• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tabel Hasil

Dalam dokumen BAB 1 Pendahuluan - Kelompok 3a (Halaman 31-43)

BAB 3 Metode Praktikum

3.7 Tabel Hasil

-4. Turbidimeter 1 buah - ( pinjam)

-9. Tanaman Eceng

Gondok 2 buah

-10. Alat filtrasi - (pinjam)

-11. Arang Rp 5.000,00

T O T A L Rp 26.500,00

3.7 Tabel Hasil

a. Percobaan 1 :

Tabel 3.2. Tabel Percobaan 1 No

. Variabel pembanding Tingkat kejernihan (NTU) 1. Air Sungai

2 Air sungai + Enceng Gondok

3. Air sungai + Filtrasi 4. Air sungai + Arang Aktif

b. Percobaan 2 :

Tabel 3.3. Tabel Percobaan 2

No. Variabel pembanding Tingkat kejernihan (NTU) 1. Air sungai

2. Eceng Gondok + Arang 3. Filtrasi + Arang

c. Percobaan 3:

Tabel 3.4. Tabel Percobaan 3

No. Variabel pembanding Tingkat kejernihan (NTU) 1. Air Sungai

2. Eceng Gondok + Filtrasi + Arang

Bab 4

Hasil dan Pembahasan

4.1 Hasil Pengamatan

a. Percobaan 1 :

Tabel 4.1. Tabel Hasil Percobaan 1 No

.

Variabel pembanding Tingkat kejernihan (NTU)

1. Air Sungai 12,9

2 Air sungai + Enceng Gondok

2,6 3. Air sungai + Filtrasi 8,6 4. Air sungai + Arang Aktif 1,8

b. Percobaan 2 :

Tabel 4.2. Tabel Hasil Percobaan 2

No. Variabel pembanding Tingkat kejernihan (NTU)

1. Air sungai 12,9

2. Eceng Gondok + Arang 0,9

3. Filtrasi + Arang 2,7

c. Percobaan 3:

No. Variabel pembanding Tingkat kejernihan (NTU)

1. Air Sungai 12,9

2. Eceng Gondok + Filtrasi + Arang

2,0

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa air sungai yang digunakan sebagai sampel, semula diukur memiliki tingkat kekeruhan sebesar 12,9 NTU. Pada percobaan pertama air sungai yang dibagi dalam 3 wadah dengan 3 perlakuan berbeda yaitu didiamkan semalam dengan media eceng gondok, disaring dengan filtrasi, dan didiamkan semalam dengan media arang aktif, menunjukkan hasil maksimal pada media arang aktif. Di mana tingkat kekeruhan turun drastis menjadi hanya sebesar 1,8 NTU. Media kedua yang menunjukkan penurunan cukup drastis adalah media eceng gondok dengan tingkat kekeruhan sebesar 2,6 NTU. Sedangkan media filtrasi menurunkan tingkat kekeruhan air menjadi sebesar 8,6 NTU.

Percobaan ke-dua dilakukan untuk mengetahui sejauh apa keefektifan penjernihan dapat dilakukan dengan gabungan hasil penjernihan pada percobaan pertama yang diambil sampelnya, yaitu hasil dari media eceng gondok dan hasil dari media filtrasi. Setiap sampel tersebut ditampung pada dua wadah yang berbeda dan didiamkan selama semalam dengan arang aktif. Hasilnya menunjukkan bahwa air sungai yang didiamkan selama semalam dengan eceng gondok dengan penurunan tingkat kekeruhan menjadi sebesar 2,6 NTU, dan kemudian didiamkan lagi selama semalam dengan arang aktif menghasilkan air dengan kadar kekeruhan paling rendah yaitu sebesar 0,9 NTU. Sedangkan dari media filtrasi, yang mengalami

penurunan menjadi sebesar 8,6 NTU, kemudian didiamkan selama semalam dengan media arang aktif kekeruhannya menurun menjadi sebesar 2,7 NTU.

Pengamatan pada percobaan ke-tiga dengan menggabungkan ketiga metode yang ada yaitu dengan urutan media eceng gondok kemudian filtrasi dan yang terakhir dengan arang aktif menghasilkan penurunan tingkat kekeruhan yang semula sebesar 12,9 NTU menjadi sebesar 2 NTU. Tingkat kekeruhan naik kembali ketika air sungai yang telah didiamkan selama semalam pada media eceng gondok melewati media filtrasi yaitu menjadi sebesar 5,5 NTU. Hal ini diduga karena filtrasi yang terdiri dari banyak susunan lapisan penyaring berpotensi masih membawa pengotor dari masing-masing bahan lapisan yang digunakan.

