan-catatan dalam kartu-kartu pegawai dan file pribadinya.

3. Menyediakan literature dan bahan-bahan pegumuman yang menarik.

4. Slides dan bioskop, TV, artikel-artikel yang dimuat di Surat-surat kabar dan majalah, sandiwara radio, sayembara, kontes, dan lain-lain yang dapat menarik perhatian.

Jadi penerimaan pegawai baru disini adalah penerimaan pegawai baru baik dari pasaran tenaga kerja dan masyarakat maupun dari instansi di luar Departemen/Lembaga non Departemen yang bersangkutan, yang akan diangkat menjadi calon pegawai Negeri Sipil.

2.2 Langkah-langkah Rekrutmen

Menurut Hermein Nasution (2005:39), langkah-langkah merencanakan rekrutmen adalah sebagai berikut:

1. Buat uraian jabatan secara realistis memuat tugas dan tanggung jawab manajemen, tugas dan tanggung jawab teknikal, specific accountability, dan hubungannya dengan pekerjaan lain.

(15)

3. Potensi Pembiayaan perusahaan.

Hal ini menyangkut jumlah dan batasan gaji yang mampu diberikan organisasi, fasilitas-fasilitas yang mampu ditawarkan, ketersediaan anggaran rekrutmen.

4. Penempatan

Berhubungan dengan waktu penempatan jabatan. Jangan sampai terjadi calon yang sudah diterima (memenuhi persyaratan) sudah bekerja di organisasi lain, karena terlalu lama baru dilakukan penempatan, sementara perusahaan sudah mengeluarkan biaya untuk melakukan proses seleksi.

5. Citra (image) organisasi

Hal ini penting menjadi perhatian kita, sebab bagi pencari kerja ini sangat mempengaruhi di dalam pemilihan pekerjaan.

6. Sumber rekrutmen a. Sumber Internal

- Job Posting

Mengumumkan kepada karyawan bahwa ada jabatan yang kosong. Sebelum diumumkan perlu diketahui karyawan yang memenuhi syarat untuk promosi dan mutasi (inventory skill).

- Job Bidding

(16)

b. Sumber Eksternal

Sumber eksternal dapat diperoleh melalui SLTA, Kejuruan, Perguruan Tinggi, Depnaker, Organisasi, Perusahaan Pesaing, Konseling.

2.3 Pelaksanaan Rekrutmen Pegawai Negeri Sipil 2.3.1 Proses Formasi Pegawai Negeri Sipil

Sebelum melakukan rekrutmen pegawai didahului proses Formasi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Formasi PNS ini diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2003 telah ditentukan Pokok-pokok Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil untuk mengisi satuan organisasi pemerintah. Menurut Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 yang dimaksud formasi adalah jumlah dan susunan pangkat pegawai Negeri Sipil yang diperlukan oleh suatu satuan organisasi negara untuk mampu melaksanakan tugas pokok untuk jangka waktu tertentu yang ditetapkan oleh menteri yang bertanggung jawab dalam bidang penerbitan dan penyempurnaan Aparatur Negara.

Tujuan penetapan formasi sesuai dengan PP Nomor 54 Tahun 2003 ada beberapa tahapan dan persyaratan yaitu:

1. Dasar Penyusunan Formasi

Pada umumnya dasar-dasar yang digunakan untuk menetapkan formasi suatu unit organisasi adalah:

(17)

Jenis-jenis pekerjaan yang ada dalam setiap departemen dan lembaga harus dikumpulkan, dikelompokkan, dan disusun secara sistematis, sehingga mudah dicari apabila diperlukan.

Pada pokoknya, jenis-jenis pekerjaan itu dapat dikelompokkan ke dalam 2 (dua) kelompok, yaitu jenis pekerjaan yang bersifat umum dan jenis-jenis pekerjaan yang bersifat khusus. Jenis-jenis-jenis pekerjaan yang bersifat umum, yaitu jenis-jenis pekerjaan yang ada di setiap departemen dan lembaga seperti mengetik, urusan kepegawaian, urusan kepegawaian, urusan keuangan dan lain-lain. Jenis pekerjaan yang bersifat khusus, yaitu jenis-jenis pekerjaan yang hanya ada pada departemen atau lembaga tertentu, seperti pekerjaan mengobati penyakit hanya ada pada lingkungan Departemen Kesehatan, memeriksa perkara hanya ada pada lingkungan kejaksaan dan pengadilan, dan lain-lain.

b. Sesudah jenis pekerjaan yang diketahui, maka harus pula diketahui sifat dari masing-masing pekerjaan itu. Dalam menentukan sifat pekerjaan dapat ditinjau dari beberapa sudut, umpamanya dari sudut waktu kerja, sudut pemusatan perhatian, sudut resiko pribadi yang mungkin timbul dalam melaksanakan pekerjaan, dan lain-lain.

