• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Hukum Kepegawaian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalah Hukum Kepegawaian"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

Page 1

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Penulisan makalah merupakan salah satu tugas yang diberikan oleh Bpk. Yusuf Asyid S.H., M.H. sebagai tugas mata kuliah Hukum Kepegawaian.

Dalam penyusunan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas ini, khususnya kepada :

1. Kepada Dosen Hukum Kepegawaian Bpk. Yusuf Asyid S.H., M.H. yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan makalah ini.

2. Perpustakaan D III FISIP UNPAD.

3. Keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan.

4. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan makalah ini.

Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas Padjadjaran.

Bandung, Maret 2014

(2)

Page 2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... 1

DAFTAR ISI ... 2

BAB I PENDAHULUAN ... 3

1.1 Latar Belakang Masalah ...3

1.2 PNS adalah Pegawai Negeri Sipil ...4

1.3 Rumusan Masalah ...4

BAB II KEDUDUKAN BKN DAN DEPARTEMEN-DEPARTEMEN PNS .. 5

2.1 Peranan UUD 1945 Terhadap Pegawai Negeri ...5

2.2 PNS adalah Pegawai Negeri...6

2.3 Kedudukan BKN terhadap Departemen Keuangan Tentang PNS sebagai Pekerja ...9

2.4 Pemahaman Menjadi PNS...13

2.5 PNS sebagai Aparatur Negara yang Bersih dan Berwibawa ...17

2.6 Perjanjian Kerja Sumber Hukum Pekerja dan Perusahaan ...20

BAB III PENUTUP ... 23

A. Kesimpulan ... 23

B. Saran ... 24

(3)

Page 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia adalah sumber dari segala sumber hukum. Diantaranya mengatur tentang Pegawai Negeri, Badan Kepegawaian Negara, Perjanjian Kerja, Peradilan Tata Usaha dan masih banyak lagi yang bersumber dari Undang-Undang Dasar 1945.

Pegawai Negeri Sipil sebagai unsur aparatur negara atau abdi masyarakat, hal ini merupakan salah satu pelaksanaan dari kebijaksanaan pemerintah dalam rangka meningkatkan kehidupan bangsa dan negara menuju masyarakat adil dan makmur. Sebagai aparatur Negara Pegawai Negeri Sipil berkewajiban menyelenggarakan tugas pemerintahan dengan penuh kesetian kepada Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila.

Dalam hal ini formasi, pengadaan, pengangkatan, kenaikan jabatan, pendidikan dan pelatihan, gaji, dan yang lainnya di atur dalam Undang-Undang Negara Republik Indonesia. Badan Kepegawaian Negara dibentuk untuk menjamin kelancaran penyelenggaraan, kebijaksanaan manajemen Pegawai Negeri Sipil. Pada pembahasan akan dibahas tentang kedudukan Badan Kepegawaian Negara. Kedudukan BKN harus jelas, untuk mengatasi tumpang tindih kewenangan.

Namun tidak semua pekerjaan berlangsung dengan mulus, terkadang ada kendala seperti ketidak adilan terhadap pekerja. Untuk itu perjanjian kerja harus dipahami secara seksama.

(4)

Page 4

1.2 PNS adalah Pegawai Negeri Sipil

Asas hukum tentang Pegawai Negeri Sipil meliputi: 1. Asas Hukum Tata Pemerintah

2. Asas Hukum Administrasi Negara 3. Asas Hukum Tata Usaha Negara

Dalam buku Hukum Kepegawaian yang ditulis oleh Bpk. Yusuf Asyid S.H., M.H. (2013:53) terdapat penjelasan tentang Pegawai Negeri Sipil menurut Pandangan Sosiologi dan Pandangan Antropologi terhadap Pegawai Negeri Sipil adalah satu yaitu Pegawai Negeri Sipil. Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 96 Tahun 2000 Tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil, menyatakan :

PEGAWAI NEGERI SIPIL PUSAT adalah “…Pegawai Negeri sipil yang gajinya didepankan pada Anggaran Pendapatan Daerah dan bekerja pada Departemen Kejaksaan Agung, Sekretariat Negara, Sekretariat Kabinet, Sekretariat MIliter, Sekretariat Presiden, Sekretariat Wakil Presiden, Kantor Menteri Koordinator, Kantor Menteri Agama, Kepolisian Negara, Lembaga Pemeintahan Non Departemen, Kesekretariatan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara, Instansi Vertikal di Daerah Propinsi/Kabupaten/Kota, Kepanitraan Pengadilan atau dipekerjakan untuk Penyelenggaraan Tugas lainnya…”

PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH adalah “…Pegawai Negeri Sipil Daerah Propinsi/Kabupaten/Kota yang gajinya dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah bekerja pada Pemerintah Daerah, atau dipekerjakan diluar Instansi induknya...”

1.3 Rumusan Masalah

Judul yang diberikan oleh Bpk. Yusuf Asyid S.H., M.H. sebagai dosen Hukum Kepegawaian “Kedudukan BKN dan Departemen-Departemen PNS” menarik untuk dibahas dan dipelajari, sehingga dengan demikian yang mana judul tersebut adalah masalah yang akan dibahas dalam makalah ini.

