• Tidak ada hasil yang ditemukan

Syarat- syarat adanya hak derivatif dalam perseroan terbatas

PELAKSANAAN HAK PEMEGANG SAHAM DALAM PERSEROAN TERBATAS

A. Syarat- syarat adanya hak derivatif dalam perseroan terbatas

Pasal 97 ayat (6) memberi hak kepada pemegang saham mengajukan gugatan kepada Pengadilan Negeri terhadap anggota direksi yang melakukan kesalahan atau kelalaian dalam menjalankan pelaksanaan pengurusan Perseroan, hak itu timbul apabila kesalahan atau kelalaian itu ,menimbulkan kerugian pada Perseroan, gugatan diajukan pemegang saham atas nama perseroan, bukan atas nama pemegang saham sendiri. Dalam hal ini undang-undang sendiri memberi

kedudukan hukum (legal standing) atau legal persona standi in judicio

menggugat anggota Direksi yang melakukan kesalahan atau kelalaian mewakili Perseroan tanpa memerlukan surat kuasa khusus dari perseroan atau RUPS maupun dari pemegang saham yang lain.

Syarat kuantitas yang harus dipenuhi pemegang saham agar sah memiliki

legal standing atas nama Perseroan menggugat anggota Direksi yang salah atau lalai melakukan pengurusan, harus dipenuhi kuantitas tertentu, yakni pemegang saham mewakili paling sedikit 1/10 (satu persepuluh) bagian dari jumlah seluruh

saham dengan hak suara, kurang dari jumlah tersebut belum sah memiliki legal

standing untuk mengajukan gugatan dan tuntutan terhadap anggota Direksi

dimaksud.101

101

Di Indonesia, syarat timbulnya hak gugat derivatif adalah karena semata-mata adanya kerugian bagi perseroan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kecurangan yang dilakukan oleh direksi terhadap pemegang saham minoritas tidak menimbulkan hak gugat derivatif jika tidak menimbulkan kerugian perseroan, yang ada adalah hak menggugat personal dari pemegang saham saja. Jika

dibandingkan dengan common law system yang yang dianut Inggris, Amerika

Serikat, Australia, dan New Zealand. Yang mensyaratkan adanya fraud on the

minority di samping adanya kerugian bagi korporasi sehingga bisa dilakukan

derivative action.

Di dalam melakukan gugatan derivatif Undang-Undang Perseroan Terbatas juga telah diatur jumlah minimal bagian saham dari pemegang saham minoritas untuk dapat melakukan gugatan derivatif tersebut. Berdasarkan Undang-Undang Perseroan Terbatas, ditentukan bahwa pemegang saham minoritas yang berwenang adalah pemegang saham yang memiliki paling sedikit satu persepuluh bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara. Hal ini berbeda dengan

derivative action dalam common law system yang tidak menentukan batas minimal jumlah saham yang dimiliki pemegang saham minoritas agar dapat

melakukan gugatan derivatif. Sepanjang nyata-nyata terjadi actual fraud terhadap

pemegang saham mayoritas atau merugikan korporasi, maka gugatan akan diproses pengadilan.

Sebenarnya, pengaturan dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas ini dapat dipahami, dimana pembuat undang-undang sepertinya hendak menghindari dan mencegah gugatan derivatif oleh pemegang saham minoritas yang tidak

beritikad baik dan tidak serius, sehingga bertujuan hanya untuk menggangu jalannya pengurusan perseroan. Oleh karena itu, batasan minimal satu persepuluh bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara, oleh pembuat undang-undang dirasakan sebagai jaminan bahwa gugataan derivatif yang dilakukan oleh pemegang saham minoritas adalah dengan itikad baik dan hanya untuk

kepentingan perseroan.102

Unsur yuridis yang utama dari suatu gugatan derivatif adalah sebagai

berikut103

a) Adanya gugatan.

