• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Tujuan dan kegunaan

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifkasi Tanaman Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Ordo : Palmales Famili : Palmae Sub – Famili : Cocoidae

Spesies : 1. Elaeis guineensis Jacq (Kelapa sawit Afrika)

2. Elaeis melanococca atau Corozo oleifera (kelapa sawit Amerika Latin)

Varietas/Tipe digolongkan berdasarkan :

1. Tebal tipisnya cangkang (endocarp) : dikenal ada tiga varietas/tipe, yaitu Dura memiliki cangkang tebal (3-5 mm), daging buah tipis, tenera memiliki cangkang agak tipis (2-3 mm), daging buah tebal, dan Pisifera memiliki cangkang yang sangat tipis, tetapi daging buahnya tebal dan bijinya kecil.

2. Warna buah : dikenal tiga tipe yaitu Nigrescens (eksocarp)hitam, Virescens (eksocarp) hijau, dan Albescens eksocarp bulau putih (adrizal, 2005).

B. Morfologi Tanaman Kelapa Sawit

Akar

Kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil yang tidak memiliki akar tunggang.

Radikula (bakal akar) pada bibit terus tumbuh memanjang ke arah bawah selama enam bulan terus-menerus dan panjang akarnya mencapai 15 cm. Akar primer kelapa sawit terus berkembang.

4

Susunan akar kelapa sawit terdiri dari serabut primer yang tumbuh vertikal ke dalam tanah dan horizontal ke samping. Serabut primer ini akan bercabang manjadi akar sekunder ke atas dan ke bawah. Akhirnya, cabang-cabang ini juga akan bercabang-cabang lagi menjadi akar tersier, begitu seterusnya.

Kedalaman perakaran tanaman kelapa sawit bisa mencapai 8 meter dan 16 meter secara horizontal.

Batang

Tanaman kelapa sawit umumnya memiliki batang yang tidak bercabang. Pada pertumbuhan awal setelah fase muda (seedling) terjadi pembentukan batang yang melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia (ruas). Titik tumbuh batang kelapa sawit terletak di pucuk batang, terbenam di dalam tajuk daun, berbentuk seperti kubis dan enak dimakan.

Di batang tanaman kelapa sawit terdapat pangkal pelepah-pelepah daun yang melekat kukuh dan sukar terlepas walaupun daun telah kering dan mati.

Pada tanaman tua, pangkal-pangkal pelepah yang masih tertinggal di batang akan terkelupas, sehingga batang kelapa sawit tampak berwarna hitam beruas (Darmosarkoro, 2005).

Daun

Tanaman kelapa sawit memiliki daun (frond) yang menyerupai bulu burung atau ayam. Di bagian pangkal pelepah daun terbentuk dua baris duri yang sangat tajam dan keras di kedua sisisnya. Anak-anak daun (foliage leaflet) tersusun berbaris dua sampai ke ujung daun. Di tengah-tengah setiap anak daun terbentuk lidi sebagai tulang daun (Harahap, 2005).

5

Bunga dan buah

Tanaman kelapa sawit yang berumur tiga tahun sudah mulai dewasa dan mulai mengeluarkan bunga jantan atau bunga betina. Bunga jantan berbentuk lonjong memanjang, sedangkan bunga betina agak bulat. Tanaman kelapa sawit mengadakan penyerbukan silang (cross pollination). Artinya, bunga betina dari pohon yang satu dibuahi oleh bunga jantan dari pohon yang lainnya dengan perantaraan angin dan atau serangga penyerbuk.

Buah kelapa sawit tersusun dari kulit buah yang licin dan keras (epicrap), daging buah (mesocrap) dari susunan serabut (fibre) dan mengandung minyak, kulit biji (endocrap) atau cangkang atau tempurung yang berwarna hitam dan keras, daging biji (endosperm) yang berwarna putih dan mengandung minyak, serta lembaga (embryo).

Lembaga (embryo) yang keluar dari kulit biji akan berkembang ke dua arah.

1. Arah tegak lurus ke atas (fototropy), disebut dengan plumula yang selanjutnya akan menjadi batang dan daun

2. Arah tegak lurus ke bawah (geotrophy) disebut dengan radicula yang selanjutnya akan menjadi akar.

Plumula tidak keluar sebelum radikulanya tumbuh sekitar 1 cm. Akar-akar

adventif pertama muncul di sebuah ring di atas sambungan radikula-hipokotil dan seterusnya membentuk akar-akar sekunder sebelum daun pertama muncul.

