• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tahap develop merupakan tahap pengembangan. Tahapan ini terdiri dari tahapan validasi, uji coba terbatas, dan uji coba pemakaian (kelas besar). Pada tahap validasi, modul dan instrumen lainnya divalidasi oleh dua dosen ahli, dua guru IPA, dan dua teman sejawat. Validasi ini untuk melihat kelayakan isi (materi) dan kegrafikan dari modul yang dikembangkan. Menurut Daryanto (2013: 22) validasi merupakan proses untuk menguji kesesuaian modul dengan kompetensi yang menjadi target belajar. Apabila isi modul sesuai artinya efektif untuk mempelajari kompetensi yang menjadi target belajar, maka modul

commit to user

dikatakan valid (sahih). Namun, apabila hasil validasi tidak valid maka modul diperbaiki hingga menjadi valid.

a. Validasi Ahli Materi, Ahli Kegrafikan, Guru IPA dan Teman Sejawat. Validasi ahli Materi memiliki latar belakang Profesor dan validasi kegrafikan memiliki latar belakang Magister. Guru IPA terdiri dari dua guru SMP, yang memiliki latar belakang pendidikan fisika dan pendidikan biologi. Validasi guru dan teman sejawat dilakukan karena akan sangat membantu bila berbagi draf modul dengan rekan yang sudah mengenal baik atau familiar dengan siswa, sehingga dapat memeberi masukan kepada peneliti agar menjadi lebih peka akan kemungkinan timbulnya masalah sebelum siswa dilibatkan dalam proses evaluasi.

Hasil validasi materi dari ahli materi ada beberapa skor yang kurang baik dilihat dari beberapa aspek yaitu aspek kedalaman materi dan aspek memuat evaluasi kompetensi. Berdasarkan skor yang diberikan modul mendapatkan masukan dan saran berupa menambahi keterangan pada gambar dalam materi sehingga siswa mengerti dan paham makna dari gambar tersebut, materi yang ada sudah baik tetapi akan lebih lengkap jika ditambahkan materi tentang frekuensi alami benda (benda yang berbeda memiliki fekuensi alami yang berbeda pula), untuk referensi materi tambahkan referensi dari buku universitas, dan untuk evaluasi kompetensi sudah baik tetapi akan lebih baik jika evaluasi terdiri dari C1 sampai C5 atau C6. Dan hasil validasi materi dari validator praktisi yang memiliki skor yang kurang baik terdapat pada contoh dan rujukan serta ketepatan ilustrasi. Berdasarkan skor yang diberikan modul mendapatkan masukan sebaiknya contoh soal diberikan lebih variasi lagi sehingga siswa akan lebih terbantu (dapat belajar mandiri) dalam memecahkan masalah yang ada pada soal tes, untuk rujukan soal alangkah lebih baik jika soal tes mengacu pada soal ujin nasional, dan ketepatan ilustrasi diperhatikan lagi agar siswa tidak bingung dan mudah memahami.

Hasil validasi kegrafikan dari ahli kegrafikan terdapat beberapa skor yang kurang baik dilihat dari beberapa aspek yaitu aspek penempetan unsur tata letak konsisten berdasarkan pola dan aspek pengungkap makna dari objek.

commit to user

Berdasarkan hal terebut modul mendapatkan masukan dan saran berupa modul sudah cukup baik tetapi akan lebih teratur apabila penempetan unsur tata letak konsisten berdasarkan pola sehingga akan memudahkan siswa mengenal pola dari modul dan memahami isi modul, serta objek yang ada pada modul sebaiknya lebih dalam lagi untuk menggali materi yang terkait sehingga makna gambar akan nampak jelas dan gambar mudah dimengerti siswa. Dan hasil validasi kegrafikan dari validator praktisi yang memiliki skor kurang baik dilihat dari aspek tata letak kulit modul, ilustrasi kulit modul, dan tipografi isi modul. Berdasarkan hal terebut modul mendapatkan masukan dan saran berupa ilustrasi kulit modul sebaiknya menggunakan 1 karakter objek saja yang bisa mnggambarkan materi ajar, untuk judul-judul materi sebaiknya konsisten untuk memudahkan siswa dalam mencari materi.

Untuk mengetahui kelayakan modul dapat dilihat dari skor rata-rata hasil penilaian validator. Jika skor rata-rata hasil penilaian validator lebih dari cut

off score (skor batas bawah), maka dapat disimpulkan bahwa layak untuk

digunakan. Hasil uji kelayakan modul dapat dilihat pada tabel 4.16. data lengkap disajikan pada lampiran 2.