:

b) Gugatan tersebut tentunya diajukan ke pengadilan.

c) Gugatan tersebut diajukan oleh pemegang saham dari perseroan.

d) Pemegang saham mengajukan gugatan untuk dan atas nama perseroan.

e) Pihak yang digugat selain pihak perseroan, biasanya direksi perseroan

tersebut.

f) Sebabnya diajukan gugatan tersebut karena adanya suatu kegagalan dalam

perseroan atau kejadian yang merugikan perseroan yang bersangkutan.

g) Karena diajukan untuk dan atas nama perseroan, maka segala hasil dari

gugatan tersebut menjadi milik perseroan, sungguhpun yang mengajukan gugatan adalah pemegang saham.

102

Feddy harris, Op. Cit., hal. 75-76. 103

Munir Fuady, Doktrin-Doktrin Modern Dalam Corporate Law & Eksistensinya Dalam Hukum Indonesia, Op. Cit., Hal. 75

Salah satu persyaratan lain dari gugatan derivatif, yang sebenarnya merupakan persyaratan klasik adalah bahwa pihak pemegang saham yang menggugat haruslah pemegang saham pada saat perbuatan salah satu tersebut terjadi, yang

disebut dengan contemporaneous ownership. Dengan demikian pihak pemegang

saham yang memegang saham setelah kejadian salah tersebut, tidak berhak mengajukan gugatan derivatif, meskipun dia masih berhak untuk menikmati ganti rugi terhadap perusahaan tersebut, asalkan dia merupakan pemegang saham pada saat putusan pengadilan dijatuhkan. Hal ini dikatakan persyaratan klasik, karena ketentuan-ketentuan tersebut sudah banyak ditinggalkan, misalnya seperti yang terjadi dalam praktek di USA.

Di samping persyaratan klasik tentang contemporaneous ownership

tersebut, persyaratan lain yang umum diberlakukan adalah bahwa pihak pemegang saham yang membawa gugatan ke pengadilan haruslah pemegang saham pada saat dan selama sidang gugatan derivatif tersebut berlangsung. Logika dari ketentuan ini adalah bahwa pihak yang tidak lagi pemegang saham tidak akan

maksimum lagi untuk memperjuangkan hak-hak perusahaan.104

Karena yang mengajukan gugatan derivatif adalah pihak pemegang saham, sedangkan gugatan tersebut ditujukan untuk kepentingan perseroan, maka pihak pemegang saham yang mengajukan gugatan derivatif tersebut disebut dengan

istilah guardian ad litem terhadap perusahaanya. Dalam hal ini, ketika ada

gugatan derivatif tersebut, yang menjadi penggugat atau tergugat umumnya bukan perseroan, sungguhpun ada sistem hukum yang mengharuskan perseroan

104

perusahaan tetap sebagai pihak dalam gugatan tersebut, sehingga pihak perseroan akan menjadi pihak yang hanya bersikap pasif saja, dan baru bereaksi jika ada hal-hal yang bisa merugikan perseroan. Dalam hal-hal seperti ini, pihak perseroan disebut sebagai “tergugat nominal” dengan sedikit kesempatan untuk membela diri, jika dalam berjalannya proses tersebut terdapat hal-hal yang dianggap merugikan perseroan.

Karena pemegang saham penggugat bukan mewakili dirinya sendiri, melainkan mewakili perseroan dalam mengajukan suatu gugatan derivatif, maka terdapat beberapa karakteristik khusus dari suatu gugatan, yaitu sebagai berikut:

a) Sebelum dilakukan gugatan, sejauh mungkin dimintakan (demand) yang

berwenang (direksi) untuk melakukan gugatan untuk dan atas nama perseroan sesuai ketentuan dalam anggaran dasarnya.

b) Pihak pemegang saham yang lain sejauh mungkin dimintakan juga

partisipasinya dalam derivative action, mengingat gugatan tersebut juga

untuk kepentingannya.