(18)

d. Perkiraan kapasitas pegawai, yaitu perkiraan kemampuan rata-rata seorang pegawai untuk menyelesaikan suatu jenis pekerjaan dalam jangka waktu tertentu. Perkiraan kapasitas pegawai perlu diketahui untuk menentukan junlah pegawai yang diperlukan untuk masing-masing jenis pekerjaan. Walaupun jenis pekerjaan sama, tetapi beban kerja dan perkiraan kapasitas pegawai berlainan pula jumlah pegawai yang diperlukan.

e. Kebijaksanaan pelaksanaan pekerjaan, yaitu kebijakan pelaksanaan pekerjaan apakah dilakukan sendiri ataupun diborongkan (outsourcing). Kebijaksanaan pelaksanaan pekerjaan untuk suatu jenis pekerjaan sangat besar pengaruhnya terhadap penentuan jumlah pegawai.

f. Jenjang dan jumlah jabatan dan pangkat yang tersedia dalam suatu organisasi mempunyai pengaruh dalam penyusunan formasi, karena piramida jabatan dan pangkat yang serasi adalah merupakan salah satu syarat mutlak untuk dipelihara oleh suatu organisasi yang baik. Sebagaimana diketahui, bahwa semakin tinggi suatu pangkat atau jabatan semakin terbatas jumlahnya, oleh sebab itu, makin terbatas pula jumlah Pegawai Negeri Sipil yang mungkin mencapai jabatan atau pangkat yang lebih tinggi itu.

(19)

2. Sistem Penyusunan Formasi

Dalam penyusunan formasi, pada umumnya ada 2 (dua) sistem yang biasanya digunakan yaitu:

a. Sistem sama

Yang dimaksud sistem sama adalah sistem yang menentukan jumlah dan kualitas yang sama baik semua unit organisasi yang sama, dengan tidak memerhatikan besar kecilnya beban kerja. Sistem ini biasanya digunakan pada organisasi yang sudah distandarisasikan.

b. Sistem ruang lingkup

Yang dimaksud dengan sistem ruang lingkup adalah suatu sistem yang menentukan jumlah dan kualitas berdasarkan jenis, sifat, dan beban kerja yang dipikulkan pada unit organisasi itu. Menurut sistem ini, walaupun tingkat satuan organisasi sama, tetapi kalau beban kerjanya berlainan, maka berlainan pula jumlah pegawai yang ditentukan bagi masing-masing unit organisasi itu.

3. Analisis Kebutuhan Pegawai Negeri Sipil

(20)

Tujuan dari analisis kebutuhan pegawai adalah sebagai salah satu usaha agar setiap pegawai yang ada pada setiap unit organisasi mempunyai pekerjaan.

Salah satu alat untuk membuat analisis kebutuhan Pegawai Negeri Sipil adalah adanya uraian jabatan (job description) yang tersusun rapi. Dengan adanya uraian jabatan, maka dapatlah diketahui jenis jabatan, ruang lingkup tugas yang dapat dilaksanakan, sifat pekerjaan, syarat-syarat pejabat, dan dapat pula diketahui perkiraan kapasitas pegawai dalam jangka waktu tertentu.

4. Anggaran Belanja Negara yang Tersedia

Anggaran Belanja Pegawai Negeri Sipil yang dapat disediakan oleh negara sangat menentukan pelaksanaan pemenuhan formasi. Karena, walaupun formasi telah disusun secara tepat berdasarkan norma-norma yang rasional, tetapi akhirnya tetaplah anggaran belanja yang dapat disediakan negara yang menetukan, apakah formasi yang telah disusun itu dapat terpenuhi atau tidak.

2.3.2 Proses Pengadaan Pegawai Negeri Sipil

(21)

berhenti atau adanya perluasan organisasi. Karena pengadaan Pegawai Negeri Sipil ini adalah untuk keperluan, baik dalam arti jumlah, maupun dalam arti mutu. Kebijakan pengadaan PNS ini diatur oleh Peraturan Pemerintah Nomor 98 tahun 2000 tentang Pengadaan Pegawai Negeri sipil.

Pengadaan pegawai dilakukan mulai dari perencanaan, pengumuman, pelamaran, penyaringan, pengangkatan Calon Pegawai Negeri (CPN) sampai dengan pengangkatan CPN menjadi Pegawai Negeri (PN). Secara prinsip, pengadaan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan organisasi dan lebih mengutamakan kualitas daripada kuantitas. Pendekatan pegawai menggunakan pendekatan zero growth dimana pengadaan pegawai didasarkan untuk mengantikan pegawai yang pensiun. Jadi, pengadaan pegawai/ rekrutmen tidak mesti dilakukan tiap tahun.

