BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 TAHAP ORIENTAS
5.2. TAHAP KONSEPTUALISAS
Perlunya kerjasama Triple Helix Pemerintah-Masyarakat-Akademisi untuk menanggulangi
pencemaran lingkungan air, guna memberi pemahaman tentang sisi negatif dari hasil kegiatan keramba tradisional akibat pencemaran danau akibat tidak berimbangnya nutrien pakan ke lingkungan danau. Perlu memperkenalkan alternatif pemecahan masalah tersebut melalui pengembangan bio-keramba tumpangsari / berlapis. Salah satu gagasan penelitian ini
mengusulkan naskah akademik berupa konsep model bio-keramba jaring apung yang
ramah lingkungan berbasis Geo-Bio-Cultural-Deversity lokal yang dari adaptasi dan resilensi lingkungan perairan danau dalam budidaya ikan masyarakat lokal, sebagai berikut:
5.2.1. Perumusan Kriteria Budidaya Keramba Jaring Apung
5.2.1.1. Resiliensi Tata Ruang lingkungan Air
Resiliensi tata ruang lingkungan air terjaga jika keseimbangan kualitas lingkungan air dan kesinambungan kehidupan biota lokal yang menjadi keunikan lokasi tersebut tetap bertahan
haruslah terjaga, baik kualitas air bakunya untuk menjaga keseimbangan kandungan oksigen dalam air. Terpelihara ruang kehidupan biota air di lingkungan air tersebut. Tidak mengganggu kecukupan air operasional dari fungsi waduk atau danau, bagi pembangkit listrik tenaga air, kebutuhan irigasi, kualitas air baku.
5.2.1.2. Eco-Teknologi Bio Bakteria Organik
Upaya restorasi dengan memanfaatkan teknologi bakteri organik ini telah meraih kesuksesan. Selain menghasilkan kondisi air yang jernih, pada akhir masa restorasi air sungai teridentifikasi memenuhi kriteria kualitas air yang disyaratkan, terutama oksigen terlarut atau
dikenal sebagai Dissolved Oxygen (DO), Biochemical Oxygen Demand (BOD) dan Chemical
Oxygen Demand (COD). Pereseden penelitian terhadap mikroba starter dan bakteri antagonis dapat menjelaskan hasilnya meliputi karakter dan manfaatnya sebagai berikut:
Mikroba starter.adalah inokulum yang ditambahkan pada suatu substrat sehingga substrat tersebut akan berubah atau mengalami fermentasi. Starter merupakan media berisi mikroba tertentu dan digunakan untuk memacu tumbuhnya mikroba yang diharapkan. Starter dapat dibuat dengan mengendalikan lingkungan hidup mikroba sehingga mikroba yang diharapkan
tetap hidup dan mikroba lain tidak dapat tumbuh dan berkembang. Secara sederhana/ proses
biokimia fermentasi dapat dijelaskan bahwa hasil fermentasi diperoleh sebagai akibat metabolisme mikroba pada suatu bahan pangan dalam keadaan anaerob. Mikroba yang melakukan fermentasi membutuhkan energi yang umumnya diperoleh dari glukosa. Dalam keadaan aerob/ mikroba mengubah glukosa menjadi air/ CO2 dan energi (ATP); yang digunakan untuk kegiatan pertumbuhan. Beberapa mikroba hanya dapat melangsungkan metabolisme dalam keadaan anaerob dan hasilnya adalah substrat setengah terurai. (Muchtadi /2010). Bakteri antagonis adalah bakteri yang memiliki sifat berlawanan menghambat dan membunuh; dikernakan bakteri pembusukan dan patogen atau yang tidak diharapkan Keuntungan menggunakan mikroba antagonis;
Aman bagi manusia dan lingkungan;
Dapat mencegah timbulnya bakteri yang merugikan karena lawan dari bakteri yang
merugikan;
Produksi yang dihasilkan bebas residu;
Menghilangkan ketergantungan bahan sintesis
Kegagalan pengendalian lingkungan dapat menyebabkan populasi mikroba yang diharapkan
menjadi menurun atau aktifitasnya menurun.Wujud starter beragam/ tergantung dari mikroba
yang dikandungnya. Mikroba yang terkandung di dalam starter sudah non aktif immobile.