(5)

Page 5

BAB II

KEDUDUKAN BKN DAN DEPARTEMEN-DEPARTEMEN PNS

2.1 Peranan UUD 1945 Terhadap Pegawai Negeri

Undang-Undang Dasar 1945 yang merupakan landasan hukum dalam pembuatan Undang-undang lainnya termasuk dalam peranannya dalam mengatur Pegawai Negeri. Segala bentuk Undang-Undang yang dibuat oleh Pemerintah, DPR RI, bahkan keputusan Presiden pun tidak boleh bertentangan atau menyimpang dari Undang-Undang. Hal ini terlihat pada Pasal 2 Peralihan dari Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan “Segala Badan Negara dan Peraturan

yang ada masih langsung berlaku, selama belum di adakan yang baru menurut Undang-undang Dasar ini” (Yusuf Asyid, 2013:1).

Sejalan dengan apa yang diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 dalam mewujudkan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia, dalam pasal 27 (2) UUD 1945 menyatakan “Tiap-tiap Warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan” maka dibentuklah suatu hukum yang mengatur tentang kepegawaian baik itu Pegawai Negeri, Pegawai BUMN, ataupun Pekerja Swasta yang disebut dengan Hukum Kepegawaian yang berlandaskan Undang-Undang Dasar 1945. Menurut penulis buku Hukum Kepegawaian Bpk. Yusuf Asyid S.H., M.H. bahwa Hukum Kepegawaian merupakan Peraturan dalam bekerja sesuai adanya pembentuk struktur kerja, planning kerja, dan melindungi hak-hak pegawai sebagai pekerja untuk mencapai keseimbangan antara Pemerintah, Negara, Penguasa dengan pegawai, sehingga tercapai program kerja yang dicita-citakan dan mencapai tujuan, maka diperlukan perlindungan terhadap kesejahteraan pekerja.

Undang-Undang Dasar 1945 mempunyai peranan terhadap Pegawai Negeri. Manajemen dan kebijakan tentang Pegawai Negeri mulai dari rekrutmen, pemberian gaji/upah, larangan-larangan bagi Pegawai Negeri, kesejahteraan,

(6)

Page 6 pelindungan, pensiun Pegawai Negeri, dan yang lainnya semua di atur oleh Undang-Undang yang bersumber dari Undang-Undang Dasar 1945.

Sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang RI Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-pokok Kepegawaian, Pasal 4 menyatakan “Setiap Pegawai Negeri wajib setia dan taat kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara, dan Pemerintah, serta wajib menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.”

2.2 PNS adalah Pegawai Negeri

“Pegawai Negeri adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang setelah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan Negeri atau diserahi tugas Negara lainnya, dan digaji menurut peraturan perundangan-undangan yang berlaku” demikian definisi Pegawai Negeri yang ditetapkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tetang perubahan atas Undang-Undang nomor 8 tahun 1974 tentang pokok-pokok kepegawaian.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tetang pokok-pokok kepegawaian dinyatakan bahwa pegawai negeri terdiri dari:

a. Pegawai Negeri Sipil (PNS)

b. Anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI)

c. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI)

Berdasarkan Undang-Undang tersebut telah disebutkan bahwa Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah pegawai negeri. Dalam buku Hukum Kepegawaian yang ditulis oleh Bpk. Yusuf Asyid S.H., M.H. (2013:53) terdapat penjelasan tentang Pegawai Negeri Sipil menurut Pandangan Sosiologi dan Pandangan Antropologi terhadap Pegawai Negeri Sipil adalah satu yaitu Pegawai Negeri Sipil. Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

(7)

Page 7 Nomor 96 Tahun 2000 Tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil, menyatakan :

PEGAWAI NEGERI SIPIL PUSAT adalah “…Pegawai Negeri sipil yang gajinya didepankan pada Anggaran Pendapatan Daerah dan bekerja pada Departemen Kejaksaan Agung, Sekretariat Negara, Sekretariat Kabinet, Sekretariat MIliter, Sekretariat Presiden, Sekretariat Wakil Presiden, Kantor Menteri Koordinator, Kantor Menteri Agama, Kepolisian Negara, Lembaga Pemeintahan Non Departemen, Kesekretariatan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara, Instansi Vertikal di Daerah Propinsi/Kabupaten/Kota, Kepanitraan Pengadilan atau dipekerjakan untuk Penyelenggaraan Tugas lainnya…”

PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH adalah “…Pegawai Negeri Sipil Daerah Propinsi/Kabupaten/Kota yang gajinya dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah bekerja pada Pemerintah Daerah, atau dipekerjakan diluar Instansi induknya...”

Pegawai Negeri Sipil diberlakukan sistem pengangkatan dengan berdasarkan 4 golongan jabatan, yaitu :

1. GOLONGAN I Dengan Nama Jabatan JURU

Golongan ini terbagi lagi menjadi 4, yaitu: Golongan Ia, Ib, Ic, dan Id, syarat-syarat pendidikan untuk pengangkatan pertama ada 2 jenis yaitu, bagi Golongan Ia berijazah Sekolah Dasar , sedangkan bagi Golongan Ib berijazah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, baik umum maupun kejuruan.