Tabel 4.16 Hasil Uji Kelayakan Modul

No Aspek Validasi Modul Jumlah Aspek Skor Rata-rata Kategori

1 Kelayakan Isi 9 34,63 Baik

2 Kelayakan Bahasa 4 15,88 Baik

3 Kelayakan Penyajian 12 51,88 Baik

4 Kelayakan Ukuran Modul 2 8,37 Baik

5 Kelayakan Desain Kulit Modul 10 40,75 Baik

6 Kelayakan Desain Isi Modul 21 85,65 Baik

Jumlah 58 237,16 Layak

Hasil penilaian dari validator berdasarkan Tabel 4.16 dapat dilihat bahwa kelayakan modul meliputi kelayakan materi dan kelayakan kegrafikan. Kelayakan materi terdiri dari 3 komponen yaitu kelayakan isi, kelayakan bahasa dan kelayakan penyajian. Sedangkan kelayakan kegrafikan terdiri dari 3 komponen yaitu ukuran modul, desain kulit modul, desain isi modul. Jumlah skor rata-rata penilaian modul diperoleh 237,16 lebih besar dari nilai cut off

commit to user

yaitu 174. Karena skor rata-rata penilaian modul lebih dari nilai cut off, maka dapat disimpulkan bahwa materi dan kegrafikan di dalam modul termasuk dalam kriteria layak, dengan kata lain modul sudah layak untuk digunakan dalam pembelajaran.

Modul draf I yang telah divalidasi dan direvisi sesuai saran validator maka menghasilkan modul draf II. Saran dari validator dapat dilihat pada tabel 4.4. Selanjutnya modul draf II digunakan untuk uji coba terbatas pada 10 siswa kelas VIII SMP N 4 Kota Madiun. Pada uji coba terbatas bertujuan untuk melihat keterbacaan modul.

b. Revisi I

Setelah divalidasi oleh dosen ahli, guru IPA dan teman sejawat, draf I derevisi berdasarkan saran dari dosen ahli, guru IPA dan teman sejawat disajikan pada tabel 4.4.

Saran dari dosen yaitu untuk memerikasa kembali kata-kata pada modul, pada fenomena 1 informasinya belum mendukung untuk rumusan masalah yang akan dipecahkan, berikan alamat web pada setiap gambar, dan pada eksperimen dilengkapi dengan gambar. Berdasarkan saran dari dosen, kata-kata pada modul telah diperiksan dan telah memperbaiki kata-kata yang salah, untuk informasi pada fenomena 1 telah diperbaiki sampai mendukung rumusan masalah yang harus dipecahkan karena informasi yang disajikan pada awal kegiatan pembelajaran merupakan masalah yang harus dicari solusinya dengan keterampilan berpikir kritis oleh siswa, dan disetiap gambar yang ada dalam modul telah diberi alamat webnya agar siswa mudah jika ingin mencari sumbernya. Untuk setiap eksperimen telah dilengkapi dengan gambar percobaan sehingga siswa lebih jelas dalam mengikuti langkah-langkah untuk melakukan percobaan. Hasil salah satu perbaikan gambar adalah sebagai berikut.

commit to user

Gambar 4.3 Lembar Eksperimen Gambar 4.4 Lembar Eksperimen Berdasarkan saran dari dosen gambar 4.3 diganti menjadi gambar 4.4. Gambar telah disesuaikan dengan rincian alat yang terdapat pada setiap eksperimen. Selain saran tersebut juga masih terdapat kekurangan pada materi. Pada kegiatan pembelajaran 2 telah ditambahkan materi tentang frekuensi alami benda.

Saran dari guru adalah pisahkan kolom diskusi pada langkah-langkah PBL. Pada setiap kegiatan pembelajaran telah diperbaiki kolom diskusi pada langkah-langkah PBL sesuai saran guru karena dengan memisahkan kolom diskusi pada langkah-langkah PBL maka akan terlihat jelas langkah-langkah PBL dalam modul yang harus dilakukan oleh siswa. Hasil salah satu perbaikan kolom diskusi dalam modul adalah sebagai berikut:

commit to user

Berdasarkan saran dari guru gambar 4.5 diganti menjadi gambar 4.6. Gambar kolom diskusi telah disesuaikan dengan langkah-langkah PBL. Selain saran tersebut juga masih terdapat saran dari guru yaitu memberikan keterangan pada setiap tabel. Pada setiap tabel yang ada pada modul telah diberi keterangan agar memudahkan siswa mengenali tabel. Selain saran dari dosen dan guru, teman sejawat pun memberikan saran yaitu pada caver tulisan “Bunyi” masih terlihat kecil dan konsistensi jenis huruf pada setiap rangkuman. Berdasarkan saran tersebut peneliti memperbaiki ukuran tulisan pada caver agar judul terlihat jelas dan menjadi pusat perhatian, dan untuk setiap rangkuman pada setiap kegiatan pembelajaran telah diperbaiki dengan jenis hurufnya yang konsisten pada setiap rangkuman.

Draf II

Draf II merupakan hasil dari draf I yang telah direvisi berdasarkan saran validator. Selanjutnya draf II diujicoba kecil (uji coba terbatas) kepada 10 siswa SMP Negeri 4 Kota Madiun.

c. Uji Coba Terbatas

Setelah melalui tahapan revisi dan validasi ahli dan dinyatakan baik, modul kemudian diujicoba terbataskan. Hal ini untuk mengetahui keterbacaan modul apabila akan digunakan sebagai media pembelajaran. Uji coba terbatas dilakukan pada 10 orang siswa di SMP N 4 Kota Madiun kelas VIII. Hal ini sesuai dengan pendapat Dick dan Carey (2005: 291) bahwa jumlah yang diperlukan dalam evaluasi kelompok kicil hanya terdiri dari delapan sampai dengan dua puluh orang. Siswa yang dipilih untuk uji coba terbatas bukan dari siswa yang telah ditentukan sebagai sampel.

Hasil dari uji coba terbatas pada tabel 4.9 kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi dan revisi draf modul pada uji coba terbatas dan hasil revisi untuk menerbitkan draf modul pada uji coba pemakaian. Hal yang perlu direvisi dari modul adalah ketidaktepatan ejaan pada beberapa kalimat dalam modul, perlu memperjelas bagian-bagian gambar modul. Hasil pada uji coba terbatas diperoleh dengan nilai rata-rata 4,2 dengan kategori baik yang artinya

commit to user

modul memiliki keterbacaan yang baik untuk digunakan dalam pembelajaran. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3.

d. Revisi II

Pada uji coba terbatas 10 siswa memberian saran pada angket yang dibagikan. Saran siswa pada uji coba terbatas disajikan pada lampiran 3, yaitu: pada modul ada kekeliruan dalam penulisan dan penulisan nama gambar. Kekeliruan dalam penulisan adalah kurang huruf pada suatu kata dan telah diperbaiki, dan kekeliruan pada penulisan nama gambar adalah seharusnya Gambar 3.6 dituliskan di modul 3.4, dan telah diperbaiki.

Draf III

Draf III adalah hasil revisi II yang direvisi berdasarkan uji coba terbatas. Selanjutnya draf III ini digunakan untuk diimplementasikan pada siswa kelas VIII B di SMP Negeri 4 Kota Madiun.

e. Uji Coba Pemakaian

Uji coba pemakaian diawali dengan memberikan soal pretest berpikir kritis pada siswa sebanyak 25 soal. Soal tersebut telah melalui tahap validasi butir soal, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran soal. Pretest diikuti oleh 30 siswa di kelas VIII B. Hasil Pretest lebih lengkap disajikan pada lampiran 4 yang menunjukkan bahwa keterampilan berpikir kritis siswa masih rendah. Setelah pretest siswa diberikan modul IPA terpadu materi bunyi berbasis masalah untuk digunakan dalam proses pembelajaran. Guru menyampaikan materi sesuai RPP yang telah disusun sebelumnya. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, motivasi, dan apersepsi kepada siswa, setelah itu guru membagi siswa satu kelas ke dalam 6 kelompok dengan anggota kelompok terdiri dari 5 siswa. Menurut Daryanto (2010) belajar berkelompok sangat cocok untuk belajar aspek kognitif tingkat tinggi, meningkatkan keterampilan berpikir secara kreatif dan kooperatif, meningkatkan keterampilan berpikir secara kritis, meningkatkan keterampilan kerja sama, meningkatkan keterampilan berkomunikasi, dan mengembangkan aspek afektif.

commit to user

Guru membimbing penyelidikan dan siswa melakukan eksperimen bersama dengan kelompoknya. Pada pertemuan pertama melakukan eksperimen yang ada di dalam modul pembelajaran I. Eksperimen bertujuan untuk membuktikan bahwa gelombang mekanik dapat merambatkan bunyi melalui zat padat. Siswa bersama kelompokkanya dalam melakukan percobaan nampak antusias dikarenakan jarang di lakukan pembelajaran yang disertai pembelajaran dan alat yang digunakan dalam eksperimen sangat familiar buat siswa sehingga siswa tertarik untuk melakukan eksperimen tersebut.

