• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tahap Pemaduan atau Tahap Pencocokan

BAB II . TINJAUAN PUSTAKA

2.4 Kerangka Konseptual

2.4.2 Tahap Pemaduan atau Tahap Pencocokan

Teknik yang dapat dipakai pada tahap ini adalah matriks SWOT (Strength-Weakness- Opportunity-threats). Alat ini tergantung pada inforasi yang diperoleh

dari tahap input untuk mencocokkan peluang dan ancaman eksternal dengan kekuatan dan kelemahan internal. Mencocokan faktor-faktor sukses kritis eksternal dan internal merupakan kunci untuk secara efektif menghasilkan strategi alternatif yang layak.

Analisis SWOT merupakan identifikasi yang bersifat sistematis dan dapat menyelaraskan faktor-faktor dari lingkungan eksternal dan internal serta dapat mengarahkan dan berperan sebagai katalisator dalam proses perencanaan strategis.

Analisis ini didasarkan pada asumsi bahwa suatu strategi yang efektif akan memaksimalkan kekuatan dan peluang serta meminimalkan kelemahan dan ancaman. Selain itu juga analisis SWOT dilaksanakan dengan memfokuskan pada dua hal, yaitu peluang dan ancaman serta identifikasi kekuatan dan kelemahan intern.

Matrik SWOT merupakan alat pencocokan yang penting dala membantu stakeholdersmengembangkan empat tipe strategi : strategi SO, strategi WO,

strategi ST, dan strategi WT. mencocokan faktor-faktor eksternal dan internal kunci merupakan bagian sulit terbesar untuk mengembangkan matrik SWOT dan memerlukan penilaian yang baik dan tidak ada satu pun kecocokan terbaik.

Kerangka konseptualuntuk lebih jelasnya digambarkan dalam skema berikut

Gambar 2.1

Skema Kerangka Konseptual Objek Wisataair Terjun Ponot

Potensi Objek Wisata Air Terjun Ponot

Kelengkapan Fisik Wilayah - aksesibilitas

- Atraksi - Amnitis Potensi Fisik Wilayah

- Kualitas obyek wisata

- Kondisi obyek wisata -

Potensi Air Terjun Ponot

Pengembangan Wisata Air Terjun Ponot

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian in dilakukan di Kecamatan Aek Songsongan Kabupaten Asahan. Secara administratif, wisata Air Terjun Ponot terletak di Desa Tangga Kecamatan Aek Songsongan. Adapun alasan penulis memilih lokasi penelitian ini adalah:

1. Potensi wisata Air Terjun Ponot yang memiliki ketinggian 250 meter dan masih perlu dilakukan pengelolaan agar lebih maju.

2. Meningkatnya kunjungan wisatawan ke obyek wisata Air Terjun Ponot tidak diimbangi dengan penyediaan sarana prasarana yang mendukung.

Hal ini terlihat dari sarana dan prasarana yang ada jumlahnya sangat terbatas.

3. Penulis memandang penting melihat kondisi nyata dan perkembangan obyek wisata. Seharusnya obyek wisata ini lebih dikelolah dan dikembangkan sehingga dapat meningkatkan pendapatan daerah dan pendapatan masyarakat di sekitar obyek wisata tersebut.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi ini dilakukan pada tanggal 28 Juni 2018 dan dalam penelitian ini adalah pengunjung dan masyarakat sekitar obyek wisata Air Terjun Ponot Di Desa Tangga Kecamatan Aek Songsongan Kabupaten Asahan. Sumber data dalam

penelitian ini terdiri para pengunjung, pemerintah/instansi terkait, masyarakat sekitar obyek wisata dan kawasan fisik lokasi wisata Air Terjun Ponot.

Pengunjung yang datang di objek wisata ini rata-rata sekitar 125 orang per minggu. Sebagai orang yang merasakan langsung bagaimana keadaan obyek wisata, pengunjung diasumsikan unsur penting pula dijadikan populasi terkait dengan kelestarian obyek wisata dimasa depan. Dari pengunjung pula diharapkan sumber data terkait dengan bagaiman keadaan kondisi wisata tersebut.Instansi pemerintah yang merupakan sumber data tentang bagaimana pengelolaan dan pengembangan

3.2.2 Sampel

Kawasan fisik lokasi wisata sebagai populasi sekaligus dijadikan sampel, jadi tidak ada yang dijadikan cuplikan dalam penelitian. Semua unsur prasarana dan sarana yang ada di lokasi tidak luput dari unsur kajian.

