• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN POTENSI WISATA AIR TERJUN PONOT DI KABUPATEN ASAHAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGEMBANGAN POTENSI WISATA AIR TERJUN PONOT DI KABUPATEN ASAHAN"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGEMBANGAN POTENSI WISATA AIR TERJUN PONOT DI KABUPATEN ASAHAN

(Studi Deskriptif Daya Tarik Wisata Air Terjun Ponot di Desa Tangga, Kecamatan Aek Songsongan, Kabupaten Asahan)

OLEH

RAHMAD SANJAYA DAULAY 130501042

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

(2)
(3)
(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengembangan Potensi Wisata Air Terjun Ponot di Kabupaten Asahan” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari wawancara dan / atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/ / atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma kaida dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kekurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Januari 2019 Yang membuat pernyataan

Rahmad Sanjaya Daulay

NIM : 130501042

(5)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN POTENSI WISATA AIR TERJUN PONOT DI KABUPATEN ASAHAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengembangan Potensi Wisata air terjun ponot di kabupaten asahan. Penelitian ini awalnya dilatarbelakangi karena air tejun wisata air wisata pada ponot mengalami penurunan kunjungan wisata terjaid pada tahun 2015. Penelitian ini mengambil studi kasus yaitu deskriptif daya tarik wisata air terjun ponot di desa tangga, kecamatan aek songsongan, kabupaten asahan yang penelitiannya dilakukan pada tahun 2018.

Sehingga penelitian ini menggunakan alat analsis SWOT

Dari data ini diperoleh pengembangan potensi air terjun ponot di desa tangga kecamatan aek songsongan kabupaten asahan masih sangat sedikit dan terlihat dari matrikks EFE memiliki skor total 1.130 masih unggul dibandingkan dengan skor ancaman sebesar 1.346 dengan selisih skor adalah 216. Sedangkan dengan matriks IFE memiliki kekuatan sebesar 1.180 lebih besar jika dibandingkan dengan skor kelemahan yang hanya bekisar 600. Dan jika dilihat dari strategi matriks QSP maka budaya dan peran pemerintah merupakan peran utama dalam pengembangan air terjun ponot di desatangga aik songsongan kabupaten asahan.

Kondisi lingkungan wisata air terjun ponot di desa tangga kecamatan aek songsong kabupaten asahan terlihat baik dan masyarakat sangat menyambut wisatawan untuk berkunjung, pada pendidikan dan tingkat kesadaran masyarakat kurang sadar dengan perkembangan wisata air terjun ponot di desa tangga kecamatan aek songsong kabupaten asahan.

Kata kunci: parawisata, SWOT, pengembangan, kekuatan

(6)

ABSTRACK

POTENTIAL DEVELOPMENT OF PONOT WATERFALL TOURISM IN ASAHAN REGENCY

This study aims to determine the development of the potential of Ponot Waterfall tourism at Asahan district. This research was originally motivated by the fact that Ponot Tourism Water supply has experienced decline tourist visits in 2015. This study took a case studies that is descriptive of the Ponot Waterfall tourist attraction in the village of Aek Songongan sub-district. Asahan district whose research was conducted in 2018 So that this study uses SWOT analysis tool for this research.

From this data, the development of the potential of the Ponot Waterfall in the village of Aek sub-district, Asahan district, is still very small and it can be seen from the EFE matrix having a total score of 1,130 still superior compared to the threat score of 1,346 with a score difference of 216. The score of 1,180 is greater than the score of weakness which only covers 600. And when viewed from the QSP matrix strategy, the culture and the role of the government are the main roles in the development of the waterfall Ponot in Desa Tangga Aik Songsongan, the district of Asahan.

Ponot waterfall tourism environment conditions in the village of Aek Subdistrict Subdistrict Asahan Subdistrict look good and the community warmly welcomes tourists to visit,special for education and awareness level the public is less aware of the development of Ponot Waterfall tourism in the village of Aek Subdistrict, Asahan.

Key word: Tourism, SWOT, development, Potential

(7)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Syukur Alhamdulillah peneliti panjatkan kehadirat allah SWT, berkat segala limpahan rahmat, hidayah dan karunia-Nya yang telah memberikan penulis kesehatan, kesempatan dan kemudahan sehingga penulisan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar dan selesai tepat pada waktunya.

Skripsi ini merupakan sebuah karya tulis ilmiah yang diperlukan untuk melengkapi persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana sebagai sarana untuk melatih diri dan mengembangkan wawasan berpikir, adapun judul dari skripsi ini adalah “Pengembangan Potensi Wisata Air Terjun Ponot di Kecamatan Aek Songsongan Kabupaten Asahan”. Penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program Sarjana (S1) di Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih mempunyai banyak kekurangan, baik dari segi isi maupun segi bahasa dan penulisan yang digunakan karena masih terbatasnya kemampuan dan pengetahuan penulis. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan skripsi ini. Banyak masukan, motivasi, dan doa yang diberikan kepada penulis hingga akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua saya yang senantiasa sabar, tulus, dan penuh kasih sayang membesarkan, mendidik, membimbing, dan mendukung secara moril dan materil penulis hingga saat ini.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

(8)

1. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof.

Dr. Ramli, SE, MS.

2. Bapak Drs. Coky Ahmad Syahweir, MP selaku Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan dan Ibu Inggrita Gusti Sari, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S-1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Lic. rer. reg. Sirojuzilam, SE sebagai Dosen Pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dengan penuh kesabaran dalam proses penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Wahyu Ario Pramata, SE., M.Ec. selaku Dosen Pembanding I saya yang telah memberikan saran dan kritikan dalam penyempurnaan skripsi ini.

5. Bapak Paidi, SE., M.Si. selaku Dosen Pembanding II saya yang telah memberikan saran dan kritikan dalam penyempurnaan skripsi ini.

6. Kepada seluruh dosen Program Studi Ilmu Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan begitu banyak ilmu kepada penulis selama masa perkuliahan.

7. Kepada kedua orang tua saya yang sangat saya sayangi dan banggakan, yang telah melahirkan, mengasuh,membesarkan, dan mendidik penulis dengan penuh cinta dan kasih sayang. Karena beliaulah skripsi ini dapat terselesaikan dan berkat kasih sayang dan pengorbanannyalah saya dapat menyelesaikan pendidikan dan program sarjana (S-1) di USU.

8. Untuk diri saya sendiri yang sudah sepenuhnya membantu, dan saya bangga

pada diri saya sendiri, The Best Future I’m Coming!

(9)

9. Untuk teman-teman stambuk 2013, yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

Sukses buat kita semua!

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Terima kasih.

Medan, Mei 2018 Penulis

Rahmad Sanjaya Daulay

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 6

1.3 Pembatasan Masalah ... 7

1.4 Rumusan Masalah ... 7

1.5 Tujuan Penelitian ... 7

1.6 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II . TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan Obyek Wisata ... 9

2.2 Penelitian Terdahulu ... 12

2.3 Kerangka Teori ... 15

2.3.1 Pengertian Pariwisata ... 15

2.3.2 Potensi Obyek Wisata ... 19

2.3.3 Prasarana dan Sarana ... ... 22

2.3.4 Air Terjun... 24

2.4 Kerangka Konseptual... 25

2.4.1 Tahap Input... 25

2.4.2 Tahap Pemaduan atau Tahap Pencocokan... 26

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian... ... 28

3.2 Populasi dan Sampel... 28

3.2.1 Populasi... ... 28

3.2.2 Sampel... ... 29

3.2.3 Variabel Penelitian ... 30

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 31

3.4 Teknik Analisis Data ... 32

3.4.1 Analisis Matriks Evaluasi Faktor Internal dan Eksternal (IFE-EFE) ... 32

3.4.2 Analisis SWOT ... 38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Umum Wilayah Kabupaten Asahan ... 40

4.2 Kependudukan ... 42

4.2.1 Jumlah Penduduk... 42

(11)

