i
ANALISIS MARGIN KEUNTUNGAN PEMBIAYAAN
MANFAAT DI BMT TARUNA SEJAHTERA
TENGARAN KAB. SEMARANG
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah (A.Md.E.Sy)
Di susun oleh:
ANDRI ASTI
NIM 20112042
JURUSAN D III PERBANKAN SYARIAH
FALKUTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
v MOTTO
Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat.
Dan (salat) itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yan khusyuk,
yaitu mereka yakin, bahwa meraka akan menemukan Tuhannya, dan bahwa
PERSEMBAHAN
Penulisan penelitian ini saya persembahkan kepada ...
Ayahanda SUTOMO dan Ibunda SITI RUKAYAH
Saudara tersayang Ilham Yasri (Istri Ni Wayan Yuyun), Eka Rinasih (Suami Absor), Tri Indiastuti (Suami Tato), Alfiah (Suami Hari) , Nur Samsiyah, Ahmad
Kadir, Ahmad Istofa
Keluarag Basar Saya di Lampung
Sahabat-Sahabat Perjuangan DIII PS di IAIN Salatiga
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Robb semesta alam yang telah memberikan
rahmat, dan kemudahan dalam mengerjakan Tugas Akhir ini hingga akhir.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurah Nabi Muhammad SAW, Nabi yang
mewakili akhlak paling sempurna, Nabi yang kelak kita harapkan syafaat-nya di
yaumil akhir.
Penelitian ini membahas tentang perkembangan pembiayaan murabahah
dan penentuan margin keuntungan di BMT Taruna Sejahtera Tengaran. Penelitian
ini diharapkan dapat membantu BMT Taruna Sejahtera tengaran untuk
meningkatkan dan memperhatikan, dalam perkembangan pembiayaan dan
keuntungan yang ditetapkan. Agar nasabah puas akan opersional yang sedang
berjalan di BMT Taruna Sejahtera Tengaran.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir masih jauh dari kata sempurna,
mengingat keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki penulis. Semoga hasil
penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih banyak kepada:
1. Bapak Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd,selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Dr. Anton Bawono.,M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam IAIN Salatiga.
3. Bapak Ahmad Mifdlol Muthohar, Lc.,M.Si. selaku Ketua Jurusan D3
4. Ibu Hikmah Endraswati, S.E., M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan dan sabar dalam membimbing dan mengajarkan hingga
penulisan tugas akhir selesai.
5. Kedua orang tuaku, Bapak Sutomo dan Ibu Siti Rukayah yang telah
mendidik ilmu pengalaman, dan tiada henti terus memberikan perhatiaan
pada hal-hal kecil dan saudara-saudari tersayang Eka Rina, Ilham Yasri,
Tri Indiastuti, Alfiah, Nur Samsiyah, Ahmad Akbar, Ahmad Istofa yang
selalu mendoakan keberhasilanku.
6. Dosen-dosen IAIN Salatiga Falkutas FEBI yang telah memberikan
ilmunya kepada saya selama saya menenpuh pendidikan di IAIN Salatiga,
hingga saya mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan pengalaman.
7. Sahabat-sahabat DIII FEBI angkatan 2012 terbaik yang selama ini
berjuang bersama untuk menyelesaikan tugas akhir ini, dan terima kasih
untuk teman-teman lampung yang sudah memberikan semangat dalam
penyusunan tugas akhir.
Salatiga, 10 Agustus 2015 Penyusun
ix
ABSTRAK
Asti, Andri. 2015. Analisis Margin Keuntungan Pembiayaan Manfaat Di BMT Taruna Sejahtera Tengaran Kab. Semarang. Tugas Akhir Program D III. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
BMT Taruna Sejahtera Tengaran Kab. Semarang yaitu lembaga keuangan mikro syariah yang menggunakan prinsip syariah dalam menjalankan kegiatan usahanya. Pembiayaan Manfaat adalah pembiayaan fasilitas pembiayaan guna memenuhi kebutuhan modal anggota untuk usaha produktif maupun konsumtif yang dikelola secara halal sesuai syariah dengan akad murabahah dan Qordul Hasan.
Penelitian ini menggunakan tipe pendekatan deskriptif, yaitu untuk suatu penyelidikan yang bertujuan untuk menggambarkan kondisi atau mengembangkan suatu keadaan. Adapun data yang diperoleh dari data primer dan sekunder. Data primer berupa sumber data yang langsung diberikan kepada pihak BMT Taruna Sejahtera, sedangkan data sekunder diperoleh dari buku, brosur, buku pedoman opersional BMT, internet dan buku perpustakaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam perkembangan penyaluran dana atau pembiayaan manfaat pada tahun 2014 mengalami peningkatan yang cukup baik, dan perkembangan yang tinggi terdapat pada bulan Desember 2014 yaitu sebesar Rp. 26.117.500,- dengan growth sebesar 0.399.885,-. Dan untuk penentuan margin keuntungan pembiayaan manfaat BMT Taruna Sejahtera dengan melihat harga pasar saat ini, artinya dalam menentukan standarisasi margin keuntungan melihat margin yang berlaku di pasar yang masih berlaku.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
SURAT PERSETUJUAN TUGAS AKHIR ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
F. Sistematika Penulisan ... 13
BAB II LANDASAN TEORI 1. Penelitian Terdahuluan... 15
2. Kerangka Teoristik ... 17
xi
2. Jenis-Jenis Pembiayaan ... 18
3. Bentuk Pembiayaan ... 21
4. Unsur-Unsur Pembiayaan ... 22
5. Prinsip-Prinsip Pemberian Pembiayaan ... 23
6. Aspek-Aspek dalam Penilaian Pembiayaan ... 27
7. Prosedur Pemberian Pembiayaan ... 31
8. Produk-Produk Pembiayaan ... 34
9. Pembiayaaan Murabahah... 37
10.Syarat-Syarat Pembiayaan Murabahah ... 40
11.Aplikasi Pembiayaan Murabahah ... 42
12.Ketentuan-Ketentuan Pembiayaan Murabahah ... 43
13.Landasan Syariah Murabahah ... 45
14.Aspek Teknis Pembiayaan Murabahah ... 46
15.Aspek Administrasi ... 47
16.Skema Teknis Penyaluran Dana Murabahah ... 48
17.Perhitungan Margin Pembiayaan Murabahah ... 49
BAB III GAMBARAN UMUM BMT TARUNA SEJAHTE TENGARAN 1. Sejarah Berdirinya BMT Taruna Sejahtera ... 55
2. Visi dan Misi ... 57
3. Pendiri BMT Taruna Sejahtera ... 58
4. Struktur Organisasi ... 60
5. Tugas dan Wewenang ... 61
7. Prospek dan Hambatan ... 73
8. Data-Data Diskriptif ... 74
BAB IV ANALISIS 1. Tingkat Perkembangan Pembiayaan Manfaat ... 76
2. Penerapan Akad Pembiayaan Manfaat... 81
3. Penetapan Plafon dan Jangka Waktu Pembiayaan Manfaat ... 81
4. Ketentuan-Ketentuan dan Besarnya Margin Pembiayaan Manfaat ... 83
5. Analisis Margin Keuntungan Pembiayaan Manfaat ... 87
BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan ... 89
2. Saran ... 89
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perkembangan Pembiayaan dan Simpanan Tahun 2014 ... 7
Tabel 3.1 Perkembangan Nasabah Tabungan ... 74
Tabel 3.2 Perkembangan Nasabah Pembiayaan... 74
Tabel 3.3 Perkembangan Margin Keuntungan Pembiayaan ... 75
Tabel 4.1 Perkembangan Pembiayaan Manfaaat Tahun 2014 ... 76
Tabel 4.2 Ketentuan Plafon Pembiayaan Manfaat di BMT ... 82
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Struktur Organisasi BMT Taruna Sejahtera Menyeluruh ... 60
Gambar 3.2 Struktur Organisasi BMT Taruna Sejahtera Tengaran ... 61
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan Negara yang sebagian besar penduduknya
beragama Islam. Masyarakat muslim Indonesia yang memegang teguh
prinsip syari’ah tentunya mengharapkan hadirnya lembaga keuangan yang
dijalankan berdasarkan etika Islam. Hadirnya lembaga ini, diharapkan
masyarakat muslim Indonesia dapat menjalankan kegiatan muamalah
yang berkaitan dengan aktifitas lembaga keuangan secara halal (Fikriyah,
2012:1).