c) Harus diperhatikan juga kepentingan stake holder yang lain, pihak pekerja

dan kreditur. Karena itu, bukan hanya pemegang saham penggugat yang

harus didengar oleh pengadilan. Misalnya, dalam adanya settlement di

pengadilan, apabila settelement tersebut cukup layak dan diterima oleh

banyak pihak, pengadilan seyogianya harus mengabulkan settlement

tersebut, meskipun katakanlah pihak pemegang saham penggugat menolaknya.

d) Tindakan penolakan gugatan derivatif berdasarkan alasan ne bis in idem

tidak boleh merugikan kepentingan pihak stake holder yang lain.

e) Harus dibatasi bahkan dilarang penerimaan manfaat oleh pemegang saham

yang ikut terlibat dalam tindakan yang merugikan perseroan terhadap mana gugatan derivatif diajukan, yakni manfaat dari ganti rugi yang diberikan terhadap gugatan derivatif tersebut.

f) Seluruh manfaat yang diperoleh dari gugatan derivatif menjadi milik

perseroan.

g) Sebagai konsekuensinya, maka seluruh biaya yang diperlukan dalam

gugatan derivatif mesti ditanggung oleh pihak perseroan.

Contoh dari gugatan derivatif adalah jika seorang atau lebih pemegang saham mengajukan gugatan untuk memaksa direksi perseroan tersebut mengganti kerugian kepada perseroan atas kesalahannya dalam mentransfer milik perseroan

secara tidak benar.105

105

Munir Fuady, Doktrin-Doktrin Modern Dalam Corporate Law & Eksistensinya Dalam Hukum Indonesia, Op. Cit., Hal. 76

Disamping itu, pihak pemegang saham dapat mengajukan gugatan derivatif, bukan saja terhadap tindakan yang dilakukan direksi/komisaris pada masa pemegang saham (penggugat) tersebut sudah menjadi pemegang saham, melainkan pihak pemegang saham dapat juga mengajukan gugatan derivatif tersebut kepada tindakan-tindakan perseroan yang sudah dilakukan sebelum pihak pemegang saham (penggugat) tersebut masuk ke dalam perusahaan sebagai pemegang saham. Logikanya adalah karena ganti rugi yang akan didapatkan oleh perusahaan akibat adanya wanprestasi dari perusahaan tersebut tidak menjadi milik pemegang saham (penggugat), melainkan menjadi milik

perusahaan. Namun demikian, tidak untuk semua kerugian perusahaan dapat

diajukan gugatan derivatif.106

1. Prinsip Kemandirian Badan Hukum

Seperti telah disebutkan bahwa dalam suatu gugatan derivatif, pihak yang mewakili perseroan untuk mengajukan gugatan adalah pemegang saham, bukan direksi seperti dalam kasus-kasus yang normal. Sehingga, pembedaan antara gugatan derivatif dengan gugatan langsung oleh pemegang saham akan mendapat dukungan dari prinsip-prinsip umum dalam hukum perseroan sebagai berikut:

Sebagaimana diketahui bahwa suatu perseroan terbatas adalah suatu badan hukum. Ini berarti suatu badan hukum, perseroan terbatas memiliki kekayaan yang terpisah dengan kekayaan pribadi dari pemegang saham. Karena itu, terhadap suatu kepentingan perseroan, tidak boleh diajukan gugatan untuk kepentingan pemegang sasham, seperti dalam suatu gugatan langsung oleh pemegang saham.

2. Prinsip Fiduciary Duty dari Direksi

Hukum perseroan kontemporer mengajarkan bahwa kepada direksi

dibebankan tugas yang disebut dengan fiduciary duty. Doktrin fiduciary

duty ini mengharuskan direksi perseroan untuk memimpin perseroan dengan sebaik mungkin dan melindungi sebaik mungkin kepentingan perseroan, yang di dalamnya secara tidak langsung termasuk juga semua

kepentingan stake holder termasuk kepentingan para pemegang saham.