2. GOLONGAN II Dengan Nama Jabatan PENGATUR

Golongan ini terbagi menjadi 4, yaitu : Golongan IIa, IIb, IIc, IId, syarat pendidikan untuk pengangkatan pertama bagi Golongan IIa ialah berijazah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas baik umum maupun kejuruan, sedangkan bagi Golongan IIb, berijazah Sarjana Muda.

(8)

Page 8 3. GOLONGAN III Dengan Nama Jabatan PENATA

Golongan ini terbagi menjadi 4, yaitu : Golongan IIIa, IIIb, IIIc, dan IIId syarat pendidikan untuk pengangkatan pertama pada Golongan IIIa ialah berijazah Sarjana Lengkap, S1, Trahtah 1. Sedangkan Golongan IIIb, IIIc, IIId adalah urutan Pangkat lanjutan berkedudukan sebagai Promosi dalam Masa Kerja.

4. GOLONGAN IV Dengan Nama Jabatan PEMBINA

Golongan ini terbagi menjadi 5 yaitu: Golongan IVa, IVb, IVc, IVd, dan IVe. Golongan ini merupakan golongan lanjutan dari Golongan III dengan persyaratan tertentu.

Sementara itu dikenal pula untuk pegawai yang menduduki jabatan struktural digolongakan melalui sistem eselonasi. Klasifikasi eselon bagi pejabat struktural di pergunakan terbalik dengan golongan kepangkatan, yaitu:

1. Eselon I merupakan eselon tertinggi dijabat oleh pejabat struktural tertinggi di dalam kepegawaian sipil, seperti jabatan Sekretaris Jendral, Direktorat Jendral, Inspektorat Jendral suatu departemen pemerintah.

2. Eselon II merupakan jabatan struktural yang berada di bawah pejabat eselon I, seperti Kepala Biro, Direktur, Kepala Pusat.

3. Eselon III merupakan jabatan struktural dibawah eselon II, seperti Kepala Bagian, Kepala Bidang, Kepala Sub Direktorat.

4. Eselon IV merupakan jabatan struktural yang terendah dibawah eselon III, seperti Kepala sub Bagian, Kepala sub Bidang, Kepala Seksi.

Menurut ajaran Hukum Positif terdapat pengaturan tentang pegawai Negeri Sipil Pusat dan Pegawai Negeri Sipil daerah atas Hak Kedinasan dan Pensiun yaitu:

5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor: 96 Tahun 2000 Tentang Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil.

6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor: 97 Tahun 2000 Tentang Formasi Pegawai Negeri Sipil.

(9)

Page 9 7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor: 98 Tahun 2000 Tentang

Pengadaan Pegawai Negeri Sipil.

8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor: 99 Tahun 2000 Tentang Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil.

9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor: 100 Tahun 2000 Tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Dalam Jabatan Struktural.

10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor: 101 Tahun 2000 Tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil.

11. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor: 159 Tahun 2000 Tentang Pedoman Pembentukan Badan Kepegawaian Daerah.

12. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor: 9 Tahun 2003 Tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil.

13. Surat Keputusan Menteri, Surat Keputusan Gubernur, Bupati, dan Walikota.

2.3 Kedudukan BKN terhadap Departemen Keuangan Tentang PNS sebagai Pekerja

Untuk menjamin kelancaran penyelenggaraan, kebijaksanaan manajemen Pegawai Negeri Sipil di bentuk lah Badan Kepegawaian Negara yang dulunya adalah BAKN adalah Badan Administrasi Kepegawaian Negara yang kemudian mengalami perubahan menjadi BKN pada tahun 1999. Dibentuknya BKN antara lain disebabkan bertambahnya jumlah PNS di Indonesia yang mencapai empat juta orang, tetapi jumlah tersebut belum diimbangi oleh kemampuan PNS yang memadai. Untuk memperbaiki kondisi PNS seperti itu diperlukan sebuah lembaga yang fungsinya tidak hanya mendata secara administratif, tetapi juga mampu mengembangkan kompetensi PNS secra lebih memadai untuk mendukung tugas-tugas pembangunan, penyelenggaraan pemerintah, dan pelayanan publik.

Keberadaan BKN semakin kuat semenjak UU Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian ditetapkan menggantikan UU Nomor 8 Tahun 1974 yang mengatur hal yang sama. Di dalam pasal 34 (1) UU Nomor 43 Tahun 1999 secara eksplisit dijelaskan bahwa untuk menjamin kelancaran

(10)

Page 10 penyelenggaraan kebijakan manajemen PNS, maka dibentuklah Badan Kepegawaian Negara. Lebih lanjut dalam ayat (2) dijelaskan bahwa Badan ini betugas menyelenggarakan manjemen PNS yang mencakup perencanaan, pengembangan kualitas sumber daya PNS dan administrasi kepegawaian, pengawasan dan pengendalian, penyelenggaraan dan pemeliharaan informasi kepegawaian, mendukung perumusan kebijakan kesejahteraan PNS, serta memberikan bimbingan teknis kepada unit organisasi yang menangani kepegawaian pada instansi pemerintah pusat dan daerah.