Sampel diambil dari pihak pengunjung, dinas pariwisata dan kebudayaan Kabupaten Asahan, serta instansi terkait yang menjadi sampel yaitu kepala desa dan camat di Desa Tangga Kecamatan Aek Songsongan. Dengan jumlah keseluruhan sampel populasi diambil brdasarkan rata – rata pengunjung per bulannya dari kisaran umuran remaja hingga dewasa dengan keseluruhan 125 orang, dan tingkat kesalahan yang dikehendaki adalah 5%.

Menentukan jumlah sampel dengan menggunakan rumus Slovin, pemilihan sampel dengan metode yang tepat dapat menggambarkan kondisi populasi yang sesungguhnya yang akurat, dan dapat menghemat biaya penelitian secara efektif.

Rumus Slovin sebagai berikut :

Dimana :

n : Jumlah Sampel N : Jumlah Populasi

e : Batas Toleransi Kesalahan (error tolerance)

Jumlah populasi adalah 125, dan tingkat kesalahan yang dikehendaki adalah 5%, maka jumlah sampel yang digunakan adalah :

n = 125/(1 + (125 x 0.052) n = 125/(1 + 125 x 0,0025) n = 125/(1 + 0,3125) n = 125/1,3125 n = 95,23

Apabila dibulatkan maka besar sampel minimal dari 125 populasi pada margin of error 5% adalah sebesar 95 orang responden.

3.2.3 Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini adalah 1. Obyek Wisata 2. Potensi Obyek wisata 3.

Potensi Fisik Obyek Wisata. 4. Potensi Non Fisik Obyek Wisata 5.

Pengembangan Obyek Wisata. Defenisi operasional variabel tersebut adalah sebagai berikut:

1. Obyek wisata yaitu Suatu tempat yang mempunyai keindahan dan dapat dijadikan sebagai tempat hiburan bagi orang yang berlibur dalam upaya memenuhi kebutuhan rohani dan menumbuhkan cinta keindahan alam ( Oka A. Yoeti, 1985).

2. Potensi obyek wisata merupakan suatu kemampuan dan daya tarik yang dimiliki oleh obyek wisata yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan.

3. Potensi fisik obyek wisata yaitu potensi wisata yang dimiliki obyek itu sendiri yang meliputi komponen kondisi fisik obyek, kualitas obyek, dan dukungan bagi pengembangan (Sujali, 1989).

4. Potensi non fisik obyek wisata yaitu potensi wisata yang mendukung pengembangan suatuobyek wisata yang terdiri dari aksesbilitas, fasilitas penunjang, dan fasilitas pelengkap (Sujali, 1989).

5. Pengembagan obyek wisata maksudnya adalah upaya yang dilakukan pihak pengelolah obyek wisata menuju kearah yang lebih baik sehingga menimbulkan perubahan dan pertumbuhan baik secara kualitas dan kuantitas.

3.3 Teknik Pengumpulan data

1. Observasi

Peneliti melakukan pengamatan langsung ke lokasi sasaran untuk melihat secara langsung situasi kondisi yang sebenarnya. Observasi dilakukan terhadap potensi internal, potensi eksternal, prasarana,sarana wisata Air Terjun Ponot.Hasil observasi terhadap lokasi penelitian di berikan bobot 3, 2, 1 dalam kondisi baik, kurang baik, dan tidak baik.

2. Wawancara

Peneliti melakukan wawancara kepada responden secara lisan guna mendapatkan data atau informasi yang sesuai dengan permasalahan penelitian, yakni pemerintah dan masyarakat untuk menjaring data primer tentang keadaan fisik dan non fisik dan rencana pengolahan dan pengembangan obyek wisata Air Terju Ponot.

3.4 Teknik Analisis Data

Data dalam penelitian ini dianalisis dengan deskriftif kualitatif yaitu dengan menampilkan data dalam bentuk tabel-tabel frekuensi sehingga dapat mendeskripsikan kenyataan dilapangan.