4.3 Wilayah Administrasi ... 43

4.4 Struktur Perekonomian ... 45

4.5 Sektor Pariwisata ... 46

4.5.1 Sarana dan Prasarana Sosial Ekonomi ... 46

4.6 Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal ... 48

4.6.1 Faktor Strategis Internal ... 48

4.6.2 Faktor Strategis Eksternal... 51

4.7 Analisis Matriks EFE dan IFE ... 54

4.7.1 Matriks External Factor Evaluation ... 54

4.7.2 Matriks Internal Factor Evaluation ... 56

4.8 Hasil Analisis SWOT ... 58

4.9 Prioritas Strategi Berdasarkan Matriks QSP ... 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 70

5.2 Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 72

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

Tabel Jumlah Kunjungan Wisatawan Objek Wisata Bahari

Kabupaten Asahan 2013-2015 ... 3

Tabel Penilaian Bobot Faktor Strategi Internal ... 34

Tabel Matriks Evaluasi Faktor Internal... 35

Tabel Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal ... 36

Tabel Matriks Evaluasi Faktor Eksternal ... 37

Tabel Matriks SWOT ... 38

Tabel Luas Kecamatan di Kabupaten Asahan ... 41

Tabel Jumlah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Asahan, 2015 ... 43

Tabel Jumlah Kepala Desa/Kelurahan Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan Tahun 2016 ... 44

Tabel Jumlah dan Tempat Tidur Hotel Berbasis Kecamatan Tahun 2013-2015 ... 45

Tabel Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) Kabupaten

Asahan dalam Pengembangan Wisata Air Terjun Ponot 55

Tabel Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE) Kabupaten

Asahan dalam Pengembangan Wisata Air Terjun Ponot 57

Tabel Matriks SWOT Kabupaten Asahan... 61

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

Gambar Skema Kerangka Konseptual... 27

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

1. Matriks gabungan penentuan rating factor eksternal

2. Matriks gabungan penentuan rating factor internal

3. Matriks gabungan penentuan bobot factor eksternal

4. Matriks gabungan penentuan bobot factor internal

5. Penentuan prioritas strategi menurut matriks QSP

(15)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pariwisata merupakan salah satu sektor yang sangat strategis dalam mendukung program-program pembangunan.Pariwisata juga memberikan peranan yang besar bagi daerah lokasi wisata, dikarenakan dapat memberikan nilai lebih kepada daerah. Sektor pariwisata merupakan alternatif pemasukan bagi pendapatan daerah maupun bagi devisa negara dan pembangunan perekonomian nasional, bahkan bagi negara-negara maju sekalipun pariwisata serius untuk dikembangkan. Untuk mengembangkan sektor ini pemerintah berusaha keras membuat rencana dan berbagai kebijakan tersebut adalah dengan cara menggali, menginventarisir dan mengembangkan obyek-obyek wisata yang ada sebagai daya tarik wisatawan. Pariwisata akan dapat menumbuhkan dan meningkatkan pengenalan dan cinta terhadap tanah airnya, sehingga dapat memotifasi sikap toleransi dalam pergaulan, selain itu juga pariwisata mampu memperluas cakrawala pandangan pribadi terhadap nilai- nilai kehidupan.

Berkembangnya pariwisata disuatu daerah akan mendatangkan banyak

manfaat bagi masyarakat, yakni secara ekonomis, sosial dan budaya. Namun, jika

pengembangannya tidak dipersiapkan dan dikelola dengan baik, justru akan

menimbulkan berbagai permasalahan yang menyulitkan atau bahkan merugikan

masyarakat. Dari sudut sosial, kegiatan pariwisata akan memperluas kesempatan

tenaga kerja baik dari kegiatan pembangunan sarana dan prasarana baik dari

sektor usaha yang langsung maupun yang tidak langsung. Dari sudut ekonomi

(16)

bahwa kegiatan pariwisata dapat memberikan sumbangan terhadap penerimaan daerah bersumber dari pajak, retribusi parkir dan karcis atau dapat mendatangkan devisa dari para wisatawan mancanegara yang berkunjung. Adanya pariwisata juga akan menumbuhkan usaha-usaha ekonomi yang saling merangkai dan menunjang kegiatannya sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

Kabupaten Asahan merupakan salah satu daerah yang memiliki tujuan wisata yang memiliki potensi dan tidak kalah menarik dari daerah lainya di Indonesia. Salah satu sektor Pariwisata yang terdapat di Kabupaten Asahan adalah Air Terjun Ponot yaitu objek wisata yang terletak di Desa Tangga, Kecamatan Aek Song-songan, Sumatera Utara.

Pada dasarnya Kabupaten Asahan memiliki potensi yang cukup besar bagi pengembangan usaha parawisata. Daerah ini memiliki sejumlah obyek wisata alam yang memiliki daya tarik tersendiri, antara lain seperti :Wisata alam arung jeram di hulu sungai Asahan, Desa tangga Kec. Bandar Pulau, wisata alam air terjun Simonang-monang Kec. Bandar Pulau, wisata alam air terjun Aek Sisapa Kec. Bandar Pasir Mandoge.

Tabel 1.1

Jumlah Kunjungan Wisatawan Objek Wisata Bahari Kabupaten Asahan 2013 – 2015

(jiwa/tahun)

No Nama Objek Wisata 2013 2014 2015

1 Wisata Alam Arung Jeram

7.280 10.500 15.000

2 Wisata Air Terjun Simonang monang

6.750 7.700 9.450

3 Wisata Air Terjun Sisapa 5.000 5.450 5.660

4 Wisata Air Terjun Ponot 2.100 3.000 1.500

Jumlah 21.130 26.650 31.610

Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Asahan, 2016

(17)

Berdasarkan tabel 1, pengunjung objek wisata bahari Dikabupaten Asahan hampir tiap tahunnya mengalami peningkatan baik dari wisatawan lokal maupun mancanegara. Meskipun pada tahun 2015 wisata air terjun ponot mengalami penurunan jumlah wisatawan dari tahun 2014 sebanyak 634 jiwa (21%).

Air Terjun Ponot merupakan sebuah air terjun yang memiliki ketinggian lebih kurang 250 meter, merupakan salah satu air terjun tertinggi di indonesia dan memiliki tiga undakan air terjun, air terjun ini berada di aliran Sungai Ponot yang merupakan anak Sungai Asahan di ketinggian sekitar 500 meter di atas permukaan laut. Keindahan Air Terjun Ponot terletak pada debit airnya yang sangat deras, di bawah curahan air terjun banyak terdapat batu-batuan alam yang berukuran sangat besar sehingga menjadi daya tarik tersendiri sebagai pelengkap keindahan Air Terjun Ponot. Dengan air yang masih jernih dan dingin menjadi alasan mengapa banyak pengunjung yang datang meskipun lokasinya jauh dari pusat kota dengan jarak tempuh lebih kurang 90 km dari kota Kisaran (Ibu Kota Kabupaten Asahan).

Sebagai lokasi wisata yang cukup lama, obyek wisata tersebut belum banyak pengelolaan dan pengembangan untuk dijadikan lokasi wisata yang maju.Namun, prasarana jalan yang ada, banyak jalan berlubang dan banyak aspal yang terkikis air hujan.Wisata Air Terjun Ponot ini terletak di daerah pegunungan yang mana daerahnya berbukit dan berlembah, dengan jalan menyulitkan perjalanan para wisatawan khususnya para pengguna sepeda motor. Selain itu lokasi parkir kendaraan yang belum tertata dengan baik, sehingga kendaraan pengunjung tidak tertata rapid an juga menyulitkan kendaraan keluar masuk.

Sarana

(18)

seperti rumah makan tidak tersedia, WC umum hanya 1, pembuangan sampah tidak tersedia.Penjual makanan di obyek wisata Air Terjun Ponot ini hanya berjualan pada saat musim liburan saja. Masalah lain menjadi kendala pengembangan wisata Air Terjun Ponot adalah masalah transportasi yang menghubungkan tempat tinggal wisatawan dengan obyek wisata ini. Selanjutnya masalah akomodasi, wisata Air Terjun Ponot ini tidak memiliki tempat penginapan.

Obyek wisata ini sebenarnya akan mendorong kegiatan ekonomi di sekitar daerah obyek wisata tersebut, dari sini muncul pertanyaan bagaimana dapat mendorong kegiatan ekonomi jika pengelolaan dan pengembangan potensi obyek wisata Air Terjun Ponot ini memberikan pengaruh positif, sustainabilitas usaha umumnya akan dapat dipertahankan karena adanya dukungan dari masyarakat sekitar.

Potensi obyek wisata merupakan suatu kemampuan dan daya tarik yang dimiliki oleh obyek wisata yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan.

