• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan – hutan, lalu dibudidayakan. Tanaman kelapa sawit memerlukan kondisi lingkungan yang baik agar mampu tumbuh dan berproduksi secara optimal. Keadaan iklim dan tanah merupakan faktor utama bagi pertumbuhan kelapa sawit, di samping faktor-faktor lainnya seperti sifat genetika, perlakuan budidaya, dan penerapan teknologi lainnya (Pangaribuan, 2005).

Iklim

Kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis yang tumbuh baik antara garis lintang 130 Lintang Utara dan 120 Lintang Selatan, terutama di kawasan Afrika,

7

Asia, dan Amerika Latin. Keadaan iklim yang dikehendaki oleh kelapa sawit secara umum adalah sebagai berikut :

Curah Hujan

Tanaman Kelapa sawit menghendaki curah hujan 1.500 – 4.000 mm per tahun, tetapi curah hujan optimal 2.000 – 3.000 mm per tahun, dengan jumlah hari hujan tidak lebih dari 180 hari per tahun. Pembagian hujan yang merata dalam satu tahunnya berpengaruh kurang baik karena pertumbuhan vegetatif lebih dominan daripada pertumbuhan generatif, sehingga bunga atau buah yang terbentuk relatif lebih sedikit. Namun curah hujan yang terlalu tinggi kurang menguntungkan bagi penyelenggaraan kebun karena mengganggu kegiatan di kebun seperti pemeliharaan tanaman, kelancaran transportasi, pembakaran sisa-sisa tanaman pada pembukaan kebun, dan terjadinya erosi (Pangaribuan, 2005).

Contoh Keadaan curah hujan yang baik adalah di kawasan Sumatera utara, yakni berkisar antara 2.000 – 4.000 mm per tahun, dengan musim turun yang menyediakan kebutuhan air bagi tanaman. Keadaan iklim yang demikian mendorong kelapa sawit membentuk bunga dan buah secara terus menerus, sehingga diperoleh hasil buah yang tinggi.

Di jawa, tanaman kelapa sawit berkembang di daerah Banten Selatan yang iklimnya relatif cukup basah. Sedangkan di Indonesia bagian timur, misalnya di Kalimantan Timur, yang musim kemaraunya tegas dan berlangsung selama 4-5 bulan seringkali menyebabkan kerusakan bahkan kematian pada tanaman kelapa sawit.

Suhu dan Ketinggian Tempat

Tanaman kelapa sawit memerlukan beberapa persyaratan tertentu untuk pertumbuhannya, antara lain letak tinggi tempat dari atas permukaan laut,

8

keadaan tanah, topografi, drainase dan iklim. Kesesuaian tanah untuk kelapa sawit perlu diketahui mengingat tanaman kelapa sawit adalah tanaman tahunan.

Disamping kesesuaian tanah, juga perlu dipertimbangkan faktor alam lainnya seperti iklim yang sangat berpengaruh terhadap potensi tanah tersebut. Faktor – faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit meliputi iklim, tanah, serta biotik. Faktor cuaca dan iklim umumnya belum dapat dikendalikan, sedangkan faktor tanah dan biotik dikendalikan melalui manajemen dan kultur teknis yang optimal (Pangaribuan, 2005).

Untuk pertimbangan yang baik, tanaman kelapa sawit menghendaki keadaan lingkungan sebagai berikut :

Ketinggian Tempat

Tanaman kelapa sawit masih dapat tumbuh dan berbuah sampai ketinggian 1000 m diatas permukaan laut, namun secara ekonomis tanaman kelapa sawit diusahakan pada daerah sampai dengan ketinggian 400 m diatas permukaan laut. Ketinggian tempat untuk pengembangan tanaman kelapa sawit adalah kurang dari 400 m dari permukaan laut (dpl). Areal dengan ketinggian tempat lebih dari 400 m dpl tidak disarankan lagi untuk pengembangan kelapa sawit.

Bentuk wilayah yang sesuai dengan kelapa sawit adalah datar sampai berombak yaitu wilayah dengan kemiringan lereng antara 0 – 8 %. Pada wilayah bergelombang sampai berbukit (kemiringan lereng 8 – 30 %). Kelapa sawit masih dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik melalui upaya pengelolaan tertentu seperti pembuatan teras. Pada wilayah berbukit dengan kemiringan > 30% tidak dianjurkan untuk kelapa sawit karena akan memerlukan biaya yang besar untuk pengelolaannya, sedangkan produksi kelapa sawit yang dihasilkan relatif rendah.

9

Beberapa hal yang akan menjadi masalah dalam pengembangan kelapa sawit pada areal – areal berbukit antara lain : kesulitan dalam pemanenan dan pengangkutan buah segar, diperlukan pembangunan dan pemeliharaan jaringan transportasi, pembuatan bangunan pencegah erosi dan pemupukan yang tidak efektif karena sebagian besar hilang melalui aliran permukaan (PPKS, 2005).

Suhu

Pengaruh suhu udara terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit banyak dideduksi dari penyebaran geografi dan ketinggian tempat, dalam hal ini suhu udara akan semakin menurun dengan ketinggian tempat.

