• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sumber :Data Diolah dengan SPSS 23 (2020)

Dari tabel 4.8 diatas dapat diketahui bahwa hasil uji heterokedastisitas nilai signifikan Inflasi = 0,551 > α (0,05) , Investasi = 0,379 > α (0,05), Tenaga kerja = 0,316 > α (0,05) menunjukkan nilai Probabilitas Obs*-square = 0,2483 >

α (0,05) maka Ho diterima dengan kata lain model regresi terbebas dari masalah heteroskedastisitas.

4.3.2.4 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antar kesalahan penggangu (residual) pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya).

Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi autokorelasi.

Autokorelasi terjadi karena penelitian yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Apabila terjadi masalah autokorelasi maka harus diatasi dengan cara melakukan transformasi. Pada tabel 4.8 disajikan hasil uji autokorelasi.

Pada model regresi ini awalnya terdeteksi gejala autokorelasi, namun setelah dilakukan perbaikan dengan cara menambah variabel autoregressive AR(1) maka masalah autokorelasi sudah terkoreksi. Dapat dilihat dari nilai Durbin-Watson stat. Nilai du < d < 4-du. Dimana nilai du = 1.6763, niai d = 2.054 dan nilai dl = 0.9976. Maka pada model ini tidak terjadi gejala autokorelasi. Hal ini dapat dilihat dari nilai 1.6763 < 2.054 < (4 - 1.6763 = 2.3237).

Tabel 4.9

Hasil Uji Autokorelasi Durbin Watson

Sumber :Data Diolah dengan SPSS 23 (2020)

54

4.3.3 Uji Hipotesis

4.3.3.1 Uji Hipotesis Secara Simultan (Uji F)

Tabel 4.10 Hasil Estimasi Anova

Sumber :Data Diolah dengan SPSS 23 (2020)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersamaan atau simultan terhadap variabel dependen.

Kriteria :

Ho diterima apabila F-hitung > F-tabel Ha diterima apabila F-hitung < F-tabel F-hitung : 9,134

F-tabel : 3,10

Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat ditentukan bahwa F-hitung lebih besar dari F-tabel (9,134> 3,10 ). Artinya bahwa variabel X1 (Inflasi), X2 (Investasi), X3 (Tenaga Kerja) secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel Y (PDRB Sektor Industri Sumatera Utara) pada tingkat kepercayaan 95%.

4.3.3.2Uji t-statistik

Dapat dilihat pada tabel 4.5 untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial digunakan uji t-statistik, dengan cara melihat nilai probabilitasnya. Hasil pengujian dapat dilihat sebagai berikut:

1. Variabel inflasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap PDRB sektor industri dilihat dari nilai signifikan sebesar 0,744 > tingkat signifikansi α (0,05).

2. Variabel investasi sektor industri berpengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB sektor industri dilihat dari nilai signifikan sebesar 0,000 < tingkat signifikansi α (0,05).

3. Variabel tenaga kerja sektor industri berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap PDRB sektor industri dilihat dari nilai signifikan sebesar 0,502 >

tingkat signifikansi α (0,05).

4.3.3.3 Koefisien Determinasi ( R-square)

Tabel 4.11

Hasil Estimasi Model Summary Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 ,795a ,631 ,562 2154531,81144

a. Predictors: (Constant), Tenaga Kerja, Inflasi, Investasi Sumber :Data Diolah dengan SPSS 23 (2020)

Dari hasil regresi tabel 4.11 diperoleh nilai koefisien determinasi (R square) sebesar 0.631 atau sebesar 63%. Hal ini menunjukkan bahwa

variabel-56

variabel independen dalam penelitian ini yaitu Inflasi (X1), Invesatasi (X2), dan Tenaga Kerja (X3) menjelaskan besarnya pengaruh terhadap PDRB sektor industri di Sumatera Utara pada tahun 1998-2017 sebesar 63%. Adapun sisanya 37% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini.

4.4 Pembahasan

Berdasarkan hasil estimasi pada tabel 4.5 maka diperoleh nilai koefisien konstanta sebesar 2106111,93. Nilai menunjukkan bahwa penyerapan tenaga kerja sektor industri sudah ada sebesar 2106111,93 tanpa ada pengaruh dari variabel independen.

