• Tidak ada hasil yang ditemukan

Syarat-syarat Guru

Dalam dokumen Kepribadian Guru (Halaman 128-131)

BAB VI: KUALIFIKASI GURU

B. Syarat-syarat Guru

Dengan kemuliaanya, guru rela mengabdikan diri di desa terpencil sekalipun. Dengan segala kekurangan yang ada guru berusaha membimbing dan membina anak didik agar menjadi manusia yang berguna bagi nusa dan bangsanya di kemudian hari. Gaji yang kecil, jauh dari memadai, tidak membuat guru berkecil hati dengan sikap frustasi meninggalkan tugas dan tanggung jawab sebagai guru. Karenanya sangat wajar di pundak guru diberikan atribut sebagai “pahlawan tanpa tanda jasa”.

Menjadi guru berdasarkan tuntutan hati nurani tidaklah semua orang dapat melakukannya, karena orang harus merelakan sebagian besar dari seluruh hidup dan kehidupannya mengabdi kepada negara dan bangsa guna mendidik anak didik menjadi manusia susila yang cakap, demokratis, dan bertanggungjawab atas pembangunan dirinya dan pembangunan bangsa dan negara.14

Menjadi guru menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat dan kawan-kawan tidak sembarangan, tetapi harus memenuhi beberapa persyaratan seperti di bawah ini:

1) Takwa kepada Allah swt.

Guru, sesuai dengan tujuan ilmu pendidikan Islam, tidak mungkin mendidik anak didik agar bertakwa kepada Allah, jika ia sendiri tidak bertakwa kepada-Nya. Sebab ia seorang teladan bagi anak didiknya sebagaimana Rasulullah saw. menjadi teladan bagi umatnya. Sejauhmana seorang guru mampu memberi teladan yang baik kepada semua anak didiknya, sejauh itu pulalah ia diperkirakan akan berhasil mendidik mereka agar menjadi generasi penerus bangsa yang baik dan mulia.

2) Berilmu

Ijazah bukan semata-mata secarik kertas, tetapi suatu bukti, bahwa pemiliknya telah mempunyai ilmu pengetahuan dan kesanggupan tertentu yang diperlukan untuk suatu jabatan. Guru

pun harus mempunyai ijazah agar ia diperbolehkan mengajar. Kecuali dalam keadaan darurat, misalnya jumlah anak didik sangat meningkat, sedang jumlah guru jauh dari mencukupi, maka terpaksa menyimpang untuk sementara, yakni menerima guru yang belum berijazah. Tetapi dalam keadaan normal ada patokan bahwa makin tinggi pendidikan guru makin baik pendidikan dan pada gilirannya makin tinggi pula derajat masyarakat.

3) Sehat Jasmani

Kesehatan jasmani kerapkali dijadikan salah satu syarat bagi mereka yang melamar untuk menjadi guru. Guru yang mengidap penyakit menular umpamanya, sangat membahayakan kesehatan anak-anak. Di samping itu, guru yang berpenyakit tidak akan bergairah mengajar. Kita kenal ucapan “mens sana in corpon

sano”, yang artinya dalam tubuh yang sehat terkandung jiwa yang

sehat. Walaupun pepatah itu tidak benar secara keseluruhan, akan tetapi kesehatan badan sangat mempengaruhi semangat bekerja. Guru yang sakit-sakitan kerapkali terpaksa absen dan tentunya merugikan anak didik.

4) Berkelakuan Baik

Budi pekerti guru penting dalam pendidikan watak anak didik. Guru harus menjadi teladan, karena anak-anak bersifat suka meniru. Di antara tujuan pendidikan yaitu membentuk akhlak yang mulia pada diri pribadi anak didik dan ini hanya mungkin bisa dilakukan jika pribadi guru berakhlak mulia pula. Guru yang tidak berakhlak mulia tidak mungkin dipercaya untuk mendidik. Yang dimaksud akhlak mulia dalam ilmu pendidikan Islam adalah akhlak yang sesuai dengan ajaran islam, seperti dicontohkan oleh pendidik utama, Nabi Muhammad saw. Di antara akhlak mulia guru tersebut adalah mencintai jabatannya sebagai guru, bersikap adil terhadap semua anak didiknya, berlaku sabar dan tenang, berwibawa, gembira, bersifat manusiawi, bekerjasama dengan guru-guru lain, bekerjasama dengan masyarakat.