Selanjutnya siswa menuliskan data hasil pengamatan pada tabel yang terdapat di dalam LKS yang telah diberikan kepada setiap siswa. Dan bersama anggota kelompoknya siswa menganalisis dan menyimpulkan tentang percobaan yang telah dilakukan. Guru mengarahkan siswa untuk mempelajari materi guna mengaitkan kesimpulan dan materi yang dipelajarinya. Siswa kemudian dibimbing untuk mempresentasikan hasil eksperimennya, pada tahap ini siswa dilatih untuk mengajukan pertanyaan, mengajukan pendapat, dan menjelaskan kembali. Setelah selesai presentasi, siswa dituntun untuk menyimpulkan tentang pembelajaran yang telah dilakukan. Kemudian siswa diberi tugas untuk menjawab tes keterampilan berpikir kritis 1 (tes mandiri 1) yang akan dipresentasikan pada pertemuan kedua.

Pada pertemuan kedua dilakukan pembelajaran 2. Pada pertemuan ini siswa melakukan eksperimen 2. Eksperimen pada pertemuan kedua bertujuan untuk membuktikan dengan sederhana peristiwa resonansi. Siswa dengan baik melaksanakan ekperimen dibantu dengan panduan guru, setelah diperoleh data hasil percobaan, siswa bekerja sama dengan anggota kelompoknya menganalisis data kemudian membuat kesimpulan. Guru memberikan setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil percobaannya, guru juga memberikan kesempatan untuk siswa bertanya dan memberi pendapat. Kemudian siswa dipandu guru untuk menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan dan memberikan tugas untuk mengerjakan tugas mandiri 2, mempelajari materi dan percobaan selanjutnya.

commit to user

Pertemuan ketiga siswa melakukan eksperimen 3 dengan tujuan untuk membuktikan bahwa bunyi dapat dipantulkan dan diserap. Siswa beserta anggota kelompoknya melakukan eksperimen 3, kemudian menganalisis data hasil percobaan, dan menyimpulkan. Setelah itu guru mempersilahkan siswa untuk mempresentasikan data hasil eksperimen, ada siswa yang bertanya dan ada siswa yang mengajukan pendapat. Pembelajaran ditutup dengan guru membimbing siswa untuk menyimpulkan pelajaran yang diperolehnya dan memberi tugas kepada siswa untuk mengerjakan tugas mandiri 3. Sebelum pembelajaran berakhir siswa diberikan angket untuk mengetahui respon tentang pembelajaran menggunakan mudul IPA terpadu materi bunyi berbasis masalah (Problem Based Learning).

Penilaian siswa dalam kategori baik, kerena siswa sudah meresakan pembelajaran menggunakan modul pembelajaran IPA terpadu berbasis masalah, yaitu diawalai dengan menyajikan fenomena yang dapat membuat siswa merumuskan masalah, mencari referensi dan mencari solusi permasalahan, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, menyiapkan laporan dan mengemukakan laporan di depan kelas dan siswa saling memberi masukan tentang solusi permasalahan yang dipecahkan, serta siswa merefleksi selama kegiatan pembelajaran dan menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran serta secara jujur memperbaiki pemecahan masalah. Keseluruhan langkah pembelajaran dapat membuat siswa menjadi aktif, kritis dan menemukan konsp IPA sendiri karena adanya eksperimen, materi dan soal pada modul mudah dipahami siswa karena dilakukan sendidri oleh siswa.

Pertemuan berikutnya siswa diberi posttest untuk mengetahui peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa setelah dilaksanakan pembelajaran menggunakan modul IPA terpadu materi bunyi berbasis masalah (Problem

Based Learning), siswa diberi posttest dengan soal yang sama dengan pretest.

Setelah data nilai pretest dan posttest didapatkan, kemudian nilai tersebut dianalisis dan diperoleh hasil seperti yang disajikan pada tabel 4.10 yang menunjukkan deskriptif data keterampilan berpikir kritis siswa. Hasil pretest

commit to user

dan posttest kemudian dianalisis menggunakan N-gain. Hasil N-gain dapat dilihat pada lampiran 4. Dari hasil N-gain didapatkan 0,71 menunjukkan keterampilan berpikir kritis siswa mengalami peningkatan dengan kategori tinggi.