Proses pengadaan pada dasarnya meliputi kegiatan-kegiatan: a. Pengidentifikasian kebutuhan untuk melakukan pengadaan; b. Mengindentifikasi persyaratan kerja;

c. Menetapkan sumber-sumber kandidat; d. Menyeleksi kandidat;

e. Memberitahukan hasilnya kepada para kandidat; dan f. Menunjuk kandidat yang lolos seleksi.

(22)

adalah biro/bagian kepegawaian dari masing-masing instansi, sedang di daerah yang bertanggung jawab adalah Badan Kepegawaian Derah (BKD).

2.3.3 Persyaratan

Syarat yang harus dipenuhi oleh setiap pelamar untuk menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil:

1. Warga Negara Indonesia;

2. Pada saat diangkat sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil, berusia sekurang-kurangnya 18 tahun dan setingi-tinginya 35 tahun;

3. Tidak pernah dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, karena melakukan suatu tindak pidana kejahatan. Dalam ketentuan ini, tidak termasuk bagi mereka yang dijatuhi hukuman percobaan;

4. Tidak pernah diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri atau tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil atau diberhentikan tidak dengan hormat sebagai pegawai swasta;

5. Tidak berkedudukan sebagai Calon/Pegawai Negeri:

6. Mempunyai pendidikan, kecakapan, keahlian, dan keterampilan yang diperlukan; Berkelakuan baik;

7. Sehat jasmani dan rohani;

8. Bersedia ditempatkan diseluruh wilayah Republik Indonesia atau negara lain yang ditentukan oleh pemerintah; dan

(23)

2.3.4 Pengumuman

Setiap pengadaan Pegawai Negeri Sipil harus diumumkan seluas-luasnya melalui media masa yang tersedia dan/atau bentuk lain yang mungkin digunakan agar diketahui oleh umum. Dengan pengumuman tersebut, di samping untuk memberikan kesempatan yang luas kepada Warga Negara Indonesia, juga lebih memungkinkan bagi Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah untuk mencari Calon Pegawai Negeri Sipil yang cakap dalam menjalankan tugas yang dibebankan kepadanya. Pengumuman penerimaan pegawai harus sudah dilakukan selambat-lambatnya 15 hari sebelum penerimaan lamaran.

Dalam pengumuman dicantumkan antara lain: 1. Jumlah dan jenis jabatan yang lowong;

2. Kualifikasi pendidikan yang dibutuhkan; 3. Syarat yang harus dipenuhi oleh pelamar; 4. Alamat dan tempat lamaran ditujukan; 5. Batas waktu pengajuan surat lamaran; 6. Waktu dan tempat seleksi; dan

7. Lain-lain yang dianggap perlu.

2.3.5 Pelamaran

Surat lamaran ditulis tangan sendiri. Surat lamaran ditujukan kepada Pejabat Pembina Kepegawaian yang bersangkutan dengan melampirkan:

1. Fotokopi STTB/Ijazah yang disahkan pejabat yang berwenang.

(24)

3. Pas foto menurut ukuran dan jumlah yang ditentukan.

2.3.6 Penyaringan

Penyaringan pelamar dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu pemeriksaan administratif dan ujian penyaringan Dalam pemeriksaan administratif, surat lamaran yang diterima diperiksa dan diteliti apakah sesuai dengan persyaratan yang diperlukan. Pemeriksaan surat lamaran secara fungsional oleh pejabat yang diserahi tugas urusan kepegawaian. Surat lamaran yang tidak memenuhi syarat administratif dikembalikan dan disebutkan alasan pengembaliannya. Surat lamaran yang memenuhi mengikuti ujian penyaringan.

Pada umumnya materi ujian penyaringan terdiri dari:

a. Pemeriksaan/tes administrasi untuk mencocokkan pelamar data pelamar dengan formasi yang ada;

b. Tes kompetensi/ akademik. Lingkup materi tes kompetensi disesuaikan dengan tingkat kepentingannya oleh Tim Psikologis;

c. Tes kesehatan dilaksanakan oleh Tim Kesehatan yang ditunjuk; dan d. Dan yang terakhir dilakukan tes wawacanra.

Adapun materi tes seleksi meliputi:

a. Tes pengetahuan umum; materi tes yang diberikan meliputi: Bahasa Indonesia, falsafah/idiologi Negara, Garis-garis Besar Haluan Negara, Tata Negara Indonesia, Sejarah Indonesia, Kebijaksanaan Pemerintah, Lain-lain yang dipandang perlu.

(25)

c. Tes Pengetahuan Akademik; d. Psikotes; dan

e. Wawancara.