Di Indonesia untuk menjadi guru diatur dengan beberapa persyaratan, yakni berijazah, profesional, sehat jasmani dan rohani,

takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan kepribadian yang luhur, bertanggungjawab, dan berjiwa nasional.15

Soejono menyatakan bahwa syarat guru adalah sebagai berikut: 1) Tentang umur, harus sudah dewasa.

Tugas mendidik adalah tugas yang amat penting karena menyangkut perkembangan seseorang, jadi menyangkut nasib seseorang. Oleh karena itu, tugas itu harus dilakukan secara bertanggungjawab. Itu hanya dapat dilakukan oleh orang yang telah dewasa; anak-anak tidak dapat dimintai pertanggungjawaban. Di negara, seseorang dianggap dewasa sejak ia berumur 18 tahun atau dia sudah kawin. Menurut ilmu pendidikan adalah 21 tahun bagi lelaki dan 18 tahun bagi perempuan. Bagi pendidik asli, yaitu orang tua anak, tidak dibatasi umur minimal; bila mereka telah mempunyai anak, maka mereka boleh mendidik anaknya. Dilihat dari segi ini, sebaiknya umur kawin ialah 21 bagi lelaki dan minimal 18 bagi perempuan. 2) Tentang kesehatan, harus sehat jasmani dan rohani.

Jasmani yang tidak sehat akan menghambat pelaksana pendidikan, bahkan dapat membahayakan anak didik bila mempunyai penyakit menular. Dari segi rohani, orang gila berbahaya juga bila ia mendidik. Orang idiot tidak mungkin mendidik karena ia tidak akan mampu bertanggungjawab.

3) Tentang kemampuan mengajar, ia harus ahli.

Ini penting sekali bagi pendidik, termasuk guru. Orang tua di rumah sebenarnya perlu sekali mempelajari teori-teori ilmu pendidikan. Dengan pengetahuannya itu diharapkan ia akan lebih berkemampuan menyelenggarakan pendidikan bagi anak-anaknya di rumah. Sering kali terjadi kelainan pada anak didik disebabkan oleh kesalahan pendidikan di dalam rumah tangga.

4) Harus berkesusilaan dan berdedikasi tinggi.

Syarat ini amat penting dimiliki untuk melaksanakan tugas-tugas mendidik selain mengajar. Bagaimana guru akan memberikan

contoh-contoh kebaikan bila ia sendiri tidak baik perangainya? Dedikasi tinggi tidak hanya diperlukan dalam mendidik selain mengajar; dedikasi tinggi diperlukan juga dalam meningkatkan mutu mengajar.16

Persyaratan menjadi guru yang penting adalah (1) persyaratan personal, (2) persyaratan kompetensional, dan (3) persyaratan profesional. Sehingga seseorang yang telah memenuhi persyaratan itu seharusnya kepadanya berhak untuk diberikan sertifikat guru.17

Pola yang digunakan oleh penyusun Undang-undang guru 2006 tampaknya menggunakan pola pendidikan dokter, melalui Sarjana Kedokteran. Wacana untuk mencapai sarjana kedokteran adalah wacana akademik, sedangkan untuk menjadikan dokter disaratkan sarjana kedokteran itu kerja praktek klinik di rumah sakit untuk mempelajari kasus berbagai macam penyakit dan cara pengobatannya.

Di bidang guru, sarjana keguruan dicapai apabila calon guru telah mencapai tingkat kualifikasi keguruan, dan menurut UU Guru 2006 setelah 2 tahun bekerja di klinik pendidikan, kepada mereka baru diberikan sertifikat guru. Pertanyaannya adalah apakah filsafat profesi kedokteran sama dengan filsafat profesi keguruan?

Untuk menjadi guru diperlukan dua hal ialah (1) syarat kompetensi baik pedagogik maupun bidang studi, (2) syarat pendidikan profesi keguruan. Artinya calon guru yang telah mempelajari kompetensi pedagogik, kompetensi bidang studi dan kompetensi professional, maka seharusnya kepadanya berhak untuk diberikan sertifikat guru.18

Dalam dokumen Kepribadian Guru (Halaman 128-131)