Karena itu, sesuai dengan tugas fiduciary duty ini, seyogiayanya di pundak

106

direksilah terletak kewajiban untuk memperhatikan dengan

sungguh-sungguh kepentingan segenap stake holder, termasuk mewakili perseroan

di pengadilan untuk mewujudkan kepentingan seperti yang menjadi objek gugatan derivatif itu. Bahwa kemudian pihak pemegang saham yang bertindak untuk mewakili perseroan, maka kepada pemegang saham

tersebut pun dibebankan tugas fiduciary duty tersebut.

3. Hak Kreditor Perseroan untuk lebih Didahulukan

Suatu hal yang prinsip dalam perseroan adalah pihak kreditor harus lebih diutamakan daripada pemegang saham. Hal ini kelihatan dengan jelas, misalnya dalam hal pembagian aset-aset perseroan ketika perseroan

tersebut pailit atau dilikuidasi. Seperti juga prinsip subordinated loan dari

pemegang saham dibandingkan dengan loan dari pihak luar perseroan

yang tidak subbordinated itu. Apabila pemegang saham dapat mengajukan

gugatan langsung, yakni gugatan untuk dan atas nama dirinya sendiri, berarti seluruh hasil yang didapatkan dari gugatan derivatif tersebut menjadi milik pemegang saham penggugat tersebut. Namun, dengan dibenarkan diajukannya suatu gugatan derivatif oleh pemegang saham, ini berarti hasil dari gugatan tersebut menjadi milik perseroan, yang dalam hal ini berarti terhadapnya bukan hanya pemegang saham yang berhak, melainkan juga krediturnya.

Karena gugatan derivatif diajukan pemegang saham bukan untuk kepentingannya sendiri, melainkan untuk kepentingan perseroan, maka sudah selayaknya jika seluruh ongkos yang dihabiskan dalam gugatan tersebut harus

ditanggung oleh pihak perusahaan, termasuk fee pengacara. Akan tetapi, prinsip menanggung biaya gugatan oleh perseroan ini hanya layak diberlakukan terhadap putusan-putusan dari gugatan derivatif sebagai berikut:

1) Putusan membawa keuntungan yang substansial bagi perseroan.

2) Putusan memerintahkan direksi atau pegawai lainnya untuk menghentikan

tindakan yang tidak layak bagi perseroan.107

Dalam suatu gugatan derivatif, terdapat para pihak sebagai berikut:

1) Pihak Penggugat;

2) Pihak Tergugat; dan

3) Pihak yang Kepentingannya Diwakili oleh Penggugat.

Berikut ini penjelasan bagi masing-masing pihak tersebut, yaitu sebagai berikut:

1. Pihak Penggugat dalam Gugatan Derivatif

Pihak penggugat dalam suatu gugatan derivatif adalah 1 (satu) atau lebih pemegang saham yang bersangkutan. Agar pemegang saham dapat mengajukan gugatan derivatif, dalam ilmu hukum korporat dikenal apa

yang disebut “doktrin kepemilikan kontemporer” (Contemporary

Ownership Rule).

Yang diajarkan oleh doktrin kepemilikan kontemporer adalah bahwa pemegang saham dari suatu perseroan tidak dapat mengajukan gugatan derivatif kecuali:

107

Munir Fuady, Doktrin-Doktrin Modern Dalam Corporate Law & Eksistensinya Dalam Hukum Indonesia, Op. Cit., hal. 75-79.

a) Jika dia merupakan pemegang saham dari perusahaan tersebut pada saat terjadinya transaksi yang menimbulkan gugatan tersebut.

b) Jika dia menjadi pemegang saham melalui peralihan saham demi

hukum, misalnya karena warisan, dari pemegang saham yang memegang saham pada saat terjadinya transaksi yang menimbulkan gugatan tersebut.

c) Jika dia tidak telah melepaskan sahamnya pada saat gugatan dilakukan.