Menurut Keppres No. 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah non Departemen, di dalam Keppres tersebut BKN bertugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang manajemen kepegawaian Negara diantarnya sebagai penyelenggara, pengadaan, mutasi, pemberhentian dan pensiun, serta status dan kedudukan hukum Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan ketentuan perundangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugas tersebut BKN menyelenggarakan fungsi:

a. pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang kepegawaian; b. penyelenggaraan koordinasi identifikasi kebutuhan pendidikan dan

pelatihan, pengawasan dan pengendalian pemanfaatan pendidikan, dan pelatihan SDM PNS;

c. penyelenggaraan administrasi kepegawaian pejabat Negara dan mantan pejabat Negara;

d. penyelengaraan administrasi dan sistem informasi kepegawaian Negara dan mutasi kepegawaian antar provinsi;

e. penyelenggaraan koordinasi penyusunan norma, standard an prosedur mengenai mutasi, gaji, tunjangan, kesejahteraan, hak dan kewajiban, kedudukan hukum PNS Pusat dan PNS Daerah dan bidang kepegawaian lainnya;

f. penyelenggaraan bimbingan teknis pelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian kepada instansi pemerintah;

(11)

Page 11 g. koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BKN;

h. fasilitas kegiatan instansi pemerintah di bidang administrasi kepegawaian; i. penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang

perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tata laksana, kepegawaian, keungan, kearsipan, persandian, perlengkapan, dan rumah tangga.

Dalam menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal sebelumnya (Pasal11), dalam Pasal 12 ini dijelaskan bahwa BKN mempunyai kewenangan :

a. penyusunan rencana nasional secara makro di bidangnya;

b. perumusan kebijakan di bidangnya untuk mendukung pembangunan secara makro;

c. penetapan sistem informasi di bidangnya; d. pelaksanaan mutasi kepegawaian antar Propinsi;

e. kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu :

1) perumusan dan pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang kepegawaian; 2) penyusunan norma, standar dan prosedur kepegawaian negara dan

pengendaliannya;

3) penyusunan program kepegawaian secara nasional sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan Pemerintah;

4) penyelenggaraan administrasi mutasi kepegawaian antar propinsi, serta perumusan standar dan prosedur mengenai perencanaan, pengangkatan, pemindahan, pemberhentian, penetapan pensiun, gaji, tunjangan, kesejahteraan, hak dan kewajiban serta kedudukan hukum Pegawai Negeri Sipil;

5) penyelenggaraan administrasi kepegawaian nasional;

6) perencanaan kebijakan dan pemantauan pemanfaatan pendidikan dan pelatihan struktural;

(12)

Page 12 Departemen Keuangan mempunyai tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang keuangan dan kekayaan Negara. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37, Departemen Keuangan menyelenggarakan fungsi :

1. perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan, dan kebijakan 2. teknis di bidang keuangan dan kekayaan negara;

3. pelaksanaan urusan pemerintahan sesuai dengan bidang tugasnya; 4. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung 5. jawabnya;

6. pengawasan atas pelaksanaan tugasnya;

7. penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan di bidang 8. tugas dan fungsinya kepada Presiden. (Pasal 37&38 Peraturan Presiden

Nomor 9 Tahun 2005)

Menurut PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54/PMK.01/2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 131/PMK.01/2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN KEUANGAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Biro Sumber Daya Manusia yang selanjutnya dalam Peraturan ini disebut Biro SDM mempunyai tugas melaksanakan dan mengkoordinasikan penyiapan pembinaan dan pengelolaan sumber daya manusia di lingkungan Departemen sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugasnya, Biro SDM menyelenggarakan fungsi :

a. Penyusunan rencana kebutuhan sumber daya manusia, penyusunan formasi, pelaksanaan pengadaan, penempatan dan pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil/Pegawai Negeri Sipil, serta pelaksanaan evaluasi kegiatan pembinaan sumber daya manusia di lingkungan Departemen Keuangan;

(13)

Page 13 c. pengembangan, pengelolaan, dan pelayanan Sistem Informasi Manajemen

Kepegawaian (SIMPEG) Departemen Keuangan;

d. pengelolaan naskah dan dokumen pegawai di lingkungan Departemen Keuangan;

e. penyelesaian mutasi pangkat dan pensiun pegawai di lingkungan Departemen Keuangan;

f. penyiapan koordinasi penerapan peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian, penegakan disiplin dan penyelesaian kasus kepegawaian, pemberhentian pegawai, penyelesaian administrasi umum, dan pengelolaan kesejahteraan pegawai.

Keseluruhan hal yang menyangkut penyelenggaraan, pengadaan, mutasi, pemberhentian dan pensiun, serta status dan kedudukan hukum Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Departemen Keuangan tercatat di Badan Kepegawaian Negara (BKN). Seluruh kegiatan tersebut akan diusulkan oleh Biro yang bersangkutan melalui nota persetujuan ke Badan Kepegawaian Negara (BKN) dan BKN akan menentukan apakah akan menyetujui/menolaknya. Seluruh hal yang penyelenggaraan, pengadaan, mutasi, pemberhentian dan pensiun, serta status dan kedudukan hukum Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Departemen Keuangan harus sesuai dengan kebijakan yang di tetapkan oleh Badan Kepegawaian Negara (BKN).