Pengelolan dengan data kualitatif dilakukan untuk menilai potensi fisik dan potensi non fisik yang ada di Wisata Air Terjun Ponot. Skoring keadaan potensi obyek wisata Air Terjun Ponot menggunakan skala koordinat 1, 2, 3 untuk mengukur kriteria pada masing-masing indikator berkualitas buruk, sedang, dan baik kemudian dihitung dengan menggunakan pedoman Sturges (Budiyono, 1995) sebagai berikut:

Untuk menghitung Interval Kelas : C1 =

C1 =

Dimana:

C1 = Interval Kelas

range = Selisih data terbesar dan terkecil k = Banyaknya kelas

3.4.1 Analisis Matriks Evaluasi Faktor Internal dan Eksternal (IFE-EFE) Matriks EFE digunakan untuk pengambilan keputusan dalam meringkas dan mengevaluasi semua informasi lingkungan eksternal meliputi peluang dan ancaman, sedangkan matriks IFE digunakan untuk meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama yang dihadapi Wisata Air Terjun Ponot.

Beberapa langkah dalam matriks IFE adalah sebagai berikut :

1. Daftar faktor-faktor sukses kritis yang diperoleh dari analisa lingkungan

2. Tentukan bobot untuk masing-masing faktor internal dengan skala 0,0 (tidak penting) sampai dengan 1,0 (sangat penting), berdasarkan pengaruh faktor-faktor internal terhadap posisi strategi pengembangan pada kolom 2.

Keseluruhan bobot faktor internal harus berjumlah 1,0. Nilai bobot dicari dan dihitung berdasarkan rata-rata industrinya. Penentuan bobot dalam matriks IFE dilakukan dengan jalan mengajukan faktor strategis internal tersebut kepada pihak manajemen atau pakar dengan menggunakan metode “Paired Comparison”.

Metode tersebut digunkan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal.Untuk menentukan bobot setiap variable digunakan skala 1, 2, dan 3. Skala yang digunakan untuk pengisian kolom adalah :

1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = Jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal.

3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal Bentuk penilaian pembobotan dapat dilihat pada Tabel 3.1

Tabel 3.1

Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal

Faktor Strategis Internal A B C D …. Total A

B C D Total Sumber : Kinnear, 1991

Bobot setiap variabl diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus :

Keterangan :

Ai = Bobot variabel ke-I Xi = Total nilai variabel i = A,B,C,D……….n n = Jumlah variabel

3. Tentukan rating pada setiap faktor sukses kritis untuk menunjukkan seberapa efektif strategi pengembangan yang tengah dijalankan terhadap faktor pada kolom 3. Skala rating mulai dari 4 = respon sangat besar (superior), 3 = respon di atas rata-rata, 2 = respon rata-rata, 1 = respon sangat kecil (inferior). Nilai rating didasarkan pada efektivitas strategi perusahaan.

4. Kalikan setiap bobot faktor (kolom 2) dengan rating (kolom 3) untuk menentukan skor bobot pada kolom 4.

5. Jumlahkan skor bobot pada kolo 4 untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang dinilai. Nilai total ini menunjukkan bagaimana organisasi bereaksi terhadap faktor-faktor strategis internalnya.

Tabel 3.2

Matriks Evaluasi Faktor Internal

No Faktor Internal Kunci Bobot Rating Skor Bobot KEKUATAN (Ai) (Bi) = 1,2,3,4 (Ai x Bi)

Sedangkan langkah-langkah dalam matriks EFE adalah sebagai berikut : 1. Daftarkan faktor-faktor sukses kritis yang diperoleh dari analisa lingkungan

eksternal yang terdiri dari peluang dan ancaman pada kolom 1.

2. Tentukan bobot untuk masing-masing faktor eksternal dengan skala mulai dari 0,0 (tidak penting) sampai dengan 1,0 (sangat penting), berdasarkan pengaruh faktor-faktor eksternal terhadap posisi strategi pengembangan pada kolom 2.

