• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu

B. Kerangka Teoritik

10. Syarat-Syarat Murabahah

Menurut Wiroso (2005:17-18) dalam murabahah

dibutuhkan beberapa syarat, antara lain:

1. Mengetahui harga pertama (Harga Pembelian).

Pembeli kedua hendaknya mengetahui harga pembelian karena hal itu adalah syarat sahnya transaksi jual beli. Syarat ini meliputi semua transaksi yang terkait dengan murabahah, seperti pelimpahan wewenang (tauliyah), kerja sama (isyak) dan kerugian (wadhi’ah), karena semua transaksi ini berdasarkan pada harga pertama yang merupakan modal. Jika tidak diketahui hingga keduanya meninggalkan tempat tersebut, maka gugurlah transaksi itu.

2. Mengetahui besarnya keuntungan

Bank Syariah dan nasabah harus mengetahui besarnya keuntungan, karena merupakan bagian dari harga (tsaman), sedangkan mengetahui harga adalah syarat sahnya jual beli. 3. Modal hendaklah berupa komoditas yang memiliki sama

dan sejenis, seperti benda-benda yang ditukar, ditimbang dan dihitung. Syarat ini diperlukan dalam murabahah dan tauliyah, baik ketika jual beli dilakukan dengan penjual pertama atau orang lain. Serta baik keutungan dari jenis harga pertama atau bukan. setelah jenis keutungan

41

disepakati berupa sesuatu yang diketahui ketentuanya, misalkan dirham ataupun yang lainnya.

4. Sistem murabahah dalam harta riba hendaknya tidak menisbatkan sebab, riba tersebut terhadap harga pertama seperti membeli barang yang ditukar atau ditimbang dengan barang sejenis dengan takaran yang sama, maka tidak boleh menjualnya dengan sistem murabahah. Hal semacam ini tidak diperbolehkan karena murabahah adalah jual beli dengan harga pertama dengan adanya tambahan.

5. Transaksi pertama haruslah sah secara syaraa’ Jika

transaksi pertama tidak sah, maka tidak boleh dilakukan jual beli secara murabahah, karena murabahah adalah jual beli dengan harta pertama disertai tambahan keutungan. 11.Aplikasi Murabahah

Menurut Wiroso (2002:56) murabahah memiliki beberapa aplikasi antara lain sebagai berikut:

a. Pengadaan Barang

Transaksi ini yang dilakukan oleh bank syariah dengan prinsip jual beli murabahah, seperti misalnya kebutuhan sepeda motor untuk pegawai, kebutuhan barang investasi untuk pabrik dan sejenisnya.

Penyediaan barang persediaan untuk modal kerja dapat dilakukan dengan prinsip jual beli murabahah, namun transaksi ini hanya sekali putus, bukan berupa uang tidak tepat mempergunakan prinsip jual beli murabahah ini. Transaksi modal kerja ini baik penyediaan modal kerja

barang maupun modal kerja uang lebih tepat

mempergunakan prinsip mudharabah atau musyarakah.

c. Renovasi Rumah (pengadaan material renovasi rumah)

Dalam renovasi rumah yang diperjual belikan adalah bata merah, genteng, kayu, paku,cat dan bahan bangunan lainnya dan pembelian bangunan ini pun hanya sekali putus, tidak satu dilakukan berulang-ulang. Dalam renovasi rumah lebih tepat mempergunakan prinsip istishna, karena dalam istishna bank dapat menyediakan bahan baku, tenaga kerja, dan sabagainya.

12. Kentuan-Ketentuan Murabahah

Dalam melaksanakan transaksi murabahah, ketentuan atau aturan yang perlu diperhatikan yaitu ketentuan dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional dan Ketentuan Bank Indonesia yang tercantum dalam peraturan Bank Indonesia maupun Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI).

43

a. Nomor 4/DSN-MUI/IV/2000 tanggal 1 April 2000 tentang

murabahah,

b. Nomor 14/DSN-MUI/IX/2000 tanggal 16 September 2000

tentang Uang Muka Dalam Murabahah,

c. Nomor 16/DSN-MUI/IX/2000 tanggal 16 September 2000

tentang Diskon Dalam Murabahah,

d. Nomor 17/DSN-MUI/IX/2000 tanggal 16 September 2000

tentang sanksi atas nasabah maupun yang menunda-nunda pembayaran, dan

e. Nomor 23/DNS-MUI/III/2002 tanggal 28 Maret 2002 tentang potongan pelunasan dalam murabahah.

2. Al-Qur’an

a. “ hai orang – orang yang beriman! Janganlah kalian saling memakai (mengambil) harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan peniagaan yang berlaku dengan sukarela diantaramu… (QS An-Nisa [4]: 275).

b. “ Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…” (QS Al – Baqarah [2]:275).

c. “ Hai yang yang beriman! Penuhilah akad – akad itu… (QS Al-Maidah [5]:1).

d. “ Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai ia berkelapangan… (QS Al-Baqarah [2]:280).

3. Al-Hadits

a. Hadits Nabi dari Abu Said Al-Khudri, dari Abu Said Al-Khudri

bahwa Rasulullah SAW bersabda, “ sesunguhnya jual beli itu harus dilakukan suka saa suka”. (HR Al-Baihaqi dan Ibnu Majah, dan dinilai shahih oleh Ibnu Hibban).

b. Hadits Nabi riwayat Ibnu Majah, Nab SAW bersabda, “ ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli tidak secara tunai, muqaradah (mudharabah), dan mencampur ganduan dan jewawut untuk kepentingan rumah tangga, bukan untuk dijual”(HR Ibnu Majah dari Shuhaib).

4. Kaidah Fikih

Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya.

Sedangkan aturan-aturan tentang murabahah tercantum dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 tanggal 1 April 2000 tentang murabahah (Wiroso, 2005:45-47). 13. Landasan Syariah Murabahah

Dalam daftar istilah buku himpunan fatwa DSN (Dewan Syariah Nasional) dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan murabahah adalah menjual suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai laba. Sedangkan dalam PSAK 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah paragrap 52 dijelaskan bahwa murabahah adalah jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.

Dalam beberapa kitab fikih, menurut Bahjatullah (2011) murabahah merupakan salah satu dari bentuk jual beli yang bersifat amanah. Jual beli ini berbeda dengan jual beli musawwamah (tawar

45

menawar). Murabahah terlaksana penjual dan pembeli berdasarkan harga barang, harga asli pembelian penjual yang diketaui oleh pembeli dan keuntungan pun diberitahukan kepada pembeli, sedangkan musawwamah adalah transaksi transaksi antara penjual dan pembeli dengan suatu harga tanpa melihat harga asli barang. Jual-beli yang juga termasuk amanah adalah jual beli wadi’ah, yaitu menjual kembali dengan harga rendah (lebih kecil dari harga asli pembeli). Jaul beli

wadi’ah terlaksana apabila nilai barang turun dari harga asli. Namun

apabila menjual dengan harga sama dengan harga pembelian, maka disebut jual beli tauliyah.

Dokumen terkait