Nilai pretest dan posttest juga dianalisis dan memperoleh hasil seperti yang disajikan pada tabel 4.11. Tabel 4.11 menunjukkan distribusi keterampilan berpikir kritis siswa. Hasi pretest menunjukkan bahwa siswa kurang kritis. Sedangkan hasil posttest siswa mempunyai kriteria kritis. Hasil

pretest dan posttest kemudia dihitung N-Gain setiap aspek keterampilan

berpikir kritisnya. Hasil N-Gain dari setiap aspek keterampilan berpikir kritis disajikan pada tabel 4.11.

Tabel 4.11 menunjukkan setiap aspek keterampilan berpikir kritis mengalami peningkatan. Peningkatan setiap aspek keterampilan berpikir kritis pada kategori sedang dan tinggi. Aspek mengevaluasi mengalami peningkatan yang lebih tinggi, kemudian aspek sintesis, aspek analisis, aspek menyimpulkan, dan yang paling rendah peningkatannya aspek memecahkan masalah. Kurangnya keterampilan berpikir kritis siswa pada aspek memcahkan masalah disebabkan karena siswa belum terbiasa diterapkan pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran menggunakan modul.siswa juga jarang diberi pembelajaran yang disertai dengan eksperimen, sehingga dalam melakukan eksperimen masih memerlukan bimbingan guru.

Hasil pretest dan posttest diuji prasyarat yaitu dengan menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas. Uji prasyarat ini digunakan sebagai dasar untuk uji selanjutnya. Hasil ujinya menunjukkan data terdistribusi normal dan homogen sehingga dapat disimpulkan uji selanjutnya menggunakan uji parametrik untuk mengetahui peningkatan keterampilan berpikir kritis siwa. Uji parametrik yang digunakan yaitu uji paired t-test. Pengolahan data statistik dengan progam PASW statistic 18 diperoleh hasil Paired Sample Correlations signifikansi 0,001 dibawah 0,05, berarti ada perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa sebelum dan setelah menggunakan modul IPA terpadu materi bunyi berbasis masalah (Problem Based Learnimg) yang dikembangkan. Hal

commit to user

ini menunjukkan bahwa penggunaan modul berbasis masalah dapat meningkatkan (mempengaruhi) keterampilan berpikir kritis siswa. Hal ini diperkuat dengan pendapat Tan cit Rusman (2012: 229) bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi.

Hasil belajar kognitif pada penelitian ini dilihat dari nilai posttes siswa. Pada akhir pertemuan setelah siswa mendapat pembelajaran menggunakan modul IPA terpadu berbasis masalah (Problem Based Learning) materi bunyi siswa diberi posttes. Dari hasil posttes dapat terlihat bahwa siswa tuntas dalam pembelajaran, ketuntasan siswa dilihat dari ketercapaian nilai kriteria ketuntasan minimum (KKM) yaitu 75, sebanyak 93% siswa mencapai KKM. Data selengkapnya dapat dilihat pada lamiran 4. Ketuntasan siswa dalam pembelajaran menunjukkan bahwa modul pembelajaran IPA terpadu berbasis masalah (Problem Based Learning) materi bunyi efektif digunakan dalam pembelajaran.

f. Respon siswa

Setelah dilakukan pembelajaran menggunakan modul IPA terpadu materi bunyi berbasis masalah (Problem Based Learning), seluruh siswa kes VIII B diberi angket untuk mengetahui respon dari siswa. Angket yang diberikan kepada siswa pada uji pemakaian sama dengan angket yang diberikan kepada siswa pada uji coba terbatas. Hasil respon siswa pada uji coba lapangan skor rata-ratanya yaitu 4,19 dari skor rata-rata maksimum 5,0 dan hasil respon siswa dalam katergori baik, sehingga dengan kata lain modul IPA terpadu materi bunyi berbasis masalah (Problem Based Learning) baik digunakan dalam pembelajaran.

g. Respon Guru

Penilaian respon guru terhadap modul dinilai setelah kegiatan belajar mengajar materi bunyi berbasis masah selesai. Deskripsi penilaian guru disajikan pada Tabel 3.11. Berdasarkan Tabek 3.11 hasil dari penilaian guru pada uji coba pemakaian didapatkan jumlah skor 21 dari skor maksimum 25 dengan kriteria baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa modul termasuk

commit to user

dalam kriteria baik, dengan kata lain modul IPA terpadu materi bunyi berbasis masalah (Problem Based Learning) sudah baik digunakan dalam pembelajaran. Hasil analisis lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran 4.

Dokumen terkait