2.4 Pemahaman Menjadi PNS

Secara umum manajemen Pegawai Negeri Sipil meliputi penetapan formasi, pengadaan, pengangkatan, pemindahan, pemberhentian, penetapan pensiun, gaji, tunjangan, kesejahteraan, hak dan kewajiban, kedudukan hukum, pengembangan kompetensi, dan pengendalian jumlah pegawai yang dilakukan oleh pemerintah pusat.

Pengadaan Pegawai Negeri Sipil adalah proses kegiatan untuk mengisi formasi yang lowong. Lowongan formasi dalam suatu satuan organisasi Negara pada umumnya disebabkan adanya Pegawai Negeri Sipil yang berhenti, meninggal dunia, mutasi jabatan dan adanya pengembangan organisasi. Oleh

(14)

Page 14 karena pengadaan Pegawai Negeri Sipil adalah untuk mengisi formasi yang lowong, maka pengadaan dilaksanakan atas dasar kebutuhan, baik dalam arti jumlah dan mutu pegawai, maupun kompetensi jabatan yang diperlukan.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka setiap Warga Negara Indonesia yang memenuhi syarat yang ditentukan dalam Peraturan Pemerintah ini mempunyai kesempatan yang sama untuk melamar dan diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil. Hal ini berarti bahwa pengadaan Pegawai Negeri Sipil harus didasarkan atas kebutuhan dan dilakukan secara obyektif sesuai dengan syarat yang ditentukan.

Pejabat Pembina Kepegawaian membuat perencanaan pengadaan Pegawai Negeri Sipil. Lowongan formasi Pegawai Negeri Sipil diumumkan seluas-luasnya oleh Pejabat Pembina Kepegawaian. Pengumuman dilakukan paling lambat 15 (lima belas) hari sebelum tanggal penerimaan lamaran. Namun terkadang ada permasalahan lain yang muncul pada proses rekrutmen ini dengan kecilnya anggaran yang tersedia untuk dapat merekrut secara optimal. Menurut perundang-undangan pengumuman penerimaan pegawai negeri sipil harus diumumkan seluas-luasnya, pada kenyataannya pengumuman di umumkan secara terbatas di instansi. Hal ini dilakukan akibat kehawatiran terlalu banyaknya jumlah pelamar dan instansi tidak mampu menyeleksi jumlah pelamar yang cukup besar tersebut dengan anggaran yang terbatas.

Syarat yang harus dipenuhi oleh setiap pelamar adalah:

a. Warga Negara Indonesia;

b. Berusia serendah-rendahnya 18 (delapan belas) tahun dan setinggi-tingginya 35 (tiga puluh

c. lima) tahun;

d. Tidak pernah dihukum penjara atau kurungan berdasarkan keputusan pengendalian yang

e. sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, karena melakukan suatu tindak pidana

(15)

Page 15 g. Tidak pernah diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri

atau tidak dengan

h. hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil, atau diberhentikan tidak dengan hormat sebagai

i. pegawai swasta;

j. Tidak berkedudukan sebagai Calon/Pegawai Negeri;

k. Mempunyai pendidikan, kecakapan, keahlian dan ketrampilan yang diperlukan;

l. Berkelakuan baik;

m. Sehat jasmani dan rohani;

n. Bersedia ditempatkan di Seluruh wilayah Negara Republik Indonesia atau negara lain yang

o. ditentukan oleh Pemerintah; dan

p. Syarat lain yang ditentukan dalam persyaratan jabatan

Materi ujian meliputi: a. Test kompetensi; b. Psikotes

Pejabat Pembina Kepegawaian menetapkan dan mengumumkan pelamar yang dinyatakan lulus ujian penyaringan. Pelamar yang dinyatakan lulus ujian penyaringan, wajib menyerahkan kelengkapan administrasi sesuai ketentuan yang berlaku.

Daftar pelamar yang dinyatakan lulus ujian akan diangkat menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil disampaikan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian kepada Kepala Badan Kepegawaian Negara untuk mendapat nomor identitas Pegawai Negeri Sipil. NIP ditetapkan secara terpusat oleh Kantor Badan Kepegawaian Negara, Baik bagi Pegawai Negeri Sipil Pusat maupun bagi Pegawai Negeri Sipil Daerah. Fungsi NIP adalah sebagai berikut:

(16)

Page 16 2. Sebagai nomor pensiun

3. Sebagai nomor asuransi social Pegawai Negeri Sipil (atau nama lain yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan.

4. Sebagai dasar penyusunan dan pemeliharaan tata usaha kepegawaian yang teratur

Pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil Menjadi Pegawai Negeri Sipil yaitu Calon Pegawai Negeri Sipil yang telah menjalankan masa percobaan sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun dan paling lama 2 (dua) tahun, diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil oleh Pejabat Pembina Kepegawaian dalam jabatan dan pangkat tertentu, apabila :

a. setiap unsur penilaian prestasi kerja sekurang-kurangnya bernilai baik; b. telah memenuhi syarat kesehatan jasmani dan rohani untuk diangkat

menjadi Pegawai Negeri Sipil; dan

c. telah lulus Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan. Tujuan Diklat ini untuk member pengetahuan pemahaman dalam mempertahankan Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila sebagai Filsafat Negara Republik Indonesia dan mendidik serta memahami struktur jabatan yang berlaku di Instansi Pegawai Negeri, Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Daerah untuk memahami fungsi jabatan yang sesuai Undang-Undang yang mengatur Jabatan dan Pengaturan Pegawai Negeri. (Yusuf Asyid, 2013:118-119)

