• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.7. Metode Penelitian

1.7.2. Tahap Analisis Data

46

Pada tahap ini data-data yang telah terkumpul diklasifikasikan berdasarkan permasalahan-permasalahan penelitian ini. Analisis data ini menggunakan metode distribusional dan metode padan. Metode distribusional adalah metode yang bahasa penentunya adalah bagian dari bahasa yang bersangkutan sedangkan metode padan adalah kebalikannya. Metode padan merupakan metode yang alat penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian bahasa yang bersangkutan (Subroto, 1992). Oleh karena penelitian ini melibatkan dua bahasa, maka metode yang digunakan adalah metode padan translasional yaitu dengan memadankan unsur-unsur yang dianalisa dalam bahasa Indonesia dengan alat pembanding unsur-unsur dalam bahasa Prancis.

Berhubung data dalam penelitian ini menggunakan kamus kuliner dan mode yang sebagian besar mencantumkan asal katanya maka hal ini memudahkan di dalam mengidentifikasi asal katanya. Meskipun demikian perlu diteliti lebih lanjut untuk memastikan apakah istilah atau kata serapan tersebut benar-benar berasal dari bahasa Prancis atau bukan dengan mencari istilah tersebut dalam kamus berbahasa Prancis. Kamus yang digunakan adalah kamus kuliner dan mode berbahasa Prancis serta kamus umum monolingual berbahasa Prancis seperti Kamus Larousse dan Kamus Robert terutama di dalam menentukan makna kata.

Setelah itu, data dianalisis berdasarkan teori-teori yang telah dipaparkan pada landasan teori untuk analisis kata-kata serapan tersebut serta menggunakan metode analisis kebahasaan yaitu metode agih dan metode padan beserta teknik dasar dan teknik-teknik lanjutannya dalam upaya menemukan kaidah-kaidah dalam penelitian ini (Sudaryanto, 1993: 13-16). Adapun tahapan yang dilakukan

47

dalam analisis data untuk penelitian ini berdasarkan teori yang digunakan untuk analisis data yang disesuaikan dengan kerangka konseptualnya dalam menjawab semua permasalahan.

Tahap pertama, teori fonologi yang berupa sistem fonologi dalam bahasa Prancis dan bahasa Indonesia digunakan untuk menganalisis adanya perubahan secara fonologis atau tidak kata-kata serapan yang masuk ke dalam bahasa Indonesia. Teori fonologi ini terkait dengan adanya perbedaan sistem fonologi bahasa Prancis dan bahasa Indonesia yang dapat menimbulkan adanya perubahan dalam pelafalan dan juga penyesuaian dalam penulisan seperti yang dipaparkan oleh Weinrich (1968). Dari perbedaan itulah kemudian muncul fenomena interferensi seperti yang terjadi terhadap penutur asli bahasa Indonesia yang melafalkan kosakata berbahasa Prancis.

Istilah bahasa Prancis yang digunakan dalam ranah kuliner dan mode ini dilafalkan seperti aslinya atau ada penyesuaian yang dikarenakan oleh perbedaan sistem fonologi bahasa Prancis dan bahasa Indonesia. Pada bagian ini pelafalan kosakata tersebut dianalisis dengan membuat transkripsi fonetis menggunakan alfabet IPA (International Phonetic Alphabet) dalam bahasa Prancis dan dibandingkan dengan pelafalan oleh penutur bahasa Indonesia. Di dalam perbandingan ini ditemukan adanya persamaan dan perbedaan dalam pelafalan. Perbedaan dalam pelafalan ini dianalisis dengan lebih mendetail sehingga ditemukan kaidah-kaidah perubahan pelafalan dari bahasa Prancis ke dalam bahasa Indonesia serta penyebab perubahan tersebut.

48

Perubahan secara fonologis tersebut dapat membawa pengaruh terhadap sistem ortografi dalam bahasa Indonesia sehingga perubahannya seringkali menyesuaikan dengan kaidah penulisan kosakata asing dalam bahasa Indonesia. Di samping itu ada aturan di dalam penyerapan unsur asing dalam bahasa Indonesia yang antara lain tertuang dalam aturan atau kaidah pembentukan kata dari bahasa asing. Dengan demikian pada analisis ini dapat ditemukan alasan adanya perubahan secara fonetis dan ortografis terkait kata serapan maupun istilah dari bahasa Prancis yang masuk ke dalam bahasa Indonesia dalam ranah kuliner dan mode.