Keseluhuran bobot faktor eksternal jumlahnya tidak bolh melebihi 1,0. Nilai bobot dicari dan hitung brdasarkan rata-rata industrinya. Penentuan bobot dalam matriks EFE dilakukan dengan jalan mengajukan strategis eksternal tersebut kepada pihak manajemen atau pakar dengan menggunakan metode

“paired coparisn” (Kinnear, 1991).

Metode tersebut digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal.Untuk menentukan bobot setiap variabel digunakan skala 1, 2 dan 3. Skala yang digunakan untuk pengisian kolom adalah :

1 = jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal.

2 = jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal.

3 = jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertical.

Tabel 3.3

Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal

Faktor Strategis Internal A B C D …. Total A

B C D

….

Total Sumber : Kinnear, 1991

Bobot setiap variabl diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus

Keterangan :

Ai = Bobot variabel ke-I Xi = Total nilai variabel i = A,B,C,D……….n n = Jumlah variable

3. Tentukan rating pada setiap faktor sukses kritis untuk menunjukkan seberapa efektif strategi pengembangan yang tengah dijalankan terhadap faktor pada kolom 3. Skala rating mulai dari 4 = respon sangat besar (superior), 3 = respon di atas rata-rata, 2 = respon rata-rata, 1 = respon sangat kecil (inferior). Nilai rating didasarkan pada efektivitas strategi perusahaan.

4. Kalikan setiap bobot faktor (kolom 2) dengan rating (kolom 3) untuk menentukan skor bobot pada kolom 4.

5. Jumlahkan skor bobot pada kolo 4 untuk memperoleh total skor pembobotan bagi pengembangan yang dinilai. Nilai total ini menunjukkan bagaimana organisasi bereaksi terhadap faktor-faktor strategis eksternalnya.

Dengan mempertahankan faktor peluang dalam matriks EFE, total skor tertinggi adalah 4,0 menunjukkan strategi yang dijalankan sangat efektif dalam mengambil manfaat dari peluang dan meminimalkan dampak dari ancaman eksternal sedangkan total skor terendah adalah 1,0 menunjukan strategi yang dijalankan perusahaan tidak dapat mengambil manfaat dari peluang yang ada dan menghindari ancaman.

Tabel 3.4

Matriks Evaluasi Faktor Eksternal

No. Faktor Internal Kunci Bobot Rating Skor Bobot PELUANG (Ai) (Bi) = 1,2,3,4 (Ai x Bi) 1.

2.

….

ANCAMAN 1.

2.

….

Total 1.0

Sumber : David,2002 3.4.2 Analisis SWOT

Penentuan analisis SWOT dilakukan setelah mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ada.Oleh karena itu harus terlebih dahulu dilakukan identifikasi terhadap faktor-faktor tersebut dengan menggunakan matriks IFE dan EFE.Kedua matriks ini memperlihatkan faktor mana yang lebih berpengaruh dan faktor mana yang kurang berpengaruh terhadap pengembangan wisata tersebut.Berdasarkan rating pada masing-masing faktor dan bobot yang ada, maka dapat ditentukan berbagai faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan.

Unsur-unsur SWOT meliputi: S (strength) yang berarti mengacu kepada keunggulan kompetitif dan kompetensi lainnya, W (weakness) yaitu hambatan yang membatasi pilihan-pilihan pada pengembangan strategi, O (opportunity) yakni menyediakan kondisi yang menguntungkan atau peluang membatasi penghalang, T (threat) yang berhubungan dengan kondisi yang dapat menghalangi atau ancaman dalam mencapai tujuan. Matriks ini dapat menghasilkan empat sel

kemungkinan alternatif strategi, yaitu strategi S-O, strategi W-O, strategi W-T dan strategi S-T.matriks SWOT Dapat dilihat pada tabel 3.5

Tabel 3.5

Terdapat delapan tahapan dala membentuk matriks SWOT, yaitu : 1. Membuat daftar kekuatan

2. Membuat daftar kelemahan 3. Membuat daftar peluang eksternal 4. Membuat daftar ancaman eksternal

5. Menyesuaikan kekuatan-kekuatan internal dengan peluang-peluang eksternal dan mencatat hasilnya dalam sel strategi S-O.