Umumnya daya tarik wisata berdasarkan pada : adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, bersih, adanya aksesibilitas yang dapat untuk dikunjungi, adanya ciri khusus/spesifik yang bersifat langka, adanya sarana/prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan yang hadir (Rumaini, 1992).

Dinas Pariwisata dan budaya (DISPARBUD) Asahan sebagai pelaksana

teknis pembangunan kepariwisataan. Strategi pencapaian tujuan dan sasaran

(19)

pengembangan pariwisata Asahan dilaksanakan dengan prinsip dan pendekatan sebagai berikut :

1. menimbulkan kembali, mempertahankan, dan meningkatkan potensi parawisata yang telah berkembang serta menggali sumberdaya parawisata yang belum berkembang.

2. Mengedepankan dan mengandalkan potensi alam dan budaya.

3. Kersama pengembangan parawisata lintas kabupaten/kota yang mengedepankan produk unggulan masing-masing sehingga tercipta beberapa jenis paket wisata unggulan Asahan.

4. Terkosentrasi pada fasilitas parawisata khususnya sarana perhotelan berbintang dan usaha jasa perjalanan wisata.

5. Penggalangan peran serta masyarakat.

6. Menciptakan standar produk pariwisata sesuai dengan kebutuhan pelayanan wisatawan.

7. Pemberdayaan sektor ekonomi kerakyatan mendapat perhatian dan prioritas dalam pengembangan kepariwisataan Kabupaten Asahan.

Berdasarkan hal di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengangkat judul “Pengembangan Potensi Wisata Air Terjun Ponot di Kabupaten Asahan (Studi Deskriptif Daya Tarik Wisata Air Terjun Ponot di Desa Tangga, Kecamatan Aek Songsongan, Kabupaten Asahan)”

1.2

Identifikasi Masalah

Harapan dalam perencanaan dan pengembangan kawasan wisata adalah

signifikan bagi kemajuan sosial ekonomi dan budaya. Namun tidak kalah pentinya

adalah bagaimana peluang keberlanjutan usaha tersebut di masa yang mendatang.

(20)

Pertanyaan yang muncul adalah apakah prospeknya cukup positif atau tidak, sejauh manakah kemajuan sosial ekonomi dan budaya yang telah dicapai oleh kawasan tersebut dengan berdirinya obyek wisata tersebut. Berikutnya adakah banyak mengalami kendala-kendala dalam pengembangannya, dan bagaimana pula bentuk kendala yang telah menghambat kemajuan obyek wisata tersebut.

Belum jelasnya bagaimana upaya pemerintah berkaitan dengan penyediaan prasarana dan sarana, masyarakat berperan dalam pengelolaan, penyediaan akomodasi serta promosi pariwisata.

Masalah berikutnya yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini adalah terkait dengan bagaimana pengelolaan dan pengembangan potensi wisata Air Terjun Ponot. Pengembangan obyek tersebut dikaji dari berbagai faktor misalnya faktor pendukung prasarana dan sarana. Prasarana dan sarana yang dimaksud antara lain hotel, penginapan, rumah makan, tempat parkir, jalan, transportasi, serta sarana pendukung lainnya. Selain itu bagaimana pula upaya pengelolaan dan pengembangan obyek wisata serta bagaimana kondisi aktual sadar wisata khususnya ditinjau dari aspek sapta pesona.

Permasalahan yang mengemuka adalah bagaimna potensi daya tarik yang

dimiliki Wisata Air Terjun Ponot dapat dikembangkan secara maksimal,

sementara sarana yang hendak dicapai yakni teridentifikasinya fenomena terhadap

minimnya informasi tentang potensi Air Terjun Ponot. Permasalahan ini di

asumsikan sebgai salah satu indikator minimnya kunjungan wisatawan, dalam

artian mereka belum mengetahui obyek Wisata Air Terjun Ponot sehingga tidak

menjadi tujuan utama.

(21)

1.3

Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasinya maka masalah penelitian dibatasi pada kajian tentang potensi wisata Air Terjun Ponot, meliputi (kondisi fisik obyek wisata, prasarana dan sarana yang ada di obyek wisata Air Terjun Ponot), upaya pengelolaan potensi wisata, penyediaan prasarana dan sarana serta pengembangan obyek wisata selanjutnya. Pengelolaan dan penyediaan dimaksud adalah terkait dengan akomodasi, rumah makan, telekomunikasi, aneka atraksi serta promosi pariwisata.

1.4

Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengembangan potensi wisata Air Terjun Ponot di desa Tangga Kecamatan Aek Songsongan Kabupaten Asahan?

2. Bagaimana kondisi lingkungan wisata Air Terjun Ponot di desa Tangga Kecamatan Aek Songsongan Kabupaten Asahan?

1.5

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui:

1. Untuk mengetahui potensi wisata Air Terjun Ponot di desa Tangga Kecamatan Aek Songsongan Kabupaten Asahan.

2. Untuk mengetahui potensi wisata Air Terjun Ponot di desa Tangga Kecamatan Aek Songsongan Kabupaten Asahan.

1.6

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:

(22)

1. Sebagai bahan masukan bagi instansi terkait dalam hal ini pihak pengelolah dan Dinas Pariwisata Kabupaten Asahan untuk membantu pengembangan selanjutnya.

2. Memperluas pengetahuan tentang eksistensi obyek wisata yang ada di

Kabupaten Asahan.

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan Obyek Wisata

Pengembangan adalah proses, cara pembuatan mengembangkan kesasaran yang dikehendaki (KBBI 1986, Balai Pustaka, Jakarta). Pengembangan adalah suatu usaha menuju kearah yang lebih baik yang menyebabkan adanya perubahan dan pertumbuhan. Perubahan itu bisa dalam arti kualitas dan kuantitas. Secara kualitas berarti meningkatkan daya tarik obyek wisata melalui peningkatan mutu pelayanan. Sedangkan secara kuantitas berarti perluasan keanekaragaman objek wisata serta akomodasi lainnya.

Dalam upaya pengembangan suatu obyek wisata strategi-strategi dalam pelaksanaannya diperlukan untuk membuat suatu obyek wisata menarik dan memilikidaya jual yang tinggi. Adapun bentuk-bentuk strategi yang dilakukan adalah strategi promosi keseluruhan paket wisata baik obyek wisata alam maupun obyek wisata buatan melalui program pengembangan seperti:

1. Promosi dapat dilakukan melalui media brosur yang disebarkan di hotel atau tempat umum (mall atau pusat perbelanjaan)

2. Bekerja sama pada pihak hotel-hotel untuk mempromosikan obyek wisata ke pasar wisata internasional.

3. Promosi melalui media internet yang dapat dilakukan oleh pihak Sub Dinas

Pariwisata bekerjasama dengan pihak sponsor yang memiliki jaringan bisnis

di bidang pariwisata.

(24)

Suatu obyek wisata agar menjadi daerah tujuan wisata maka obyek wisata tersebut harus siap menerima kedatangan wisatawan dengan memberikan pelayanan yang baik setiap kunjungan wisatawan.

Spilance (1990) menyatakan bahwa untuk menciptakan pemasukan yang banyak dari wisatawan maka dilakukan langkah-langkahdiantara lain:

1. Meningkatkan pelayanan terpadu terpadu di pintu gerbang masuk wisatawan sehingga mempermudah masuk wisatawan maupun keluar.

2. Meningkatkan pelayanan ke tempat tujuan wisata baik kegiatan pokok maupun penunjang

Menurut Yoeti (1996) ada tiga faktor yang dapat menentukan berhasilnya pengembangan pariwisata sebagai industri. Ketiga faktor tersebut adalah:

1. Tersedianya objek dan atraksi wisata yaitu segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang yang mengunjungi suatu daerah wisata. Misalnya keindahan alam, hasil kebudayaan, tata cara hidup masyarakat, festival tradisional, dan upacara keagamaan.

2. Adanya accessibility yaitu prasara dan sarana dengan segala fasilitas sehingga memungkinkan para wisatawan mengunjungi suatu daerah tujuan wisata tersebut.

3. Tersedianya amenities yaitu sarana kepariwisataan yang dapat memberikan

pelayanan kepada wisatawan selama dalam perjalanan wisata yang dapat

dilakukan baik di dalam maupun di luar negeri.

