• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS PRODUKSI TERHADAP PROGRAM

2. Tahap Pemilihan Realitas

4. Tahap Pembentukan Realitas

5. Tahap Pengemasan Realitas Simbolis 6. Tahap Penentapan Realitas Objektif

Dimana enam tahapan tersebut, beberapa dari tahapan diatas sangat berkaitan dengan konteks komunikasi yaitu S (pelaku konstruksi) M (objek konstruksi) CH (format/skenario) R (segmentasi/target audiens) EH (iklan/rating). Selain itu juga berkaitan dengan konteks management atau yang disebut 6 M yaitu man, money, matery, machine, methode, marketing.

Tahapan pelaksanaan produksi suatu program televisi yang melibatkan banyak peralatan, orang dan juga biaya yang tidak sedikit.Selain membutuhkan organisasi yang terstruktur juga diperlukan tahap pelaksanaan produksi yang lazim disebut SOP (Standar Operation Procedure).

1. Tahap Penyiapan Komponen Komunikasi

Proses ini disebut juga perencanaan atau praproduksi adalah semua kegiatan sampai dengan pelaksanaan liputan (shooting). Yang termasuk kegiatan praproduksi antara lain penuangan ide atau gagasan ke dalam outline, pembuatan format/skenario/treatment, script, storyboard, program meeting, hunting (peninjauan lokasi liputan), production meeting, technical meeting, pembuatan dekor, dan lain­lain.5

Pada tahap Praproduksi (perencanaan) ini harus dilaksanakan dengan sebaik­baiknya, agar proses selanjutnya dapat berjalan dengan baik dan lancar. Barawal dari timbulnya ide atau gagasan dan berpijak dari ide atau gagasan ini, produser mulai mengerjakan berbagai kegiatan untuk menghubungkan berbagai data yang diperlukan untuk bahan pengembangan ide atau gagasan tersebut.

Akhirnya produser yang bersangkutan bekerja sama dengan pengarah acara atau sutradara serta penulis naskah. Bahan­bahan yang terkumpul kemudian dirangkai oleh penulis naskah menjadi suatu naskah, sesuai dengan format yang telah ditentukan.6

Tahap ini sangat penting sebab jika tahap ini dilaksanakan dengan rinci dan baik maka sebagian pekerjaan dan produksi yang di rencanakan sudah beres. Hal­hal yang harus ada dalam tehap ini meliputi:

a. Pelaku Konstruksi

Dalam sebuah produksi program sinetron yang menjadi pelaku konstruksi pada tahap persiapan meliputi penulis ide cerita,

5

Ibid., h. 75.

6

Drs. Darwanto, S.S, Televisi sebagai Media Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 175.

penulis skenario, produser, sutradara, pimpinan produksi dan beberapa kerabat kerja.

Tahap ini meliputi pemberesan semua kontrak, perizinan, dan surat menyurat. latihan para artis dan pembuatan setting, meneliti dan melengkapi peralatan yang dibutuhkan.

Perencanaan di atas kertas, meliputi outline, format/skenario/treatment, script, storyboard, perencanaan lokasi, dekorasi, lighting, biaya, peralatan pendukung, transportasi, jadwal kegiatan, pemain/artis pendukung, dan perencanaan lain yang mendukung proses produksi dan pasca produksi7. Menurut J.B Wahyudi maka perlulah daftar yang jelas tentang masing­masing kegiatan, yaitu8:

1) Daftar Utama. Memuat segala sesuatu yang diperlukan untuk shooting (liputan) untuk keperluan sebelum produksi.

2) Outline. Memuat tanggal, topik, tujuan, pemeran, jalan cerita; (1) inti cerita, (2) sub inti cerita, (3) klimaks, (4) sub klimaks, (5) penutup, (6) credits titile, (7) situasi pembuka, (8) model, (9) musik, (10) efek .

