Pengaturan hasil RKU (TPTI) Simulasi
Etat luas (ha/tahun) 1.875 800
Etat volume (m3/tahun) 95.550 40.148
Perbandingan pengaturan hasil berdasarkan Rencana Kerja Usaha (RKU)
PT. Timberdana dengan simulasi terdapat pada Tabel 8. Hasil perhitungan etat
volume dan etat luas berdasarkan RKU IUPHHK-HA PT. Timberdana diperoleh
rata-rata jatah tebangan tahunan sebesar 1.875 ha/tahun dan 95.550 m
3/tahun
untuk sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI), sedangkan pada
simulasi pengaturan hasil berdasarkan jumlah pohon rata-rata jatah tebangan
tahunan sebesar 800 ha/tahun dan volume sekitar 40.148 m
3/tahun. Potensi kayu
minimum rata-rata yang dapat ditebang berdasarkan simulasi sebesar 50 m
3/ha.
Intensitas logging minimal yang layak diproduksi secara ekonomis menurut Elias
(2002) adalah 5 batang/ha, sementara volume kayu produksi minimal adalah
25-30 m
3/ha. Apabila nilai Fe dan Fp diperhitungkan sebesar 0,7 dan 0,8 maka
potensi kayu minimum (dari pohon komersil diameter 50 cm ke atas) hutan alam
tropika yang dapat di tebang dengan sistem TPTI adalah sebesar 45-55 m
3/ha atau
rata-rata 50 m
3/ha. Pengaturan hasil berdasarkan jumlah pohon, banyaknya kayu
yang di produksi menurut Elias (2002) terdapat dalam batas layak secara
ekonomis, sehingga metode pengaturan hasil ini dapat dipakai dalam pengelolaan
hutan.
Perbedaan yang signifikan dijelaskan pada Tabel 8, antara perhitungan jatah
tebang tahunan di RKU yang terealisasi dengan perhitungan jatah tebang tahunan
berdasarkan simulasi. Selisih luas rata-rata jatah tebang sebesar 1.075 ha/tahun,
dan selisih volumenya sebesar 55.402 m
3/tahun. Berdasarkan perhitungan
tersebut, pengambilan hasil hutan pada saat ini termasuk over cutting, sehingga
akan berpengaruh terhadap kelestarian hutan, karena pengambilan hasil lebih
banyak dari kemampuan hutan dalam menghasilkan kayu.
Penentuan siklus tebang dalam pengaturan hasil berdasarkan jumlah pohon
dihitung dari potensi masing masing plot dengan lamanya rotasi 70 tahun,
sedangkan pengaturan hasil berdasarkan sistem silvikultur TPTI menggunakan
rotasi selama 30 tahun. Pengaturan hasil yang berlaku dengan ketetapan rotasi 30
tahun tanpa mempertimbangkan potensi dan dalam perhitungan dengan
menggunakan jatah tebang tahunan berdasarkan etat luas serta etat volume. Rotasi
tidak bisa ditetapkan begitu saja, akan tetapi harus melihat pola dinamika hutan
yang ada dan harus sesuai dengan potensi hutan pada saat ini, agar memberikan
pengaruh positif terhadap kelestarian hutan.
Pengaturan hasil berdasarkan jumlah pohon cukup relevan jika digunakan
pada kondisi hutan saat ini, karena pengaturan hasil didasarkan pada potensi
setiap petak yang akan di kelola dan dalam penentuan lamanya rotasi ditentukan
22
oleh berapa lama hutan tersebut dapat pulih kembali mendekati klimaks setelah
dikelola, serta memudahkan dalam pengukuran dan penebangan dilapangan.
Walaupun akan mengurangi pendapatan bagi pengelola hutan dibandingkan pada
saat ini, tetapi pengaturan hasil berdasarkan jumlah pohon layak digunakan secara
ekonomi menurut Elias (2002), sehingga pengelolaan hutan yang didasarkan pada
kondisi hutan yang ada akan tercipta pengelolaan hutan lestari.