Tujuan dari diberlakukannya doktrin kepemilikan kontemporer adalah untuk menghindari terjadinya pembelian gugatan. Maksudnya agar jangan ada pihak yang sengaja membeli saham dari suatu perseroan hanya dengan maksud untuk mengajukan gugatan derivatif tersebut. Hal seperti ini dipandang tidak pantas dalam dunia hukum dan dianggap melanggar prinsip-prinsip keadilan.

Konsekuensi-konsekuensi yuridis dari penerapan doktrin kepemilikan kontemporer adalah sebagai berikut:

a) Apabila pemegang saham penggugat mengalihkan sahamnya kepada

pihak lain sementara gugatan derivatifnya masih berlangsung, maka dia kehilangan haknya untuk tetap mempertahankan posisinya selaku penggugat.

b) Dalam hal merger, jika pemegang saham penggugat telah menjual

sahamnya (cash out) dalam rangka merger tersebut, sehingga dia tidak

dia juga kehilangan posisinya selaku penggugat. Sebaliknya, apabila pemegang saham penggugat tetap harus memegang saham dalam perusahaan hasil merger, maka dia tetap dipertahankan haknya sebagai penggugat untuk kepentingan perusahaan hasil merger.

Karena pihak penggugat dalam suatu gugatan derivatif adalah salah satu atau lebih pemegang saham, maka pihak kreditur tidak dapat mengajukan suatu gugatan derivatif. Demikian juga pihak direksi atau pegawai perseroan tidak dapat mengajukan gugatan deivatif. Akan tetapi, ada perbedaan pendapat tentang masalah apakah pemegang

convertible bonds dapat mengajukan gugatan derivatif atau tidak.

2. Pihak Tergugat dalam Gugatan Derivatif

Adapun yang menjadi pihak tergugat dalam suatu gugatan derivatif adalah pihak manapun yang telah merugikan perseroan. Pihak terrgugat tersebut terdiri dari:

a) Pihak ketiga (luar perusahaan)

b) Pihak direksi perseroan

c) Pihak pegawai perseroan selain direksi

d) Pihak pemegang saham mayoritas

3. Pihak yang Kepentingannya Diwakili oleh Penggugat

Pihak yang mempunyai kepentingan dalam gugatan derivatif adalah perseroan itu sendiri, meskipun gugatan tersebut diajukan oleh pemegang sahamnya. Ini yang membedakan gugatan derivatif dengan gugatan langsung

(direct suit), sebab dengan gugatan langsung, pemegang saham yang menjadi penggugat tersebut mewakili bertindak untuk dan atas nama perseroan, maka pihak pemegang saham penggugat tersebut oleh hukum dianggap mempunyai

fiduciary duty terhadap perusahaan maupun terhadap pemegang saham lain yang mempunyai kepentingan yang sama.

Namun demikian, seperti telah disebutkan bahwa karena yang mengajukan gugatan derivatif adalah pihak pemegang saham, sedangkan gugatan tersebut ditujukan untuk kepentingan perseroan, maka pihak pemegang saham yang

mengajukan gugatan derivatif tersebut ddisebut dengan istilah guardian ad litem

terhadap perusahaannya. Dalam hal ini, ketika ada gugatan derivatif tersebut, yang menjadi penggugat atau tergugat umumnya bukan perseroan, sunggunhpun ada sistem hukum yang mengharuskan perusahaan tetap sebagai pihak dalam gugatan tersebut, sehingga pihak perseroan akan menjadi pihak yang hanya bersikap pasif saja, dan baru bereaksi jika ada hal-hal yang bisa merugikan perseroan. Dalam hal

seperti ini, pihak perseroan disebut sebagai “tergugat nominal” (nominal

defendant), dengan sedikit kesempatan untuk membela diri, jika dalam berjalannya proses tersebut terdapat hal-hal yang dianggap dapat merugikan perseroan.