3) Jadwal waktu/kegiatan. Memuat perencanaan waktu­baik selama masa praproduksi, produksi, maupun pascaproduksi­harus dituangkan ke dalam jadwal waktu yang matang. penyimpangan dari jadwal kegiatan akan berpengaruh terhadap jalannya proses produksi tersebut dan juga akan memengaruhi pembiayaan.

7

J.B Wahyudi, Dasar-Dasar Manajemen Penyiaran., h. 94.

8

4) Rencana pembiayaan. Memuat penyusunan rencana memiliki sifat yang masih fleksibel atau tidak dapat diperkirakan dengan pasti. Untuk itu pada rencana biaya disediakan biaya tak terduga atau dana taktis yang harus dipertanggungjawabkan di kemudian hari, setelah seluruh kegiatan selesai.

5) Daftar peralatan. Memuat daftar alat­alat produksi yang digunakan selama proses produksi dilakukan. Karena jenis peralatan sangat kompleks, maka jumlah, jenis, tipe, warna, dan ciri­ciri lain harus ditulis dengan jelas.

6) Daftar kerabat kerja. Memuat orang­orang yang terlibat langsung dalam produksi, misalnya sutradara, pengarah lampu, pengarah teknik, kamerwan, soundman, dll.

7) Daftar artis. Memuat daftar artis, artis pendukung, dan artis tamu harus sudah siap sewaktu perencanaan, dalam arti bahwa para artis yang ditunjuk itu sudah menyatakan diri bersedia dengan menandatangani kontrak. pemilihan artis utama disesuaikan dengan jiwa cerita yang akan diproduksi.

8) Daftar lokasi. Memuat lokasi pengambilan gambar/shooting dpat diluar atau di dalam ruangan.

9) Daftar Properties. Memuat sarana penunjang atau pendukung yang digunakan oleh artis, artis pendukung, dan artis tamu.

Kunci keberhasilan produksi program televisi sangat ditentukan oleh keberesan tahap perencanaan dan persiapan itu.Orang yang bergitu percaya pada kemampuan teknis sering mengabaikan hal­hal yang

sifatnya pemikiran diatas kertas.Dalam produksi program televisi, hal ini dapat berakibat kegagalan.9

b. Objek Konstruksi

Pada sebuah produksi sinetron yang menjadi objek konstruksi meliputi:

a) Produser Pelaksana

Produser Pelaksana adalah seseorang yang beretanggung jawab terhadap pelaksanaan produksi satu mata acara siaran secara menyeluruh.Disini prosedur pelaksana mewakili lembaga, misalnya RCTI, SCTV, TVRI, TPI, dan lain­lain.

b) Produser

Produser adalah seseorang yang di tunjuk mewakili prosedur pelaksana.

c) Pengarah Acara/Sutradara/Direcctor

Sutradara adalah seseorang yang di tunjuk untuk bertanggung jawab secara teknis pelaksanaan produksi satu mata acara siaran.

d) Penulis naskah/Writer

Writer adalah seseorang yang pekerjaannya membuat naskah untuk mata acara siaran.

e) Artis/Aktor

Artis/Aktor adalah orang yang memerankan peran atau tokoh utama dalam cerita.Mereka memainkan peran sesuai dengan naskah yang telah dibuat.

9

Fred Wibowo, Dasar-Dasar Produksi Program televisi, (Yogyakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 1997), cet. Ke 1, h.20.

f) Engineering

Engineering adalah orang yang harus meyiapkan segala hal yang berkaitan dengan alat­alat produksi, seperti kamera, mik, dan listrik. g) Gaffer

Gaffer adalah pembantu penata cahaya h) Go-fer

Go­fer adalah pembantu umum produksi i) Juru kamera

Juru kamera adalah seseorang yang mengoperasikan kamera elektronik

j) Klepper

Klepper adalah seseorang yang bertugas memegang klep/slate. c. Format

Pembentukan konstruksi sosial media massa dalam bentuk sinetron yang bertema religi/Islami. Tahap ini meliputi penetapan jangka waktu kerja (time schedule), penyempurnaan naskah, pemilihan artis, lokasi, dan crew. selain estimasi biaya, penyediaan biaya, dan rencana alokasi merupakan bagian dari perencanaan yang perlu dibuat secara hati­hati Dan teliti.