Tanaman ini dibudidayakan, tumbuh dan berkembang baik pada daerah tropis antara 130 Lintang Utara sampai 120 Lintang Selatan, utamanya di kawasan Afrika, Asia dan Amerika Latin (Hartley, 1988). Ketinggian tempat yang ideal untuk pertanaman kelapa sawit mulai dari 5 m sampai 200 m dari atas permukaan laut. Tanaman kelapa sawit tumbuh dan berkembang baik pada kawasan yang mempunyai suhu udara rata – rata 24 – 280 C (Ferwerda, 1977).

Untuk produksi yang tinggi dibutuhkan suhu maksimum rata – rata pada kisaran 29 – 320 C dan suhu minimum rata – rata pada kisaran 22 – 240 C (Hartley, 1988).

Perkebunan – perkebunan kelapa sawit dengan produktivitas yang lebih tinggi terdapat pada kawasan – kawasan yang mempunyai ketinggian serta keragaman suhu udara bulanan yang kecil Pada kajian lain (Ferwerda 1977).

Kelembapan dan Penyinaran Matahari

Pada pertanaman di lapangan, tanaman kelapa sawit membutuhkan penyinaran radiasi matahari yang cukup. Penyinaran radiasi yang cukup adalah lebih dari

10

1600 jam per tahun dengan rata – rata 5 – 7 jam per hari (Ferwerda, 1977).

Pengaruh penyinaran radiasi matahari terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit dapat diekspresikan dari hasil pengamatan Hartley (1988) yang dirangkum sebagai berikut : Perlakuan tanaman naungan menyebabkan penurunan kecepatan pertumbuhan dan produksi tandan bunga betina. Terdapat kolerasi positif antara produksi tandan buah dengan lama penyinaran tahunan yang terjadi pada dua bulan sebelumnya. Penyebaran produktivitas tandan buah tidak teratur pada kawasan yang terletak di lintang besar (di atas 160 lintang utara/selatan) yang disebabkan keragaman lama penyinaran matahari harian yang besar di antara bulan yang satu dengan lainnya (PPKS, 2005).

Sifat Kimia Tanah

Tanaman Kelapa sawit membutuhkan unsur hara dalam jumlah besar untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif. Karena itu, untuk mendapatkan produksi yang tinggi dibutuhkan kandungan unsur hara yang tinggi juga. Selain itu, pH tanah sebaiknya bereaksi asam dengan kisaran nilai 4,0 – 6,0 dan ber – pH optimum 5,0 – 5,5 (Darmosarkoro, 2005).

Pupuk Kandang Ayam Sebagai Sumber Bahan Organik

Kotoran ayam merupakan kotoran yang di keluarkan oleh ayam sebagai proses makanan yang disertai urine dan sisa-sisa makanan lainya (Ali, 2001).

Pemberian pupuk kotoran ayam dapat memperbaiki struktur tanah yang sangat kekurangan unsur organik serta dapat memperkuat akar tanaman. Itulah sebabnya pemberian pupuk organik ke dalam tanah sangat diperlukan agar tanaman dapat tumbuh dengan baik. Dari kenyataan yang ada bahwa banyak masyarakat yang berpendapat khususnya petani bahwa kotoran ayam sangat

11

baik jika diberikan pada tanaman namun harus menggunakan dosis dan tata cara tertentu. menurut banyak orang, selain manfaatnya yang besar kotoran ayam sangat mudah diperoleh dan harganya cukup terjangkau (Subroto, 2009).

Kotoran ayam atau bahan organik merupakan sumber nitrogen tanah yang utama, serta berperan cukup besar dalam memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologis tanah serta lingkungan. Di dalam tanah, pupuk organik akan dirombak oleh organisme menjadi humus atau bahan organik tanah (Widodo, 2008).

Bahan organik berfungsi sebagai “pengikat” butiran primer tanah menjadi butiran sekunder dalam pembentukan agregat yang mantap. Keadaan ini berpengaruh besar pada porositas, penyimpanan dan penyediaan air serta aerasi dan temperatur tanah. Bahan organik dengan C/N tinggi seperti jerami dan sekam memberikan pengaruh yang lebih besar pada perubahan sifat-sifat fisik tanah dibanding bahan organik yang telah terdekomposisi seperti kompos.

Meskipun mengandung unsur hara yang rendah, kotoran ayam penting dalam menyediakan hara makro dan mikro seperti Zn, Cu, Mo, Co, Ca, Mg, dan Si, meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah, serta dapat bereaksi dengan ion logam untuk membentuk senyawa kompleks, sehingga ion logam yang meracuni tanaman atau menghambat penyediaan hara seperti Al, Fe dan Mn dapat dikurangi. Kandungan kotoran ayam adalah sebagai berikut: 2.79 % N, 0.52 % P2O5, 2.29 % K2O. Maka dalam 1000 kg (1 ton) kompos akan setara dengan 62 kg Urea, 14.44 kg SP 36, dan 38.17 kg MOP (Haesono, 2009).

12

III. METODOLOGI

Dokumen terkait