6. Menyesuaikan kelemahan-kelemahan internal dengan peluang-peluang eksternal dan mencatat hasilya dalam sel strategi W-O.

7. Menyesuaikan kekuatan-kekuatan internal dengan ancaman-ancaman eksternal dan mencatat hasilnya dalam sel strategi S-T.

8. Menyesuaikan kelemahan-kelemahan internal dengan ancaman-ancaman eksternal dan mencatat hasilnya dalam sel strategi W-T.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Umum Wilayah Kabupaten Asahan

Kabupaten Asahan adalah sebuah kabupaten yang terletak di sumatera utara, Indonesia kabupaten ini beribu kota Kisaran dan mempunyai wilayah seluas 3.675 km². Ibu kota terdahulu Kabupaten Asahan ialah Tanjung Balai. Asahan juga merupakan kabupaten pertama di indonesia yang membentuk lembaga pelayanan umum bernama Ombudsman Daerah Asahan, melalui SK Bupati Asahan Nomor : 419-Huk/Tahun 2004, tanggal 20 Oktober 2004. Di era kolonial, wilayah ini disebut sebagai Assaban oleh orang Eropa.

Lokasi air terjun ponot itu sendiri tepatnya berada di desa Tangga dekat Porsea Paritohan Kecamatan Pintu Pohan Meranti, Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara. Memiliki ketinggian ± 250 m.

Berdasarkan Tabel 4.1 di bawah, dapat diketahui bahwa kecamatan yang paling luas yang ada di Kabupaten Asahan yaitu Kecamatan Bandar Pasir Mandoge (713,6321 km2), diikuti dengan Kecamatan Sei Kepayang (370,6919 km2) dan kemudian Kecamatan Aek Songsongan (282,2056 km2). Dapat dilihat juga bahwa kecamatan yang paling sempit wilayahnya adalah Kecamatan Kisaran Timur Kota (30,1678 km2), diikuti dengan Kecamatan Kisaran Barat Kota (32,8052 km2), dan Kecamatan Meranti (45,3276 km2).

Tabel 4.1

Luas Kecamatan di Kabupaten Asahan

No. Kecamatan Luas (km²)

1. Aek Kuasan 143,1331 km2

2. Aek Ledong 85,1169 km2

3. Aek Songsongan 282,2056 km2

4. Air Batu 117,1451 km2

5. Air Joman 98,0944 km2

6. Bandar Pasir Mandoge 713,6321 km2

7. Bandar Pulau 268,4124 km2

8. Buntu Pane 268,4124 km2

9. Kisaran Barat Kota 32,8052 km2

10. Kisaran Timur Kota 30,1678 km2

11. Meranti 45,3276 km2

18. Sei Kepayang Barat 49,1921 km2

19. Sei Kepayang Timur 100,6452 km2

20. Setia Janji 62,3702 km2

21. Silo Laut 84,6758 km2

22. Simpang Empat 135,7699 km2

23. Tanjung Balai 88,6836 km2

24. Teluk Dalam 117,0128 km2

25. Tinggi Raja 107,8977 km2

Sumber : BPS Kabupaten Asahan,2015 4.2 Kependudukan

4.2.1 Jumlah Kependudukan

Dari hasil Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Asahan, penduduk Kabupaten Asahan berjumlah 706.283 jiwa pada tahun 2015. Berdasarkan tabel tersebut B.P. Mandoge merupakan kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk paling sedikit dengan perbandingan 48,65 orang/km. dan Kisaran Timur merupakan kecamtan yang memiliki perbandingan penduduk paling banyak

dengan jumlah 2.418,41 orang/km. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut :

Tabel 4.2

Jumlah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Asahan, 2015

Kecamatan Luas Penduduk

(orang)

Sumber : BPS Kabupaten Asahan 4.3 Wilayah Administrasi

Wilayah administrasi pemerintah kecamatan Kabupaten Asahan hingga tahun 2016 tidak mengalami pemekaran. Terdiri atas 25 kecamatan.

