• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tahap Paska Produksi

Dalam dokumen BAB III PELAKSANAAN KERJA MAGANG (Halaman 27-35)

3.3.1 Uraian Pelaksanaan Kerja Magang sebagai Audio Editor Sebagai bagian dari divisi multimedia di Liputan6.com,

3.3.1.3 Tahap Paska Produksi

Tahap paska produksi adalah fase di mana hasil yang telah direkam akan proses editing sehingga menjadi satu kesatuan yang sesuai dengan perencanaan sebelumnya (Fachruddin, 2012). Selama pelaksanaan kerja magang, ada beberapa hal yang yang dilakukan oleh peneliti dalam proses paska produksi, yaitu :

a. Transferring atau Pemindahan

Setelah proses produksi dilaksanakan, penulis mulai masuk ke tahap paska produksi di mana data-data audio dipindahkan dari SD Card ke laptop milik penulis. SD Card berfungsi sebagai alat untuk menyimpan file digital, sama halnya dengan sebuah hard-disk. Setelah pemindahan dilakukan, penulis akan mendengarkan bagian awal data audio untuk mengecek kanal dan judul audio tersebut. Setelah kanal dan judul diketahui, penulis langsung menamai file audio sesuuai kanal dan judulnya.

Hal ini dilakukan agar tidak terjadi tertukarnya file audio satu dengan yang lainnya. Format penamaan file audio yang penulis lakukan adalah Podcast (Kanal) – (Judul).

Maka judul file audio yang biasanya penulis buat seperti,

“Podcast Otomotif – Keunggulan Yamaha Nmax 2020 dibanding Honda PCX”.

43

b. Editing atau Menyunting

Setelah melakukan proses pemindahan data, penulis memulai editing. Proses audio editing sendiri didefinisikan sebagai proses yang melibatkan pengambilan suara atau hasil rekaman yang telah kita buat, kemudian membuatnya menjadi karya yang terbaik demi mencapai tujuan yang dimaksud (Langford, 2014).

Untuk melakukan tahap ini, penulis menggunakan Digital Audio Workstation atau DAW yang bernama Nuendo 4.0. DAW ini biasa di gunakan untuk membuat karya audio, seperti lagu dan lain-lain. Penulis memasukan file audio ke Nuendo. Setelah file audio dimasukkan, maka akan muncul grafik audio seperti ini:

Gambar 3.5 Proses Edit menggunakan Software Nuendo 4.0

Sumber: Dokumentasi Pribadi Ayrell Fachrezy

Gambar 3.5 menunjukan tampilan Nuendo 4.0 ketika sudah ada file audio yang dimasukkan ke dalamnya.

Kemudian audio di bagian awal harus dipotong persis sebelum narasi atau dialog Podcast dimulai. Karena

44

seperti yang dijelaskan pada bagian produksi, setiap kali sebelum dialog Podcast dimulai, produser selalu memastikan kembali kanal dan judul Podcast tersebut.

Sehingga pada proses ini, bagian tersebut harus dihapus.

Begitu juga pada bagian akhir Podcast dimana ada bagian kosong yang juga harus di hapus.

Penulis kemudian mencari beberapa background music di situs seperti Youtube. Musik yang dicari adalah musik-musik yang terbebas dari copyright atau hak cipta.

Sehingga penulis mengunduh musik-musik yang bebas dari peraturan hak cipta. Sejumlah musik yang penulis temukan di Youtube kemudian penulis unduh dan convert agar file tersebut berubah menjadi file MP3.

Setelah musik-musik tersebut berhasil diunduh, kemudian penulis mengambil salah satu file musik tersebut kemudian dimasukkan ke dalam data audio Podcast yang sedang dikelola di Nuendo. Audio musik dan audio Podcast tidak dijadikan satu track. Namun dijadikan dua track agar musik yang berperan hanya sebagai bumper-in and out dapat diberikan efek fade-in and out. Musik yang merupakan bumper tersebut kemudian dipotong oleh penulis menjadi hanya sebagian yang hanya berdurasi delapan detik. Hal ini dilakukan karena sudah menjadi S.O.P dari Podcast Liputan6.com.