(25)

Damanik dan Weber (2006) menyatakan bahwa dalam pengembangan pariwisata, pemerintah memainkan peranan bahkan memiliki tanggung jawab dalam hal berikut:

Peraturan tata guna lahan pengembangan kawasan pariwisata

Perlindungan terhadap lingkungan alam dan budaya

Penyediaan infrastruktur pariwisata

Kebijakan fasilitas fiskal, pajak, kredit, dan ijin usaha

Keamanan dan kenyamanan berwisata

Jaminan kesehatan

Penguatan kelembagaan pariwisata

Pendampingan dan promosi pariwisata

Regulasi persaingan usaha

Pengembangan sumberdaya manusia

Masyarakat lokal sebagai pihak yang menerima kedatangan wisatawan, perlu dilibatkan dalam proses pengembangan pariwisata, supaya keberhasilanya lebih terjamin. Berbagai peran dapat dilaksanakan oleh masyarakat setempat dalam pengembangan pariwisata di daerahnya. Peran yang dimaksud adalah:

Menjadi pemandu wisata

Menjadi pelaku usaha pariwisata

Mengaktualisasikan budaya masa lalu

Mengembangkan lembaga pariwisata

Menurut Mahdy (1998), peranan masyarakat dalam pengembangan adalah

melalui perilakunya tentang kesadaran setiap warga masyarakat untuk merasa

(26)

bertanggung jawab dan berpartisipasi di bidang pariwisata yang dikenal dengan istilah „sadar wisata‟

2.2 Penelitian Terdahulu 1. Widodo (2001)

Dalam penelitianya yang berjudul “Pengembangan Objek Wisata dan Sumbanganya Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Dati II Klaten”, bertujuan untuk mengetahuiperkembangan obyek wisata di daerah penelitian dan untuk mengetahui sumbangan pariwisata daerah terhadap pendapatan asli daerah.

Metode penelitian yang digunakan adalah analisis data sekunder dengan menggunakan analisis tabel frekwensi dan skoring. Data yang digunakan adalah pendapatan daerah, jumlah pengunjung, dan infrastruktur. Hasil dari penelitian tersebut adalah sumbangan dari sektor pariwisata merupakan sumbangan yang besar terhadap pendapatan asli daerah, dan kabupatan klaten memiliki tingkat perkembangan objek wisata alam yang masuk dalam klasifikasi sedang.

2. Chairani (2006)

Dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengembangan Pesona Wisata di Desa Air Teluk Hessa Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan”, bertujuan untuk mengetahui keadaan lokasi wisata berdasarkan prasarana, sarana, keamanan, kebersihan, keindahan, keramah tamahan serta upaya yang dilakukan pemilik usaha dalam pengembangannya.

Hasil penelitiannya menunjukan bahwa potensi objek wisata pesona wisata

desa Air Teluk hessa tergolong baik, dalam pengembangannya. Hal ini dapat

dilihat dari kondisi prasarana menunjukan baik dengan skor 19 dari Range

(27)

kategori baik (16,3-21). Sedangkan untuk kondisi sarana juga menunjukan skor baik dengan skor 19 dari range kategori baik (18,7-24) serta penerapan sapta pesona di lokasi obyek wisata mendapatkan penilaian baik dengan total keseluruan berkisar 31-36 dengan range baik 31-36. Selain itu dalam upaya pengembangannya pemilik usaha melakukan promosi yang disebarkan melalui media brosur.

3. Nurchamsiah (2011)

Dalam Penelitiannya yang berjudul “Pengembangan Obyek Wisata Air Terjun Mengaya Kecamatan Bintang Kabupaten Aceh Tengah”, bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor pendukung pengembangan obyek wisata air terjun Mengaya, mengetahui faktor-faktor penghambat obyek wisata air terjun Mengaya, mengetahui usaha yang dilakukan dalam pengembangan obyek wisata air terjun Mangaya.

Hasil penelitiannya adalah:

1. Yang menjadi faktor pendorong dalam pengembangan obyek wisata tersebut yaitu ketersediaan lahan yang luas dan keindahan alam yang masih mempertahankan kelestarian hutan

2. Faktor penghambat yaitu kurangnya sarana dan prasarana, promosi, serta penerapan sapta pesona kepariwisataan.

3. Usaha pengembangan obyek wisata belum dilakukan terhadap obyek

wisata air terjun Mengaya. Sedangkan potensi fisik yang dimiliki obyek

wisata tersebut. Pengembangan yang harus dilakukan seperti peningkatan

pengadaan sarana dan prasarana.

(28)

4. Tri Eka Pardede (2011)

Dalam penelitiannya berjudul “Potensi dan peluang pengembangan Sektor Pariwisata Di Kota Tebing Tinggi, bertujuan untuk memenuhi keinginan masyarakat kota Tebing Tinggi yang haus akan tempat hiburan.Dengan melihat dari potensi wista yang terdiri dari faktor fisik seperti keadaan lahan dan air serta faktor non fisik seperti sarana dan prasarana dan sapta pesona dan peluang pengembangan yang terdiri dari peran masyarakat dan pemerintah.

Hasil penelitiannya yaitu:

1. Sektor pariwisata di kota Tebing Tinggi sangat berpotensi yang disebabkan adanya lahan yang dapat dimanfaatkan untuk dijadikan obyek wisata, strategisnya Kota Tebing Tinggi yang dikarenakan sebagai jalur transit lintas timur dan lintas tengah sehingga berpotensi untuk dibangun obyek wisata baru

2. Sektor periwisata di kota Tebing Tinggi memiliki Peluang untuk mengembangkan obyek wisata yang ada di kota Tebing Tinggi terlihat dari tingginya keinginan masyarakat kota Tebing Tinggi yang menginginkan adanya obyek wisata sebagai tempat untuk merilekskan pikiran dan bersantai yang kemudian mendapatkan dukungan dari pemerintah yang langsung berbenah dan membuat program pembangunan beberapa obyek wisata di Kota Tebing Tinggi.

5. Sediati Siregar (2011)

Dalam penelitiannya yang berjudul “ Potensi Objek Wisata di Kabupaten

Dairi”, bertujuan untuk mengetahui informasi tentang potensi wisata dan upaya

(29)

pemerintah dan masyarakat dalam peranannya mengembangkan obyek wisata di kabupaten Dairi.

Hasil penelitiannya yaitu potensi obyek wisata (alam dan Budaya) di kabupaten Dairi kurang berkembang dengan baik.Dapat dilihat kurangnya kelengkapan fasilitas dan kurangnya atraksi wisata.Upaya pemerintah dan masyarakat dalam mengembangkan obyek wisata, dilihat dari hasil penelitian bahwa kedua belah pihak belum optimal usahannya dalam mengembangkan obyek wisata di kabupaten dairi.Kurangnya promosi mengakibatkan banyak lokasi obyek wisata kurang dikenal masyarakat.

2.3 Kerangka Teori 2.3.1 Pengertian Pariwisata

Ditinjau dari segi etimologisnya kata pariwisata berasal dari dua suku kata pari dan wisata. Pari berarti banyak, berkali-kali dan berputar-putar sedangkan Wisata berarti perjalanan atau berpergian. Jadi pariwisata berarti perjalanan yang dilakukan secara berkali-kali dan berkeliling.

Menurut Wahab dalam Yoeti (1983), menyatakan bahwa pariwisata adalah

suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu dari suatu tempatke

tempat lain dengan maksud bukan untuk mencari nafkah dari tempat yang

dikunjunginya, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan guna bertamasya /

rekreasi untuk memenuhi keinginan yang beragam. Pengertian ini sejalan dengan

yang dikemukakan oleh Prof.Hunziker dan Kraft (dalam Kodhyat, 1996)

mengemukakan bahwa:

(30)

Pariwisata adalah keseluruhan hubungan dengan gejala-gejala atau peristiwa yang timbul dari adanya perjalanan dan tinggalnya orang asing dimana perjalanannya tidak untuk bertempat tinggal menetap dan tidak ada hubungan dengan kegiatan untuk mencari nafkah.

Berdasarkan dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah kegiatan perjalanan dari pada wisatawan yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata.