Sering menjadi persoalan yuridis apakah perseroan sebagai tergugat nominal dan direksi mungkin sebagai tergugat, dapat menahan dokumen-dokumen perseroan jika hal tersebut dimintakan oleh pemegang saham penggugat dalam suatu proses gugatan derivatif. Ini persoalan yang dilematis dalam hukum. Sebab, disatu pihak gugatan derivatif sebenarnya juga diajukan untuk kepentingan

perseroan dan direksi dalam posisinya selaku direksi bukan bertindak untuk kepentingan diri sendiri, melainkan harus bertindak untuk kepentingan perseroan. Namun di lain pihak hal tersebut ada terkait dengan masalah hubungan dan informasi kerahasiaan antara pengacara dengan kliennya.

Dalam hal ini, umumnya sektor yuridis mencoba mencari win-win solution,

dengan memperkenankan dan memberikan hak kepada pihak pemegang saham untuk mendapatkan informasi, tetapi dengan batasan-batasan tertentu. Ketentuan yang umum adalah bahwa informasi tersebut baru merupakan haknya pihak pemegang saham manakala informasi yang bersangkutan memang “relevan”

untuk diterimanya. Di Amerika Serikat misalnya, “standar relevansi” terhadap

informasi perseroan untuk dapat diberikan pemegang saham penggugat dalam suatu gugatan derivatif yang sudah diterima secara meluas adalah sebagaimana terdapat dalam kasus yang menjadi pedomannya, yaitu Garner v. Wolfinbarger

(1968). Standar untuk relevansi (untuk mendapatkan goodcause) menurut kasus

tersebut adalah sebagai berikut:

a) Jumlah pemegang saham yang meminta informasi tersebut.

b) Persentase saham yang dimiliki oleh pemegang saham yang meminta

informasi tersebut.

c) Itikad baik dari pemegang saham yang meminta informasi.

d) Sifat dari gugatan tersebut.

e) Sejauhmana informasi yang bersangkutan bagi pemegang saham tersebut.

f) Sejauhmana informasi tersebut dapat diperoleh dari pihak lain di luar

g) Sifat tindakan yang menerbitkan gugatan, misalnya apakah kesengajaan (perdata), kelalaian (perdata), atau perbuatan pidana.

h) Apakah informasi tersebut hanya untuk kepentingan prosedural

semata-mata.

i) Akankah pembukaan informasi tersebut berbahaya bagi perseroan karena

termasuk ke dalam golongan “rahasia dagang”.

j) Apakah informasi tersebut termasuk ke dalam informasi rahasia untuk

keperluan independensi perseroan.

k) Pandangan minoritas dalam keputusan Garner tersebut memberikan

kriteria apakah pemegang saham penggugat dengan gugatannya berusaha

untuk mencari ganti rugi untuk dirinya sendiri atau untuk perseroan.108

Hal-hal yang harus diperhatikan penggugat sehingga gugatan tidak ditangkis oleh tergugat yaitu:

1. Diskualifikasi penggugat

Pada prinsipnya semua pemegang saham oleh hukum diperkenankan untuk mengajukan gugatan derivatif untuk dan atas nama perseroan. Inilah adalah hukum secara umumnya. Akan tetapi, hukum juga harus mempertimbangkan unsur-unsur kepantasan dan keadilan. Karena itu, terdapat beberapa kekecualian dari hukum pada umumnya tersebut. Yakni ada beberapa pemegang saham yang oleh hukum tidak dapat diberikan wewenang untuk dapat mengajukan gugatan derivatif untuk dan atas nama

108

Munir fuady, Doktrin-Doktrin Modern Dalam Corporate Law & Eksistensinya Dalam Hukum Indonesia, Op. Cit., hal. 89-93.

perseroannya. Termasuk di antara pemegang saham yang tidak berhak mengajukan gugatan derivatif adalah sebagai berikut:

a. Pemilik saham bernoda (dirty stock, tainted shares)

Yang dimaksud dengan saham bernoda ini adalah saham yang dipegang oleh pemegang saham di mana pihak pemegang saham tersebut sebenarnya ikut serta atau ikut menyetujui terjadinya transaksi yang menyebabkan diajukannya gugatan derivatif tersebut. Pemegang

saham seperti ini tidak pantas mengajukan derivatif suit.

b. Pernerima transfer saham bernoda

Jika ada pihak yang menerima saham bernoda tersebut, dalam arti dia sendiri tidak terlibat dalam transaksi yang menyebabkan diajukannya gugatan derivatif tersebut, dia juga tidak berhak untuk mengajukan gugatan derivatif, meskipun dia merupakan pihak penerimma transfer yang beritikad baik sekalipun. Sebab, saham tersebut memang tidak bersih (bernoda).