4.4.1 Pengaruh Inflasi terhadap PDRB Sektor Industri di Provinsi Sumatera Utara

Berdasarkan hasil regresi pada tabel 4.5 Pertumbuhan inflasi diperoleh nilai koefisien sebesar – 96,352 dan nilai probabilitas sebesar 0,744 lebih besar dari taraf signifikansi 5% (0,05) , hasil menunjukkan bahwa inflasi tidak memiliki pengaruh terhadap PDRB Sektor Industri di Sumatera Utara.

Hal ini sejalan dengan penelitian RULINAWATI, MITA (2017) yang berjudul Pengaruh Inflasi Terhadap Pertumbuhan Industri Pengolahan Di Indonesia menyatakan bahwa inflasi berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan industri pengolahan di Indonesia. Dengan hasil ini maka hipotesa penelitian ini diterima dan sejalan dengan hasil penelitian.

4.4.2 Pengaruh Investasi Sektor Industri terhadap PDRB Sektor Industri Di Provinsi Sumatera Utara

Variabel Investasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja dilihat dari nilai koefisien (0.004) dan nilai probabilitasnya sebesar 0,000 < tingkat signifikansi α (0,05) menjelaskan bahwa setiap nilai investasi naik satu juta maka akan meningkatkan jumlah penyerapan tenaga kerja sebesar 0.004.

Hal ini sesuai dengan teori dan hipotesa yang di jelaskan sebelumnya, bahwa investasi berhubungan positif dengan PDRB sektor industri, ketika investasi naik maka PDRB sektor industri juga akan meningkat. Hasil penelitian yang menunjukkan adanya pengaruh investasi terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri secara signifikan tersebut sesuai dengan teori bahwa “keberhasilan meningkatkan pertumbuhan PDRB, hal ini tidak bisa di pisahkan dari semakin meningkatnya Investasi, dimana investasi adalah kata kunci penentuan laju pertumbuhan ekonomi” (Todaro, 1998), teori tersebut sesuai dengan data yang diperoleh mengenai investasi naik maka PDRB sektor industri mengalami kenaikan.

Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mikha Lola Melyani Silaen , Astrid Maria Esther (2015) bahwa investasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB sektor industri di Provinsi Jawa Barat. Demikian juga dalam penelitian Batari Saraswati Karlita, Edy Yusuf AG (2013)yang berjudul Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja, Dan Ekspor Terhadap Pdrb Sektor

58

Industri Di Kota Semarang Tahun 1993-2010 menyatakan bahwa dari 4 (empat) faktor yang diangkat untuk dijadikan variabel dalam penelitian ini yaitu variabel investasi, variabel tenaga kerja, variabel ekspor, dan variabel dummy krisis terbukti hanya variabel investasi yang berpengaruh signifikan terhadap PDRB sektor industri di Kota Semarang.

4.4.3 Pengaruh Tenaga Kerja Sektor Industri terhadap PDRB Sektor Industri di Provinsi Sumatera Utara

Berdasarkan hasil regresi pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa pengaruh Teanaga Kerja berpengaruh tidak signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja dilihat dari nilai probabilitasnya sebesar 0,502 < tingkat signifikansi α (0,05) dan nilai koefisiennya 0,797. Hasil menunjukkan bahwa tenaga kerja tidak memiliki pengaruh terhadap PDRB Sektor Industri Sumatera Utara.

Dalam hasil penelitian ini, hipotesa ditolak dan tidak sejalan dengan hasil penelitian. Hal ini sebabkan masih rendahnya produktivitas yang dimiliki para pekerja di sektor industri tersebut sehingga meskipun jumlahnya banyak namun tidak signifikan mempengaruhi PDRB dari sektor industri sendiri. Selain itu sektor industri di Sumatera Utara lebih berpola pada industri padat modal disbanding padat karya.

Hasil ini mendukung dalam penelitian Batari Saraswati Karlita, Edy Yusuf AG (2013) yang berjudul Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja, Dan Ekspor Terhadap Pdrb Sektor Industri Di Kota Semarang Tahun 1993-2010 menyatakan bahwa variabel tenaga kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap PDRB sektor industri di Kota Semarang.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait