BAB IV STUDI KASUS TERSTRUKTUR: SISTEM
5.2 Tahap Analisis
Apabila membangun suatu sistem baru, apa pun pendekatan yang digunakan (terstruktur/objek) harus melewati proses analisis. Tahapan analisis menggunakan pendekatan berorientasi objek dikenal dengan OOA (Object-Oriented Analysis). OOA adalah aktivitas teknik yang pertama kali dilakukan sebagai bagian dari rekayasa perangkat lunak berorientasi objek.
Ada 5 prinsip dasar OOA untuk membangun model analisis, yaitu:
1. Domain informasi dimodelkan. 2. Fungsi modul digambarkan.
3. Tingkah laku model direpresentasikan.
4. Model di partisi untuk mengekspos detail yang lebih besar.
5. Model awal merepresentasikan inti masalah, sedangkan model selanjutnya. memberikan detail implementasi.
Tujuan OOA adalah menentukan semua kelas (dan hubungan serta tingkah laku yang berkaitan dengannya) yang relevan dengan masalah yang akan dipecahkan.
Agar tujuan dari OOA ini terpenuhi, serangkaian tugas harus dilakukan, yaitu:
1. Persyaratan pemakai dasar harus dikomunikasikan antara customer dengan enginer.
2. Kelas-kelas harus didefi nisikan (misalnya, atribut
dan metode yang ditentukan).
3. Hierarki kelas harus dispesifi kasikan.
4. Hubungan Objek-Ke-Objek (koneksi objek) harus direpresentasikan.
Masalah diuji dengan menggunakan model input- proses-output klasik (aliran data, sama seperti menggunakan metode terstruktur) atau dengan menggunakan model yang ditarik secara eksklusif dari struktur informasi hierarkis. Sampai bagian ini Konsep Analisis menggunakan pendekatan berorientasi objek (OOA) menjadi sulit dipahami karena TIDAK ADA kesepakatan Universal mengenai “Konsep” yang berfungsi sebagai dasar dari OOA. Hal ini dikarenakan terlalu banyak metode (konsep) yang bisa digunakan, yaitu:
1. Shlaer/Mellor Method [Shlaer-1988] 2. Booch Method [Booch-1991] / OOAD 3. Coad/Yourdan Method [Coad-1991] 4. OMT Method [Rumbaugh-1991]
5. Wirfs-Brock Method [Wirfs-Brock-1990] 6. OOSE Objectory Method [Jacobson-1992] 7. UML (Unifi ed Modeling Language) [UML-1997]
Meskipun tidak ada kesepakatan mengenai konsep- nya, sasaran yang hendak dicapainya tetap sama. Sasaran OOA adalah mengembangkan sederetan model yang menggambarkan perangkat lunak komputer pada saat perangkat lunak tersebut berkerja untuk memenuhi serangkaian persyaratan yang ditentukan oleh pelanggan.
1. Metode Booch
Metode Booch terfokus pada proses pengembangan mikro dan proses pengembangan Makro. Tingkat mikro menentukan serangkaian tugas analisis yang diaplikasikan lagi untuk masing-masing langkah pada proses makro. Dengan demikian, pendekatan Evolusioner dij aga. Metode Booch didukung oleh berbagai piranti otomatis. Outline
adalah sebagai berikut:
a. Identifi kasi kelas dan objek
III. Usulkan objek calon.
IV. Lakukan analsis tingkah laku. V. Identifi kasi scenario yang relevan.
VI. Tentukan atribut dan operasi untuk amsing- masing kelas.
b. Identifi kasi semantik dari kelas dan objek
III. Pilih scenario dan analsis.
IV. Tentukan tanggungjawab untuk mencapai tingkah laku yang diinginkan.
V. Bagikan tanggungjawab untuk
menyeimbangkan tingkah laku.
VI. Tentukan objek dan sebutkan tugas dan tanggungjawabnya satu per satu.
VII. Tentukan operasi untuk memenuhi tanggung jawab.
VIII. Carilah kolaborasi diantara objek.
c. Identifi kasi hubungan diantara kelas dan objek
III. Tentukan ketergantungan yang ada di antara objek.
IV. Deskripsikan peran masing-masing objek yang berpartisipasi.
V. Validasi melalui scenario. d. Lakukan sederetan penyaringan
III. Hasilkan diagram yang sesuai untuk kerja yang dilakukan di atas.
IV. Tentukan hierarki kelas yang sesuai.
V. Lakukan pengikatan berdasarkan kelaziman data.
2. Metode Coad-Yourdan
Metode Coad-Youdan adalah metoda OOA yang paling mudah dipelajari, karena Notasi pemodelannya relatif sederhana dan pedoman untuk mengembangkan model analisis tersebut jelas. Outline singkat mengenai proses OOA Coad-Yourdan adalah sebagai berikut:
a. Identifi kasi objek dengan menggunakan kriteria
“apa yang dicari?”
b. Tentukan struktur generalisasi-spesifi kasi.
c. Tentukan struktur keseluruhan bagian.
d. Identifi kasi subjek (representasi dari komponen
subsistem). e. Tentukan atribut. f. Tentukan pelayanan.
3. Metode Jacobson
Metode Jacobson ada dua. yaitu versi lama disebut Objectory dan versi selanjutnya disebut OOSE (Object Oriented Sot ware Engineering). OOSE adalah penyederhanaan dari metode Objectory. Metode OOSE difokuskan pada Use-Case, yaitu deskripsi atau scenario yang menggambarkan bagaimana pemakai berinteraksi dengan produk atau sistem. Outline singkat mengenai proses OOA Jacobson adalah sebagai berikut:
a. Identifi kasi pemakai sistem dan seluruh tanggung
jawab mereka.
b. Bangun model persyaratan
III. Tentukan aktor dan tanggung jawab mereka. IV. Identifi kasi use-case untuk setiap tingkah laku.
V. Persiapkan pandangan awal mengenai objek dan hubungan system.
sebagai scenario untuk menentukan validitas. c. Bangun model analisis
VII. Identifi kasi objek interface dengan menggunakan
informasi interaksi aktor.
VIII. Ciptakan pandangan structural mengenai objek interface
IX. Representasikan tingkah laku objek.
X. Isolasi subsistem dan model untuk masing- masing.
XI. Kaji model dengan menggunakan use-case
seperti scenario untuk menentukan validitas.
4. Metode Rumbaugh
Rumbaugh dan rekan-rekan mengembangkan OMT (Object Modelling Technique) menggunakan desain sistem dan desain tingkat objek. Aktivitas analisis menciptakan tiga model:
1. Model Objek, representasi objek, kelas, hirarki dan hubungan.
2. Model Dinamis, representasi dari objek dan tingkah laku sistem
3. Model Fungsional, representasi aliran informasi seperti DFD tingkat tinggi melalui sistem tersebut.
Outline singkat mengenai proses OOA Rumbaugh adalah sebagai berikut:
a. Kembangkan pernyataan ruang lingkup masalah. b. Bangun model objek
XII. Identifi kasi kelas yng relevan untuk masalah
tersebut
c. Kembangkan model dinamis XVI. Siapkan scenario
XVII. Tentukan event dan kembangkan penelusuran event untuk masing-masing scenario
XVIII.Buatlah diagram aliran event
XIX. Kembangkan diagram keadaan
XX. Kaji tingkah laku untuk konsistensi dan kelengkapannya
d. Buat model fungsional untuk sistem tersebut XXI. Identifi kasi input dan output
XXII. Gunakan diagram aliran data untuk merepresentasikan transformasi aliran
XXIII.Kembangkan PSPEC (proses spesifi kasi: ERD,
DFD, Relationship) untuk masing-masing fungsi.
XXIV.Tentukan batasan dan kriteria optimasi.
5. Metode Wirfs-Brock
Metode Wirfs-Brock tidak membuat perbedaan yang jelas antara analsis dan tugas desain. Metode ini mengusulkan proses kontinu mulai dengan penilaian terhadap spesifi kasi pelanggan dan berakhir dengan
desain. Outline singkat mengenai tugas yang berhubungan dengan analisis Wirfs-Brock adalah sbagai berikut:
a. Evaluasi spesifi kasi pelanggan.
b. Berikan uraian gramatikal untuk mengekstrak kelas calon dari spesifi kasi pelanggan.
c. Kelompokkan kelas dengan tujuan untuk mengidentifi kasi superkelas.
d. Tentukan tanggung jawab untuk masing-masing kelas.
e. Identifi kasi hubungan antar kelas.
tanggung jawab.
g. Bangun representasi hirarki kelas untuk memperlihatkan hubungan pewarisan.
h. Bangun grafi k kolaborasi untuk system.
Masing-masing metode OOA di atas memiliki terminology dan langkah proses yang berbeda. Secara keseluruhan proses OOA-nya mirip. Untuk melakukan OOA, perekayasa perangkat lunak harus melewati langkah- langkah generik sebagai berikut:
1. Cari persyaratan pelanggan untuk sistem OOA.
2. Pilih kelas dan objek dengan menggunakan persyaratan dasar sebagai panduan.
3. Identifi kasi atribut dan operasi untuk masing-masing
objek system.
4. Tentukan struktur dan hierarki yang mengorganisasi kelas.
5. Bangun suatu model hubungan objek. 6. Bangun suatu model tingkah laku objek.
7. Kaji model analsis OO terhadap use-case scenario.