2.3.7 Pengumuman Pelamar Yang Diterima

Pejabat Pembina Kepegawaian menetapkan pelamar yang diterima berdasarkan jumlah lowongan dan kualifikasi pendidikan yang dibutuhkan. Pejabat Pembina Kepegawaian atau pejabat lain yang ditunjuk mengumumkan nomor peserta ujian yang diterima melalui media masa atau dalam benruk lainnya. Di samping pengumuman melalui media masa, kepada pelamar yang diterima disampaikan pemberitahuan secara tertulis melalui surat tercatat. Dalam pengumuman dan surat pemberitahuan tersebut diberitahukan kapan, kepada pejabat mana, dan batas waktu untuk melapor. Batas waktu melapor sekurang-kurangnya 14 hari kerja terhitung mulai tanggal dikirimkan surat pemberitahuan tersebut. Apabila pelamar yang dipanggil sampai batas waktu yang ditentukan tidak melapor, maka dianggap mengundurkan diri. Pelamar yang ditetapkan diterima wajib melengkapi dan menyerahkan kelengkapan administrasi kepada Pejabat Pembina Kepegawaian atau pejabat lain yang ditunjuk, yaitu:

1. Foto copy ijazah/STTB yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang. 2. Daftar riwayat hidup sesuai ketentuan yang belaku.

3. Pasfoto ukuran 3x4 cm sesuai kebutuhan.

(26)

5. Surat keterangan sehat rohani dan jasmani serta tidak mengkonsumsi/menggunakan narkotika, psikotropika, prekursor, dan zat adiktif lainnya dari dokter.

6. Asli kartu pencari kerja dari Dinas Tenaga Kerja. 7. Surat pernyataan tentang:

a. Tidak pernah dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukumyang tetap, karena melakukan suatu tindak pidana kejahatan;

b. Tidak pernah diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri atau tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri atau diberhentikan tidak dengan hormat sebagai pegawai swasta;

c. Tidak berkedudukan sebagai Calon/ Pegawai Negeri;

d. Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Republik Indonesia atau negara lain yang ditentukan oleh Pemerintah;

e. Tidak menjadi anggota/pengurus partai politik. Catatan:

Bagi yang sebelumnya telah menjadi pengurus dan I atau anggota partai politik harus melampirkan surat pernyataan telah melepaskan keanggotaan dan/atau kepengurusan dari partai politik yang diketahui oleh pengurus partai politik yang bersangkutan.

(27)

Khusus bagi yang pada saat diangkat sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil berusia lebih dari 35 (tiga puluh lima) tahun dan tidak lebih dari 40 (empat puluh) tahun, harus melampirkan surat keputusan pengangkatan dan surat keterangan yang menyatakan bahwa yang bersangkut an masih melaksanakan tugasnya pada instansi pemerintah.

2.3.8 Pengangkatan Sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil

Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat dan Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah menyampaikan daftar pelamar yang dinyatakan lulus ujian penyaringan dan ditetapkan diterima untuk diangkat sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil kepada Kepala Badan Kepegawaian Negara untuk mendapat Nomor Identitas Pegawai Negeri Sipil menurut tata cara yang ditentukan. Kepala Badan Kepegawaian Negara memberikan NIP bagi yang memenuhi syarat, sebagai dasar bagi Pejabat Pembina Kepegawaian untuk menetapkan keputusan pengangkatan sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil. Penetapan pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil sesuai dengan tahun anggaran yang berjalan, yaitu tahun anggaran penetapan formasi, pada tanggal

1 bulan berikutnya setelah pemberian NIP. Dalam hal pemberian NIP pada bulan terakhir tahun anggaran yang berjalan,

(28)

Selambat-lambatnya 1 bulan sejak diterimanya surat keputusan, Calon Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan harus sudah melapor pada satuan unit organisasi.

2.3.9 Proses Penempatan Pegawai Baru

Salah satu cara efektif yang sering digunakan dalam penempatan pegawai baru adalah dengan cara orientasi. Program orientasi dimaksudkan untuk mensosialisasikan kepada pegawai baru mengenai hal-hal yang terkait dengan organisasi. Misalnya kultur atau budaya organisasi, nilai-nilai organisasi yang dianut, norma-norma yang berlaku, dan sebagainya. Program orientasi biasanya untuk jangka waktu satu sampai dengan tiga bulan dengan cara berpindah-pindah unit kerja, sehingga pada saat penempatan nanti pegawai baru sudah memahami cara bertindak dan berlaku yang dapat diterima oleh pegawai lama. Setelah melalui masa orientasi, kemudian pegawai ditempatkan sesuai dengan kebutuhan unit kerja dan dan kompetensi pegawai pada waktu direkrut. Institusi yang bertanggung jawab dalam hal adalah biro/bagian kepegawaian di pemerintah pusat dan Badan Kepegawaian Daerah di daerah.