Bibit kelapa sawit memerlukan waktu 3 bulan untuk memantapkan dirinya sebagai organisme yang mampu melakukan fotosintesis dan menyerap makanan dari dalam tanah.

6

Buah yang sangat muda berwarna hijau pucat. Semakin tua warnanya berubah menjadi hijau kehitaman, kemudian menjadi kuning muda, dan setelah matang menjadi merah kuning (oranye). Jika sudah berwarna oranye, buah mulai rontok dan berjatuhan (buah leles) (Eko, 2005).

Biji

Setiap jenis kelapa sawit memiliki ukuran dan bobot biji yang berbeda. Biji dura afrika panjangnya 2-3 cm dan bobot rata-rata mencapai 4 gram, sehingga dalam 1 kg terdapat 250 biji. Biji dura deli memiliki bobot 13 gram per biji, dan biji tenera afrika rata-rata memiliki bobot 2 gram per biji.

Biji kelapa sawit umumnya memiliki periode dorman (masa non-aktif).

Perkecambahannya dapat berlangsung lebih dari 6 bulan dengan keberhasilan sekitar 50%. Agar perkecambahan dapat berlangsung lebih cepat dan tingkat keberhasilannya lebih tinggi, biji kelapa sawit memerlukan pre-treatment (Nanang, 2005).

C. Syarat Tumbuh

Kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan – hutan, lalu dibudidayakan. Tanaman kelapa sawit memerlukan kondisi lingkungan yang baik agar mampu tumbuh dan berproduksi secara optimal. Keadaan iklim dan tanah merupakan faktor utama bagi pertumbuhan kelapa sawit, di samping faktor-faktor lainnya seperti sifat genetika, perlakuan budidaya, dan penerapan teknologi lainnya (Pangaribuan, 2005).

Iklim

Kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis yang tumbuh baik antara garis lintang 130 Lintang Utara dan 120 Lintang Selatan, terutama di kawasan Afrika,

7

Asia, dan Amerika Latin. Keadaan iklim yang dikehendaki oleh kelapa sawit secara umum adalah sebagai berikut :

Curah Hujan

Tanaman Kelapa sawit menghendaki curah hujan 1.500 – 4.000 mm per tahun, tetapi curah hujan optimal 2.000 – 3.000 mm per tahun, dengan jumlah hari hujan tidak lebih dari 180 hari per tahun. Pembagian hujan yang merata dalam satu tahunnya berpengaruh kurang baik karena pertumbuhan vegetatif lebih dominan daripada pertumbuhan generatif, sehingga bunga atau buah yang terbentuk relatif lebih sedikit. Namun curah hujan yang terlalu tinggi kurang menguntungkan bagi penyelenggaraan kebun karena mengganggu kegiatan di kebun seperti pemeliharaan tanaman, kelancaran transportasi, pembakaran sisa-sisa tanaman pada pembukaan kebun, dan terjadinya erosi (Pangaribuan, 2005).

Contoh Keadaan curah hujan yang baik adalah di kawasan Sumatera utara, yakni berkisar antara 2.000 – 4.000 mm per tahun, dengan musim turun yang menyediakan kebutuhan air bagi tanaman. Keadaan iklim yang demikian mendorong kelapa sawit membentuk bunga dan buah secara terus menerus, sehingga diperoleh hasil buah yang tinggi.

Di jawa, tanaman kelapa sawit berkembang di daerah Banten Selatan yang iklimnya relatif cukup basah. Sedangkan di Indonesia bagian timur, misalnya di Kalimantan Timur, yang musim kemaraunya tegas dan berlangsung selama 4-5 bulan seringkali menyebabkan kerusakan bahkan kematian pada tanaman kelapa sawit.

Suhu dan Ketinggian Tempat

Tanaman kelapa sawit memerlukan beberapa persyaratan tertentu untuk pertumbuhannya, antara lain letak tinggi tempat dari atas permukaan laut,

8

keadaan tanah, topografi, drainase dan iklim. Kesesuaian tanah untuk kelapa sawit perlu diketahui mengingat tanaman kelapa sawit adalah tanaman tahunan.

Disamping kesesuaian tanah, juga perlu dipertimbangkan faktor alam lainnya seperti iklim yang sangat berpengaruh terhadap potensi tanah tersebut. Faktor – faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit meliputi iklim, tanah, serta biotik. Faktor cuaca dan iklim umumnya belum dapat dikendalikan, sedangkan faktor tanah dan biotik dikendalikan melalui manajemen dan kultur teknis yang optimal (Pangaribuan, 2005).