KESIMPULAN
1. Pengaturan hasil berdasarkan jumlah pohon di IUPHHK-HA PT.
Timberdana Kalimantan Timur dapat diterapkan dengan lamanya rotasi
tebang adalah 70 tahun, dengan standing stock minimal pohon yang
berdiameter 50 cm ke atas sebanyak 25 pohon/ha.
2. Jatah produksi tahunan berdasarkan jumlah pohon yang berdiameter 50 cm
ke atas sebanyak 15.843 pohon/tahun, dengan volume sebesar 40.467
m
3/tahun, dan luas areal 800 ha/tahun.
SARAN
1. Perlu dilakukan penelitian sejenis untuk mengkaji kemungkinan penerapan
pengaturan hasil dengan metode jumlah pohon ini di lokasi lain dan
dengan beberapa kemungkinan skenario penebangan.
2. Penelitian ini perlu dilengkapi dengan analisis kelayakan secara ekonomi,
agar hasilnya lebih komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin A. 2001. Hutan dan Kehutanan. Yogyakarta: Kanisius.
Arif IWP. 2010. Karakteristik Tegakan Hutan Alam Bekas Tebangan: Studi Kasus
di Kalimantan Timur [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut
Pertanian Bogor.
Aswandi. 2005. Skenario Pengaturan Hasil pada Unit Manajemen Hutan Skala
Kecil [tesis]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Davis, L.S. and K.N. Johnson. 1987. Forest Management. McGraw-Hill Book Co.
New York.
Departemen Kehutanan RI. 1999. Undang-Undang No. 41 tahun 1999 Tentang
Kehutanan. Jakarta: Departemen Kehutanan, Jakarta.
Departemen Kehutanan RI. 2009. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor
P.11/Menhut-II/2009 tentang Sistem Silvikultur dalam Areal Izin Usaha
Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Produksi. Departemen
Kehutanan, Jakarta.
Departemen Kehutanan RI. 2009. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor
P.33/Menhut-II/2009 tentang Pedoman Inventarisasi Hutan Menyeluruh
Berkala (IHMB) pada Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan
Produksi. Departemen Kehutanan, Jakarta.
Elias. 2002. Resionalisasi Kegiatan Logging dan Kondisi Minimum Tegakan
Struktur Tegakan yang Boleh Ditebang dalam Pengelolaan Hutan Alam
Tropika Indonesia. J Tek Has Hut 15 (1):45
Emrich A, Pokorny B, Sepp C. 2000. Relevansi Pengelolaan Hutan Sekunder
dalam Kebijakan Pembangunan. Eschborn: Deutsche Gesellschaft fur
Tecnische Zusammenarbeit (GTZ).
Fajarwati I. 2005. Inventarisasi Hasil Hasil Penelitian tentang Pendugaan Dimensi
Pohon dan Tegakan di Indonesia [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan,
Institut Pertanian Bogor.
FAO. 1998. Guidelines for the Management of Tropical Forests, 1. The
production of wood. FAO Forestry Paper 135, 293 p.
Krisnawati H. 2001. Pengaturan Hasil Tidak Seumur Dengan Pendekatan
Dinamika Struktur Tegakan : Studi Kasus Hutan Alam Bekas Tebangan
[tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Muhdin. 2012. Dinamika Struktur Tegakan Hutan Tidak Seumur Untuk
Pengaturan Hasil Hutan Kayu Berdasarkan Jumlah Pohon [disertasi].
Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Parthama P. 2002. Pengaturan hasil hutan alam produksi. Makalah disampaikan
dalam Diskusi Penentuan AAC Hutan Alam Produksi Bekas Tebangan.
Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kehutanan dan
DFID-FRP (The University of Edinburgh). Jakarta, 21 Februari 2002.
PT. Timberdana. 2011. Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu
Dalam Hutan Alam pada Hutan Produksi Berbasis Inventarisasi Hasil
Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB) periode tahun 2011 s/d 2020.
Kalimantan Timur : PT. Timberdana.
Suhendang. 2002. Pengantar Ilmu Kehutanan. Bogor: Yayasan Penerbit Fakultas
Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Dalam dokumen
Simulasi Pengaturan Hasil Hutan Kayu Berdasarkan Jumlah Pohon pada Hutan Alam Produksi di Kalimantan Timur
(Halaman 58-65)