d. Segmentasi/Target audiens

Target audiens dalam sebuah sinetron sangat penting di tentukan, namun yang paling penting adalah harus sesuai dengan fungsi dari televisi yaitu meliputi :

1) Mampu memberi informasi (informatif), 2) Mampu mendidik penonton (edukatif),

3) Mampu memengaruhi penonton (persuasif), 4) Mampu menghibur penonton (entertaining), dan 5) Mampu menakuti penonton.10

Dengan begitu siapaun target audiens dari suatu program televisi khususnya program sinetron, penonton dapat manfaat dari program tersebut.

e. Menentapkan Tujuan Program

Setelah diketahui segmentasi yang ingin dicapai selanjutnya menentukan tujuan program. Dalam sinetron religi/Islami pastinya memiliki tujuan untuk menyampaikan pesan dakwah namun terdapat hiburan juga sehingga dapat diterima oleh berbagai lapisan masyarakat. Berdasrkan itu, sinetron yang tayang prime time, kemudian menjadi tontonan keluarga sehingga banyka iklan yang tampil dengan berbagai jenis.

2. Tahap Pemilihan Realitas/Produksi (Peliputan)

Produksi adalah seluruh kegiatan liputan (shooting) baik di studio, di lapangan, atau di studio maupun lapangan.Proses liputan (shooting) juga di sebut taping.11

Dalam pemilihan realitas ini, berkaitan dengan prinsip management yaitu 6M (man, money, material, methode,machiene, marketing). Yang semuanya saling berkaitan satu sama lain.

Man/pelaku konstruksi, dalam melakukan produksi meliputi seorang sutradara/pengarah acara bekerjasama dengan para artis, tim produksi mencoba mewujudkan apa yang di rencanakan dalam kertas dan tulisan (shooting script) menjadi gambar, susunan gambar yang dapat bercerita.

10

RM. Soenarto, Programa Televisi Dari Penyusunan Sampai Pengaruh Siaran, h. 6.

11

Proses pemilihan realitas menggunakan realitas peta analog yaitu suatu konstruksi dibangun berdasarkan konstruksi sosial media massa, seperti sebuah analogi kejadian yang seharusnya terjadi, bersifat rasional, dan dramatis. 12

Dalam pelaksanaan produksi ini, DOP dan sutradara menentukan jenis shoot yang akan diambil dalam adegan (scene). Biasanya sutradara menyiapkan suatu daftar shoot (shootlist) dari setiap adegan. Semua shoot yang dibuat dicatat oleh bagian pencatat dengan pencatat kode waktu (time code) dengan nomor pada pita. Nomor itu berputar ketika kamera dihidupkan dan terekam pada gambar. Catatan kode waktu ini nanti akan berguna dalam proses editing. Proses ini disebut juga menentukan cara/method dalam sebuah proses produksi.

Biasanya gambar hasil shooting dikontrol setiap malam di akhir shooting hari itu untuk mengetahui kualitas baik dan buruknya hasil shooting pada hari itu. Apabila masih kurang baik maka adegan perlu di ulang pengambilan gambarnya. Semua adegan yang ada di dalam naskah/skenario hari itu diambil, kemudian hasil gambar asli (original) dibuat catatannya untuk kemudian masuk dalam proses post production yaitu editng.

Kamera merupakan “senjata” bagi tim produksi, sebab tanpa kamera

maka produksi televisi (studio dan dilapangan) tidak dapat berlangsung. Dari kamera inilah dihasilkan gambar sesuai dengan skenario yang dituangkan dalam shooting script.Kamera merupakan machiene/alat dalam proses pengambilan gambar.

