• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tabel Hasil Pen elitian

BAB V KESIMPU LAN DAN SARAN

Lampiran 5. Tabel Hasil Pen elitian

LAMPIRAN 5. TABEL HASIL WAWANCARA, OBSERVASI, DAN REKAM KASUS

Pengasuhan Wawancara Observasi Rekam Kasus

A. Pengasuhan Positif

1. Mengajarkan hal atau cara yang baik dan santun

Anak-anak kerap kali berbicara kasar dan kotor. Hal ini dikarenakan anak-anak mendengar ucapan kasar dan kotor dari suami. Bukan hanya informan, bahkan anak-anak juga mendapatkan makian berupa kata-kata kotor dari bapak. Informan kerap kali menegur saat anak-anak berbicara kotor dan tidak sopan.

Informan menegur anak-anak saat berbicara kotor dan tidak sopan. Informan juga mengajarkan anak-anak untuk berlaku sopan. Misalnya, saat ingin melewati orang dengan mengatakan permisi, saat ingin mengambil sesuatu didekat orang lain dengan mengatakan permisi, dan mengucapkan terima kasih saat diberikan sesuatu oleh orang lain.

anak membuat ekonomi keluarga semakin memburuk. Dengan keadaan ekonomi yang sulit, terkadang suami masih saja menuruti keinginannya untuk berjudi. Seringkali informan disalahkan oleh suami terkait keuangan keluarga. Suami mengatakan informan boros. Informan mencoba menyimpan uang dengan baik dan mempergunakannya dengan baik pula sehemat mungkin. Akan tetapi informan lebih mementingkan keperluan dan kebutuhan anak, terutama kebutuhan pangan meskipun seadanya. Keperluan anak-anak seperti kebutuhan sekolah.

jajan untuk membeli makanan yang dijadikan lauk, informan memberikannya.

3. Memberikan perhatian pada anak

Saat anak-anak sakit, informan memberikan obat dan mengobati dengan cara tradisional. Informan juga berupaya memberikan hiburan untuk anak-anak, salah satunya televisi. Akan tetapi, belum dapat diwujudkan karna keterbatasan ekonomi.

Informan memperingatkan anak-anak untuk berhati-hati saat ingin pergi memancing. Selain itu, informan juga meminta suami untuk menemani anak kedua saat ingin membeli layangan. Akan tetapi suami tidak mau mengantarkan.

4. Menjaga dan melindungi anak-anak dari hal yang tidak baik

Informan mendampingi dan memperingatkan anak pertama yang mendapatkan perlakuan tidak baik dari teman-temannya. Informan juga menjaga anak agar tidak terpengaruh hal-hal yang tidak baik, seperti berkelahi.

5. Beraktivitas bersama anak Keseharian informan hanya beraktivitas di dalam rumah, membuat informan sepenuhnya bisa

Informan menemani anak- anak bermain di dalam rumah, menemani anak mewarnai,

mempergunakan waktu untuk bersama-sama dengan anak.

dan menemani anak belajar. Informan juga menemani anak pertama yang sudah bersekolah untuk mengerjakan PR.

6. Adanya harapan informan untuk anak

Informan berharap anak-anak dapat menjadi anak yang sukses, sholeh, dan dapat membahagiakan dirinya. Dengan adanya harapan informan untuk anak, menandakan informan memiliki niat yang baik dan tujuan yang baik untuk anak-anak dimasa depan.

Informan berharap dengan kedatangan peneliti dapat membantu dan membuat anak-anak berubah, dari perilaku yang sangat sulit diatur menjadi mudah untuk mendengarkan arahan.

7. Mencoba memahami karakter anak

Informan berusaha memahami karakter anak agar informan mengetahui cara menghadapi anak- anak, seperti anak pertama. Informan tahu bahwa anak pertama cukup keras, jika diberitahu dengan

keras maka anak tersebut akan semakin keras. Oleh karena itu, informan sabar menghadapi.

B. Pengasuhan Negatif

1. Menggunakan fisik Informan kerap kali menyubit anak- anak untuk menertibkan mereka. Dengan keadaan anak-anak yang sangat aktif, informan kesulitan untuk membuat anak-anak mendengarkan arahannya. Menyubitlah salah satu cara informan untuk menertibkan anak. Akan tetapi, anak masih saja sama. Selain menyubit, informan juga pernah mengikat anak-anak saat mereka tidak bisa diatur. Informan juga menggunakan lidi yang kecil agar anak-anak tenang dan mau mendengarkan apa yang dikatakan

Informan menyubit anak-anak saat anak-anak berkata kotor. Awalnya informan menegur menggunakan kata-kata, karena anak-anak masih mengulanginya maka informan menyubit saat anak- anak berbicara kotor dan tidak sopan.

informan.

2. Mengancam anak Keadaan anak-anak yang sangat aktif dan informan harus mengendalikan tiga orang anak. Dengan keadaan yang demikian kerap kali informan kesulitan untuk membuat anak-anak mudah untuk mendengarkan arahan dan perkataannya (anak-anak ngeyel). Anak pertama dan anak kedua sering kali ribut dan akhirnya berkelahi. Informan juga kesulitan untuk mengendalikan. Saat informan sudah lelah dan tidak tahu harus bersikap seperti apa. Informan menangis dan mengancam anak-anak dengan mengatakan bahwa dirinya akan pergi meninggalkan anak-anak.