Tujuan utama pendirian lembaga-lembaga keuangan syariah yang
dilandaskan etika Islam ini adalah membangun nasional Indonesia untuk
tercapai terciptanya masyarakat adil dan makmur berdasarkan demokrasi
ekonomi, dikembangkan sistem ekonomi yang berdasarkan nilai keadilan,
kebersamaan, pemerataan, dan kemanfaatan yang sesuai dengan prinsip
syari’ah (Zubairi, 2009:259). Salah satu lembaga keuangan mikro islam
yang lahir adalah Baitul Maalwat Tamwil (BMT).
BMT merupakan lembaga keuangan mikro yang terdiri dari dua
istilah, yaitu Baitul Maal dan Baitul Tamwil. Baitul Ma lebih mengarah
pada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang bersifat
non-profit, seperti: zakat, infaq dan shodaqah. Baitul Tamwil diartikan sebagai
usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang bersifat komersial.
lembaga pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil dengan
berlandaskan Islam (Huda dan Heykal, 2010:363).
Eksistensi BMT sebagai salah satu lembaga keuangan syariah non
Bank menunjukkan perkembangan yang positif. Hal ini terlihat dengan
semakin banyaknya keberadaan BMT di Indonesia. Pada tahun 1992,
hanya terdapat satu BMT. Sedangkan saat ini sudah terdapat ribuan BMT
yang tersebar di Indonesia (Arifin, 2000:134). Hal inilah yang
mengindikasikan bahwa masyarakat muslim sangat membutuhkan
lembaga keuangan swadaya masyarakat yang beroperasi sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah.
Menurut Rahmaniar (2010:147) landasan utama lembaga keuangan
syariah secara umum dalam segala operasinya harus menghindari hal-hal
yang dilarang dalam konsep ekonomi Islam, yaitu harus menghindari
riba (bunga), gharar (ketidak jelasan), maisir (judi) dan hal-hal yang
secara tegas dilarang dalam setiap transaksi syariah. Prinsip itulah yang
menjadi sahnya kontrak dalam setiap transaksi pada lembaga keuangan
syariah termasuk transaksi pada lembaga keuangan mikro syariah.
Pada umumnya, produk-produk yang ditawarkan oleh lembaga
keuangan mikro syariah diantaranya produk penyaluran dana (financing),
produk penghimpunan dana (funding), dan produk jasa (service). Produk
penyaluran dana atau pembiayaan dapat dibedakan berdasarkan tujuan
penggunaannya, yakni pembiayaan dengan prinsip jual-beli, pembiayaan
3
pembiayaan dengan akad pelengkap (Karim, 2004:87). Untuk produk
penghimpunan dana hanya menggunakan dua prinsip, yakni dengan
prinsip wadi’ah dan prinsip mudharabah. Menurut Rahmawaty (2007:188)
ternyata dalam kenyataannya pembiayaan dengan prinsip jual-beli
(murabahah) paling banyak diterapkan dalam perbankan maupun lembaga
keuangan mikro syariah dibanding dengan pembiayaan dengan prinsip
lainnya meskipun masih ada produk lembaga keuangan yang ditawarkan
yaitu pembiayaan berbasis profit loss sharing (LPS) seperti Mudharabah
dan Musyarakah.
Jaul Beli Murabahah menurut Fuqaha sebagai penjualan barang
seharga biaya/harga pokok (cost) barang tersebut ditambah mark-up atau
margin keuntungan yang disepakati. Karakteristik murabahah adalah
bahwa penjual harus memberitahu pembeli mengenai harga pembelian
produk dan pernyataan jumalah keuntungan yang ditambahkan pada biaya
(cost) tesebut (Wiroso, 2005:13).
Namun konsep murabahah pada lembaga keuangan syariah juga
sempat mendapat kritikan oleh kalangan ulama. Salah satu kritikan yang
muncul adalah bahwa pada penerapan murabahah dalam lembaga
keuangan mikro syariah yang tetap mempraktekkan pembebanan bunga
dengan menggunakan label produk islam (Rahmawaty, 2007:189).
Muhammad (2005:145) berpendapat bahwa antara mark-up dalam
murabahah pada perbankan syariah dan bunga dalam pinjaman kredit
menjadi salah satu alasan kenapa masyarakat menyamakan praktek
pembiayaan murabahah dengan pemberian kredit pada bank konvensional.
Menurut Karim (2011:206) salah satu aspek penting yang harus
diperhatikan dalam akad murabahah adalah tambahan mark-up
(keuntungan) yang disepakati, bahwa di dalam penetapan tingkat margin
akad pembiayaan murabahah di lembaga keuangan syariah harus tidak
hanya menggunakan rujukan suku bunga bank konvensional. Lembaga
keuangan syariah dalam menjalankan operasionalnya masih terdapat unsur
ribawi dalam proses penentuan harga jual murabahah, yakni masih
merujuk (benchmarking) pada suku bunga yang terdapat di perbankan
konvensional, meskipun dilakukan secara tidak langsung.
Nuryadin (2007) berpendapat penentuan harga jual dan tingkat
margin yang jelas pada akad murabahah merupakan hal penting karena
untuk menghindari adanya ketidakadilan pada satu pihak, harga harus
ditentukan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan keadilan bagi
kedua belah pihak, yakni pihak penjual dan pihak pembeli. Harga yang
dapat memberikan keadilan bagi kedua belah pihak adalah yang tidak
memberikan keuntungan di atas normal atau tingkat kewajaran bagi
penjual dan harga yang telah disetujui oleh pihak penjual dan pembeli.
Menurut Bahjatullah (2011:298) penentuan margin keuntungan
murabahah, sendiri merupakan salah satu elemen penting dalam akad
pembiayaan murabahah yang menjadikannya berbeda dengan transaksi
5
marginyang sesuai, akan membawa keuntungan dan kerelaan bagi kedua
belah pihak, yakni pembeli dan penjual. Penetapan margin keuntungan
juga dapat dilakukan dengan cara Rasullah SAW ketika berdagang, cara
ini dapat dipakai sebagai salah satu metode bank syariah dalam
menentukan harga jual dan margin keuntungan murabahah. Menurut
Nuryadin (2007:225) cara Rasullah SAW dalam menentukan harga
penjualan dan margin keuntungan adalah menjelaskan harga belinya,
berapa biaya yang telah dikeluarkan untuk setiap komoditas dan berapa
keuntungan wajar yang diinginkan. Cara penetapa harga jual tersebut
berdasarkan cost plus mark up. Cost plus mark up adalah biaya tambahan
keuntungan yang diberikan oleh nasabah kepada lembaga keuangan
syariah sesuai dengan kesepakatan dan tidak merugikan salah satu pihak.
BMT “Taruna Sejahtera” adalah salah satu BMT yang berada
di Kabupaten Semarang. BMT “Taruna Sejahtera” telah mendapatkan
pengesahan Akte Perubahan Badan Hukum
No.019/BH/PAD/KDK/11.1/2000 tanggal 18 Febuari 2000. Produk
yang ditawarkan BMT “Taruna Sejahtera” Tengaran diantaranya adalah
produk penghimpunan dan meliputi produk Simpanan Amanah, produk
Simpanan Berkah dan produk Simpanan Berkah Plus. Produk penyaluran
dana meliputi produk Pembiayaan Manfaat. BMT “Taruna Sejahtera”
Cabang Tengaran merupakan lemabaga keuangan mikro syariah salah satu
cabang BMT “Taruna Sejahtera” di antara beberapa cabang-cabang yang
tahun yakni tahun 2014. Produk yang ditawarkan pun berupa simpanan
berkah, simpanan amanah, simpanan berkah plus, dan pembiayaan
manfaat.