(29)

3. Pegawai Negeri Sipil

Menurut Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 pasal 1 Pegawai Negeri adalah mereka yang memenuhi syarat yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri atau diserahi tugas Negara lainnya yang ditetapkan berdasarkan suatu peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Selanjutnya Pegawai Negeri Sipil menurut Undang-undang Nomor 43 tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawain adalah setiap warga Negara Republik Indonesia yang memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang yang diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri atau diserahi tugas Negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Jadi, pada hakikatnya PNS adalah warga Negara biasa seperti halnya warga masyarakat lainnya. Adanya pandangan yang menganggap bahwa pegawai Negeri Sipil merupakan kelompok elit masyarakat atau menjamin istilah yang berbau feodalistik disebut sebagai golongan priayi, tidak sepenuhnya keliru, kaeran sebagai unsur aparatur Negara, abdi Negara, dan abdi masyarakat, disamping atribut-atribut kewenangan yang melekat, pada tataran tertentu memang sering dilengkapi denngan berbagai fasilitas yang dapat meninggikan status sosialnya (http:// google.com, 30 Maret 2009).

(30)

e. Memenuhi syarat tertentu. Syarat untuk menjadi pegawai ditentukan dalam Peraturan Pemerintah (PP) berupa usia, indeks prestasi kumulatif, dan lain-lain.

f. Diangkat oleh pejabat yang berwenang. Diangkat oleh kepala instansi yang bersangkutan dengan Surat Keputusan (SK) yang mencantumkan pangkat dan golongannya.

g. Diserahi tugas. Untuk menjalankan tugas pemerintahan dan pembangunan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang telah ditetapkan.

h. Digaji. Penggajian untuk pegawai Negeri Sipil berlaku secara nasional.

Dalam Undang-Undang Pokok Kepegawaian No. 43 Tahun 1999 pasal 2 ayat 1 menyebutkan bahwa Pegawai Negeri terdiri dari:

a. Pegawai Negeri Sipil,

b. Anggota Tentara Nasional Indonesia, dan

c. Anggota Kepolisian Negara Repiublik Indonesia.

Sementara dalam pasal 2 ayat 2 Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksudkan dalam ayat 1 huruf a terdiri dari:

a. Pegawai Negeri Sipil Pusat, b. Pegawai Negeri Sipil Daerah.

(31)

Wajar jika masyarakat juga berharap dalam setiap gerak langkahnya, pegawai dapat menjadi suri tauladan yang baik, bahkan tidak boleh keliru. Disatu sisi pandangan semacam itu bias menjadi motivasi yang positif bagi pegawai untuk menjadi panutan dan penggerak masyarakat di lingkungannya. Di sisi lain, pandangan itu juga bisa dirasakan “sebagai beban” ketika dalam memainkan perannya sebagai unsur aparatur Negara sekalipun, di hadapan hukum sesungguhnya tidak ada yang istimewa.

Untuk melaksanakan tugasnya, PNS telah dipandu dengan berbagai aturan yang mengikat. Diawali dengan mengangkat sumpah sebagai pegawai Negeri Sipil, sumpah jabatan, kewajiban dan larangan dalam peraturan disiplin PNS, uraian tugas pokok dan fungsi, sampai dengan Standard Operating Procedure (SOP), dan semacamnya.

F. Defenisi Konsep

Untuk mendapatkan batasan defenisi yang jelas dari masing-masing konsep, maka penulis menggunakan beberapa defenisi yang digunakan yaitu :

1. Badan Kepegawaian Derah (BKD), badan yang mengurusi administrasi kepegawaian pemerintah daerah kota Pematangsiantar.

(32)

pengadaan, proses seleksi, pengangkatan sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil, dan proses penempatan melalui orientasi tenaga kerja.

3. Pegawai Negeri Sipil, adalah setiap warga Negara Republik Indonesia yang memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri atau diserahi tugas Negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

G. Defenisi Operasional

Defenisi Operasional adalah unsur penelitian sebagai petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel, atau suatu informasi ilmiah yang membantu peneliti. Sehingga dari informasi tersebut diketahui bagaimana caranya mengukur variabel penelitian tersebut (Masri Singarimbun & Sofian Effendi, 1999:46).

Rekrutman dapat diukur melalui indikator-indikator sebagai berikut: 1. Menentukan kebutuhan tenaga kerja yang diperlukan

a. Uraian jabatan yaitu daftar tugas-tugas, tanggung jawab, hubungan laporan, kondisi kerja, tanggung jawab kepenyelia suatu jabatan.

b. Spesifikasi jabatan yaitu suatu daftar dari tuntutan manusiawi suatu jabatan, yakni pendidikan, keterampilan, kepribadian, dan lain-lain yang sesuai.

(33)

d. Sumber-sumber rekrutmen yaitu memperoleh pegawai yang diharapkan dari dua sumber yaitu dari dalam dan dari luar organisasi.

2. Proses formasi adalah jumlah dan susunan pangkat Pegawai Negeri Sipil yang diperlukan oleh suatu satuan organisasi Negara yang mampu melaksanakan tugas pokok untuk jangka waktu tertentu yang ditetapkan oleh menteri yang bertanggung jawab dalam bidang penertiban dan penyempurnaan Aparatur Negara.