Pemberhentian Calon Pegawai Negeri Sipil yaitu Calon Pegawai Negeri Sipil diberhentikan apabila:

a. mengajukan permohonan berhenti; b. tidak memenuhi syarat kesehatan;

c. tidak lulus pendidikan dan pelatihan prajabatan;

d. tidak menunjukkan kecakapan dalam melaksanakan tugas;

e. menunjukkan sikap dan budi pekerti yang tidak baik yang dapat mengganggu lingkungan pekerjaan;

(17)

Page 17 g. pada waktu melamar dengan sengaja memberikan keterangan atau bukti

yang tidak benar;

h. dihukum penjara atau kurungan berdasarkan keputusan pengadilan yang sudah

i. mempunyai kekuatan hukum yang tetap karena dengan sengaja melakukan sesuatu tindak pidana kejahatan atau melakukan sesuatu tindak pidana kejahatan yang ada hubungannya dengan jabatan/tugasnya;

j. menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik.

2.5 PNS sebagai Aparatur Negara yang Bersih dan Berwibawa

PNS sebagai Aparatur Negara yang Bersih dan Berwibawa, PNS wajib bekerja dan mengabdi kepada Negara dan masyarakat dengan jujur, adil dan berwibawa. PNS menyelenggarakan pelayanan secara adil dan merata, menjaga persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia dengan penuh kesetiaan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dan Pegawai Negeri berhak memperoleh gaji yang adil dan layak sesuai dengan beban pekerjaan dan tanggung jawabnya. (Yusuf Asyid, 2013:68)

Pegawai Negeri adalah penyelengara Negara yang bersih dan bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme, Pegawai Negeri memperoleh gaji berasal dari APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara) begitu pula Pegawai Negeri Sipil Daerah dibebankan kepada APBD (Anggran Pendapatan Belanja Daerah), maka dengan demikian terdapat pengawasan terhadap Keuangan Negara yang dilakukan oleh 2 Badan yaitu:

1. Pegawai Negeri dan Pegawai Negeri Sipil Pusat yang mengelola Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), Pengawasan, Pemeriksaan berada di tangan BPK (Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPKRI))

2. Pegawai Negeri Sipil Daerah sebagai Pengelolaan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), Pengawasan, Pemeriksaan berada ditangan BPKP (Badan Pemeriksa Keuangan Provinsi).

(18)

Page 18 Menurut PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL, bahwa untuk menjamin terpeliharanya tata tertib dan kelancaran pelaksanaan tugas, dipandang perlu menetapkan peraturan disiplin Pegawai Negeri Sipil. Pegawai Negeri Sipil wajib menaati segala kewajiban yang telah di tetapkan PP tersebut. Beberapa diantaranya adalah:

Setiap Pegawai Negeri Sipil wajib :

a. setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara, dan Pemerintah;

b. mengutamakan kepentingan Negara di atas kepentingan golongan atau diri sendiri, serta menghindarkan segala sesuatu yang dapat mendesak kepentingan Negara oleh kepentingan golongan, diri sendiri, atau pihak lain;

c. menjunjung tinggi kehormatan dan martabat Negara, Pemerintah, dan Pegawai Negeri Sipil;

d. mengangkat dan mentaati sumpah/janji Pegawai Negeri Sipil dan sumpah/janji jabatan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

e. menyimpan rahasia Negara dan atau rahasia jabatan dengan sebaik-baiknya;

f. memperhatikan dan melaksanakan segala ketentuan Pemerintah baik langsung menyangkut tugas kedinasannya maupun yang berlaku secara umum;

g. melaksanakan tugas kedinasan dengan sebaik-baiknya dan dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab;

h. bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan Negara;

(19)

Page 19 Setiap Pegawai Negeri Sipil Dilarang:

a. melakukan hal-hal yang dapat menurunkan kehormatan atau martabat Negara, Pemerintah, atau Pegawai Negeri Sipil;

b. menyalahgunakan wewenangnya;

c. tanpa izin Pemerintah menjadi Pegawai atau bekerja untuk negara asing; d. menyalahgunakan barang-barang, uang, atau surat-surat berharga milik

Negara,

e. memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan barang-barang, dokumen, atau surat-surat berharga milik Negara secara tidak sah;

f. melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan, atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain, yang secara langsung atau tidak langsung merugikan Negara;

g. melakukan tindakan yang bersifat negatif dengan maksud membalas dendam terhadap bawahannya atau orang lain di dalam maupun diluar lingkungan kerjanya;

h. menerima hadiah atau sesuatu pemberian berupa apa saja dari siapapun juga yang diketahui atau patut dapat di duga bahwa pemberian itu bersangkutan atau mungkin bersangkutan dengan jabatan atau pekerjaan Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan;

PNS sebagai Aparatur Negara yang Bersih dan Berwibawa, yang paling utama adalah tidak melakukan tindak pidana korupsi. Dimana budaya korupsi ini telah tumbuh sejak dahulu namun sampai sekarang sangat sulit untuk diberantas. Untuk itu PNS sebagai Aparatur Negara yang Bersih dan Berwibawa harus menjunjung tinggi diberlakukannya:

- Undang-undang Nomor : 30 Tahun 2000 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

(20)

Page 20 - Undang-Undang Nomor : 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan

Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme; Pegawai Negeri mempunyai peranan yang sangat diutamakan dalam melaksanakan pemberlakuan program Pemerintah untuk mencapai Tujuan Nasional yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 Kemakmuran Rakyat Indonesia.