Informan mengancam anak- anak untuk membuat anak- anak mendengar arahannya, seperti mengancam informan akan pergi tanpa mengajak anak-anak ikut.

Dengan cara demikan, anak-anak terdiam dan mengikuti apa yang dikatakan oleh informan.

3. Membohongi anak Anak-anak yang sangat aktif membuat mereka sulit diatur bahkan mengabaikan apa yang dikatakan informan (ngeyel). Keadaan yang demikian membuat infoman membohongi anak-anak dengan mengemasi barang, mengambil tas, dan memasukkan pakaian. Hal ini dilakukan informan karena anak-anak akan diam dan mengikuti apa yang dikatakan informan. Anak-anak diam karena takut ditinggalkan oleh informan.

Informan menggunakan cara dengan membohongi anak agar anak mau mendengar dan mengikuti apa yang dikatakan. Dalam hal ini, informan membohongi anak dengan cara membawa sesuatu atau hal-hal yang ditakuti oleh anak, seperti suntikan, pak polisi.

4. Membiarkan anak atau terkesan lambat merespon anak (terlibat tapi sedikit

Informan terkesan telena dan menjadi terbiasa menertibkan anak- anak dengan cara tersebut. Ketika

Karena perilaku anak yang sangat aktif dan sulit diatur, tidak mendengar arahan yang

Saat di shelter, informan kurang tanggap dan cekatan terhadap anak, seperti saat

kendali, kebebasan yang berlebihan)

terbiasa muncullah kesan

“membiarkan” dari informan.

Kemungkinan hal ini juga menjadi bagian dari salah satu dampak kekerasan yang didapatkan informan. Informan menjadi tidak fokus dan merasa lelah mengasuh anak-anak yang sangat aktif.

informan katakan. Anak-anak semakin terbiasa hanya dengan kata-kata saja (hanya sekedar menegur, seperti memanggil nama saat anak- anak sangat aktif dan sulit untuk diatur).

anak menaiki meja, kursi, melompat-lompat, dll. Informan hanya sekedar menegur anak dengan cara yang halus dan lembut. Hal ini membuat anak-anak merasa sikap dan perilakunya tidak menjadi masalah. Oleh karena itu, anak tetap melakukan apa yang mereka ingin lakukan tanpa mengerti dan paham atas apa yang mereka lakukan tersebut. Hal ini jugalah yang memperkuat anak-anak bersikap tidak mendengar arahan informan, sangat sulit diatur dan dikendalikan.

kebersihan anak dan kotor membuat informan kurang memperhatikan kebersihan anak-anak. Hal ini juga didukung dari keadaan ekonomi yang sulit. Anak- anak bebas melakukan apa saja tanpa diperingatkan bersih atau kotor (terkait kesehatan). Gaya hidup yang tidak bersih sangat tampak dalam kehidupan sehari-hari di rumah.

di shelter badan pemerintah yang menangani kasus yang dialami informan, informan kurang memperhatikan kenyamanan anak-anak yang terlihat dari kamar yang berantakan, pakaian yang berantakan, dan kebersihan anak-anak yang kurang. Anak-anak juga tampak berantakan saat makan.

C. Faktor yang memengaruhi pengasuhan

1. Pengalaman atau riwayat pengasuhan

Beberapa dari pengasuhan yang diberikan ibu informan dulu diterapkan oleh informan untuk memberikan pengasuhan kepada anak-anaknya. Salah satunya adalah

pengasuhan menggunakan fisik dan cukup keras. Ibu informan dahulu menggunakan fisik seperti menyubit, menyiram informan menggunakan air bekas cucian, dan melukai informan saat menertibkan informan yang sulit untuk diberitahu (ngeyel).

2. Karakter dan pandangan informan

Dari pengalaman yang informan miliki membuat dirinya mempunyai sebuah pandangan terkait pengasuhan, yaitu dengan pengasuhan yang keras (menggunakan fisik), anak-anak akan menjadi takut. Ketika anak- anak takut maka akan dengan mudah anak-anak mengikuti apa yang diarahkan. Anak akan mudah untuk dikendalikan ditengah

Informan merupakan pribadi yang cukup sabar dan

terkesan “nerimo”. Hal ini

yang cenderung membuat informan terkesan cuek terhadap anak-anak. Informan terlihat membiarkan perilaku- perilaku anak yang sebenarnya sebuah masalah, seperti agresi non verbal yang dilakukan kepada informan

keaktifan anak-anak. sendiri dan antar saudara. 3. Faktor ekonomi Informan merasa kesulitan dengan

keadaan ekonomi saat ini. Informan memiliki keinginan untuk bekerja, akan tetapi suami tidak memperbolehkan dirinya untuk bekerja. Oleh karena itu, informan sangat bergantung pada suami untuk menghidupi keluarga, terutama kebutuhan anak-anak.