Dari beberapa produk yang telah ditawarkan oleh BMT “Taruna
Sejahtera” Tengaran produk pembiyaan manfaat dengan akad murabahah
(Ba’i Bitman Ajil) dan Qordul Hasan merupakan produk penyaluran dana
(financing) yang memiliki perkembangan yang cukup meningkat selama
satu tahun terahir dapat dilihat bahwa posisi perkembangan usaha
tabungan berkah dan amanah dan pembiayaan manfaat pada BMT “Taruna
Sejahtera” Tengaran dengan melihat Tabel 1.1 berikut ini:
Tabel 1.1 Perkembangan Pembiayaan dan Simpanan Tahun 2014
Bulan Pembiayaan Manfaat Simpanan Berkah &
Amanah
Sumber: BMT Taruna Sejahtera Tengaran
Berdasarkan penjelasan latar belakang masalah dan data yang
diperoleh oleh penulis tersebut, maka dalam akad murabahah semestinya
dalam penentuan margin keuntungan harus menghindari ketidakadilan
pada satu pihak (pembeli) dan dalam perhitungannya dengan tidak
7
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya,
yaitu Hj. Sri Wahyuni, Dian Pranata Citra, dan Astri Arumdhani yang
telah melakukan penelitian di perbankan syariah bahwa dalam penentuan
margin keuntungan pembiayaan murabahah dalam perbankan syariah
yang ada, suku bunga pada bank konvensional berpengaruh terhadap
penentuan margin pembiayaan murabahah. Berbeda dengan penelitian
yang telah dilakukan oleh penyusun Tugas Akhir di BMT Taruna
Sejahtera, penelitian ini berbeda objek, tujuan dan metode penelitian.
Objek sebelumnya yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya
kebanyakan dari perbankan syariah dan untuk penelitian sekarang yaitu
objeknya berada di Lembaga Keuangan Mikro Syariah yaitu BMT Taruna
Sejahtera dan tujuan penelitian untuk mengetahui tingkat perkembangan
dan penentuan margin pembiayaan manfaat, sedangkan peneliti dahulu
bertujuan mengetahui pengaruh penentuan margin dan untuk metode yang
digunakan peneliti terdahulu menggunakan kuantitatif sedangkan
penelitian sekarang menggunakan metode kualitatif diskriptif, maka dari
itu penulis ingin melakukan penelitian pada BMT Taruna Sejahtera.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “ANALISIS MARGIN KEUNTUNGAN
PEMBIAYAAN MANFAAT DI BMT “TARUNA SEJAHTERA”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis
akan merumuskan beberapa pokok masalah yang akan menjadi
pembahasan dalam Tugas Akhir ini. Adapun pokok permasalahan tersebut
adalah:
1. Bagaimana Tingkat Perkembangan Pembiayaan Manfaat di BMT
“Taruna Sejahtera” Tengaran Kab. Semarang?
2. Bagaimana Penentuan Margin Keuntungan Pembiayaan Manfaat di
BMT “Taruna Sejahtera” Tengaran Kab. Semarang?
C. Tujuan dan Kegunaan 1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui Tingkat Perkembangan Pembiayaan Manfaat di
BMT “Taruna Sejahtera” Tengaran Kab. Semarang.
b. Untuk mengetahui Penentuan Margin Pembiayaan Manfaat di
BMT “Taruna Sejahtera”Tengaran Kab. Semarang.
2. Kegunaan
Kegunaan penulisan ini adalah:
a. Memberikan pengetahuan Penentuan dan Perkembangan
Pembiayaan Manfaat di BMT “Taruana Sejahtera”Tengaran Kab.
Semarang.
9
c. Bagi masyarakat, dapat dijadikan sebagai tambahan pengetahuan
mengenai pembiayaan yang berprinsip akad murabahah.
d. Guna memehuni tugas akhir pada program studi DIII perbankan
syariah IAIN Salatiga.
e. Bagi BMT, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam
penentuan margin pembiayaan pada masyarakat banyak.
D. Penegasan Istilah 1. Analisis
Adalah menyelidiki suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb)
untuk mengetahui apa sebab-sebabnya, bagaimana duduk perkaranya
tesebut. Dan menganalisis adalah menyelidiki dengan menguraikan
bagian-bagiannya (Poerwadarminta, 2003: 37).
2. Margin (Keuntungan)
Margin keuntungan adalah persentase tertentu yang diterapkan per
tahun perhitungan margin keuntungan secara harian, maka jumlah hari
dalam setahun ditetapkan 360 hari, perhitungan margin keuntungan
secara bulanan, maka selama setahun ditetapkan 12 bulan (Karim,
2010:280).
3. BMT Taruna Sejahtera
Lembaga keuangan yang ada di Jawa Tengah Kab. Semarang. Pada
tahun 1998 berfokus terhadap usaha simpan pinjam dengan system
syariah yang bertujuan untuk memberikan pelayanan usaha simpan
pelayanan penguatan modal usaha mikro. BMT “Taruna Sejahtera”
telah mendapatkan pengesahan Akte perubahan Badan Hukum
No.019/BH/PAD/KDK/11.1/II/2000 tanggal 18 Febuari 2000. Dengan
menerapkan IMS (Incentive Management System), perubahan sistem
akuntansi dengan mengimplementasikan aplikasi Core Banking IBS
Real time serta memperluas jaringan kerja. Hingga 2011 perubahan
asset yang semula pada awal tahun 2011 sebesar 1 Miliyar menjadi 14
Miliyar di bulan Mei 2014.
4. Pembiayaan Manfaat
Adalah fasilitas pembiayaan (pinjaman) guna memenuhi kebutuhan
modal anggota untuk usaha produktif maupun konsumtif yang dikelola
secara halal sesuai akad murabahah (ba’ibitsmanajil) dan Qordul
hasan (Brosur BMT Taruna Sejahtera).
5. Pembiayaan Murabahah
Berasal dari kata kerja rabiha-yarbahu yang bermakna untung
(Abdul Qadir ar Raazi, 1995:97) sedangkan secara terminologi fiqh,
murabahah adalah bentuk jual beli barang dengan menyatakan harga
perolehan barang dan keuntungan margin yang ditentukan (Abdullah
al Jaziry, 1999:50). Murabahah adalah bentuk jual beli yang secara
khusus masuk dalam bagian macam jual beli atau Ba’i. dimana jual
beli atau Ba’i adalah proses transaksi (ijab dan qabul) atas perpindahan
harta dengan harta yang sesuai dengan syariah (Bahjatullah,
11 6. Qordul Hasan
Adalah akad pembiayaan yang diberikan BMT kepada anggota
atau calon anggota yang kurang mampu. Anggota atau calon anggota
tidak diwajibkan memberikan bagi hasil atau keuntungan akan tetapi
hanya diwajibkan mengembalikan pokok pembiayaan saja (Ridwan,
2004:184)
E. Metode Penelitian 1. Tipe Penulisan
Penulis Dalam penelitian ini menggunakan tipe penelitian
diskriptif, yaitu untuk suatu penyelidikan yang bertujuan untuk
menggambarkan kondisi atau mengembangkan suatu keadaan.
2. Jenis Data yang Digunakan
a. Data Primer
Menurut Brata (2002:42) data primer berupa sumber data yang
langsung memberikan data kepada pengumpul data (peneliti) atau
data yang diperoleh langsung dari lapangan (obyek data) atau data
yang berisikan tentang variabel produk BMT “Taruna Sejahtera”
Tengaran yang ada untuk digunakan analisis.
b. Data Sekunder
Data yang diperoleh secara tidak langsung dari semua kegiatan
yang ada dalam perbankan atau BMT atau dengan membaca buku
serta sumber-sumber data lain yang berhubungan dengan
c. Data Kuantitatif
Membandingkan dua variabel untuk mengetahui selisihnya (Emzir,
2011:305).
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi Langsung
Adalah dengan pengamatan terhadap BMT “Taruna Sejahtera”
Tengaran.
b. Metode Wawancara (Interview)
Wawancara adalah proses/teknik memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab si penjawab atau
responden dengan alat yang dinamakan interview guide (paduan
wawancara) (Arikunto, 2012:206). Pengumpulan data dengan
menggunakan tanya jawab dengan pemimpin, karyawan dan
beberapa nasabah yang dengan pembiayaan manfaat, analisis
penentuan margin dan tingkat perkembangan pembiayaan Manfaat
di BMT “Taruna Sejahtera” Tengaran.
c. Metode Dokumentasi
Dokumentasi adalah pencarian data mengenai hal-hal atau variabel
yang berupa catatan transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2002:206). Atau
Pengumpulan data atau melengkapi data yang telah ada dengan
melihat catatan-catatan serta aplikasi-aplikasi di BMT “Taruna
13 F. Sistematika Penulisan
Agar laporan ini memperoleh gambaran yang secara berurutan,
maka penulis menyajikan sistematika penulisan, yaitu uraian mengenai
hal-hal yang akan dilaporkan secara sistematika.