3. Proses pengadaan yang dilakukan mulai dari perencanaan, pengumuman, pelamaran, penyaringan, pengangkatan Calon Pegawai Negeri (CPN) sampai dengan pengangkatan CPN menjadi Pegawai Negeri (PN).

(34)

H. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan yang dimaksud adalah sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini terdiri atas latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi konsep, defenisi operasional, dan sistematika penulisan.

BAB II : METODE PENELITIAN

Bab ini terdiri dari bentuk penelitian, lokasi penelitian, responden, metode pengumpulan data, dan teknik analisa data.

BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian di Badan Kepegawaian Daerah Kota Pematangsiantar seperti sejarah singkat, struktur organisasi, tugas pokok dan fungsi masing-masing bagian, komposisi SDM serta visi dan misi Badan Kepegawai Daerah Kota Pematangsiantar .

BAB IV : PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA

Bab ini berisikan tentang hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan dokumentasi seperti jawaban dari informan dan data tertulis serta menganalisinya.

BAB VI : PENUTUP

(35)

BAB II

METODE PENELITIAN

A. Bentuk Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Nawawi (1992: 67), metode deskriptif adalah cara memecahkan masalah penelitian dengan memaparkan keadaan objek yang diselidiki sebagaimana adanya berdasarkan fakta-fakta yang aktual pada saat sekarang. Dengan demikian metode ini memusatkan perhatian pada masalah-masalah atau fenomena-fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan atau masalah yang bersifat aktual, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki diiringi dengan interpretasi rasional yang akurat. Dimana penelitian ini menggambarkan fakta-fakta dan menjelaskan keadaan dari objek penelitian berdasarkan fakta-fakta sebagaimana adanya, dan mencoba menganalisis untuk memberi kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kota Pematangsiantar yang beralamat di Jl. H. Adam Malik No.1 Pematangsiantar.

Sedangkan alasan pemilihan lokasi penelitian tersebut adalah:

(36)

Kepegawaian Daerah Kota Pematangsiantar mempunyai tugas pokok membantu Walikota selaku Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah dalam melaksanakan manajemen Pegawai Negeri Sipil sesuai dengan peraturan Perundang-undangan di bidang Kepegawaian. Dalam pelaksanaan rekrutmen PNS diharapkan pihak BKD Kota Pematangsiantar dapat lebih transparan, lebih profesionalisme, adil, dan mengutamakan kualitas tanpa adanya kolusi dan nepotisme dari orang dalam yang dilakukan sesuai dengan peraturan perundangan maupun peraturan pemerintah yang berlaku. Fenomena tersebut membuat penulis tertarik untuk melihat peranan Badan Kepegawaian Daerah Kota Pematangsiantar terutama dalam pelaksanaan rekrutmen Pegawai Negeri Sipil.

2. Rekrutmen pegawai yang dilaksanakan oleh organisasi pemerintahan, belum mampu mengungkapkan kompetensi SDM-PNS sesuai dengan kebutuhan. Proses prosedur rekrutmen Pegawai Negeri Sipil selama ini menurut opini yang berkembang di masyarakat, cenderung diwarnai praktik-praktik spoil, kolusi, nepotisme, daerahisme, sehingga mengakibatkan rendahnya kualitas SDM-PNS.

C. Informan

(37)

adalah seseorang yang benar-benar mengetahui suatu persoalan atau permasalahan tertentu yang darinya dapat diperoleh informasi yang jelas, akurat dan terpercaya baik berupa pernyataan , keterangan, atau data-data yang dapat membantu dalam memahami persoalan/permasalahan tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan informan kunci (key informan) dan informan biasa. Informan kunci adalah informan yang mengetahui secara mendalam permasalahan yang sedang diteliti, sedangkan informan biasa adalah informan yang ditentukan dengan dasar pertimbangan mengetahui dan berhubungan dengan permasalahan saja.

Peneliti menentukan informan berdasarkan teknik purposive sampling dimana penentuan informan tidak ditentukan atas strata pedoman atau wilayah tetapi berdasarkan atas kompetensi informan terhadap informasi yang berhubungan dengan permasalahan penelitian (Sugiyono, 2003:96).

Adapun informan kunci

Sedangkan

dalam penelitian ini adalah Kepala Bidang Program Kepegawaian.

informan biasa

1. Kepala Badan Kepegawaian Daerah Kota Pematangsiantar. dalam penelitian ini:

2. Sekretaris.

3. Salah satu pegawai yang terlibat dalam pelaksanaan rekrutmen PNS.

D. Metode Pengumpulan Data

(38)

a. Pengumpulan data primer, yaitu data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung ke lokasi penelitian (field research) untuk mencari data-data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti dan dilakukan dengan menggunakan alat pengumpulan data sebagai berikut:

Wawancara mendalam (indepth-interview), yaitu pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab langsung kepada informan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

b. Pengumpulan data sekunder, data ini diperoleh dari:

1. Penelitian Kepustakaan, cara ini ditempuh dengan mempelajari sejumlah buku, tulisan dan karya ilmiah yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti.