Untuk pertimbangan yang baik, tanaman kelapa sawit menghendaki keadaan lingkungan sebagai berikut :

Ketinggian Tempat

Tanaman kelapa sawit masih dapat tumbuh dan berbuah sampai ketinggian 1000 m diatas permukaan laut, namun secara ekonomis tanaman kelapa sawit diusahakan pada daerah sampai dengan ketinggian 400 m diatas permukaan laut. Ketinggian tempat untuk pengembangan tanaman kelapa sawit adalah kurang dari 400 m dari permukaan laut (dpl). Areal dengan ketinggian tempat lebih dari 400 m dpl tidak disarankan lagi untuk pengembangan kelapa sawit.

Bentuk wilayah yang sesuai dengan kelapa sawit adalah datar sampai berombak yaitu wilayah dengan kemiringan lereng antara 0 – 8 %. Pada wilayah bergelombang sampai berbukit (kemiringan lereng 8 – 30 %). Kelapa sawit masih dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik melalui upaya pengelolaan tertentu seperti pembuatan teras. Pada wilayah berbukit dengan kemiringan > 30% tidak dianjurkan untuk kelapa sawit karena akan memerlukan biaya yang besar untuk pengelolaannya, sedangkan produksi kelapa sawit yang dihasilkan relatif rendah.

9

Beberapa hal yang akan menjadi masalah dalam pengembangan kelapa sawit pada areal – areal berbukit antara lain : kesulitan dalam pemanenan dan pengangkutan buah segar, diperlukan pembangunan dan pemeliharaan jaringan transportasi, pembuatan bangunan pencegah erosi dan pemupukan yang tidak efektif karena sebagian besar hilang melalui aliran permukaan (PPKS, 2005).

Suhu

Pengaruh suhu udara terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit banyak dideduksi dari penyebaran geografi dan ketinggian tempat, dalam hal ini suhu udara akan semakin menurun dengan ketinggian tempat.

Tanaman ini dibudidayakan, tumbuh dan berkembang baik pada daerah tropis antara 130 Lintang Utara sampai 120 Lintang Selatan, utamanya di kawasan Afrika, Asia dan Amerika Latin (Hartley, 1988). Ketinggian tempat yang ideal untuk pertanaman kelapa sawit mulai dari 5 m sampai 200 m dari atas permukaan laut. Tanaman kelapa sawit tumbuh dan berkembang baik pada kawasan yang mempunyai suhu udara rata – rata 24 – 280 C (Ferwerda, 1977).

Untuk produksi yang tinggi dibutuhkan suhu maksimum rata – rata pada kisaran 29 – 320 C dan suhu minimum rata – rata pada kisaran 22 – 240 C (Hartley, 1988).

Perkebunan – perkebunan kelapa sawit dengan produktivitas yang lebih tinggi terdapat pada kawasan – kawasan yang mempunyai ketinggian serta keragaman suhu udara bulanan yang kecil Pada kajian lain (Ferwerda 1977).

Kelembapan dan Penyinaran Matahari

Pada pertanaman di lapangan, tanaman kelapa sawit membutuhkan penyinaran radiasi matahari yang cukup. Penyinaran radiasi yang cukup adalah lebih dari

10

1600 jam per tahun dengan rata – rata 5 – 7 jam per hari (Ferwerda, 1977).

Pengaruh penyinaran radiasi matahari terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit dapat diekspresikan dari hasil pengamatan Hartley (1988) yang dirangkum sebagai berikut : Perlakuan tanaman naungan menyebabkan penurunan kecepatan pertumbuhan dan produksi tandan bunga betina. Terdapat kolerasi positif antara produksi tandan buah dengan lama penyinaran tahunan yang terjadi pada dua bulan sebelumnya. Penyebaran produktivitas tandan buah tidak teratur pada kawasan yang terletak di lintang besar (di atas 160 lintang utara/selatan) yang disebabkan keragaman lama penyinaran matahari harian yang besar di antara bulan yang satu dengan lainnya (PPKS, 2005).

Sifat Kimia Tanah

Tanaman Kelapa sawit membutuhkan unsur hara dalam jumlah besar untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif. Karena itu, untuk mendapatkan produksi yang tinggi dibutuhkan kandungan unsur hara yang tinggi juga. Selain itu, pH tanah sebaiknya bereaksi asam dengan kisaran nilai 4,0 – 6,0 dan ber – pH optimum 5,0 – 5,5 (Darmosarkoro, 2005).