BAB 1 PENDAHULUAN, berisi tentang uraian latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan, penegasan istilah,
metode penelitian, sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI, berisi tentang penelitian dahulu,
pengetian pembiayaan, jenis-jenis pembiayaan, bentuk-bentuk
pembiayaan, unsure-unsure pembiayaan, prinsip-prinsip pemberian
pembiayaan, aspek-aspek dalam penilaian pembiayaan, prosedur
pemberian pembiayaan, produk-produk pembiayaan, pembiayaan
murabahah, syarat-syarat pembiayaan muarabahah, aplikasi pembiayaan
murabahah, ketentuan-ketentuan pembiayaan murabahah, landasan
syariah murabahah, aspek teknis pembiayaan murabahah, aspek
administrasi, skema teknis penyaluran dana murabahah, perhitungan
margin pembiayaan murabahah.
BAB III LAPORAN OBJEK, berisi tentang penyajian tentang
gambaran umum BMT, mengenai sejarah berdirinya BMT “Taruna
Sejahtera”, Struktur Organisasi, Job disciption, produk-produk BMT.
BAB IV ANALISIS, merupakan bab yang berisikan hasil
manfaat di BMT Taruna Sejahtera Tengaran, dan perhitungan margin
pembiayaan manfaat di BMT “Taruna Sejahtera” Tengaran.
BAB V PENUTUP, merupakan bab terahir dalam penulisan tugas
akhir ini yang berisikan kesimpulan dari pembahasan yang telah diuraikan,
15 BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Penelitian TerdahuluPenelitian yang dilakukan oleh Hj. Sri Wahyuni (2015) tentang
Faktor-faktor yang mempengaruhi margin murabahah pembiayaan
konsumtif di Bank Kaltim Syariah. Hasil penelitian menemukan variabel
FDR (Financing Deposit Ratio), BOPO (Biaya Operasional + Pendapatan
Operasional), Inflasi (Suatu Proses meningkatkan harga-harga secara
umum dan terus menerus), dan suku bunga berpengaruh secara simultan
signifikan terhadap marginMurabahah Bank Kaltim Syariah.
Dian Pranata Citra (2014) dalam Skripsinya berjudul “ Analisis
Margin Keuntungan Terhadap Penyaluran Pembiayaan Murabahah pada
PT Bank Muamalat Indonesia Tbk”. Penelitian ini menemukan
perkembangan penyaluran pembiayaan murabahah mengalami
peningkatan walaupun ada sedikit penurunan pada setiap awal dan akhir
tahun, ini menunjukan bahwa setiap tahunnya masyarakat atau nasabah
semakin berminat untuk melakukan pembiayaan murabahah.
Perkembangan margin mengalami penurunan setiap awal tahun, tetapi
untuk triwulan kedua mengalami peningkatan untuk setiap tahunnya
karena besarnya margin keuntungan murabahah telah disesuaikan dengan
suku bunga pinjaman bank konvensional, dan pengaruh margin
keuntungan murabahah terhadap pembiayaan yaitu tinggi atau kuat dan
murabahah sebesar 53,5% sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor-faktor
lain yang tidak dimasukan dalam persamaan regresi sebesar 46,5%.
Astri Arumdhani, Rini Septiani (2012) meneliti tentang Pengaruh
Pembiayaan Murabahah dan Tingkat Suku Bunga BI Terhadap
Pendapatan Margin Murabahah pada PT Bank Syariah Mandiri. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pembiayaan murabahah dipengaruhi oleh
tingkat suku bunga kredit yang mengacu pada tingkat suku bunga yang
tetapkan oleh BI.
Baskoro Perdana Putra (2013) dalam Skripsinya yang berjudul
“Analisis Penetapan Tingkat Margin Akad Pembiayaan Murabahah studi
kasus pada BMT Ahmad Yani Malang”. Penelitian ini menemukan bahwa
pada BMT Ahmad Yani Malang tidak adanya penggunaan rujukan suku
bunga untuk menetapkan tingkat margin pada akad pembiayaan
murabahah. Tingkat margin ditentukan berdasarkan beberapa komponen,
yakni tingkat nisbah bagi hasil dengan BTN Syariah Malang, tingkat
rata-rata pasar, tingkat laba yang diinginkan, dan biaya perolehan serta biaya
lainnya. Kompenen tersebut menyumbang andil yang seimbang pada
proses penentuan tingkat marginmurabahah.
B.
Kerangka Teoritik1. Pengertian Pembiayaan
a. Pengertian pembiayaan
Transaksi penyediaan dana dan atau barang serta fasilitas
17
Standar Akuntansi Perbankan Syariah (Karim, 2010:321). Menurut
Undang-Undang No. 10 tahun 1988 pembiayaan adalah aktifitas
menyalurkan dana yang terkumpul kepada anggota pengguna dana,
memilih jenis usaha yang akan dibiayai, dan menentukan anggota
mana yang akan dibiayai agar diperoleh jenis usaha yang produktif,
menguntungkan dan dikelola oleh anggota yang jujur dan tanggung
jawab (Sumiyanto, 2008:165).
b. Fungsi Pembiayaan
Menurut Karim (2004:120) ada beberapa fungsi dalam
pembiayaan pada bank syariah sebagai berikut:
1. Meningkatkan daya guna, peredaran, dan lalu lintas uang;
2. Meningkatkan daya guna dan peredaran barang;
3. Meningkatkan aktivitas investasi dan pemerataan pendapatan;
4. Sebagai asset terbesar yang menjadi sumber income terbesar
bank.
2. Jenis - Jenis pembiayaan
Menurut Kasmir (2012:23) ada beberapa jenis pembiayaan sebagai
berikut:
a. Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan yang digunakan
untuk memenuhi kebutuhan dana usaha bagi
pembeli/pengadaan/menyediakan unsur-unsur barang dalam
rangka perputaran usaha. Konsep modal kerja mencangkup tiga
1. Modal kerja (working capital assets) adalah modal lancar
untuk mendukung operasional perusahaan sehari-hari
sehingga perusahaan dapat beroperasi secara normal dan
lancar.
2. Modal kerja Brutto (gross working capital) adalah
keseluruhan dari jumlah aktiva lancar (current assets).
Modal kerja brutto didasarkan pada jumlah atau kuantitas
dana yang tertanam pada unsur-unsur aktiva lancar. Aktiva
lancar adalah aktiva yang sekali berputar akan kembali
dalam bentuk semula.
3. Modal kerja Netto (net working capital) adalah kelebihan
aktiva lancar atas hutang lancar. Dengan konsep ini, jumlah
tertentu aktiva lancar harus digunakan untuk kepentingan
pembayaran hutang lancar dan tidak boleh dipergunakan
untuk keperluan lain.
b. Menurut Karim (2004:323) pembiayaan investasi, yaitu
pembiayaan yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan
pengadaan sarana/prasarana usaha dan pembiayaan jangka
menengah atau jangka panjang untuk pembelian barang modal
yang diperlukan untuk pendirian proyek baru, rehabilitasi,
modernisasi, ekspansi, dan relokasi proyek yang sudah ada.
Bank dapat memberikan pembiayaan investasi, dengan
19
1) Melakukan penilaian atas proyek yang akan dibiayai
dengan mendasarkan pada prinsip-prinsip pemberian
pembiayaan yang sehat.
2) Memperhatikan peraturan pemerintah tentang analisis
mengenai dampak lingkungan (AMDAL).
3) Jangka waktu pembiayaan maksimal 12 tahun.
4) Memenuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku (seperti
persyaratan penerima pembiayaan, dan jaminan).
c. Pembiayaan konsumtif syariah
Menurut Antonio (2004: 456) pembiayaan konsumtif
syariah adalah jenis pembiayaan yang diberikan untuk tujuan
diluar usaha dan umumnya bersifat perorangan. Menurut jenis
akadnya dalam produk pembiayaan syariah, pembiayaan
konsumtif dapat dibagi menjadi lima bagian, yaitu:
1. Pembiayaan konsumen akad Murabahah
2. Pembiayaan konsumen akad IMBT
3. Pembiayaan konsumen akad Ijarah
4. Pembiayaan konsumen akad Istishna’
5. Pembiayaan konsumen akad Qord + Ijarah
d. Pembiayaan sindikasi, Sumiyanto (2008:124) mengatakan yaitu
pembiayaan yang dilakukan secara musyarakah dengan lembaga
keuangan syariah lainnya kepada mitra yang jumlah kebutuhan
Pembiayaan sindikasi mempunyai tiga bentuk, yakni:
1) Lead syndication, yakni sekelompok bank yang secara
bersama-sama membiayai suatu proyek dan dipimpin oleh
satu bank yang bertindak sebagai leader.
2) Club Deal, yakni sekelompok bank yang secara
bersama-sama membiayai suatu proyek, tapi antara bank yang satu
dengan yang lain tidak mempunyai hubungan kerja sama
bisnis dalam arti penyatuan modal.
3) Sub Sydicantion, yakni bentuk sindikasi yang terjadi antara
suatu bank dengan salah satu bank perserta sindikasi lain
dan kerja sama bisnis yang dilakukan keduanya tidak
berhubungan secara langsung dengan perserta sidikasi
lainnya.
3. Bentuk Pembiayaan
Menurut Ascarya (2013:216) menjelaskan bahwa bentuk-bentuk
pembiayaan adalah sebagai berikut:
a. Syirkah (Bagi Hasil)
Syirkah berarti akad dua pihak untuk berkerja sama dalam
usaha perdagangan atau usaha lainnya dimana hasil atau
keuntungan dari usaha tersebut di bagi antara kedua belah pihak
21 b. Murabahah (Jual-Beli)
Jual-Beli merupakan segala bentuk yang berkaitan dengan
proses pemindahan hak milik barang atau asset kepada orang lain
atau berupa pertukaran antara barang dengan barang dan dengan
norma-norma yang ada ( Nurohman, 2011:62).
c. Ujrah (Jasa-Upah)
Ujrah (Jasa-Upah) yaitu suatu jasa yang di berikan perbankan
untuk menyediakan pelayanan jasa kepada masyarakat yang
berdasarkan prinsip-prinsip syariah, dan menetapkan imbalan atau
upah yang akan diberikan kepada masyarakat sehubungan dengan
penggunaan pemanfaatan dana masyarakat yang dipercayakan
kepada pihak jasa atau perbankan (Hak, 2011:25).
d. Ijarah (Sewa)
Ijarah (sewa) yaitu akad pemindahan hak guna atas barang
atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri (Hak, 2011:38).
4. Unsur-Unsur Pembiayaan
Menurut (Kasmir, 2012:87) ada unsur-unsur yang terkandung
dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut:
1. Kepercayaan
Suatu keyakinan pemberian kredit bahwa kredit yang diberikan
(berupa uang, barang atau jasa) akan benar-benar diterima
diberikan oleh bank, dimana sebelumnya sudah dilakukan
penelitian penyelidikan tentang nasabah baik secara intern
maupun ekstern.
2. Kesepakatan
Diunsur kepercayaan didalam kredit juga mengandung unsur
kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit.
Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana
masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya
masing-masing.
a. Jangka waktu
Setiap kredit yang di berikan memiliki jangka waktu
tertentu, jangka waktu ini mencangkup masa pengembalian
kredit yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut bisa
berbentuk jangka pendek, jangka menengah atau jangka
panjang.
b. Risiko
Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan
menyebabkan suatu risiko tidak tertagihnya/macet
pemberian kredit. Semakin panjang suatu kredit semakin
besar demikian pula sebaliknya. Risiko ini mejadi tangung
jawab bank, baik risiko yang disengaja nasabah atau yang
23 c. Balas Jasa
Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau
jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga. Balas
jasa dalam bentuk bunga dan biaya administrasi kredit ini
merupakan untungan bank. Sedangkan bagi bank yang
berprinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi
hasil.
5. Prinsip-Prinsip Pemberian kredit/Pembiayaan
Penilaian pembiayaan oleh bank dapat dilakukan dengan berbagai
prinsip untuk mendapatkan keyakinan tentang nasabah. Ada beberapa
prinsip yang sering dilakukan yaitu dengan analisis 5 C + 1 C dan
analisis 7P
Menurut Sumiyanto (2008:165) prinsip pemberian pembiayaan
dengan analisis 5 C dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Character
Penilaian terhadap karakter atau kepribadian calon debitur,
dengan tujuan untuk memperkirakan kemungkinan bahwa
anggota pengguna dana atau anggota BMT yang mengajukan
pembiayaan dapat memenuhi kewajiban.
b. Capacity
Penilaian secara subjektif tentang kemampuan debitur
untuk melakukan pembayaran. Kemapuan ini di ukur dengan
pengamatan dilapangan atas usaha nasabah, cara berusaha dan
tempat usaha.
c. Capital
Penilaian terhadap kemampuan modal yang dimiliki oleh
calon debitur, yang diukur dengan posisi usahanya secara
keseluruhan melalui rasio finansialnya dan penekanan dan
komposisi modalnya.
d. Collateral
Adalah jaminan calon debitur, penilaian untuk lebih
meyakinkan jika suatu resiko kegagala pembayaran terjadi,
dapat lebih ditekankan pada faktor kepercayaan, pendekatan
hubungan dengan pengusaha, kegiatan usahanya, saling
mengenal karena daerah usahanya.
e. Conditions
Bagian pembiayaan BMT harus melihat kondisi
perekonomian secara umum, khususnya yang terkait jenis
usaha calon debitur. Hal tersebut dilakukan karena keadaan
eksternal usaha yang dibiayai. 7P menurut Kasmir
(2012:96-97) sebagai berikut :
1. Personality
Adalah menilai nasabah dari segi kepribadian atau
tingkah laku sehari-hari maupun masa lalunya.
25
dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu
masalah. Personality hampir sama dengan Character
dari 5 C.
2. Party
Adalah mengklasifikasikan nasabah kedalam klasifikasi
tertentu atau golongan-golongan tertentu berdasarkan
modal, loyalitas serta karakternya. Sehingga nasabah
dapat digolongkan kedalam golongan tertentu dan akan
mendapatkan fasilitas kredit yang berbeda pula dari
bank. Kredit untuk pengusaha lemah sangat berbeda
dengan kredit yang kuat modalnya, bai dari segi jumlah,
bunga, dan persyaratan lainnya.
3. Purpose
Adalah untuk mengetahui nasabah dalam mengambil
kredit. Termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah.
Tujuan pengambilan kredit dapat bermacam-macam
apakah tujuan untuk konsumtif atau tujuan produktif
atau tujuan untuk perdagangan.
4. Prospect
Adalah untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan
datang apakah menguntungkan atau tidak, atau dengan
kata lain mempuayai prospek atau sebaliknya. Hal ini
dibiayai tanpa mempuyai prospect, buka hanya bank
yang rugi akan tetapi juga nasabah.
5. Payment
Adalah ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan
kredit yang telah diambil atau sumber mana saja dana
untuk pengembalian kredit yang diperoleh. Semakin
banyak sumber penghasilan debitur maka semakin baik,
sehingga jika salah satu usahanya merugi akan dapat
ditutupi oleh sektor lainnya.
6. Profitability
Adalah untuk menganalisis bagaimana kemampuan
nasabah dalam mencari laba. Profitability diukur dari
periode ke periode apakah tetap sama atau akan
semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit
yang akan diperleh dari bank.
7. Protection
Tujuannya adalah bagian menjaga kredit yang diukur
oleh bank namun melalui suatu perlindungan.
Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau jaminan
asuransi.
6. Aspek-aspek dalam Penilaian Kredit
Menurut Kasmir (2012:98-99) penilaian dengan seluruh aspek
27
dengan model ini biasanya digunakan untuk proyek-proyek yang
bernilai besar dan berjangka waktu panjang. Aspek-aspek yang dinilai
antara lain sebagai berikut:
a. Aspek Yuridis/Hukum
Kasmir (2012) mengatakan yang kita nilai aspek ini adalah
masalah legalitas badan usaha serta izin-izin yang dimiliki
perusahaan yang mengajukan kredit. Dimulai dengan akte
pendirian perusahaan sehingga dapat mengetahui siapa-siapa
pemilik dan besarnya modal masing-masing pemilik.
b. Aspek Pemasaran
Menurut Kasmir (2012) aspek ini yang di nilai adalah
permintaan terhadap produk yang dihasilkan sekarang ini dan
di masa yang akan datang prospeknya bagaimana. Yang perlu
diteliti dalam aspek ini adalah:
1. Pemasaran produknya minimal tiga bulan yang lalu atau
tiga tahun yang lalu.