2.6 Perjanjian Kerja Sumber Hukum Pekerja dan Perusahaan

“Perjanjian kerja adalah suatu perjanjian dimana pihak yang satu, buruh, mengikat dirinya untuk bekerja pada pihak lain, majikan, selama suatu waktu tertentu dengan menerima upah” (KUH Perdata Pasal 1601)

“Pekerja tenaga kerja yang bekerja didalam hubungan kerja pada pengusaha dengan menerima upah” yang mana hak-haknya perlu dilindungi oleh Negara dan

Pemerintah Republik Indonesia. Sumber hukum pembuatan Perjanjian Kerja antara Pekerja dengan Pemilik Perusahaan, Direktur, atau Kepala Kepegawaian bersumber dari Undang-Undang Hukum Perdata yaitu sebagaimana Pasal 1601 dan Pasal 1338 KUH. Perdata, yang menyatakan:

Pasal 1601 KUH. Perdata “...Perjanjian Kerja adalah Surat Perjanjian dimana Pihak yang satu, Buruh, mengikatkan diri untuk bekerja pada Pihak yang lain, majikan, selama suatu waktu tertentu dengan menerima upah…”

Pasal 1338 KUH. Perdata “…Semua Perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-Undang bagi mereka yang membuatnya, suatu Perjanjian tidak dapat di tarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak atau karena alas an-alasan yang oleh Undang-Undang cukup untuk itu…”

Perjanjian kerja dibuat secara lisan dan/tertulis sesuai dengan ketentuan Undang-Undang. Segala bentuk perjanjian kerja harus selalu disertai dengan Perjanjian Upah dan Hak-hak perlindungan terhadap pekerja. Peraturan Pemerintah Nomor : 8 Tahun 1981 Tentang Perlindungan Upah, Pasal 1 (sub a) menyatakan:

(21)

Page 21 “Upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada buruh untuk sesuatu pekerjaan atau jasa yang telah dilakukan, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu persetujuan kerja antara pengusaha dengan buruh termasuk tunjangan baik untuk buruh sendiri maupun keluarganya”

Pemutusan Hubungan Kerja seharusnya dihindari, dikarenakan pada awalnya perjanjian kerja dilakukan dengan itikad baik oleh Pekerja, Buruh, Karyawan dengan pihak Perusahaan. Perjanjian kerja wajid di lindungi, namun apabila memang harus dilakukan dapat melalui proses hukum yaitu melalui:

1. Perusahaan BUMN atau Swasta lainnya apabila ternyata terjadi pemutusan hubungan kerja, dapat ditangani oleh Peradilan Industri setempat dan juga dapat diajukan gugatan melalui Peradilan Umum yaitu Pengadilam Negeri berdasarkan Surat Perjanjian Kerja untuk di jadikan Sengketa Perdata. 2. Perusahaan berbentuk BUMN atau Non Swasta lainnya, seperti PT.

Telkom, PLN, Bank-Bank Negara, Perusahaan Daerah, apabila ternyata terjadi pemutusan hubungan kerja, dapat ditangani oleh Pengadilan Tata Usaha Negara (UU Nomor 5 Tahun 2009).

Berdasarkan kepada kenyataan yang timbul sehingga terjadi Pemutusan Hubungan Kerja yaitu berlandaskan:

1. Hubungan Kerja yang diputus Demi Hukum; 2. Hubungan Kerja yang diputus oleh Pihak Buruh; 3. Hubungan Kerja yang diputus oleh Pihak Majikan 4. Hubungan Kerja yang diputus Pengadilan

Apapun bentuk pemutusan hubungan kerja hendaknya sesuai Rasa Keadilan dan Perikemanusian untuk menjamin hak-hak Pekerja serta hak-hak Perusahaan., dan lebih baik menempuh jalan secara kekeluargaan dan musyawarah.

(22)

Page 22 Peranan Hukum Kepegawaian sebagai alat Pengaturan dari BUMN dan Perusahaan serta Ketenagakerjaan sesuai dengan Hukum Positif yang berlaku yaitu:

1. Diberlakukannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor: 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara;

2. Diberlakukannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor: 8 Tahun 1997 Tentang Dokumen Perusahaan.

3. Diberlakukannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor: 25 Tahun 1997 Tentang Ketenagakerjaan.

Dari ketiga ketentuan Undang-Undang di atas menampakkan dan merupakan bagian dari Hukum Kepegawaian yang mengatur Peranan BUMN serta Dokumen Perusahaan serta Ketenaga Kerjaan yang melindungi pegawai/perusahaan untuk diberlakukan secara efektif.