Tahap kedua, teori semantik terutama teori yang berhubungan dengan makna kata serapan dan perubahan-perubahan yang terjadi pada kata serapan ketika diserap dan digunakan dalam bahasa Indonesia. Pada tahap ini makna kata atau istilah dari bahasa Prancis dicari dalam kamus berbahasa Prancis baik dalam ranah kuliner dan mode maupun dalam kamus monolingual bahasa Prancis. Setelah itu, makna kata tersebut dibandingkan dengan makna yang diserap dalam bahasa Indonesia baik dari kamus maupun dari hasil wawancara dengan para responden. Dalam tahap ini kosakata bahasa Prancis diklasifikasikan ke dalam kelas katanya untuk mempermudah dalam menganalisis perubahan makna karena penyerapan kosakata asing tidak lepas dari alasan ketiadaan istilah semakna. Seperti yang dipaparkan oleh Tadmor (2009: 61-63) bahwa di dalam penyerapan kosakata ada kelas kata tertentu yang banyak diserap dibanding dengan kelas kata yang lainnya karena alasan gramatikal. Pada bagian ini selain untuk mengungkap

49

makna kata jenis kata dan alasan mengapa jenis kata tersebut yang banyak diserap juga secara tidak langsung menjawab alasan penyerapannya.

Pada bagian ini kelas kata yang mengalami banyak perubahan makna atau tidak dianalisis beserta alasannya. Selanjutnya, kosakata yang mengalami perubahan makna ini dianalisis wujud perubahan makna tersebut dan juga konsekuensi perubahan maknanya seperti yang dipaparkan oleh Ullman (1972) seperti meluas, menyempit, serta berbeda atau bergeser dari makna asalnya. sehingga dapat digunakan untuk menganalisis perubahan makna yang terjadi. Makna kata serapan yang masuk ke dalam bahasa Indonesia mengalami perubahan dalam arti tidak semua kata yang masuk ke dalam bahasa Indonesia maknanya sama dengan makna kata tersebut di dalam bahasa Prancis. Perubahan makna ini dapat.

Tahap ketiga, sifat kata serapan yang masuk ke dalam bahasa Indonesia masih berupa interferensi atau sudah berintegrasi dengan bahasa Indonesia dianalisis dengan mengamati pemakaian kata serapan tersebut. Pada bagian sifat kata serapan ini dianalisis juga bentuk kata serapan tersebut seberapa besar yang mengalami penyesuaian atau masih dalam bentuk aslinya berdasarkan pemakaiannya pada masyarakat Indonesia dewasa ini, terutama dalam ranah kuliner dan mode.

Pada tahap ini juga dilakukan pengujian terhadap data kata serapan, apakah data yang diberi imbuhan dalam bahasa Indonesia dapat berterima atau tidak karena salah satu ciri struktur kata bahasa Indonesia adalah adanya proses afiksasi . Proses afiksasi menggunakan afiks bahasa Indoensia dapat menandakan bahwa

50

sebuah kosakata asing itu sudah berintegrasi dengan bahasa Indonesia karena dapat menyesuaikan dengan sistem kata bahasa Indonesia. Sebaliknya, jika tidak mengalami proses afiksasi, maka kata serapan tersebut dapat dikatakan masih bersifat interferensi.

Tahap selanjutnya menganalisis hubungan antara pemakaian kata serapan tersebut dengan fenomena yang ada di dalam masyarakat Indonesia terutama yang berhubungan dengan konteks sosial dan budayanya. Pada bagian ini data pemakaian istilah dari bahasa Prancis yang digunakan dalam ranah kuliner dan mode di Indonesia dianalisis menggunakan teori sosial yaitu tentang distingsi (Bourdieu, 1979) dan gaya hidup (Veblen, 2003). Kedua teori itu digunakan untuk menjawab fenomena sosial dan budaya yang sedang berkembang saat ini terkait pemakaian istilah bahasa Prancis dalam kedua ranah tersebut.

Dokumen terkait