4.2 Pembahasan

Berdasarkan pada Permenkes No. 416/MEN.KES/PER/IX/1990 Tentang Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air disebutkan bahwa pada syarat kualitas air bersih tingkat kekeruhan yang diperbolehkan adalah maksimal sebesar 25 NTU, sedangkan pada syarat kualitas air minum tingkat kekeruhan yang diperbolehkan adalah maksimal sebesar 5 NTU. Dan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air, kadar maksimum kekeruhan air Golongan A yang diperbolehkan adalah sebesar 5 NTU. Maka air sungai awal yang belum diberi perlakuan sebenarnya dilihat dari tingkat kekeruhannya sudah memenuhi syarat air bersih dilihat dari segi kekeruhannya yaitu sebesar 12,9 NTU.

Setelah diberikan perlakuan dengan beberapa metode penjernihan, rata-rata media secara single dapat menurunkan tingkat kekeruhan air, yaitu media eceng gondok sebesar 2,6 NTU dan arang aktif sebesar 1,8 NTU sehingga memenuhi syarat tingkat kekeruhan maksimal air minum maupun syarat kualitas air Golongan A yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum tanpa pengolahan terlebih dahulu. Sedangkan media filtrasi belum mampu memenuhi karena tingkat kekeruhan yang dapat diturunkan hanya menjadi sebesar 8,6 NTU.

Pada percobaan ke-dua dengan gabungan beberapa media, air sungai yang telah didiamkan dengan eceng gondok selama semalam tingkat kekeruhannya turun menjadi hanya sebesar 0,9 NTU setelah didiamkan lagi selama semalam dengan arang aktif. Tingkat kekeruhan ini mendekati tingkat kekeruhan salah satu merk air minum dalam kemasan yang hanya sebesar 0,2 NTU, di mana jelas telah memenuhi syarat air minum dari segi kekeruhannya. Walau hasil dari filtrasi yang digabungkan dengan media arang aktif hanya dapat menurunkan kekeruhan hingga sebesar 2,7 NTU, hasil ini pun telah memenuhi syarat air minum menurut Permenkes No. 416/ MEN.KES/PER/IX/1990 Tentang Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air dari aspek kekeruhan maupun Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air pada kriteria air Golongan A.

Pada percobaan ke-tiga gabungan tiga metode dengan urutan eceng gondok, filtrasi, kemudian arang aktif, menghasilkan air dengan tingkat kekeruhan sebesar 2 NTU. Hasil ini juga telah memenuhi syarat air minum menurut Permenkes No. 416/MEN.KES/PER/IX/1990 Tentang

Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air dari segi kekeruhan dan Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air.

Bab 5

Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan

Air merupakan kebutuhan utama bagi seluruh makhuk hidup di bumi. 6Oleh karena itu manusia harus mengupayakan untuk melakukan proses penjernihan dan pengolahan air yang dapat menghasilkan air yang dapat digunakan kembali oleh semua makhluk hidup.

Metode penjernihan air merupakan suatu usaha yang dilakukan agar air yang tadinya kurang bermanfaat karena konsistensi yang terkandung didalamnya menjadi air yang bisa dimanfaatkan untuk segala kebutuhan. Dalam praktikum ini, penjernihan dilakukan pada badan air. Sedangkan badan air adalah kumpulan air yang besarnya antara lain bergantung pada relief permukaan bumi, curah hujan, suhu, dsb, misal sungai, rawa, danau, laut, dan samudra.

Badan air yang digunakan di dapat dari air sungai yang berada antara Fakultas Kesehatan Masyarakat dengan Fakultas Sains dan Teknologi

Unair. Kemudian, penjernihan air dilakukan dengan metode enceng gondok, metode filtrasi, dan metode arang aktif untuk membandingkan hasil turdibitas ketiganya. Dilanjutkan dengan percobaan hasil enceng gondok yang dipadukan dengan arang aktif dan hasil filtrasi yang juga dipadukan dengan arang aktif. Terakhir menggunakan tiga metode penjernihan sekaligus, yakni metode penjernihan air dengan media tanaman eceng gondok, filtrasi dengan susunan yang dapat merubahan kondisi fisik dari air sungai, dan juga menggunakan metode endapan dengan menggunakan arang.