2. Rencana penjualan dan produksi minimal tiga bulan
atau tiga tahun yang akan datang
3. Peta kekuatan pesaing yang ada
4. Prospek produk secara keseluruhan
c. Aspek keuangan
Aspek yang dinilai adalah sumber-sumber dana yang dimiliki
tersebut. Disamping itu, hendaknya dibuatkan cash flow dari
pada keuangan perusahaan. Penilaian dari segi aspek keuangan
biasanya berkaitan dengan suatu kriteria kelayakan investasi.
Menurut Kasmir (2012) aspek keuangan mencangkup antara
lain:
1. Rasio-rasio keuangan
Rasio keuangan adalah alat ukur yang digunakan
perusahaan untuk menggambarkan laporan keuangan. Rasio
menggunakan suatu hubungan atau perhitungan antara suatu
jumlah tertentu dengan jumlah yang lain.
2. Payback period
Payback period dapat diartikan sebagai jangka waktu
kembalinya investasi yang telah dikelurkan, melalui
keuntungan yang diperoleh dari suatu proyek yang telah di
rencanakan.
3. Net present value (NPV)
Net present value merupakan aliran manfaat dan biaya masa
depan yang dikonversi menjadi nilai setara hari ini.
4. Profitability indek (PI)
Profitability indek adalah rasio biaya manfaat dari suatu
proyek dimana PI menghitung rasio dari nilai sekarang arus
kas bersih dimasa mendatang dengan arus kas keluar
29
5. Internal rate of return (IRR)
Internal rate of return adalah indikator tingkat efesiensi dari
suatu investasi, suatu proyeksi/investasi dapat dapat
dilakukan apabila pengembaliannya lebih besar dari laju
pengambilan apabila melakukan investasi lain.
6. Dan break evan point (BEP)
Dan break evan point adalah suatu analisis untuk
menentukan dan mencari jumlah barang atau jasa yang
harus di jual kepada konsumen pada harga tertentu untuk
menutupi biaya-biaya yang timbul serta mendapatkan
keuntungan/profit.
d. Aspek Teknik/Operasi
Kasmir (2012) berpendapat aspek ini membahas masalah yang
berkaitan dengan produksi seperti kepastian kapasitas mesin
yang digunakan, masalah lokasi, lay out ruangan, dan
mesin-mesin termasuk jenis yang digunakan.
e. Aspek Manajemen
Menurut Kasmir (2012) untuk menilai struktur organisasi
perusahaan, sumber sumber daya manusia yang dimiliki serta
latar belakang pengalaman sumber daya manusianya.
Pengalaman perusahaan dalam mengelola berbagai proyek
f. Aspek Sosial Ekonomi
Menurut Kasmir (2012) aspek sosial ekonomi menganalisis
dampaknya terhadap perekonomian dan masyarakat umum
seperti:
1. Meningkatkan ekspor barang
2. Mengurangi pengangguran atau lainya
3. Meningkatkan pendapatan masyarakat
4. Tersedianya sarana dan prasarana
5. Membuka isolasi daerah tertentu.
g. Aspek Amdal
Karim (2012) mengatakan menyangkut analisis terhadap
lingkungan baik darat, air, atau udara jika proyek atau usaha
tersebut dijalankan. Analisis ini dilakukan secara mendalam
apakah apabila kredit tersebut disalurkan, maka proyek yang
dibiayai akan mengalami pencemaran lingkungan sekitar.
7. Prosedur dalam Pemberian kredit atau Pembiayaan
Prosedur pemberian dan penilian kredit oleh dunia perbankan
secara umum antara bank yang satu dengan bank yang lain tidak jauh
berbeda. Perbedaannya mungkin hanya terletak pada prosedur dan
persyaratan yang ditetapkannya dengan pertimbangan masing-masing.
Menurut Kasmir (2012:100-103) secara umum prosedur pemberian
kredit sebagai berikut:
31
Dalam hal ini permohonan kredit mengajukan permohonan
kredit yang dituangkan dalam suatu proposal dan berisi sebagai
berikut:
1. Latar Belakang perusahaan seperti riwayat hidup
singkat perusahaan, jenis bidang usaha, identitas
perusahaan, nama pengurus berikut pengetahuan dan
pendidikannya, perkembangan perusahaan serta
relasinya dengan pihak-pihak pemerintah dan swasta.
2. Maksud dan Tujuan apakah untuk memperbesar omset
penjualan atau meningkatkan kapasitas produksi atau
mendirikan pabrik batu (perluasan) serta tujuan lainnya.
3. Besarnya kredit dan jangka waktu dalam hal ini
pemohon menentukan basarnya jumlah kredit yang
ingin diperoleh dan jangka waktu kreditnya. Penilaian
kelayakkan besarnya kredit dan jangka waktnya dapat
kita lihat dari cash flow serta laporan keuangan (neraca
dan laporan laba rugi) tiga tahun terahir.
4. Cara pemohon pengambilan kredit, dijelaskan secara
rinci cara-cara nasabah dalam mengambil kreditnya
apakah dari hasil penjualan atau cara lainnya.
5. Jaminan kredit. Hal ini merupakan jaminan untuk
menutupi segala risiko terhadap kemungkinan macetnya
2. Penyelidikan Berkas Pinjaman
Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah berkas yang diajukan
sudah lengkap sesuai persyaratan dan sudah benar.
1. Wawancara 1
Merupakan penyelidikan kepada calon peminjam dengan
langsung berhadapan dengan calon peminjam, untuk
menyajinkan apakah berkas-berkas sesuai dan lengkap seperti
dengan yang bank inginkan. Dan juga untuk mengetahui
keinginan dan kebutuhan nasabah yang sebenarya.
2. On the Spot
Merupakan kegiatan pemeriksaan ke lapangan dengan
meninjau berbagai objek yang akan dijadikan usaha atau
jaminan.
3. Wawancara II
Merupakan kegiatan perbaikan berkas, jika mungkin ada
kekurangan-kekurangan pada saat setelah dilakukan on the spot
dilapangan.
4. Keputusan Kredit
Keputusan kredit dalam hal ini adalah menetukan apakah kredit
akan diberikan atau di tolak, jika diterima, maka dipersiapkan
administrasinya, biasanya keputusan kredit yang mencangkup:
1. Jumlah uang yang diterima
33
3. Dan biaya-biaya yang harus dibayar.
5. Penandatanganan Akad Kredit/Perjanjian lainnya
Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari putusannya kredit,
maka sebelum kredit dicairkan maka terlebih dahulu calon
nasabah menandatangani akad kredit, mengikat jaminan
dengan hipotek dan surat perjanjian atau pernyataan yang
dianggap perlu.
6. Realisasi Kredit
Diberikan setelah penandatanganan surat-surat yang diperlukan
dengan membuka rekening giro atau tabungan di bank yang
bersangkutan.
7. Penyaluran/Penarikan Dana
Adalah penarikan atau pencairan dana uang dari rekening
sebagai realisasi dari pemberian kredit dan dapat diambil sesuai
ketentuan dan tujuan kredit sekaligus atau secara bertahap.
8. Produk-Produk Pembiayaan
Menurut Karim (2004:322-32) secara umum produk-produk
pembiayaan pada bank syariah sebagai berikut:
1. Mudharabah
Suatu akad kerja sama dalam melaksanakan usaha milik nasabah,
dimana pihak bank berperan sebagai shaibul maal membiayai
2. Musyarakah
Suatu akad kerja sama usaha antara bank dengan nasabah untuk
membiayai suatu proyek usaha, dimana pihak bank
bersama-sama dengan nasabah masing-masing menetapkan dananya
sesuai porsi yang disepakati. Keuntungan dan/kerugian dari
proyek usaha akan dibagi secara bersama-sama sesuai dengan
kesepakatan yang dituangkan dalam akad musyarakah.