2. Tidak memenuhi persyaratan prosedural

Suatu gugatan derivatif juga dapat dibatalkan karena alasan-alasan tidak terpenuhinya persyaratan prosedural. Termasuk ke dalam alasan prosedural misalnya:

a. Tidak terlebih dahulu memberikan uang jaminan terhadap biaya

perkara di negara yang hukumnya mewajibkan hal yang demikian.

b. Tidak terrlebih dahulu memperingatkan/meminta direksi terlebih

derivatif dilakukan, jika hal tersebut diwajibkan oleh hukum di negara yang bersangkutan. Kecuali jika peringatan/permintaan tersebut tidak mungkin dilakukan, misalnya dalam hal direksi tersebut yang menjadi tergugat karena telah melakukan tindak pidana penipuan atau penggelapan.

c. Tidak terlebih dahulu meminta pemegang saham lainnya untuk ikut

mengajukan gugatan derivatif tersebut, jika hal tersebut diwjibkan oleh hukum di negara yang bersangkutan untuk kewajiban meminta pemegang saham yang lain seperti itu, sistem hukum di Amerika Serikat umumnya mengharuskan kewajiban tersebut, kecuali dalam hal-hal yang memang permintaan tersebut tidak mungkin dilakukan, seperti dalam hal pemegang sahamnya terlalu banyak misalnya, sementara hukum di Inggris umumnya tidak mengharuskan dilakukannya permintaan tersebut.

3. Tangkisan dengan alasan substantif

Banyak alasan yuridis yang bersifat substantif yang dapat diajukan oleh pihak tergugat dalam suatu gugatan derivatif. Misalnya alasan-alasan sebagai berikut:

a. Alasan kadaluwarsa untuk mengajukan gugatan.

b. Alasan Business Judgement Rule dari direksi, yang dalam hal ini

kebijaksanaan dari direksi tidak dapat diuatak-atik oleh siapapun, termasuk oleh pengadilan.

c. Khususnya bagi transaksi yang sifatnya “dapat dibatalkan” (vertietigebaar), “jadi bukan yang batal demi hukum” (nietig) tersedia pula tangkisan dari tergugat bahwa transaksi tersebut telah diratifikasi

oleh direksi atau pemegang saham.109

Didalam gugatan derivatif yang diatur dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas, pengaturan gugatan derivatif sangat bersifat umum. Pasal 97 ayat (6) dan Pasal 114 ayat (6) hanya mensyaratkan bahwa gugatan derivatif dapat dilakukan oleh pemegang saham minimal 10% terhadap direksi/komisaris yang karena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada perseroan. Tidak disyaratkan misalnya gugatan derivatif baru dapat dilakukan jika pihak perusahaan tidak mau mengajukan sendiri gugatannya, sebagai disyaratkan di beberapa negara lain. Undang-Undang Perseroan Terbatas juga tidak memberikan kewenangan kepada pemegang saham untuk mewakili perseroan sebagai tergugat, jika direksi tidak mau mewakilinya. Di samping itu, Undang-Undang Perseroan Terbatas memberikan kewenangan kepada pemegang saham minoritas manakala gugatan tersebut hanya ditujukan kepada direksi atau komisaris saja.

Tertutup kemungkinan jika gugatan ditujukan terhadap pihak-pihak lain, seperti pihak kreditur, pemegang saham mayoritas, dan lain-lain. Sebagaimana

Dokumen terkait