Keadaan ekonomi yang sangat minim membuat informan terkesan tidak memenuhi kebutuhan anak secara utuh. Terutama untuk hal kebersihan dan kenyamanan lingkungan rumah. Rumah tampak kotor dan berantakan. Anak-anak juga terlihat kumuh dengan pakaian yang sobek dan kotor.

Karena terbiasa dengan kehidupan sekarang, dengan ekonominya yang kurang, informan kurang memperhatikan kebersihan dan cenderung berantakan. Hal ini tercermin saat informan berada di shelter (tempat tinggal sementara paska kekerasan yang diterima). Informan lamban dalam merapikan kamar dan pakaian berserakan begitu saja. Hal ini serupa dengan keadaan di rumah informan (melalui pengamatan peneliti).

didapatkan informan menjadi penyebab kekerasan yang didapatkan informan. Dari kekerasan yang didapatkan informan, membuat dirinya tidak dapat fokus dan efektif memberikan pengasuhan pada anak. Dampak psikologis sangat berpengaruh terhadap pengasuhan yang diberikan informan untuk anak. Kekecewaan, sakit hati, dan kekhawatiran informan terhadap kekerasan yang kembali berulang membuat dirinya banyak membuang waktu dengan termenung. Sehingga tugas pengasuhan yang dirinya emban tidak efektif dan anak terkesan dibiarkan. Hal ini jugalah yang membuat anak berkelakuan sangat

dengan anak-anak saat tinggal di shelter kasus kekerasan. Saat anak-anak sangat aktif, informan hanya berkata dengan halus seperti memanggil nama anak-anak. Tidak tanggap dengan anak.

bebas dan aktif sehingga sulit diatur.

5. Keterlibatan suami dalam pengasuhan

Keterlibatan suami dalam pengasuhan sangat sedikit. Tugas pengasuhan lebih diberatkan suami oleh informan. Suami hanya berkomentar bahwa informan kurang tegas terhadap anak-anak dan cenderung lamban. Oleh sebab itu anak-anak menjadi seperti sekarang ini, sulit untuk mendengarkan dan diberitahu. Suami mengatakan informan salah mendidik anak. Suami juga mendidik anak menggunakan fisik, seperti memukul menggunakan sapu, menggunakan tangan, dan berbicara kotor. Dari keterlibatan suami dalam pengasuhan

Keterlibatan suami dalam pengasuhan cenderung mengarah kepada cara mendidik dengan kasar dan menggunakan fisik. Selain itu, karena karakter atau sifat suami yang tempramen dan pemarah. Anak-anak juga kerap diperlakukan kasar oleh suami informan, seperti menyubit dengan keras dan memlintir tangan anak.

memberikan pengaruh yang tidak baik kepada anak-anak

D. Perilaku anak

1. Perilaku positif Anak pertama sudah mampu memahami keadaan dan sudah memiliki perubahan semenjak ia duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Anak pertama sudah mulai tanggap dengan situasi yang terjadi, seperti melerai orangtua saat berkelahi dihadapan anak-anak. Anak-anak sudah mampu bersosialisasi dengan teman sebaya.

Anak-anak sangat aktif. Bahkan keaktifan anak-anak membuat informan kesulitan mengatur dan mengendalikan anak, terlebih anak kedua. Anak-anak juga memiliki keingintahuan yang besar terhadap sesuatu yang belum pernah dilihat dan berusaha untuk melihat dari dekat, terutama anak ketiga. Adanya aktivitas bersama saudara, seperti bermain bersama. Anak sudah mulai mandiri, seperti mengambil makan sendiri dan makan sendiri, mencuci kaki sendiri, membeli sesuatu sendiri, dsb.

Akan tetapi, masih dalam beberapa hal saja.

2. Perilaku negatif Anak-anak seringkali mengucapkan kata-kata kotor dan tidak sopan. Hal ini diyakini mengikuti apa yang sering dilakukan oleh suami informan. Agresi nonverbal yang ditunjukkan melalui perilaku seperti berkelahi dengan teman sebaya, yaitu anak pertama. Selain itu, melempari informan saat keinginannya tidak dituruti, seperti meminta uang jajan.

Agresi sangat terlihat menonjol dari perilaku anak- anak, baik agresi verbal maupun nonverbal. Agresi verbal yang muncul ialah mengucapkan kata-kata kotor dan tidak sopan, berteriak, dan menangis. Agresi nonverbal yang ditunjukkan seperti memukul, menendang, melempar benda-benda, merebut, mendorong, dll

Saat tinggal di shelter kekerasan, anak-anak tidak mau berbagi mainan dengan yang lain sehingga pengasuh di shelter mensiasati dengan meberikan permen jika berbagi mainan dan bermain bersama dengan yang lain. Anak juga merebut mainan yang ada disana. Anak kedua lebih banyak menunjukkan agresi fisik. Sedangkan anak ketiga lebih banyak menunjukkan agresi melalui verbal, seperti berteriak dan menangis.

sehingga terkesan tidak mendengarkan dan mengabaikan apa yang dikatakan oleh informan.

Dokumen terkait