12

Seorang DOP dan sutradara menentukan jenis shoot yang akan diambil dalam adegan (scene). Dalam proses produksi di sebut juga material/materi dalam pengambilan gambar. Berikut ini adalah beberapa posisi kamera, yang apabila terangkaikan akan menjadi suatu cerita yang hidup.13

a. Long Shot atau LS, yang menunjukkan keseluruhan tubuh dari kepala sampai kaki.

b. Very Long Shot atau VLS, yang menunjukkan orang yang berada di lingkungan sekitarnya. Dalam ukuran ini lingkungan di sekitar orang itu terlihat lebih dominan. VLS akan menampilkan panorama yang memenuhi layar.

c. Wide Angle atau sudut lebar adalah ukuran pengambilan gambar yang memasukkan keadaan sekeliling, jadi sudut lebar akan memberikan pandangan atau keseluruhan keadaan.

d. Medium Long Shot atau MLS, yang menunjukkan mulai dari bagian kepala sampai tepat di bawah lutut.

e. Mid Shot atau MS, yang menunjukkan mulai dari bagian kepala sampai pinggul. Ukuran MS berfungsi untuk menunjukkan siapa sedang melakukan aksi itu.

f. Close Up atau CU, yang menunjukkan bagian kepala. Dalam merekam suatu gambar subjek yang tengah melakukan aksi, maka CU berfungsi untuk memfokuskan sebuah aksi yang tengah di lakukan. Gamba CU merupakan elemen utama gambar televisi.

13

g. Big Close Up atau BCU, yang menunjukkan gambar wajah yang memenuhi layar televisi.

Istilah­istilah ukuran gambar di atas adalah istilah yang pada umumnya berlaku di stasiun televisi. Setiap gambar memiliki ukurannya masing­masing.Apapun istilah yang di gunakan pada intinya ukuran pengambilan gambar itu di perlukan untuk merujuk kepada jarak subjek atau objek dari kamera dan seberapa dominan subjek atau objek itu memenuhi layar.

Dalam sebuah proses produksi diperlukan prasarana dan sarana produksi. Prasarana produksi umumnya meliputi, gedung/ruang dengan penyejuk udara (AC), studio produksi dan studio rekaman suara (audio recording), ruang visual editing/penyuntingan gambar, ruang preview, dll. Sarana produksi umumnya meliputi, kamera elektronik dan film dengan kelengkapannya, peralatan lampu (lighting) dan shiny board, peralatan suara (sound system), proyektor, tripod kamera, genset, slate/klepper, sarana transportasi, property shooting, dll. Dalam proses produksi disebut juga machine/alat yang dibutuhkan dalam proses pengambilan gambar. 3. Tahap Pembingkaian Skenario

Dalam sebuah proses produksi sinetron ide cerita bisa muncul dari hasil tim kreatif dari sebuah rumah produksi ataupun dari sebuah penulis ide cerita. Adapun kisah yang diangkat dapat berupa fiktif maupun nonfiktif. Sebuah cerita diawali dari ide/gagasan kemudian di buatlah outline (bentuk cerita secara garis besar), format (bentuk cerita yang akan di produksi), script/skenario (urutan­urutan kejadian yang sudah di

terjemahkan ke dalam bentuk gambar dan suara bercerita. , dan terakhir story board (urutan­urutan (sequence) yang dilukiskan.14

4. Tahap Pembentukan Realitas Subjektif

Sebelum menjadi naskah skenario/script sebelumnya terdapat beberapa tahap yaitu meliputi tahap menyeleksi, mengedit, membuang, menonjolkan, mendalam terkait cerita yang akan dijadikan naskah skenario/script.