2. Studi Dokementasi, cara ini dilakukan dengan jalan melakukan penelaahan terhadap catatan-catatan tertulis yang ada di lokasi penelitian.

E. Teknik Analisa Data

(39)

Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk memperoleh data dan informasi serta untuk menganalisis data dan informasi yang telah diperoleh adalah sebagai berikut :

1. Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya, maka peneliti kemudian menentukan metode penelitian yang akan digunakan, yaitu penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan teknik analisa yang digunakan adalah teknik analisa kualitatif.

2. Untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan, sesuai dengan teknik pengumpulan data yang telah ditetapkan sebelumnya, maka peneliti melakukan wawancara dengan beberapa orang informan yang benar-benar mengetahui bagaimana Peranan BKD dalam Pelaksanaan Rekrutmen PNS. Disamping itu peneliti juga mengumpulkan data-data sekunder berupa dokumen-dokumen yang berhubungan dengan Pelaksanaan Rekrutmen PNS. 3. Setelah data dan informasi yang dibutuhkan telah terkumpul, peneliti

kemudian memilah-milah data dan informasi tersebut kedalam indikator-indikator penelitian yang telah ditentukan sebelumnya seperti indikator-indikator menentukan tenaga kerja yang dibutuhkan, proses formasi, proses pengadaan, proses seleksi dan penempatan.

(40)

ada dilapangan berdasarkan data dan informasi tersebut, peneliti kemudian menganalisisnya dengan membandingkan keadaan dilapangan (dari hasil wawancara dan data-data sekunder) dengan teori-teori yang berhubungan dengan indikator tersebut. Sehingga dengan demikian peneliti dapat melihat bagaimana perbandingan antara teori dengan keadaan yang terjadi dilapangan. 5. Setelah itu, peneliti kemudian akan menyimpulkan bagaimana sesungguhnya

(41)

BAB II

METODE PENELITIAN

A. Bentuk Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Nawawi (1992: 67), metode deskriptif adalah cara memecahkan masalah penelitian dengan memaparkan keadaan objek yang diselidiki sebagaimana adanya berdasarkan fakta-fakta yang aktual pada saat sekarang. Dengan demikian metode ini memusatkan perhatian pada masalah-masalah atau fenomena-fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan atau masalah yang bersifat aktual, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki diiringi dengan interpretasi rasional yang akurat. Dimana penelitian ini menggambarkan fakta-fakta dan menjelaskan keadaan dari objek penelitian berdasarkan fakta-fakta sebagaimana adanya, dan mencoba menganalisis untuk memberi kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kota Pematangsiantar yang beralamat di Jl. H. Adam Malik No.1 Pematangsiantar.

Sedangkan alasan pemilihan lokasi penelitian tersebut adalah:

(42)

Kepegawaian Daerah Kota Pematangsiantar mempunyai tugas pokok membantu Walikota selaku Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah dalam melaksanakan manajemen Pegawai Negeri Sipil sesuai dengan peraturan Perundang-undangan di bidang Kepegawaian. Dalam pelaksanaan rekrutmen PNS diharapkan pihak BKD Kota Pematangsiantar dapat lebih transparan, lebih profesionalisme, adil, dan mengutamakan kualitas tanpa adanya kolusi dan nepotisme dari orang dalam yang dilakukan sesuai dengan peraturan perundangan maupun peraturan pemerintah yang berlaku. Fenomena tersebut membuat penulis tertarik untuk melihat peranan Badan Kepegawaian Daerah Kota Pematangsiantar terutama dalam pelaksanaan rekrutmen Pegawai Negeri Sipil.

2. Rekrutmen pegawai yang dilaksanakan oleh organisasi pemerintahan, belum mampu mengungkapkan kompetensi SDM-PNS sesuai dengan kebutuhan. Proses prosedur rekrutmen Pegawai Negeri Sipil selama ini menurut opini yang berkembang di masyarakat, cenderung diwarnai praktik-praktik spoil, kolusi, nepotisme, daerahisme, sehingga mengakibatkan rendahnya kualitas SDM-PNS.

C. Informan

(43)

adalah seseorang yang benar-benar mengetahui suatu persoalan atau permasalahan tertentu yang darinya dapat diperoleh informasi yang jelas, akurat dan terpercaya baik berupa pernyataan , keterangan, atau data-data yang dapat membantu dalam memahami persoalan/permasalahan tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan informan kunci (key informan) dan informan biasa. Informan kunci adalah informan yang mengetahui secara mendalam permasalahan yang sedang diteliti, sedangkan informan biasa adalah informan yang ditentukan dengan dasar pertimbangan mengetahui dan berhubungan dengan permasalahan saja.