Wisata alam adalah bentuk kegiatan rekreasi dan pariwisata yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam, baik dalam keadaan alami maupun setelah ada usaha budidaya, sehingga memungkinkan wisatawan memperoleh kesegaran jasmaniah dan rohaniah, men-dapatkan pengetahuan dan pengalaman serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam. Obyek wisata alam adalah perwujudan ciptaan manusia, tata hidup seni-budaya serta sejarah bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk dikunjungi.

Selanjutnya Direktorat Perlindungan dan Pengawetan Alam (1979)

mengasumsikan obyek wisata adalah pembinaan terhadap kawasan beserta

seluruh isinya maupun terhadap aspek pengusahaan yang meliputi kegiatan

pemeliharaan dan pengawasan terhadap kawasan wisata. Obyek wisata yang

mempunyai unsur fisik lingkungan berupa tumbuhan, satwa, geomorfologi, tanah,

air, udara dan lain sebagainya serta suatu atribut dari lingkungan yang menurut

anggap-an manusia memiliki nilai tertentu seperti keindahan, keunikan, ke-

langkaan, kekhasan, keragaman, bentangan alam dan keutuhan.

(31)

Menurut Spillane (1989) menyatakan obyek wisata adalah segala tempat atau lokasi wisata yang mengandung berbagai unsur yang saling bergantung yang dapat

menarik para wisatawan untuk datang dan menikmati obyek tersebut.Sedangkan menurut Undang-Undang RI Tahun 2002 Tentang Pokok- Pokok Kepariwisataan yang disebut dengan obyek wisata adalah segala sesuatu yang berupa dan berasal dari alam dan budaya masyarakat serta potensi ekonomi yang dapat ditawarkan untuk menarik minat wisatawan.

Dalam bahasa Inggris istilah obyek dan daya tarik wisata ini digunakan atau disebut dengan attraction yang berarti segala sesuatu yang memiliki daya tarik, baik benda yang berbentuk fisik maupun non fisik. Sehingga daya tarik adalah segalah sesuatu yang menarik untuk dikunjungi wisatawan. Dengan demikian untuk suatu obyek wisata agar dapat dikunjungi harus memiliki daya tarik dimana daya tarik tersebut harus memerlukan pengelolaan dan pengembangan sehingga menjadi obyek wisata yang mampu menarik kunjungan.

Selain itu pengertian tentang wisatawan menurut INPRES No. 9 Tahun 1969 (dalam Pendit, 1996) menyatakan wisatawan adalah orang yang berpergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan kunjungan.

Jenis-jenis wisatawan menurut asalnya dapat dibedakan atas:

1. Foreign Tourist (wisatawan asing) adalah seluruh wisatawan dari suatu

negara yang masuk ke negara lain.

(32)

2. Domestic Tourist (wisatawan domestik) ialah seluruh wisatawan dari setiap daerah pariwisata yang masuk ke provinsi yang lain dalam satu negara.

3. Local Tourist (wisatawan lokal) adalah seluruh wisatawan yang berada dalam daerah pariwisata yang mengadakan kunjungan pada obyek wisata di daerah itu sendiri.

Jenis-jenis pariwisata dapat digolongkan menjadi

Wisata budaya, yaitu perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan kunjungan atau peninjauan ke tempat lain atau ke negeri untuk mempelajari keadaan rakyat dan seni.

Wisata kesehatan yaitu: perjalanan seseorang wisatawan dengan tujuan untuk menukar keadaan lingkungan tempat sehari-hari dimana ia tinggal.

Wisata olahraga yaitu wisatawan yang melakukan perjalanan dengan tujuan olahraga.

Wisata pertanian, yaitu perjalanan yang dilakukan ke proyek-proyek pertanian atau perkebunan.

Wisata maritime, yaitu perjalanan pariwisata yang dikaitkan dengan olahraga, seni, air, teluk, dan laut.

2.3.2 Potensi Obyek Wisata

Potensi obyek wisata merupakan suatu kemampuan dan daya tarik yang

dimiliki oleh obyek wisata yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan.

(33)

Umumnya daya tarik obyek wisata berdasarkan pada

a. Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, bersih b. Adanya aksesibilitas yang tinggi untuk dapat dikunjungi

c. Adanya ciri khusus/spesifik yang bersifat langka

d. Adanya sarana/prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan yang hadir (Rumaini, 1992).

Potensi adalah semua sumber budaya yang terdapat disuatu daerah yang bersangkutan baik dalam bentuk fisik maupun dalam bentuk sosial yang perlu dikembangkan (Marioti dalam Yoeti, 1990). Potensi wisata terdiri dari:

1) Benda-benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta yang dalam istilah pariwisata disebut dengan natural animitites dan yang termasuk dalam kelompok ini antara lain:

1. Iklim, misalnya cuaca cerah, sejuk, banyak sinar matahari dan sebagainya 2. Bentuk tanah dan pemandangan (land configuration and land space)

misalnya lahan yang datar, lembah, pegunungan, danau, pantai dan air terjun.

3. Hutan belukar (the sylvan element) misalnya hutan yang luas banyak pohon-pohon.

4. Flora dan fauna dan tanaman aneh, burung-burung, daerah perburuan, cagar alam dan sebagainya.

5. Pusat-pusat kesehatan (healt center) misalnya sumber air panas, air

mineral, dimana semuanya itu diharapkan dapat menyembukan macam-

macam penyakit.

(34)

2) Hasil ciptaan manusia (man made Suplly) yaitu benda-benda bersejarah, kebudayaan dan keagamaan, misalnya monumen bersejarah dan sisa peradaban masa lalu, rumah ibadah, upacara perkawinan dan lain-lain.

3) Tata cara hidup masyarakat (the way of life). Tata cara hidup yang dimaksud tata cara hidup tradisional dari suatu masyarakat yang merupakan salah satu sumber penting untuk ditawarkan pada para wisatawan. Bagaimana kebiasaan hidupnya, adat istiadat, semuanya merupakan daya tarik utama bagi wisatawan untuk datang dan tinggal lebih lama di daerah tersebut.

Potensi fisik yang dimiliki obyek wisata adalah segala sesuatu yang memiliki daya tarik yang kuat agar dapat memikat perhatian wisatawan untuk berkunjung ke suatu obyek wisata tertentu. Tentunya daya tarik wisata disini adalah daya tarik yang sifat berwujud dan dapat disaksikan secara langsung. Guna meningkatkan mutu obyek wisata ini diadakan berbagai upaya pelestarian yang mengarah kepada penampilan yang lebih maksimal. Berkaitan dengan itu Sahat (1990) menjelaskan adanya beberapa sumber atau jenis yang dapat dijadikan sebagai potensi daya tarik wisatawan untuk datang berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata antara lain:

1. Sumber yang bersifat alamiah (natural resources) misalnya pemandangan

alam, iklim lingkungan hidup, flora dan fauna, danau dan produk-produk

yang terdapat didasar laut, gua-gua, tebing, lembah, gunung, dan

sebagainya.

(35)

2. Sumber buatan manusia (man made resources) misalnya sisa-sisa peradaban masa lampau, peninggalan budaya, museum, purbakala, peralatan musik tradisional dan sebagainya.

3. Sumber yang sifatnya manusiawi (human resources) yaitu sumber daya manusia yang melekat dalam masyarakat dalam bentuk way of life, warisan budaya seperti tari-tarian, upacara dab sebagainya.

Menurut Soekadijo (1997) potensi wisata yang ada dan sering dikunjungi wisatawan dapat digolongkan sebagai berikut:

a. Obyek wisata alam

Obyek wisata alam adalah tempat wisata yang bersifat menyajikan keindahan alam sebagai ciptaan tuhan untuk dinikmati dalam upaya penyegaran (rekreasi). Misalnya pantai, gunung, perbukitan, maupun dataran rendah.

b. Obyek wisata budaya

Obyek wisata berupa peninggalan budaya atau tempat yang disengaja dibangun untuk obyek wisata misalnya, candi, kebun binatang, Taman Mini Indonesia Indah, mesjid.

Dari berbagai pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa semua potensi

yang disebut diatas merupakan sumber daya yang perlu dikembangkan sebagai

daya tarik dari obyek wisata yang bersangkutan membutuhkan perhatian khusus,

jika potensi itu tidak dilestarikan atau dikembangkan maka daerah tersebut tidak

akan berkembang karena daya tarik atau potensi yang dimiliki oleh daerah obyek

wisata tidak terlihat atau tidak diketahui apa kelebihannya.