Tabel 4.3

Jumlah Kepala Desa/Kelurahan Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan

Tahun 2016

Sumber : BPS Kabupaten Asahan 2016

Dalam penelitian ini, akan diteliti beberapa fasilitas umum yang sifatnya dasar menjawab kebutuhan wisatawan. Fasilitas tersebut yaitu kamar dan tempat tidur hotel berbasis kecamatan. Semakin banyak fasilitas umum yang dimiliki kecamatan maka semakin maju dan mampu kecamatan tersebut untuk memenuhi

Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah

1 B. P. Mandoge 9 - 9

kebutuhan masyarakat dan wisatawan. Hal ini juga menunjukkan bahwa kecamatan tersebut layak dijadikan sebagai pusat wisatawan.

Tabel 4.4

Jumlah Kamar dan Tempat Tidur Hotel Berbasis Kecamatan Tahun 2013-2015

Sumber : BPS Kabupaten Asahan 2018

Berdasarkan data BPS Kabupaten Asahan diatas kita bisa lihat bahwa pertumbuhan kamar dan tempat tidur hotel berbasis kecamatan tidak mengalami pertumbuhan yang signifikan. Hal ini yang harus diperhatikan oleh pemerintah untuk mencari penyebab hal ini karena dengan meningkatnya kamar dan tempat tidur hotel tentunya akan meningkatkan pendapatan kepada banyak pihak termasuk pemerintah daerah itu sendiri.

4.4 Struktur Perekonomian

Beragamnya kegiatan perekonomian akan berpengaruh pada struktur perekonomian suatu wilayah. Sumber daya manusia dan sumber daya alam merupakan faktor yang sangat menentukan terhadap struktur perekonomian daerah. Dengan demikian struktur perekonomian daerah sangat dipengaruhi oleh kemampuan tiap-tiap sektor dalam pencapaian nilai tambah. Dari struktur

ekonomi suatu wilayah termasuk pengembangan wisata alamnya. Perekonomian Kabupaten Asahan.

Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Asahan Menurut Pengeluaran

Jenis Pengeluaran

Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Asahan Menurut Pengeluaran (Persen)

Analisis dilakukan dengan memperhatikan beberapa sektor perekonomian dalam kurun waktu 2011-2017.

Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK) Menurut Jenjang Pendidikan di Kabupaten Asahan, 2016 Angka Partisipasi

Analisis dilakukan dengan memperhatikan beberapa sektor pendidikan dalam kurun waktu 2016.

4.5 Sektor Pariwisata

Wilayah Kabupaten Asahan mempunyai potensi objek wisata yang cukup besar baik wisata alam maupun situs budaya, diantaranya : wisata alam arum jeram, wisata air terjun simonang monang, wisata air terjun sisapa, dan wisata air terjun ponot dan lain-lain.

4.5.1 Sarana dan Prasarana Sosial Ekonomi

Potensi sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia di Kabupaten Asahan sangat mendukung, namun sampai saat ini yang menjadi kendala sarana dan prasarananya baik sarana dibidang fisik maupun sarana di bidang sosial.

Sarana perekonomian merupakan sarana yang sangat mendukung terhadap tingkat kemajuan khususnya pertumbuhan ekonomi daerah. Di Kabupaten Asahan terhadap beberapa pasar dengan ukuran beragam dan pola penyebarannya sudah merata di setiap kecamatan, baik yang dikelolah oleh dinas pengelola pasar Kabupaten Labuhanbatu Selatan juga pasar yang dikelola secara swadaya oleh masyarakat.

Sarana perekonomian lainnya yaitu lembaga perbankan, terdapat 4 buah bank pemerintah yaitu BRI, BNI, Bank Mandiri dan Bank SUMUT (Sumatera Utara). Sedangkan bank swasta diantarannya bank BCA.

Arus lalu lintas barang dan jasa dari dan ke ibukota Kabupaten (Kisaran) sudah cukup lancar, prasarana perhubungan di Kabupaten Asahan sudah cukup memadai. Untuk panjang jalan Kabupaten Asahan tahun 2015 sebagian besar

permukaanya adalah tanah yaitu sepanjang 217,65 km, diaspal sepanjang 160,95 km, dan kerikil sepanjang 141,71 km.