Pupuk Kandang Ayam Sebagai Sumber Bahan Organik

Kotoran ayam merupakan kotoran yang di keluarkan oleh ayam sebagai proses makanan yang disertai urine dan sisa-sisa makanan lainya (Ali, 2001).

Pemberian pupuk kotoran ayam dapat memperbaiki struktur tanah yang sangat kekurangan unsur organik serta dapat memperkuat akar tanaman. Itulah sebabnya pemberian pupuk organik ke dalam tanah sangat diperlukan agar tanaman dapat tumbuh dengan baik. Dari kenyataan yang ada bahwa banyak masyarakat yang berpendapat khususnya petani bahwa kotoran ayam sangat

11

baik jika diberikan pada tanaman namun harus menggunakan dosis dan tata cara tertentu. menurut banyak orang, selain manfaatnya yang besar kotoran ayam sangat mudah diperoleh dan harganya cukup terjangkau (Subroto, 2009).

Kotoran ayam atau bahan organik merupakan sumber nitrogen tanah yang utama, serta berperan cukup besar dalam memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologis tanah serta lingkungan. Di dalam tanah, pupuk organik akan dirombak oleh organisme menjadi humus atau bahan organik tanah (Widodo, 2008).

Bahan organik berfungsi sebagai “pengikat” butiran primer tanah menjadi butiran sekunder dalam pembentukan agregat yang mantap. Keadaan ini berpengaruh besar pada porositas, penyimpanan dan penyediaan air serta aerasi dan temperatur tanah. Bahan organik dengan C/N tinggi seperti jerami dan sekam memberikan pengaruh yang lebih besar pada perubahan sifat-sifat fisik tanah dibanding bahan organik yang telah terdekomposisi seperti kompos.

Meskipun mengandung unsur hara yang rendah, kotoran ayam penting dalam menyediakan hara makro dan mikro seperti Zn, Cu, Mo, Co, Ca, Mg, dan Si, meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah, serta dapat bereaksi dengan ion logam untuk membentuk senyawa kompleks, sehingga ion logam yang meracuni tanaman atau menghambat penyediaan hara seperti Al, Fe dan Mn dapat dikurangi. Kandungan kotoran ayam adalah sebagai berikut: 2.79 % N, 0.52 % P2O5, 2.29 % K2O. Maka dalam 1000 kg (1 ton) kompos akan setara dengan 62 kg Urea, 14.44 kg SP 36, dan 38.17 kg MOP (Haesono, 2009).

12

III. METODOLOGI

A. Waktu dan Tempat

Percobaan ini dimulai Maret 2012 hingga Juni 2012. Bertempat di Kebun percobaan Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan, Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene dan kepulauan.

Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan dua (2) perlakuan + 1 kontrol, yaitu :

k0 : Kontrol

k1 : Pupuk kandang ayam 10 kg k2 : Pupuk kandang ayam 20 kg

Setiap perlakuan terdiri atas tiga (3) unit dan diulang sebanyak empat (4) kali, sehingga terdapat tiga puluh enam (36) unit percobaan.

Persiapan bahan

Pupuk kandang ditimbang berdasarkan jumlah perlakuan yaitu K1 12 bagian dan K2 12 bagian. Untuk K1 dosis yang digunakan adalah 10 kg perpohon dan untuk K2 20 kg perpohon.

Pembersihan tanaman

sebelum pemupukan terlebih dahulu pohon kelapa sawit dan piringan dibersihkan dari daun dan ranting serta gulma yang tumbuh disekitarnya agar

13

pupuk dapat diserap dengan baik oleh tanaman. Piringan dibersihkan menggunakan cangkul dengan cara menarik sampah dari dalam keluar piringan sampai sejauh tajuk tanaman dan mencabut gulma yang tumbuh disekitarnya.

Aplikasi pupuk

Pupuk diberikan dengan cara tabur yaitu disebar disekeliling tanaman sejauh luas piringan. Hal ini dilakukan sebab jumlah pupuk yang diberikan per pohon terhitung relatif banyak.

D. Parameter pengamatan

Parameter pengamatan yaitu jumlah pelepah dan jumlah tandan yang dihitung sebelum perlakuan dan tiga bulan kemudian setelah perlakuan dihitung kembali untuk mengetahui berapa pertambahan dari semua perlakuan. Bila terdapat pengaruh yang signifikan antara perlakuan maka dilakukan uji lanjutan Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf α 0,05 dan 0,01.

Dokumen terkait