(36)

Langkah awal dalam memilih dan menentukan suatu obyek wisata pantas untuk dikembangkan atau mendapat prioritas untuk dikembangkan, sebelumnya perlu diperhatikan beberapa hal sebagai bahan acuan dan pertimbangan. Langkah ini dilaksanakan dengan harapan nantinya akan menghasilkan pembangunan obyek wisata yang optimal. Oleh karena itu evaluasi potensi yang perlu dilaksanakan adalah dengan mengadakan langka-langkah sebagai berikut:

1. Seleksi terhadap potensi. Hal ini dilakukan untuk memilih dan menentukan potensi dan kawasan wisata yang memungkinkan untuk dikembangkan sesuai dengan ketersediaan dana.

2. Evaluasi letak potensi tehadap wilayah Pekerjaan ini mempunyai latar belakang pemikiran tentang ada atau tidaknya pertantangan atau kesalahpahaman antar administrasi yang terkait.

3. Pengukuran jarak antar potensi Pekerjaan ini untuk mendapatkan informasi tentang jarak antar potensi, sehingga perlu adanya peta agihan obyek wisata. Dari peta ini dapat diperoleh informasi yang dapat digunakan untuk menentukan potensi mana yang cukup sesuai untuk dikembangkan (Sujali,1989)

2.3.3 Prasarana dan Sarana

Menurut Yoeti (1996) yang dimaksud dengan prasarana pariwisata adalah

semua fasilitas yang memungkinkan agar sarana kepariwisataan dapat hidup dan

berkembang serta dapat memberikan pelayanan kepada wisatawan yang beraneka

ragam.

(37)

Yoeti (1983) menyatakan bahwa prasarana kepariwisataan terdiri dari:

Prasarana umum (general infrastruktur) yaitu prasarana yang menyangkut kebutuhan umum sebagai kelancaran perekonomian, yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah sistem penyediaan air bersih, pembangkit tenaga listrik, jaringan jalan raya, pelabuhan udara, laut, terminal, kapal penyebrangan,

kereta api, telekomunikasi dan tak kalah pentingnya transportasi karena tanpa trasportasi yang lancar tentu wisatawan sulit untuk datang ke daerah obyek wisata tersebut

Kebutuhan masyarakat (basic need of civilized life) yaitu prasarana yang menyangkut kebutuhan masyarakat banyak seperti rumah sakit, apotik, bank, kantor polisi, dan sebagainya (Yoeti, 1983)

Menurut Chalik (1992) Sarana wisata adalah sarana sosial dan sosial budaya yang diperlukan secara langsung oleh wisatawan dalam melakukan perjalanan seperti, transportasi, akomodasi, restoran, catering, toko-toko cindera mata, tempat-tempat hiburan umum, kantor pos, kantor telepon, rumah sakit, tempat penukaran uang, bank, kantor penerangan pariwisata, kantor keamanan dan lainnya.

Sarana tersebut dapat dibagi dalam dua kategori yaitu:

Sarana utama. Yang dikelompokan dalam sarana utama meliputi:

akomodasi, angkutan wisata, makan dan minum, jasa biro perjalanan,

rekreasi dan hiburan, sarana informasi dan konveksi.

(38)

Sarana penunjang. Yang termasuk sarana atau fasilitas penunjang adalah komponen yang dapat menunjang kehidupan wisatawan sewaktu-waktu dapat diperlukan, sehingga dengan tersedianya sarana penunjang akan lebih membantu dalam memperlancar perjalanan, yang termasuk dalam kelompok penunjang antara lain kantor telepon, kantor pos, bank, tempat penukaran uang, tempat pelayanan kesehatan, dan tempat keamanan.

Dalam hal sarana kepariwisataan, menurut Wahab (dalam Yoeti, 1995) sarana kepariwisataan adalah semua bentuk perusahaan yang dapat memberikan pelayanan kepada wisatawan. Tetapi kehidupanya tidak selamanya tergantung pada wisatawan.

Dengan perkataan lain bahwa perusahaan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan baik secara langsung maupun tidak langsung dan kehidupannya banyak tergantung pada wisatawan.

2.3.4 Air Terjun

Air terjun adalah formasi geologi dari arus air yang mengalir melalui suatu

formasi bebatuan yang mengalami erosi dan jatuh ke bawah dari ketinggian. Air

terjun dapat berupa buatan yang biasa digunakan di taman. Air terjun adalah

sebuah penampakan alam yang mempunyai daya tarik tersendiri, penampang air

yang disertai dengan tupahan air dari atas yang kadang bisa menimbulkan

pancaran sinar matahari menjadi seperti pelangi membuat air terjun menjadi ikon

alam romantis. (www.wikipedia.id. org/wiki/Air_terjun diakses tanggal 12 januari

2018, 18:19 wib)

(39)

Indonesia adalah negara terindah dengan segala yang dimilikinya. Potensi wisata alam terhampar dari Sabang sampai Merauke. Dari sekian banyak jenis wisata alam, keberadaan air terjun termasuk yang menjadi primadona wisatawan. Wisata air menghadirkan suasana rileksasi yang menenangkan jiwa. Bagi wisatawan yang suka wisata air alami tapi kurang nyaman dengan pantai, wisata alam air terjun merupakan pilihan alternatif.

2.4 Kerangka Konseptual

Suatu obyek wisata menjadi daerah tujuan wisata bagi setiap wisatawan harus memiliki potensi obyek wisata yang menarik. Potensi suatu obyek wisata tidak sama di suatu daerah. Potensi obyek wisata tersebut dipengaruhi oleh faktor geografi alamiah, dan faktor non alamiah yang berkaitan dengan keterbatasan prasarana dan sarana, dan adanya atraksi serta tak kalah pentingnya peran pihak pengelolah swasta dalam mengelolah obyek wisata tersebut. Pelaksanaan sapta pesona merupakan pegangan bagi kemajuan pengembangan obyek wisata. Sapta pesona tersebut hadir dengan adanya pengaruh dari masyarakat dan dan pihak pengelolah yang akan menjadi daya tarik bagi pengunjung untuk senantiasa datang ke obyek wisata tersebut.

2.4.1 Tahap Input

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap input adalah meringkas input dasar yang diperlukan untuk merumuskan strategi. Tahap input terdiri dari pembuatan matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) dan Internal Factor Evaluation (IFE).

Faktor kunci lingkungan internal dan eksternal pada tahap ini dapat melalui

(40)

analisis internal dan eksternal dalam pengembangan wisata bahari Air Terjun Ponot.

Langkah ringkas untuk mengidentifikasi faktor internal dengn menggunakan matriks Internal Factor Evaluation (IFE). Yang meringkas dan mengevaluasi faktor internal yakni kekuatan dan kelemahan organisasi di bidang- bidang fungsional, termasuk manajemen, pemasaran, keuangan/akunting, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan, dan sistem informasi computer (David,2002)

Langkah yang ringkas dalam melakukan penelitian eksternal adalah dengan menggunakan matriks Eksternal Factor Evaluation (IFE). Matriks Evaluasi Faktor Eksternal mengarahkan perumus strategi untuk mengevaluasi informasi ekonomi, social dan budaya, demografi, lingkungan, politik dan pemerintahan, hukum, teknologi dan tingkat persaingan.

2.4.2 Tahap Pemaduan atau Tahap Pencocokan

Teknik yang dapat dipakai pada tahap ini adalah matriks SWOT (Strength- Weakness- Opportunity-threats). Alat ini tergantung pada inforasi yang diperoleh

dari tahap input untuk mencocokkan peluang dan ancaman eksternal dengan kekuatan dan kelemahan internal. Mencocokan faktor-faktor sukses kritis eksternal dan internal merupakan kunci untuk secara efektif menghasilkan strategi alternatif yang layak.

Analisis SWOT merupakan identifikasi yang bersifat sistematis dan dapat

menyelaraskan faktor-faktor dari lingkungan eksternal dan internal serta dapat

mengarahkan dan berperan sebagai katalisator dalam proses perencanaan strategis.