Setelah bumper-in and out telah masuk, peneliti mendengarkan kembali Podcast dari awal sampai selesai, untuk memastikan tidak ada bagian yang salah.

Bila ada maka peneliti harus mencari cara agar bagian tersebut dapat dibuang namun tanpa meninggalkan

“bekas” potongannya. Dengan kata lain, proses pemotongan tidak bisa sembarangan karena penulis

45

berupaya agar bagian tersebut tidak terdengar jelas bila adanya pemotongan.

Tak hanya itu, selama audio berjalan penulis juga memperhatikan adanya frekuensi yang ‘clipping’. Tidak sedikit hal tersebut terjadi, maka penulis harus memperhatikan satu persatu grafik audio tersebut, kemudian penulis harus mengatur ulang volume atau dB dari setuap frekuensi yang berlebih tersebut. Proses inilah yang paling banyak memakan waktu mengingat durasi satu Podcast dapat mencapai 10-15 menit.

Gambar 3.6 Proses Edit menggunakan Software Nuendo 4.0

Sumber: Dokumentasi Pribadi Ayrell Fachrezy

Gambar 3.6 menunjukan proses editing Podcast Zodiak dan Horror. Proses editing Podcast hampir berjalan sama untuk semua Podcast dari setiap kanal, kecuali Podcast Zodiak dan Horror. Khusus untuk Podcast Zodiak, penulis harus memasukan sound effect di beberapa momen tertentu selama Podcast berjalan.

Memang Berbeda dengan jenis Podcast lainnya, Podcast

46

Zodiak lebih bernuansa komedi dibandingkan Podcast kanal-kanal lainnya. Itulah mengapa pemasukan sound-effect seperti suara tertawa, suara drum “ba-dum-tss”, atau suara kaset rusak dan lainnya, dimasukkan sesuai dengan momen yang muncul. Sedangkan untuk Podcast Horror lebih memiliki tujuan untuk membawa pendengarnya ke dalam suasana yang dibuat oleh naskah Podcast tersebut. Hal ini menjadi tantangan yang cukup besar karena penulis harus menentukan penjedaann setiap kalimat dengan baik, pemasukan sound effect yang tepat dan pada momen yang tepat, dengan tujuan agar suasana yang ingin dibuat dapat tersampaikan kepada pendengarnya sebaik mungkin.

Tentunya proses editing untuk Podcast Zodiak dan Horror lebih memakan waktu yang lebih lama lagi.

Karena penulis harus memotong bagian awal dan akhir, memasukan musik untuk bumper in and out, memastikan tidak ada bagian yang perlu di buang, memastikan tidak ada frekuensi yang ‘clipping’ dan memasukan sound effect tersebut satu persatu.

Lalu tak hanya itu penulis juga kerap melakukan penyuntingan atau pemotongan beberapa bagian dari podcast tersebut. Bagian yang penulis biasa potong lalu dibuang adalah bagian-bagian di mana presenter yang sedang membawakan materi sempat salah mengucapkan kata-kata. Beberapa kali penulis menemukan perkataan yang kurang layak diucapkan, karena berkaitan dengan etika penyiaran dan etika jurnalistik.

Penulis menemukan salah satu presenter dari salah satu kanal, yang beberapa kali mengucapkan beberapa hal yang kurang baik untuk di dengar oleh pendengar

47

podcast Liputan6.com. Salah satu contoh kalimat yang penulis anggap tidak baik yaitu seperti kalimat yang terkesan meledek tokoh yang sedang dibicarakan.

Berikut adalah contoh sedikit dialog yang saya kutip langsung dari podcast yang berjudul “Pro dan Kontra Polemik Rokok Elektrik” :

D: “Hidup sehat karena, daripada merokok lebih enak dirokok, apaan sih anjing?”

Potongan kalimat di atas adalah satu dari beberapa kalimat lainnya yang terkesan meledek tokoh terkait yang sedang dibicarakan dan masih ada beberapa lagi.