Dalam keadaan non aktif/ kebutuhan mikroba terhadap energi relatif rendah.
Meskipun sejumlah ilustrasi di atas ini menggambarkan keberhasilan dari aplikasi teknologi bakteri dalam upaya baik peningkatan kinerja instalasi pengolahan limbah maupun restorasi badan air tercemar, namun praktis di dalam penerapannya metode ini memerlukan pengkondisian tertentu. Khususnya sungai, mengingat bakteri yang diinjeksikan akan ikut bersama aliran sungai, sangat dimungkinkan alur sungai perlu dimodifikasi untuk mengendalikan kecepatan aliran dan menghindari terbilasnya bakteri secara percuma. Selain itu, kinerja bakteri itu sendiri pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti konsentrasi oksigen terlarut, jumlah kandungan nutrien, suhu udara, kandungan unsur limbah yang bersifat toxic, dan sebagainya. Sedangkan pada waduk atau danau, dimana secara umum
air berada pada kondisi statis, upaya aerasi dan mixing menjadi sangat penting dalam proses
restorasi. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah kedalaman danau/waduk yang membagi kondisi air di danau atau waduk menjadi beberapa lapis sistem.
5.2.1.3. Bio Keramba Apung
Keramba jaring apung tumpangsari / berlapis digunakan terdiri dari dua buah jaring dalam dan satu buah jaring luar. Biasanya ikan mas dipelihara pada jaring dalam dan ikan nila pada jaring luar, sementara pemberian pakan hanya diberikan pada ikan mas. Hasil penelitian4 di Danau Maninjau Sumatera Barat, intoduksi
kegiatan budidaya ikan sistem KJA
tumpangsari/ berlapis menunjukan dapat
mengurangi beban limbah sisa pakan pada lingkungan danau.
Gambar. 5.13 KJA tumpangsari/ berlapis di danau Maninjau, SumateraBarat
Sumber: Triyanto, Lukman, Ami A. Meutia,2015
5.2.2. Konsep Desain Pra model Bio-Keramba Ramah Tata Lingkungan Air (BKARTLA)
Konsep desain pra-model Bio-Keramba Ramah Tata Lingkungan Air (BKARTLA)
dirumuskan dengan memperhatikan, pertama aspek ekonomi yang berupaya meningkatkan
produktifitas petani budidaya ikan secara effektif dan effisien; kedua aspek tata ruang
lingkungan air yang berkelanjutan (sustainaquality) mengem- bangkan desain arsitektur dinamik dan menerapkan eko-teknologi berdasarkan prinsip daur ulang menggunakan mickrobakteri (Eko-
Teknologi) tentu yang tidak dapat dilepaskan dari aspek ketiga
paradigm sosial, yang ramah lingkungan dan perlu diedukasikan pentingnya (resilience) pada proses adaptasi tekno kultural untuk upaya memelihara kebiasaan lokal atau budaya yang baik dalam masyarakat petani ikan dan masyarakat lingkungan air.
Gambar 5.14 Konsep Triple Helix BKARTLA Sumber: Tim Peneliti, 2018
5.2.2.1Konsep Pra model Bio-Keramba Ramah Tata Lingkungan Air (BKARTLA)
Gambar 5.15 Prinsip kerja BioKeramba Apung Sumber: Tim Peneliti 2018
1. Tipe BKARTLA
` Gambar 5.16 Bio Keramba BKARTLA Sumber: tim peneliti, 2018
Gambar 5.17. Model Bioseptik penetralisir sisia Pakan ikan Sumber: Produsen Biosong,2018
Tata Lingkungan Air Danau Toba Tercemar Tata Lingkungan Air Danau Toba Bersih Alami KJA Pakan ikan Sedimentasi + air Keruh BIO-KARAMBA(BKARTLA) Pakan ikan KJA Bio Septic Microbakteri Organik Air Alami