(41)

Analisis ini didasarkan pada asumsi bahwa suatu strategi yang efektif akan memaksimalkan kekuatan dan peluang serta meminimalkan kelemahan dan ancaman. Selain itu juga analisis SWOT dilaksanakan dengan memfokuskan pada dua hal, yaitu peluang dan ancaman serta identifikasi kekuatan dan kelemahan intern.

Matrik SWOT merupakan alat pencocokan yang penting dala membantu stakeholdersmengembangkan empat tipe strategi : strategi SO, strategi WO,

strategi ST, dan strategi WT. mencocokan faktor-faktor eksternal dan internal kunci merupakan bagian sulit terbesar untuk mengembangkan matrik SWOT dan memerlukan penilaian yang baik dan tidak ada satu pun kecocokan terbaik.

Kerangka konseptualuntuk lebih jelasnya digambarkan dalam skema berikut

Gambar 2.1

Skema Kerangka Konseptual

Objek Wisataair Terjun Ponot

Potensi Objek Wisata Air Terjun Ponot

Kelengkapan Fisik Wilayah - aksesibilitas

- Atraksi - Amnitis Potensi Fisik Wilayah

- Kualitas obyek wisata

- Kondisi obyek wisata -

Potensi Air Terjun Ponot

Pengembangan Wisata Air Terjun Ponot

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1

Lokasi Penelitian

Penelitian in dilakukan di Kecamatan Aek Songsongan Kabupaten Asahan. Secara administratif, wisata Air Terjun Ponot terletak di Desa Tangga Kecamatan Aek Songsongan. Adapun alasan penulis memilih lokasi penelitian ini adalah:

1. Potensi wisata Air Terjun Ponot yang memiliki ketinggian 250 meter dan masih perlu dilakukan pengelolaan agar lebih maju.

2. Meningkatnya kunjungan wisatawan ke obyek wisata Air Terjun Ponot tidak diimbangi dengan penyediaan sarana prasarana yang mendukung.

Hal ini terlihat dari sarana dan prasarana yang ada jumlahnya sangat terbatas.

3. Penulis memandang penting melihat kondisi nyata dan perkembangan obyek wisata. Seharusnya obyek wisata ini lebih dikelolah dan dikembangkan sehingga dapat meningkatkan pendapatan daerah dan pendapatan masyarakat di sekitar obyek wisata tersebut.

3.2

Populasi dan Sampel

3.2.1

Populasi

Populasi ini dilakukan pada tanggal 28 Juni 2018 dan dalam penelitian ini

adalah pengunjung dan masyarakat sekitar obyek wisata Air Terjun Ponot Di Desa

Tangga Kecamatan Aek Songsongan Kabupaten Asahan. Sumber data dalam

(43)

penelitian ini terdiri para pengunjung, pemerintah/instansi terkait, masyarakat sekitar obyek wisata dan kawasan fisik lokasi wisata Air Terjun Ponot.

Pengunjung yang datang di objek wisata ini rata-rata sekitar 125 orang per minggu. Sebagai orang yang merasakan langsung bagaimana keadaan obyek wisata, pengunjung diasumsikan unsur penting pula dijadikan populasi terkait dengan kelestarian obyek wisata dimasa depan. Dari pengunjung pula diharapkan sumber data terkait dengan bagaiman keadaan kondisi wisata tersebut.Instansi pemerintah yang merupakan sumber data tentang bagaimana pengelolaan dan pengembangan

3.2.2

Sampel

Kawasan fisik lokasi wisata sebagai populasi sekaligus dijadikan sampel, jadi tidak ada yang dijadikan cuplikan dalam penelitian. Semua unsur prasarana dan sarana yang ada di lokasi tidak luput dari unsur kajian.

Sampel diambil dari pihak pengunjung, dinas pariwisata dan kebudayaan Kabupaten Asahan, serta instansi terkait yang menjadi sampel yaitu kepala desa dan camat di Desa Tangga Kecamatan Aek Songsongan. Dengan jumlah keseluruhan sampel populasi diambil brdasarkan rata – rata pengunjung per bulannya dari kisaran umuran remaja hingga dewasa dengan keseluruhan 125 orang, dan tingkat kesalahan yang dikehendaki adalah 5%.

Menentukan jumlah sampel dengan menggunakan rumus Slovin,

pemilihan sampel dengan metode yang tepat dapat menggambarkan kondisi

populasi yang sesungguhnya yang akurat, dan dapat menghemat biaya penelitian

secara efektif.

(44)

Rumus Slovin sebagai berikut :

Dimana :

n : Jumlah Sampel N : Jumlah Populasi

e : Batas Toleransi Kesalahan (error tolerance)

Jumlah populasi adalah 125, dan tingkat kesalahan yang dikehendaki adalah 5%, maka jumlah sampel yang digunakan adalah :

n = 125/(1 + (125 x 0.05

2

) n = 125/(1 + 125 x 0,0025) n = 125/(1 + 0,3125) n = 125/1,3125 n = 95,23

Apabila dibulatkan maka besar sampel minimal dari 125 populasi pada margin of error 5% adalah sebesar 95 orang responden.

3.2.3

Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini adalah 1. Obyek Wisata 2. Potensi Obyek wisata 3.

Potensi Fisik Obyek Wisata. 4. Potensi Non Fisik Obyek Wisata 5.

Pengembangan Obyek Wisata. Defenisi operasional variabel tersebut adalah sebagai berikut:

1. Obyek wisata yaitu Suatu tempat yang mempunyai keindahan dan dapat dijadikan sebagai tempat hiburan bagi orang yang berlibur dalam upaya memenuhi kebutuhan rohani dan menumbuhkan cinta keindahan alam ( Oka A. Yoeti, 1985).

2. Potensi obyek wisata merupakan suatu kemampuan dan daya tarik yang

dimiliki oleh obyek wisata yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan.

(45)

3. Potensi fisik obyek wisata yaitu potensi wisata yang dimiliki obyek itu sendiri yang meliputi komponen kondisi fisik obyek, kualitas obyek, dan dukungan bagi pengembangan (Sujali, 1989).

4. Potensi non fisik obyek wisata yaitu potensi wisata yang mendukung pengembangan suatuobyek wisata yang terdiri dari aksesbilitas, fasilitas penunjang, dan fasilitas pelengkap (Sujali, 1989).

5. Pengembagan obyek wisata maksudnya adalah upaya yang dilakukan pihak pengelolah obyek wisata menuju kearah yang lebih baik sehingga menimbulkan perubahan dan pertumbuhan baik secara kualitas dan kuantitas.

3.3

Teknik Pengumpulan data

1.

Observasi

Peneliti melakukan pengamatan langsung ke lokasi sasaran untuk melihat secara langsung situasi kondisi yang sebenarnya. Observasi dilakukan terhadap potensi internal, potensi eksternal, prasarana,sarana wisata Air Terjun Ponot.Hasil observasi terhadap lokasi penelitian di berikan bobot 3, 2, 1 dalam kondisi baik, kurang baik, dan tidak baik.

2.

Wawancara

Peneliti melakukan wawancara kepada responden secara lisan guna

mendapatkan data atau informasi yang sesuai dengan permasalahan penelitian,

yakni pemerintah dan masyarakat untuk menjaring data primer tentang keadaan

fisik dan non fisik dan rencana pengolahan dan pengembangan obyek wisata Air

Terju Ponot.

(46)

3.4

Teknik Analisis Data

Data dalam penelitian ini dianalisis dengan deskriftif kualitatif yaitu dengan menampilkan data dalam bentuk tabel-tabel frekuensi sehingga dapat mendeskripsikan kenyataan dilapangan.

Pengelolan dengan data kualitatif dilakukan untuk menilai potensi fisik dan potensi non fisik yang ada di Wisata Air Terjun Ponot. Skoring keadaan potensi obyek wisata Air Terjun Ponot menggunakan skala koordinat 1, 2, 3 untuk mengukur kriteria pada masing-masing indikator berkualitas buruk, sedang, dan baik kemudian dihitung dengan menggunakan pedoman Sturges (Budiyono, 1995) sebagai berikut:

Untuk menghitung Interval Kelas : C

1 =

C

1 =

Dimana:

C1 = Interval Kelas

range = Selisih data terbesar dan terkecil k = Banyaknya kelas

3.4.1 Analisis Matriks Evaluasi Faktor Internal dan Eksternal (IFE-EFE) Matriks EFE digunakan untuk pengambilan keputusan dalam meringkas dan mengevaluasi semua informasi lingkungan eksternal meliputi peluang dan ancaman, sedangkan matriks IFE digunakan untuk meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama yang dihadapi Wisata Air Terjun Ponot.