Berdasarkan pada Permenkes No. 416/MEN.KES/PER/IX/1990 Tentang Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air dan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Airdapat dilihat bahwa air sungai awal yang belum diberi perlakuan dilihat dari tingkat kekeruhannya sudah memenuhi syarat air bersih.

Setelah diberikan perlakuan dengan beberapa metode penjernihan, hanya media filtrasi yang belum mampu memenuhi karena tingkat kekeruhan. Pada percobaan ke-dua dengan gabungan beberapa media, hasilnya pun telah memenuhi syarat air minum menurut Permenkes No. 416/MEN.KES/PER/IX/1990 Tentang Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air dari aspek kekeruhan maupun Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air pada kriteria air Golongan A.

Pada percobaan ke-tiga gabungan tiga metode dengan urutan eceng gondok, filtrasi, kemudian arang aktif, menghasilkan air dengan tingkat kekeruhan sebesar 2 NTU. Hasil ini juga telah memenuhi syarat air minum menurut Permenkes No. 416/MEN.KES/PER/IX/1990 Tentang Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air dari segi kekeruhan dan Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air.

5.2 Saran

Air sungai awal yang belum diberi perlakuan dilihat dari tingkat kekeruhannya sudah memenuhi syarat air bersih. Dan setelah diberi perlakuan dapat menurunkan tinggat kekeruhan air tersebut. Maka dari itu, perlu dilakukan penelitian lebih jauh mengenai suhu, warna dan berbagai faktor pendukung air bersih lainnya. Sehingga air tersebut dapat digunakan sebagai alternative air bersih yang dapat dimanfaatkan bagi lingkungan.

Lampiran 1

Gambar 1 : Alat Turbidimeter Gambar 2 : botol preparat Turbidimeter

Gambar 5 : Proses Filtrasi

Gambar 6 : Hasil Filtrasi dan Enceng Gondok

Gambar 7 : air Sungai, hasil enceng gondok, hasil filtrasi, diberi Arang aktif

Gambar 8 : hasil turbiditas air sungai dengan enceng gondok

Gambar 9 : Hasil turdibitas air sungai dengan arang aktif

Gambar 10 : Hasil turdibitas enceng gondok dengan arang aktif

Gambar 11: Hasil turdibitas filtrasi dengan arang aktif

Daftar Pustaka

Suara Merdeka, 2009, Manfaat Menakjubkan dari Arang Kayu, idrap.or.id, viewed 3 March 2013, http://www.idrap.or.id/news/detailArtikel.php?ID=35

Fauzi, Christian, & Herdiana, 2011, Program Kreativitas Mahasiswa: Pengolahan Air Limbah Domestik dengan Metode Biology Irigation Memanfaatkan Eceng Gondok Eicchornia Crassipes (Mart) Solms. di Bak Penampungan Sebagai Penyerap Polutan untuk Mengurangi Limbah Organik dan An-Organik, IPB, Bogor

Pararaja, Arif, 2008, Bahan Penjernih Air (Koagulan), wordpress.com, viewed 12 March 2013, http://smk3ae.wordpress.com/2008/08/05/bahan-kimia-penjernih-air-koagulan/

PERATURAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 416/MEN.KES/PER/IX/1990 Tentang Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air

Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1990 Tentang : Pengendalian Pencemaran Air

Rumidatul, Alfi, 2006, Efektivitas Arang Aktif Sebagai Adsoben Pada Pengolahan Air Limbah, IPB, Bogor

Said, Nusa Idaman & Widayat, Wahyu, 2009, Teknologi Pengolahan Air Gambut Sederhana

Gambar 2 : Hasil turdibitas percobaan ke-3 (enceng gondok, filtrasi, arang aktif

Sari, Ratih Nurmala, 2005, Peranan Eceng Gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms) dan Kayu Apu (Pistia stratoites L.) pada Peningkatan Kualitas Air Sungai yang Mengandung Bahan Pencemar Detergen dan Pupuk Nitrogen Worotitjan, Jonathan, 2012, Danau Tondano dan Perjuangan, blogspot.com,

viewed 3 March 2013, http://nathanworotitjan.blogspot.com/2012/09/danau-tondano-dan-perjuangan.html

Dalam dokumen BAB 1 Pendahuluan - Kelompok 3a (Halaman 31-43)

Dokumen terkait