3. Murabahah
Pembiayaan jual-beli barang baik berupa barang dagangan
dan/atau barang untuk sarana dan prasarana usaha dengan harga
pokok ditambah dengan kesepakatan.
4. Salam
Pembiayaan jual-beli barang yang diserahkan dikemudian hari,
dan pembayaran dilakukan dimuka atau tunai.
5. Istishna
Pembiayaan jual-beli barang dalam bentuk pemesanan
pembuatan berdasarkan persyaratan tertentu, kriteria, dan pola
pembayaran sesuai dengan kesepakatan.
6. Ijarah
Pembiayaan yang digunakan mengambil manfaat suatu barang
dan atau tempat dengan sistem sewa. Bank bertindak selaku
35
tempat usaha). Jangka waktu pembiayaan disesuikan dengan
kegunaan sewa tersebut.
7. Ijarah Muntahiyah Bittamlik
Pembiayaan perpaduan antara akad jual-beli dan sewa
(sewa-beli) atau lebih tepatnya adalah sewa yang diakhiri dengan
pemindahan kepemilikan barang dari bank kepada nasabah
(penyewa). Sifat pemindahan kepemilikan barang ini yang
membedakan dengan ijarah.
8. Al-Qard
Penyediaan dana atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara peminjam
dan pihak yang meminjam yang mewajibkan peminjam
mengembalikan untangnya setelah jangka waktu tertentu.
Sedangkan menurut Ridwan (2004:164) bentuk-bentuk
akad jual-beli dapat digolongkan menjadi tiga yaitu:
1. Ba’i Al-Murabahah
Jual beli barang pada harga asal dengan tambahan
keuntungan yang disepakati. Dan penjual harus
memberitahu harga produk yang ia beli dan menentukan
suatu tingkat keuntungan sebagai tambahnya.
2. Ba’i Al-Sallam
Pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari,
3. Ba’i Al-Istishna’
Merupakan kontrak penjualan antara pembeli dan
pembuatan barang. Dalam kontrak ini pembuat barang
menerima pesanan dari pembeli. Pembuat barang lalu
berusaha melalui orang lain untuk membuat atau membeli
barang menurut speksifikasi yang telah disepakati dan
menjual lagi ke pembeli terahir ( Antonio, 2004:101-113).
4. Ba’i Bitsaman Ajil
Dengan sistem ini anggota atau nasabah akan
mengembalikan pembiayaan tersebut yakni harga pokok
dan keuntungan dengan mengangsur sesuai dengan
jangka waktu yang telah ditetapkan
9. Pembiayaan Murabahah
1. Definisi
Murabahah adalah akad jual-beli atas barang tertentu, dimana
penjual menyebutkan dengan jelas barang yang diperjual belikan
termasuk harga pembelian barang kepada pembeli, kemudian ia
mensyaratkan atasnya laba atau keuntungan dalam jumlah tertentu
(Muhammad, 2000:103).
2. Jenis-Jenis Murabahah
a. Murabahah Tanpa Pesanan
Yaitu ada yang pesan atau tidak, ada yang beli atau tidak,
37
barang pada murabahah ini tidak terpengaruh atau tidak terikat
langsung dengan tidak ada tindakannya pesanan atau pembeli
(Wiroso, 2005:37).
b. Murabahah Berdasarkan Pesanan
Yaitu bank syariah baru akan melakukan transaksi
murabahah atau jual-beli apabila ada nasabah yang memesan
barang sehingga penyedia barang baru dilakukan jika ada
pesanan. Pada murabahah ini pengadaan barang sangat
tergantung atau terikat langsung dengan atau pembelian barang
tersebut (Wiroso, 2005:37-38).
Menurut Wiroso (2005:45) murabahah berdasarkan
pesanan dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Pesanan mengikat adalah apabila telah pesan harus
membeli dan dengan aturan sebagai berikut:
a. Jika bank menerima permintaan dari pemesan
(nasabah), bank harus membeli asset yang akhir atau
diditutup dengan akad penjualan yang sah antara dia
dan penjual asset. Pembelian ini dianggap merupakan
pelaksanaan janji yang mengikat secara hukum antara
nasabah sebagai pemesan dari bank.
b. Bank menawarkan asset kepada pemesan, yang harus
diterima berdasarkan janji yang mengikat diantara
itu harus sesuai dengan ketetapan yang berlaku dalam
akad perjanjian.
c. Di dalam bentuk penjualan seperti ini, diperbolehkan
untuk membayar urbun ketika menandatangani akad
aslinya, tetapi sebelum bank membeli asset. Urbun di
dalam fikih islam adalah jumlah uang yang dibayarkan
dimuka kepada penjual. Jika bank memutuskan untuk
melakukan transaksi dan menerima asset, maka urbun
akan diperlakukan sebagai bagian dari harga yang
dibayarkan dimuka, jika tidak maka urbun akan ditahan
oleh penjual.
2. Murabahah berdasarkan pesanan dan bersifat tidak
mengikat adalah walaupun nasabah telah memesan
barang, tetapi nasabah tidak terikat, nasabah dapat
menerima atau membatalkan barang tersebut. Dengan
aturan sebagai berikut:
a. Salah satu pihak (nasabah) meminta pihak lain
(bank) untuk membeli sebuah asset dan
meminjamkan bahwa apabila dia membeli asset
tersebut, maka pemesan akan membelinya dari dia
dengan harganya (sudah termasuk mark-up
keuntungan). Permintaan ini dianggap sebagai
39
b. Jika bank menerima pesanan ini, dia akan membeli
asset untuk dirinya sendiri berdasarkan akad
penjualan yang sah antara dia dan penjual asset
tersebut.
c. Pembeli harus menawarkan lagi kepada pemesan
menurut syarat perjanjian pertama, tentunya setelah
kepemilikan asset nya secara sah dimiliki bank. Hal
ini dianggap sebagai penawaran dari bank.
d. Ketika asset ditawarkan kepada pemesan, dia harus
mempuyai pilihan untuk mengakhiri suatu akad
penjualan atau menolak membelinya, dengan kata
lain pemesan tidak wajib memenuhi janjinya. Jiika
dia memilih melakukan suatu akad, maka itu akan
dianggap sebagai suatu penerimaan tawaran tersebut.
Kemudian suatu akad penjualan yang sah harus
dibuat antara pemesan dan bank.
e. Apabila terjadi bahwa pemesan menolak membeli
asset tersebut, maka asset-asset tersebut tetap akan
menjadi milik bank yang berhak untuk menjualnya
melalui cara-cara di perbolehkan (Wiroso,
10.Syarat-Syarat Murabahah
Menurut Wiroso (2005:17-18) dalam murabahah
dibutuhkan beberapa syarat, antara lain:
1. Mengetahui harga pertama (Harga Pembelian).
Pembeli kedua hendaknya mengetahui harga pembelian
karena hal itu adalah syarat sahnya transaksi jual beli.
Syarat ini meliputi semua transaksi yang terkait dengan
murabahah, seperti pelimpahan wewenang (tauliyah), kerja
sama (isyak) dan kerugian (wadhi’ah), karena semua
transaksi ini berdasarkan pada harga pertama yang
merupakan modal. Jika tidak diketahui hingga keduanya
meninggalkan tempat tersebut, maka gugurlah transaksi itu.
2. Mengetahui besarnya keuntungan
Bank Syariah dan nasabah harus mengetahui besarnya
keuntungan, karena merupakan bagian dari harga (tsaman),
sedangkan mengetahui harga adalah syarat sahnya jual beli.
3. Modal hendaklah berupa komoditas yang memiliki sama
dan sejenis, seperti benda-benda yang ditukar, ditimbang
dan dihitung. Syarat ini diperlukan dalam murabahah dan
tauliyah, baik ketika jual beli dilakukan dengan penjual
pertama atau orang lain. Serta baik keutungan dari jenis
41
disepakati berupa sesuatu yang diketahui ketentuanya,
misalkan dirham ataupun yang lainnya.
4. Sistem murabahah dalam harta riba hendaknya tidak
menisbatkan sebab, riba tersebut terhadap harga pertama
seperti membeli barang yang ditukar atau ditimbang dengan
barang sejenis dengan takaran yang sama, maka tidak boleh
menjualnya dengan sistem murabahah. Hal semacam ini
tidak diperbolehkan karena murabahah adalah jual beli
dengan harga pertama dengan adanya tambahan.