Pascaproduksi adalah semua kegiatan setelah peliputan/shooting/taping sampai materi itu dinyatakan selesai dan siap di siarkan atau di putar kembali.Yang termasuk kegiatan pascaproduksi antara lain editing (penyuntingan), manipulating (pengisian suara), subtitile, titile, ilustrasi, efek, dan lain­lain.15

Pascaproduksi terdapat juga pada tahap ini memiliki tiga langkah utama, yakni editing oofline, editing online, dan mixing. Dalam hal ini terdapat dua macam editing, yaitu: pertama, yang disebut editing dengan teknik analog atau linear, kedua, editing dengan teknik digital atau non­ linear dengan komputer.16

a. Editing offline dengan teknik analog atau linear

Setelah shooting selesai script boy/girl membuat logging, yaitu mencatat kembali semua hasil shootingdan gambar. Kemudian berdasarkan catatan itu sutradara akan membuat editing kasar yang disebut editing offline sesuai dengan gagasan yang ada dalam sinopsis

14

J.B Wahyudi, Teknologi Informasi dan produksi Citra Bergerak, h.79.

15

J.B Wahyudi, Teknologi Informasi dan produksi Citra Bergerak, h.75.

16

Fred Wibowo, Teknik Produksi Program Televisi, (Yogyakarta: Pinus Book Publisher, 2007), cet. I, h. 42.

dan treatment. Sesudah hasil editing offline ini dirasa pas dan memuaskan barulah dibuat editing script.Naskah editing ini sudah dilengkapi dengan uraian untuk narasi dan bagian­bagian yang perlu diisi dengan ilustrasi musik. Naskah editing ini formatnya sama dengan skenario.

b. Editing online dengan teknik analog atau linear

Berdasarkan naskah editing, editor mengedit hasil shooting asli. Sambungan­sambungan setiap shoot dan adegan (scene) dibuat tepat berdasarkan catatan time code dalam naskah editing. Demikian pula sound asli ditemukan dengan level yang seimbang dan sempurna. Setelah editingonline ini siap, proses berlanjut dengan mixing.

c. Mixing

Narasi yang sudah direkam dan ilustrasi musik yang juga sudah direkam, di masukkan ke dalam pita hasil editing online sesuai dengan petunjuk atau ketentuan yang terdapat dalam naskah editing.Kesimbangan antara effect(terdiri dari sound effect dan Visual Effect), suara asli, suara narasi dan musik harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak saling mengganggu dan terdengar jelas.

d. Editing offline dengan teknik digital atau non­linear

Editing digital atau non­linear adalah editing yang menggunakan komputer dengan peralatan khusus untuk editing. Alat editing tersebut bermacam­macam nama, jenis, dan fasilitasnya, misalnya: Pinacle, Matrox, Canupus, dll.

e. Editing online dengan teknik digital atau non­linear

penyempurnaan hasil editing offline dalam komputer, sekaligus dengan mixing dengan musik ilustrasi atau efek gambar (misalnya perlu animasi atau wipe effect) dan suara (sound effect) atu narasi) yang harus dimasukkan. Sesudah semua sempurna, hasil online ini kemudian dimasukkan kembali dari file menjadi gambar pada DV cam/mini DV dengan kualitas broadcast standar. Setelah program dimasukan pita, boleh dikatakan pekerjaan selesai dan kelanjutannya adalah bagian dari pekerjaan di stasiun televisi.Penayangan program di stasiun televisi dibatasi oleh frame waktu oleh karena itu, dalam screnning hal ini juga perlu diperhatikan. Apabila program ternyata melebihi frame waktu yang disediakan, harus dipotong ditempat yang tidak mengganggu kontinuitas program.17

kelima langkah utama pascaproduksi tersebut merupakan hal yang sangat penting bagi seorang produser, penulis naskah, dan sutradara. Karena hal tersebut dapat menghasilkan sebuah tayangan yang menarik dan enak di tonton.18

Pada tahap ini, merupakan hasil dari evaluasi lima tahap diatas sehingga dapat di lihat dari enam prinsip manajemen yang terdiri dari man, money, method, matery, machiene, marketing pada bagian mana yang bergerak secara statis maupun dinamis.