Beberapa langkah dalam matriks IFE adalah sebagai berikut :

1. Daftar faktor-faktor sukses kritis yang diperoleh dari analisa lingkungan

(47)

2. Tentukan bobot untuk masing-masing faktor internal dengan skala 0,0 (tidak penting) sampai dengan 1,0 (sangat penting), berdasarkan pengaruh faktor- faktor internal terhadap posisi strategi pengembangan pada kolom 2.

Keseluruhan bobot faktor internal harus berjumlah 1,0. Nilai bobot dicari dan dihitung berdasarkan rata-rata industrinya. Penentuan bobot dalam matriks IFE dilakukan dengan jalan mengajukan faktor strategis internal tersebut kepada pihak manajemen atau pakar dengan menggunakan metode “Paired Comparison”.

Metode tersebut digunkan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal.Untuk menentukan bobot setiap variable digunakan skala 1, 2, dan 3. Skala yang digunakan untuk pengisian kolom adalah :

1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = Jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal.

3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal Bentuk penilaian pembobotan dapat dilihat pada Tabel 3.1

Tabel 3.1

Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal

Faktor Strategis Internal A B C D …. Total A

B

C

D

Total

Sumber : Kinnear, 1991

(48)

Bobot setiap variabl diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus :

Keterangan :

Ai = Bobot variabel ke-I Xi = Total nilai variabel i = A,B,C,D……….n n = Jumlah variabel

3. Tentukan rating pada setiap faktor sukses kritis untuk menunjukkan seberapa efektif strategi pengembangan yang tengah dijalankan terhadap faktor pada kolom 3. Skala rating mulai dari 4 = respon sangat besar (superior), 3 = respon di atas rata-rata, 2 = respon rata-rata, 1 = respon sangat kecil (inferior). Nilai rating didasarkan pada efektivitas strategi perusahaan.

4. Kalikan setiap bobot faktor (kolom 2) dengan rating (kolom 3) untuk menentukan skor bobot pada kolom 4.

5. Jumlahkan skor bobot pada kolo 4 untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang dinilai. Nilai total ini menunjukkan bagaimana organisasi bereaksi terhadap faktor-faktor strategis internalnya.

Tabel 3.2

Matriks Evaluasi Faktor Internal

No Faktor Internal Kunci Bobot Rating Skor Bobot KEKUATAN (Ai) (Bi) = 1,2,3,4 (Ai x Bi) 1.

2.

KELEMAHAN 1.

2.

TOTAL 1,0

(49)

Sedangkan langkah-langkah dalam matriks EFE adalah sebagai berikut : 1. Daftarkan faktor-faktor sukses kritis yang diperoleh dari analisa lingkungan

eksternal yang terdiri dari peluang dan ancaman pada kolom 1.

2. Tentukan bobot untuk masing-masing faktor eksternal dengan skala mulai dari 0,0 (tidak penting) sampai dengan 1,0 (sangat penting), berdasarkan pengaruh faktor-faktor eksternal terhadap posisi strategi pengembangan pada kolom 2.

Keseluhuran bobot faktor eksternal jumlahnya tidak bolh melebihi 1,0. Nilai bobot dicari dan hitung brdasarkan rata-rata industrinya. Penentuan bobot dalam matriks EFE dilakukan dengan jalan mengajukan strategis eksternal tersebut kepada pihak manajemen atau pakar dengan menggunakan metode

“paired coparisn” (Kinnear, 1991).

Metode tersebut digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal.Untuk menentukan bobot setiap variabel digunakan skala 1, 2 dan 3. Skala yang digunakan untuk pengisian kolom adalah :

1 = jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal.

2 = jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal.

3 = jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertical.

Tabel 3.3

Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal

Faktor Strategis Internal A B C D …. Total A

B C D

….

Total

Sumber : Kinnear, 1991

(50)

Bobot setiap variabl diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus

Keterangan :

Ai = Bobot variabel ke-I Xi = Total nilai variabel i = A,B,C,D……….n n = Jumlah variable

3. Tentukan rating pada setiap faktor sukses kritis untuk menunjukkan seberapa efektif strategi pengembangan yang tengah dijalankan terhadap faktor pada kolom 3. Skala rating mulai dari 4 = respon sangat besar (superior), 3 = respon di atas rata-rata, 2 = respon rata-rata, 1 = respon sangat kecil (inferior). Nilai rating didasarkan pada efektivitas strategi perusahaan.

4. Kalikan setiap bobot faktor (kolom 2) dengan rating (kolom 3) untuk menentukan skor bobot pada kolom 4.

5. Jumlahkan skor bobot pada kolo 4 untuk memperoleh total skor pembobotan bagi pengembangan yang dinilai. Nilai total ini menunjukkan bagaimana organisasi bereaksi terhadap faktor-faktor strategis eksternalnya.

Dengan mempertahankan faktor peluang dalam matriks EFE, total skor

tertinggi adalah 4,0 menunjukkan strategi yang dijalankan sangat efektif dalam

mengambil manfaat dari peluang dan meminimalkan dampak dari ancaman

eksternal sedangkan total skor terendah adalah 1,0 menunjukan strategi yang

dijalankan perusahaan tidak dapat mengambil manfaat dari peluang yang ada dan

menghindari ancaman.

(51)

Tabel 3.4

Matriks Evaluasi Faktor Eksternal

No. Faktor Internal Kunci Bobot Rating Skor Bobot PELUANG (Ai) (Bi) = 1,2,3,4 (Ai x Bi) 1.

2.

….

ANCAMAN 1.

2.

….

Total 1.0

Sumber : David,2002

3.4.2 Analisis SWOT

Penentuan analisis SWOT dilakukan setelah mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ada.Oleh karena itu harus terlebih dahulu dilakukan identifikasi terhadap faktor-faktor tersebut dengan menggunakan matriks IFE dan EFE.Kedua matriks ini memperlihatkan faktor mana yang lebih berpengaruh dan faktor mana yang kurang berpengaruh terhadap pengembangan wisata tersebut.Berdasarkan rating pada masing-masing faktor dan bobot yang ada, maka dapat ditentukan berbagai faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan.

Unsur-unsur SWOT meliputi: S (strength) yang berarti mengacu kepada

keunggulan kompetitif dan kompetensi lainnya, W (weakness) yaitu hambatan

yang membatasi pilihan-pilihan pada pengembangan strategi, O (opportunity)

yakni menyediakan kondisi yang menguntungkan atau peluang membatasi

penghalang, T (threat) yang berhubungan dengan kondisi yang dapat menghalangi

atau ancaman dalam mencapai tujuan. Matriks ini dapat menghasilkan empat sel

Gambar

Tabel 3.5  Matriks SWOT                      Internal

Referensi

Dokumen terkait

During a four-day experiment, eight imaging stations (including four DSLR cameras and four mobile phone cameras) were arranged in two different locations to provide

Jika koloid langsung dielektroforesis, mengapa sumber arus yang dipelukan lebih besar dibandngkan jika larutan yang dielektrolisis dulu baru ditetesi

The calibration of the cameras has shown that over the format of the iPad and iPhone sensor the Canon EOS 5D Mk II has significantly smaller radial lens

Mengacu pada sasaran utama Kementerian Pertanian, maka sasaran yang akan dicapai Direktorat Jenderal Hortikultura pada periode 2015 – 2019 adalah peningkatan produksi dan

Keuntungan (kerugian) aktuarial program imbalan pasti g. Pajak penghasilan terkait dengan penghasilan komprehensif lain h. Selisih kuasi reorganisasi 4) 21. Selisih

Kebijakan yang akan dilakukan dalam mencapai visi dan misi pembangunan hortikultura 2015-2019 fokus pada usaha pengembangan kawasan, pengembangan sistem perbenihan

Informasi Keuangan yang berakhir 31 Desember 2014 diambil dari Laporan Keuangan per 31 Desember 2014 yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Sriyadi Elly Sugeng & Rekan

53 / Rencana Strategis Direktorat Jenderal Hortikultura 2015 – 2019.. Nama program pengembangan hortikultura 2015 –