(23)

Page 23

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

“Pegawai Negeri adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang setelah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan Negeri atau diserahi tugas Negara lainnya, dan digaji menurut peraturan perundangan-undangan yang berlaku” demikian definisi Pegawai Negeri yang ditetapkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tetang perubahan atas Undang-Undang nomor 8 tahun 1974 tentang pokok-pokok kepegawaian.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tetang pokok-pokok kepegawaian dinyatakan bahwa pegawai negeri terdiri dari:

a. Pegawai Negeri Sipil (PNS)

b. Anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI)

c. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI)

Pengadaan Pegawai Negeri Sipil di atur dalam PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 98 TAHUN 2000 TENTANG PENGADAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

Seorang Pegawai Negeri Sipil harus menaati peraturan perundang-undangan yang berlaku, menjalankan tugas dan kewajiban dengan penuh kesetiaan terhadap Pancasila dan UUD 1945 menjadi aparatur Negara yang bersih dan berwibawa.

Untuk menjamin kelancaran penyelenggaraan, kebijaksanaan manajemen Pegawai Negeri Sipil di bentuk lah Badan Kepegawaian Negara (BKN). BKN bertugas melaksanakan tugas pemerintahan dibidang manajemen Kepegawaian Negara sesuai ketentuan yang berlaku.

(24)

Page 24 Perjanjian kerja dibuat untuk melindung hak-hak pekerja di Indonesia agar tidak terjadi ketidakadilan terhadap pekerja. Sebagai mana yang dijelaskan Pasal 1338 KUH. Perdata “…Semua Perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-Undang bagi mereka yang membuatnya, suatu Perjanjian tidak dapat di tarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak atau karena alas an-alasan yang oleh Undang-Undang cukup untuk itu…”

B. Saran

Sebagai warga Negara Indonesia kita harus mau memahami dan mengamalkan amanat dari Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila agar menjadi penerus bangsa yang hebat. Begitupun dalam hal Kepegawaian, telah ditetapkan oleh Undang-Undang Negara Republik Indonesia segala hal mengenai kepegawaian, mulai dari Pegawai Negeri, BUMN, dan Swasta lainnya. Sudah seharusnya kita memahami hukum-hukum yang berlaku di Negara kita ini agar terciptanya keselarasan antara hak-hak dan kewajiaban kita sebagai Pegawai baik itu Negeri, BUMN, dan Swasta. Jangan hanya menunggu Pemerintah, kita harus bersama-sama mengamalkan amanat dari Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila untuk kesejahteraan kita bersama.

(25)

Page 25

DAFTAR PUSTAKA

Yusuf Asyid , S.H., M.H, Memahami Pemberlakuan Hukum Kepegawaian dan Kewenangan Peradilan Tata Usaha Negara, Bandung 2013 Beserta Lampiran-lampiran:

- UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN (Halaman 133)

- PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9

TAHUN 2003 TENTANG WEWENANG PENGANGKATAN,

PEMINDAHAN, DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL (Halaman 300)

- PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1980 TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL (Halaman 338)

- UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGAKERJAAN (Halaman 365)

Prof. Dr. Miftah Thoha, MPA. Manajemen Kepegawaian Sipil Di Indonesia, Penerbit Kencana Prenada Media Group, Cetakan Kedua, Jakarta 2007

Sastra Djatmika, S.H. dan Drs. Marsono, Hukum Kepegawaian di Indonesia, Penerbit Djambatan, Cetakan kesembilan (Edisi Revisi), Jakarta 1995

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98 TAHUN 2000 TENTANG PENGADAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54/PMK.01/2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 131/PMK.01/2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN KEUANGAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

(26)

Page 26 PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA KEMENTERIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 103 TAHUN 2001 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, KEWENANGAN, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA LEMBAGA PEMERINTAH NON DEPARTEMEN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 98 TAHUN 2000 TENTANG PENGADAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

Referensi

Dokumen terkait

berkaitan dengan lini bisnis tersebut dan laba atau rugi yang diharapkan yang disebabkan pelepasan lini bisnis tersebut akan diklassifikasikan dalam item”Operasi yang

Dari perspektif ekonomi, dampak positif pariwisata yang bisa dicapai dalam memposisikan Cirebon sebagai sentra budaya dan wisata, antara lain: (1) mendatangkan devisa bagi

Kepentingan peningkatan ketepatan waktu tiba di kantor para pegawai Dinas Bina Marga Pemerintah Kota Medan, yang berlokasi di Jalan Pinang Baris Nomor 114-C Medan hal

hadiah merupakan hal yang wajar bagi masyarakat Indonesia, manakah pernyataan di bawah ini yang yang dianggap sebagai suap.. (A) Penerimaan hadiah merupakan hal

Bahan baku minyak jarak pagar yang digunakan di dalam penelitian ini mengandung asam lemak bebas yang tinggi, sehingga proses pembuatan biodiesel juga meliputi tahap

Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam  bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau ketermpilan melalui  pendidikan di bidang

Menyetujui dan menetapkan penggunaan Laba Bersih Perseroan untuk tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2009 yaitu sebesar Rp 2.483.996.484.012 (dua triliun empat

Balai Besar Teknologi Energi ini sangat membantu proses kerja perusahaan dalam mengolah kegiatan-kegiatan administrasi kepegwaian seperti pengolahan data pegawai,