5. Tahap Pengemasan Realitas Simbolik

Pada tahap ini, mulai telah disiapkan naskah yang akan digunakan dalam proses shooting/pengambilan gambar di lokasi. Ada tiga cara pengemasan realitas simbolik berdasarkan Kekuatan priming (berdasarkan

17

Ibid, h. 22­24

18

rundown), kekuatan signing (berdasarkan bahasa naskah), framing (berdasarkan hasil pembingkaian kisah nyata. Diantara ketiga cara pengemasan tersebut dapat di dapat dilihat kekuatan mana yang paling dominan terjadi pada saat proses pengambilan gambar di lokasi.

6. Tahap Penetapan Realitas Subjektif

Pada tahap ini, merupakan tahap evaluasi dari tahap­tahap sebelumnya.

C. Produksi Sinetron Televisi 1. Pengertian Program

Secara etimologi, kata “program” berasal dari bahasa Inggris yaitu

Programme (penulisan gaya bahasa Inggris) atau Program (penulisan gaya Amerika), yang berarti acara atau rencana.19Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, program adalah acara (seperti sebuah siaran, pagelaran, dsb).20

Program adalah segala hal yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan audiensnya.21Secara teknis penyiaran televisi, program televisi diartikan sebagai penjadwalan atau perencanaan siaran televisi dari hari ke hari, dari jam ke jam setiap harinya. Dalam program siaran dikenal sebagai istilah yang sering digunakan, diantaranya, sebagai berikut:

a. Siaran. Mata acara atau rangkaian mata acara berupa pesan­pesan dalam bentuk suara, gambar, atau suara dan gambar yang dapat didengar dan/atau dilihat oleh khalayak dengan pesawat penerima

19

Morissan, M.A, Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio&Televisi,

(Jakarta: Kencana, 2008), cet. Ke­1, h. 97.

20

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), cet. Ke 1, h. 702.

21

Morissan, M.A, Media Penyiaran, Strategi Mengelola Televisi, (Tangerang: Pustaka Sinar Harapan, 1996), h. 62.

siaran televisi dengan atau tanpa alat bantu.

b. Penyiaran.Seluruh kegiatanyang memungkinkan terselenggaranya siaran radio dan/atau siaran televisi yang meliputi segi idiil, perangkat lunak dan perangkat keras melalui sarana pemancar atau sarana transmisi di darat atau di antariksa dengan menggunakan gelombang elektormagnetik atau transmisi kabel, serat optik, atau media lainnya, dipancarluaskan untuk dapat diterima oleh khalayak dengan pesawat penerima siaran televisi dengan alat bantu.

c. Pola acara. Susunan mata acara yang memuat penggolongan, jenis, hari, waktu dan lamanya serta frekuensi siaran setiap mata acara dalam suatu periode tertentu sebagai panduan dalam penyelengggaraan siaran.

d. Acara siaran. Program siaran, jadwal, rencana siaran dari hari ke hari dan dari jam ke jam.

e. Format acara.Presentasi suatu program siaran.Misalnyaformat talkshow, format reportase, features, variety show, musik sinetron drama, acara komedi, klips video, dan seterusnya.

f. Kelompok acara.Pengelompokkan acara di Indonesia berpedoman pada klasifikasi Unesco, yang pengelompokannya didasari oleh maksud dan tujuan acara­acara siaran. Pembagian itu meliputi: pemberitaandan penerangan, pendidikan, kebudayaan, dan hiburan.

g. Judul acara.Nama (title) dari satu mata acara; misalnya Liputan 6, Lenong rumpi, Rumah Masa Depan, Mega Sinetron, Lintasan Berita, dan lain­lain.

i. Jenis acara siaran.Jenis­jenis acara yang terdapat dalam kelompok acara; seperti:pemberitaan (Liputan 6), Pendidikan (Pembinaan Bahasa Indonesia), penerangan (Siaran Pedesaan), hiburan (variety music), dan kebudayaan (Apresiasi Budaya, Jejak Rasul, dan seterusnya).22

Di atas merupakan istilah­istilah yang digunakan dalam sebuah programa siaran baik pada stasiun radio maupun stasiun televisi.

