BAB III - 55 Beban mati merupakan berat sendiri bangunan yang
2.10. Syarat-syarat Umum Perencanaan Struktur Gedung
2.10.1 Syarat Stabilitas
Kestabilan memiliki arti bangunan tidak akan runtuh (collapse) jika mendapat pengaruh gaya-gaya dari luar. Setidaknya ada 3 cara yang bisa dilakukan untuk membuat struktur yang stabil:
BAB III - 58 Pemasangan pengaku, selain untuk membuat struktur stabil, dilakukan untuk membantu mencegah struktur mengalami deformasi yang besar pada arah horizontal. Pengaku banyak dipasang pada strukur yang terbuat dari kayu atau baja. Pada struktur bangunan tinggi (lebih dari 30 meter), pemasangan pengaku lebih sering dilakukan dibandingkan dengan struktur bangunan yang rendah dengan alasan struktur yang rendah masih sangat rigid (deformasinya kecil) dan tidak membutuhkan bantuan bracing.
b. Pembuatan bidang rangka yang kaku (diaphragm)
Bidang rangka kaku atau biasa disebut diaphragm adalah sistem di mana dinding atau pelat lantai dipasang sangat kaku pada rangka struktur. Hal ini menyebabkan sambungan (joint) tidak lagi berperilaku sebagai sendi, namun sambungan ini akan kaku dan berubah fungsi sebagai jepit.
c. Pemasangan sambungan yang kaku (rigid)
Jika pada sistem diaphragm memasang bidang yang akan mengubah perilaku sambungan, maka pada cara yang ketiga ini, sambungan secara langsung dipasang dengan kaku tanpa perlu bantuan dinding atau pelat. Biasanya sistem seperti ini bisa dilakukan pada sambungan las baja atau sambungan balok kolom pada beton bertulang.
Untuk membuat sistem struktur yang stabil, paling tidak diperlukan sejumlah elemen-elemen minimum yang dipasang pada struktur. Struktur pada kondisi sudah dibuat kaku sudah stabil, namun jika ada gaya horizontal pada arah tegak lurus bracing, struktur akan mengalami torsi yang cukup besar akibat pemasangan struktur yang tidak simetris. Untuk itulah diperlukan pemasangan elemen-elemen yang simetris pada struktur.
BAB III - 59 2.10.2 Syarat Kekuatan
Syarat kekuatan ini mencakup seluruh elemen struktur baik plat, kolom, balok, dan shearwall. Cara mengeceknya pun sesuai dengan perilaku elemen-elemen tersebut. Misalnya kolom, cari terlebih dahulu diagram interaksi dan tentukan dimana titik Pu, Mu maksimum pada diagram interaksi tersebut, jika titik tersebut berada di luar dan di bawah keadaan balance, maka terjadi kegagalan tarik. Jika berada di luar sebelah atas keadaan balance maka terjadi kegagalan tekan. Sedangkan pada balok dan plat, di cek dengan mengukur kemampuan balok dengan ukuran dan tulangan terpasang kemudian bandingkan dengan momen yang terjadi. Bila momen kapasitas balok di atas momen yang terjadi di lapangan, baik itu tekan maupun tarik, maka balok dan pelat tersebut aman. Sedangkan pada shearwall, ada beberapa pakar yang mengasumsikan shearwall sebagai kolom pendek karena itu pengecekannya pun sama dengan kolom, yaitu dengan mencari diagram interaksi tersebut.
2.10.3 Syarat Daktilitas
Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung SNI 03-1726-2012, memberikan pengertian daktilitas dan faktor daktilitas. Daktilitas adalah kemampuan struktur gedung untuk mengalami simpangan pasca-elastik yang besar secara berulang kali dan bolak-balik akibat beban gempa di atas beban gempa yang menyebabkan terjadinya pelelehan pertama, sambil mempertahankan kekuatan dan kekakuan yang cukup, sehingga struktur gedung tersebut tetap berdiri, walaupun sudah berada dalam kondisi di ambang keruntuhan.
Faktor daktilitas adalah rasio antara simpangan maksimum struktur gedung pada saat mencapai kondisi di ambang keruntuhan dan simpangan struktur gedung pada saat terjadinya pelelehan pertama di dalam struktur gedung.
BAB III - 60 2.10.3.1 Elastik (Fully Elastic)
Elastik adalah suatu tingkat daktilitas struktur gedung dengan nilai faktor daktilitas sebesar 1,0.
2.10.3.2 Daktilitas Parsial
Daktilitas parsial adalah seluruh tingkat daktilitas struktur gedung dengan nilai faktor daktilias diantara untuk struktur gedung yang elastik penuh sebesar 1,0 dan untuk struktur gedung yang daktail penuh sebesar 5,3
2.10.3.3 Daktilitas Penuh (Full Ductility)
Daktilitas penuh adalah suatu tingkat daktilitas struktur gedung, di mana strukturnya mampu mengalami simpangan pasca-elastik pada saat mencapai kondisi diambang keruntuhan yang paling besar, yaitu dengan mencapai nilai faktor daktilitas sebesar 5,3
2.10.4 Syarat Layak Pakai dalam keadaan Layan
2.10.4.1 Arti Lendutan
Besarnya lendutan pada batang-batang beton menjadi sangat penting saat batang struktur didesain dengan ukuran relatif langsing. Lendutan yang berlebihan pada balok dan plat dapat menyebabkan penurunan lantai, cekungan pada atap datar, getaran yang berlebihan, dan bahkan mengganggu operasi mesin yang ditopang struktur. Lendutan seperti ini biasanya merusak partisi bata ringan (McCormac,2003:158)
BAB III - 61 2.10.4.2 Kontrol Lendutan
Salah satu cara terbaik untuk mengurangi lendutan adalah dengan meningkatkan ketebalan struktur. Spesifikasi beton bertulang biasanya membatasi lendutan dengan cara menentukan batas maksimum lendutan hasil perhitungan yang diizinkan.
Tabel 2.5 Perhitungan lendutan maksimum yang diizinkan
Jenis batang struktur Lendutan yang harus diperhitungkan
Batas lendutan Atap datar yang tidak menopang atau
menempel pada batang nonstruktural yang dapat rusak karena lendutan besar
Lendutan yang segera terjadi karena beban hidup L
L/180
Lantai yang tidak menopang atau menempel pada batang nonstruktural yang dapat rusak karena lendutan besar
Lendutan yang segera terjadi karena beban hidup L
L/360
Konstruksi atap atau lantai yang menopang atau menempel pada batang nonstruktural yang dapat rusak karena lendutan besar
Bagian dari lendutan total yang terjadi setelah
L/480
Konstruksi atap atau lantai yang menopang atau menempel pada batang nonstruktural yang tidak akan rusak karena lendutan besar
L/240
2.10.4.3 Simpangan Bangunan dan Simpangan Antar Lantai
Suatu struktur harus memiliki kekakuan yang cukup sehingga pergerakkannya dapat dibatasi. Kekakuan struktur dapat diukur dari besarnya simpangan antar lantai (drift) bangunan, semakin kecil simpangan struktur maka bangunan tersebut akan semakin kaku
Ada perbedaan antara displacement dan drift, displacement adalah simpangan suatu lantai di ukur dari dasar lantai sedangkan drift adalah simpangan suatu lantai di ukur dari dasar lantai di bawahnya. Kekakuan
BAB III - 62