Masih ada contoh kalimat yang menurut penulis lebih

‘parah’ namun penulis memutuskan untuk tidak mencantumkannya dalam sebuah laporan ilmiah.

Menurut penulis hal-hal seperti ini sebenarnya tidaklah pantas dan layak untuk diucapkan oleh seorang presenter yang dimana seharusnya secara sadar ia tau bahwa produk podcast ini merupakan bagian dari konten dari suatu media massa, bukanlah podcast milik sekelompok individu yang tidak terikat dengan etika jurnalistik. Namun orang ini ketika proses rekaman berjalan, secara frontal mengatakan hal sebagai berikut:

D: “Gapapa mumpung tapping, bisa di edit”

Tentunya hal ini sudah melanggar Pasal 18 No 1. Bab XV tentang Prinsip-prinsip Jurnalistik dalam Pedoman Perilaku Penyiaran yang dirilis oleh Komisi Penyiaran Indonesia yang berbunyi :

“Lembaga penyiaran wajib menjunung tinggi prinsip-prinsip jurnalistik, antara lain: akurat, berimbang, adil, tidak beritikad buruk, tidak menghasut, tidak mencampuradukkan fakta dan opini pribadi, tidak menonjolkan unsur sadistis, tidak mempertentangkan suku, agama, ras dan

48 antargolongan, tidak membuat berita bohong, fitnah dan cabul” (Suranto, Adi, & Yasser).

Mengetahui prinsip etika tersebut setelah menempuh masa perkuliahan, penulis kemudian menanyakan terlebih dahulu kepada produser tentang langkah yang harus diambil ketika dihadapkan dengan sitausi seperti ini. Mengacu pada prinsip yang sama, penulis diminta untuk menyunting bagian tersebut dengan memotongnya, sehingga bagian tersebut tidak lagi terdengar dalam hasil akhir produk podcast tersebut.

c. Rendering

Setelah penulis selesai melakukan proses editing, penulis masuk ke proses rendering. Proses ini dilakukan untuk mengubah data audio yang sudah di edit menjadi sebuah satu file audio MP3 yang bisa diputar menggunakan perangkat lunak pemutar audio, seperti Windows Media Player dan lain-lain. Pada periode awal penulis melakukan kerja magang, penulis dan produser saling berdiskusi mengenai format audio yang tepat untuk diunggah ke Spotify. Dalam software Nuendo sendiri terdapat tujuh pilihan format audio yang tersedia.

49

Gambar 3.7 Pilihan format audio yang tersedia dalam Software Nuendo

Sumber: Dokumentasi Pribadi Ayrell Fachrezy

Gambar 3.7 menunjukan beberapa opsi atau pilihan yang tersedia dalam Nuendo untuk format audio yang akan dirender. Pada tahap awal, penulis mengusulkan kepada produser untuk membuat format file audio WAV 16 Bit 44.1 kHz. Karena berdasarkan pengalaman penulis sebelumnya ketika hendak mengunggah file audio ke Spotify, penulis diminta untuk menyerahkan file dengan format WAV 16 Bit 44.1 kHz. Namun resikonya adalah ukuran file akan sangat besar. Sehingga penulis dan produser memutuskan untuk mencoba format MP3 dengan 16 Bit 44.1 kHz, hasilnya ukuran file tidak sebesar WAV dan Spotify masih dapat menerima format file audio tersebut. Maka dari saat itu hingga seterusnya,

50

setiap file audio Podcast selalu dirender dalam format MP3 16 Bit 44.1 kHz.

Gambar 3.8 Proses Rendering atau Export File Audio

Sumber: Dokumentasi Pribadi Ayrell Fachrezy

Setelah pemilihan format audio ditentukan, penulis hanya tinggal menekan tombol “Export” pada bagian kanan bawah layar seperti yang ditunjukan pada gambar 3.8. Software Nuendo akan sendirinya memproses file audio tersebut. Proses ini tidak memakan waktu yang lama, tergantung pada durasi dan seberapa banyak file audio yang diedit.

Dalam dokumen BAB III PELAKSANAAN KERJA MAGANG (Halaman 27-35)

Dokumen terkait