Pada umumnya isi program siaran di televisi maupun radio meliputi acara seperti diterangkan berikut dengan tentunya penggunaan berbagai nama berbeda sesuai dengan keinginan stasiun televisi masing­ masing. Yakni, News Reporting (Laporan Berita), Talk Show, Call-inshow, Documentair, Magazine/Tabloid, Rural program, Advertising, Education/Instructional, Art&Culture, Music, Soap Operas/Sinetron/Drama, TV Movies, Game show/show, ComedySituation /Comedy, dan lain­lain.23

Berbagai jenis program siaran tersebut bukanlah sesuatu yang mutlak harus ada semuanya.Acara­acara tersebut sangat bergantung dari kepentingan masing­masing stasiun penyiaran televisi yang bersangkutan. Pada umumnya memang sebagian besar dari contoh jenis program diatas tersebut adalah acara­acara disiarkan oleh stasiun penyiaran televisi.

Hal penting dalam menyiapkan program televisi harus berpedoman berdasarkan kebijaksanaan umum siaran televisi dilatarbelakangi oleh negara masing­masing. Secara universal penyelenggaran siaran televisi memiliki ciri­ciri sebagai berikut:

22

RM. Soenarto, Programa Televisi Dari Penyusunan Sampai Pengaruh Siaran, (Jakarta: FFTV­IKJ Press, 2007), cet ke­1, h. 3­5.

23

Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi; Menjadi Reporter Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), h. 9.

a. Mampu memberi informasi (informatif), b. Mampu mendidik penonton (edukatif), c. Mampu memengaruhi penonton (persuasif), d. Mampu menghibur penonton (entertaining), dan e. Mampu menakuti penonton.24

Terdapat juga klasifikasi jenis program yang terdapat dalam dua kelompok besar,25 yaitu program acara karya artistik dan karya jurnalisktik.

Menurut J.B Wahyudi, Program karya artistik sumber berasal dari ide gagasan dari perorangan maupun tim­kreatif. Pada proses produksi mengutamakan keindahan dan kesempurnaan sesuai perencanaan. Jenis karya artistik meliputi:

a. Drama/sinetron b. Musik

c. Lawak/akrobat

d. Quiz ( ada pertanyaan, ada jawaban) e. Informasi Iptek

f. Informasi pendidikan g. Informasi pembangunan h. Informasi kebudayaan

i. Informasi hasil produksi, termasuk iklan dan public service j. Informasi flora dan fauna

k. Informasi sejarah/dokumenter

l. Informasi apa saja yang bersifat non politik.

Program karya artistik sumbernya berasal dari masalah hangat (peristiwa dan pendapat). Pada proses produksi mengutamakan kecepatan dan kebenaran. Jenis karya jurnalistik meliputi:

a. Berita aktual (siaran berita)

b. Berita non aktual (features, majalah udara)

c. Penjelasan tentang masalah hangat (dialog, monolog, panel diskusi, current affairs).

24

RM. Soenarto, Programa Televisi Dari Penyusunan Sampai Pengaruh Siaran, h. 6.

25

J.B Wahyudi, Dasar-dasar Manajemen Penyiaran, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1994), h. 99.

2. Pengertian Sinetron

Kata Sinetron sebetulnya ialah gabungan dua kata, sinema dan elektronik.Pertama kali istilah ini muncul dari kalangan siaran di TVRI sekitar 1978­an untuk menamai satu program acara drama atau sandiwara, di mana para pemainnya adalah aktor dan aktris film layar lebar (bidang sinematografi).Istilah ini pertama kali dicetuskan oleh Soemardjono (salah satu pendiri dan mantan pengajar Institut Kesenian Jakarta). Kemudian istilah itu menjadi baku di kalangan insan penyiaran di Indonesia dan

Dokumen terkait