5. Transaksi pertama haruslah sah secara syaraa’ Jika
transaksi pertama tidak sah, maka tidak boleh dilakukan
jual beli secara murabahah, karena murabahah adalah jual
beli dengan harta pertama disertai tambahan keutungan.
11.Aplikasi Murabahah
Menurut Wiroso (2002:56) murabahah memiliki beberapa
aplikasi antara lain sebagai berikut:
a. Pengadaan Barang
Transaksi ini yang dilakukan oleh bank syariah dengan
prinsip jual beli murabahah, seperti misalnya kebutuhan
sepeda motor untuk pegawai, kebutuhan barang investasi
untuk pabrik dan sejenisnya.
Penyediaan barang persediaan untuk modal kerja dapat
dilakukan dengan prinsip jual beli murabahah, namun
transaksi ini hanya sekali putus, bukan berupa uang tidak
tepat mempergunakan prinsip jual beli murabahah ini.
Transaksi modal kerja ini baik penyediaan modal kerja
barang maupun modal kerja uang lebih tepat
mempergunakan prinsip mudharabah atau musyarakah.
c. Renovasi Rumah (pengadaan material renovasi rumah)
Dalam renovasi rumah yang diperjual belikan adalah bata
merah, genteng, kayu, paku,cat dan bahan bangunan lainnya
dan pembelian bangunan ini pun hanya sekali putus, tidak
satu dilakukan berulang-ulang. Dalam renovasi rumah lebih
tepat mempergunakan prinsip istishna, karena dalam
istishna bank dapat menyediakan bahan baku, tenaga kerja,
dan sabagainya.
12. Kentuan-Ketentuan Murabahah
Dalam melaksanakan transaksi murabahah, ketentuan atau aturan
yang perlu diperhatikan yaitu ketentuan dalam Fatwa Dewan Syariah
Nasional dan Ketentuan Bank Indonesia yang tercantum dalam
peraturan Bank Indonesia maupun Pedoman Akuntansi Perbankan
Syariah Indonesia (PAPSI).
43
a. Nomor 4/DSN-MUI/IV/2000 tanggal 1 April 2000 tentang
murabahah,
b. Nomor 14/DSN-MUI/IX/2000 tanggal 16 September 2000
tentang Uang Muka Dalam Murabahah,
c. Nomor 16/DSN-MUI/IX/2000 tanggal 16 September 2000
tentang Diskon Dalam Murabahah,
d. Nomor 17/DSN-MUI/IX/2000 tanggal 16 September 2000
tentang sanksi atas nasabah maupun yang menunda-nunda
pembayaran, dan
e. Nomor 23/DNS-MUI/III/2002 tanggal 28 Maret 2002 tentang
potongan pelunasan dalam murabahah.
2. Al-Qur’an
a. “ hai orang – orang yang beriman! Janganlah kalian saling memakai (mengambil) harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan peniagaan yang berlaku dengan sukarela diantaramu… (QS An-Nisa [4]: 275).
b. “ Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…” (QS Al – Baqarah [2]:275).
c. “ Hai yang yang beriman! Penuhilah akad – akad itu… (QS Al-Maidah [5]:1).
d. “ Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai ia berkelapangan… (QS Al-Baqarah [2]:280).
3. Al-Hadits
a. Hadits Nabi dari Abu Said Al-Khudri, dari Abu Said Al-Khudri
bahwa Rasulullah SAW bersabda, “ sesunguhnya jual beli itu
harus dilakukan suka saa suka”. (HR Al-Baihaqi dan Ibnu
b. Hadits Nabi riwayat Ibnu Majah, Nab SAW bersabda, “ ada
tiga hal yang mengandung berkah: jual beli tidak secara tunai,
muqaradah (mudharabah), dan mencampur ganduan dan
jewawut untuk kepentingan rumah tangga, bukan untuk
dijual”(HR Ibnu Majah dari Shuhaib).
4. Kaidah Fikih
Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali
ada dalil yang mengharamkannya.
Sedangkan aturan-aturan tentang murabahah tercantum dalam
Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000
tanggal 1 April 2000 tentang murabahah (Wiroso, 2005:45-47).
13. Landasan Syariah Murabahah
Dalam daftar istilah buku himpunan fatwa DSN (Dewan Syariah
Nasional) dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan murabahah adalah
menjual suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada
pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai
laba. Sedangkan dalam PSAK 59 tentang Akuntansi Perbankan
Syariah paragrap 52 dijelaskan bahwa murabahah adalah jual beli
barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin)
yang disepakati oleh penjual dan pembeli.
Dalam beberapa kitab fikih, menurut Bahjatullah (2011)
murabahah merupakan salah satu dari bentuk jual beli yang bersifat
45
menawar). Murabahah terlaksana penjual dan pembeli berdasarkan
harga barang, harga asli pembelian penjual yang diketaui oleh pembeli
dan keuntungan pun diberitahukan kepada pembeli, sedangkan
musawwamah adalah transaksi transaksi antara penjual dan pembeli
dengan suatu harga tanpa melihat harga asli barang. Jual-beli yang
juga termasuk amanah adalah jual beli wadi’ah, yaitu menjual kembali
dengan harga rendah (lebih kecil dari harga asli pembeli). Jaul beli
wadi’ah terlaksana apabila nilai barang turun dari harga asli. Namun
apabila menjual dengan harga sama dengan harga pembelian, maka
disebut jual beli tauliyah.
14. Aspek Teknis
Munurut Muhammad (2000:25) dengan prinsip murabahah, bank
syariah akan membeli barang/jasa, lalu menjualnya kepada
nasabahnya dengan mengambil margin keuntungan. Bank
memberikan waktu tangguh bayar kepada nasabahnya selama 30 hari,
60 hari, 90 hari atau jangka waktu lain yang disepakati bersama.
1.Bank menunjuk nasabahnya sebagai agen pembelian barang
dimaksud atas nama bank, dan bank membayar harga barang.
Pembayaran harga beli hanya sah bila dilengkapi invoice,
draft/bill, confirmed delivery order atau dokumen-dokumen
sejenis. Bank harus memastikan bahwa:
a. Draft/bill tidak boleh kadaluwarsa (biasanya tidak lebih dari
b. Pembiayaan ganda (double financing) harus dihindari.
2.Bank syariah selanjutnya menjual barang ke nasabahnya dengan
harga yang telah disepakati bersama, yaitu harga pembelian
ditambah margin keuntungan, dan menerbitkan suatu murabahah
note bernilai nominal sebesar harga jual untuk dilunasi dengan
tangguh tempo 30 hari, 60 hari atau jangka waktu lain yang
disepakati bersama.
3.Pada saat murabahahnote jatuh tempo, nasabah membayar bank
dengan menerbit rekening korannya di bank yang bersangkutan,
atau kliring cek/draft.
15. Aspek Administrasi
Menurut Muhammad (2005:111) aspek administrasi pada
Murabahah sebagai berikut:
1. Realisasi Penyaluran Dana
Transaksi jual beli murabahah akan dicairkan setelah akad
perjanjian jual beli murabahah di tanda tangani dan bank telah
menerima dokumen bukti transaksi dan penyerahan (barang yang
dimaksud dalam akad) dari supplier, sedang nasabah (pembeli)
menandatangani tanda terima barang yang dibeli dari bank dengan
pembayaran secara tangguh.
2. Kewajiban Nasabah
a) Bank berhak meminta dan memperoleh surat kuasa dari
47
pembayaran kewajiban (angsuran) pada setiap saat
kewajiban jatuh tempo.
b) Jika nasabah melakukan pembayaran uang muka, maka
kewajiban nasabah adalah sebesar harga jual dikurangi
dengan uang muka, (uang muka sebagai pengurang piutang
kepada nasabah, dan tidak diperkenanan sebagai
pembayaran angsuran pertama).
c) Secara prinsip, penyelesaian hutang nasabah dalam
transaksi murabahah tidak ada kaitanya dengan transaksi
barang tersebut, yaitu sebesar harga jual barang. Jika
nasabah menjual kembali barang tersebut dengan
keuntungan atau kerugian, ia tetap berkewajiban untuk
menyelesaikan hutangnya kepada bank (Ridwan,
2004:245).
16. Gambar 2.1 Skema Teknis Penyaluran Dana (Murabahah)