Peneliti menentukan informan berdasarkan teknik purposive sampling dimana penentuan informan tidak ditentukan atas strata pedoman atau wilayah tetapi berdasarkan atas kompetensi informan terhadap informasi yang berhubungan dengan permasalahan penelitian (Sugiyono, 2003:96).

Adapun informan kunci

Sedangkan

dalam penelitian ini adalah Kepala Bidang Program Kepegawaian.

informan biasa

1. Kepala Badan Kepegawaian Daerah Kota Pematangsiantar. dalam penelitian ini:

2. Sekretaris.

3. Salah satu pegawai yang terlibat dalam pelaksanaan rekrutmen PNS.

D. Metode Pengumpulan Data

(44)

a. Pengumpulan data primer, yaitu data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung ke lokasi penelitian (field research) untuk mencari data-data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti dan dilakukan dengan menggunakan alat pengumpulan data sebagai berikut:

Wawancara mendalam (indepth-interview), yaitu pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab langsung kepada informan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

b. Pengumpulan data sekunder, data ini diperoleh dari:

1. Penelitian Kepustakaan, cara ini ditempuh dengan mempelajari sejumlah buku, tulisan dan karya ilmiah yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti.

2. Studi Dokementasi, cara ini dilakukan dengan jalan melakukan penelaahan terhadap catatan-catatan tertulis yang ada di lokasi penelitian.

E. Teknik Analisa Data

(45)

Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk memperoleh data dan informasi serta untuk menganalisis data dan informasi yang telah diperoleh adalah sebagai berikut :

1. Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya, maka peneliti kemudian menentukan metode penelitian yang akan digunakan, yaitu penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan teknik analisa yang digunakan adalah teknik analisa kualitatif.

2. Untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan, sesuai dengan teknik pengumpulan data yang telah ditetapkan sebelumnya, maka peneliti melakukan wawancara dengan beberapa orang informan yang benar-benar mengetahui bagaimana Peranan BKD dalam Pelaksanaan Rekrutmen PNS. Disamping itu peneliti juga mengumpulkan data-data sekunder berupa dokumen-dokumen yang berhubungan dengan Pelaksanaan Rekrutmen PNS. 3. Setelah data dan informasi yang dibutuhkan telah terkumpul, peneliti

kemudian memilah-milah data dan informasi tersebut kedalam indikator-indikator penelitian yang telah ditentukan sebelumnya seperti indikator-indikator menentukan tenaga kerja yang dibutuhkan, proses formasi, proses pengadaan, proses seleksi dan penempatan.

(46)

ada dilapangan berdasarkan data dan informasi tersebut, peneliti kemudian menganalisisnya dengan membandingkan keadaan dilapangan (dari hasil wawancara dan data-data sekunder) dengan teori-teori yang berhubungan dengan indikator tersebut. Sehingga dengan demikian peneliti dapat melihat bagaimana perbandingan antara teori dengan keadaan yang terjadi dilapangan. 5. Setelah itu, peneliti kemudian akan menyimpulkan bagaimana sesungguhnya

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rieka Cipta, Jakarta, 1998

Musanef. Manajemen Kepegawaian Di Indonesia, Gunung Agung, Jakarta, 1990 Nasution, Hermein, Proses Pengelolaan Sumber Daya Manusia, USU Press, Medan,

2005

Singarimbun, Masri & Sofia Effendi, Metode Penelitian Survei, PT Pustaka LP3ES, Jakarta, 1999

Sirait, Justine T, Memahami Aspek-aspek Pengelolaan Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi, PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 2006

Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, CV. Alfabeta, Bandung, 2003 Thoha, Miftah, Manajemen Kepegawaian Negeri Sipil Di Indonesia, Kencana,

Yogyakarta, 2005 Sumber-sumber lain:

Keputusan Walikota Nomor 387 b tahun 2001 tentang Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Badan Kepegawaian Daerah Kota Pematangsiantar

Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2003 tentang Formasi Pegawai Negeri Sipil Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang Pengadaan Pegawai Negeri

Sipil

Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian

Referensi

Dokumen terkait

Badan Kepegawaian Daerah mempunyai tugas membantu kepala daerah melalui Sekretariat Daerah dalam melaksanakan manajemen Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peranan Badan Kepegawaian Daerah terhadap Pelaksanaan promosi jabatan pegawai negeri sipil, yang pada penelitian ini

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peranan Badan Kepegawaian Daerah terhadap Pelaksanaan promosi jabatan pegawai negeri sipil, yang pada penelitian ini

Pegawai Negeri adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam

Pegawai negeri adalah setiap warga Negara RI yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas negara lainnya, dan digaji

2) Pegawai Negeri adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat berwenang dan diserahi tugas

Pegawai Negeri adalah setiap warga Negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu

Pegawai Negeri adalah setiap WNI yang telah memenuhi syarat yang ditentukan diangkat oleh Pejabat Yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri atau