Pada tahun 2015 terdapat sekolah dasar negri (SDN) terdapat 169 sekolah dengan jumlah murid 36.212 orang, dan guru 1.384 orang, tingkat sekolah pertama (SMP) N terdapat 17 sekolah, dengan 5.636 orang murid dan 372 orang guru, untuk SMA N terdapat 7 sekolah, dengan 3.466 orang murid, dan 218 orang guru.

Banyaknya fasilitas kesehatan di Kabupaten Asahan tahun 2015 berupa posyandu sebanyak 287, puskesmas ada sebanyak 11, dan rumahsakit ada 3.

Sedangkan sarana pelayanan kesehatan seperti dokter umum yang ada sebanyak 47 orang, dokter gigi 12 orang, dan dokter spesialisasi hanya 1 orang. Begitu juga jumlah bidan dan perawat swasta maupun negeri sebanyak 323 orang.

Banyaknya tempat ibadah di Kabupaten Asahan seperti masjid sebanyak 367 unit, musholla sebanyak 252 unit, sedangkan gereja 125 unit, dan pura hanya 2 unit.

PDRB Kabupaten Asahan atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha tahun 2015 adalah Rp.26.479.515,30 juta dan pada tahun 2016 sebesar Rp.29.189.596,10 juta.

4.6 Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal 4.6.1 Faktor Strategi Internal

Faktor-faktor strategis internal terdiri dari faktor-faktor yang dapat dijadikan kekuatan dan kelemahan dalam pengembangan wisata air terjun Ponot Kabupaten Asahan. Adapun faktor-faktor strategis internal tersebut antara lain :

a. Kondisi Geografis

Secara umum Kabupaten Asahan merupakan daerah dataran rendah dengan kondisi wisata alam yang berbukit-bukit. Kondisi demikian mengakibatkan daerah-daerah tertinggal atau terpencil sulit dijangkau baik transportasi maupun telekomunikasi. Selain itu, kawasan tersebut sangat peka terhadap bencana alam seperti gerakan tanah, banjir, dan lain-lain.

b. Keadaan Sumber Daya Alam

Pada umumnya wilayah Kabupaten Asahan memiliki kesesuaian lahan yang cukup baik untuk pertanian karena didukung oleh kondisi fisik yang cukup baik. Selain itu, Kabupaten Asahan juga memiliki iklim tropis, curah hujan yang cukup tinggi, hari hujan yang banyak dan lahan yang subur serta ditunjang dengan banyaknya aliran sungai, menyebabkan bagian besar wilayahnya dipergunakan untuk lahan pertanian. Jenis tanah di wilayah Kabupaten Asahan juga mempunyai kesesuaian yang baik untuk kegiatan-kegiatan budidaya pertanian, perkebunan dan kehutanan. Selai itu sektor perikanan budidaya air pun memiliki peluang yang cukup baik karena memiliki lahan perairan yang cukup luas.

c. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana wilayah memegang peran penting dalam pembangunan suatu wilayah, aspek ini dapat menjadi indikator dari berkembangnya suatu wilayah. Namun disisi lain aspek sarana dan prasarana yang tersedia juga dapat menjadi sebuah masalah jika ternyata sarana dan prasarana tersebut telah tersedia namun disisi lain tingkat kemajuan dan perkembangan wilayah

yang bersangkutan tidak sebanding dengan fasilitas yang tersedia. Bekaitan dengan kondisi geografis, maka upaya penyebaran sarana dan prasarana pembangunan di wilayah Kabupaten Asahan belum sepenuhnya menyebar di setiap wilayah. Hal ini mengakibatkan suatu daerah akan tertinggal.

d. Otonomi Daerah

Otonomi daerah untuk kabupaten Asahan merupakan tahap pembelajaran dalam membenahi rumah tangganya sendiri. Secara de facto Kabupaten Asahan belum sepenuhnya siap untuk menjadi daerah otonom. Hal ini bisa dilihat dari tingkat kesejahteraan masyarakat, infrastruktur dan PAD yang kecil. Konsekuensi ini harus diterima oleh pemerintah Kabupaten Asahan apabila ingin berdiri sendiri.

e. Hubungan Lembaga Pemerintah dengan Masyarakat

e. Hubungan Lembaga Pemerintah dengan Masyarakat

Dokumen terkait