• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.4. Tahap Pencocokan (Matching Stage)

Tahap pencocokan merupakan tahap kedua dalam perumusan strategi. Tahapan ini diperoleh dari tahap input untuk memadukan peluang dan ancaman eksternal dengan kekuatan dan kelemahan internal kelompok tani. Alat analisis yang digunakan adalah matriks IE (Internal-External) dan matriks SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, and Threats).

5.4.1. Matriks Internal-Eksternal (IE)

Matriks IE dihasilkan berdasarkan dua dimensi kunci, yaitu total nilai IFE yang diberi bobot pada sumbu-x dan total nilai EFE yang diberi bobot pada sumbu-y. Berdasarkan pemetaan pada matriks IE, dapat dilihat bahwa pada sumbu-x matriks IE, skor total IFE adalah 3,321 sedangkan pada sumbu-y matriks IE, skor total EFE adalah 3,021.

Kuat Rataan Lemah

II III

IV V VI

VII VIII IX

Gambar 7. Hasil Analisis Matriks IE

4,0 3,0 2,0 1,0 3,0 2,0 1,0 Sedang Lemah

Total nilai faktor internal = 3,233

Total nilai faktor ekster- nal = 3,076 2,0 Tinggi

Hal ini menunjukkan bahwa Kelompok Tani Hurip berada pada sel I matriks IE. Strategi yang dapat diambil dari posisi tersebut adalah strategi Growth and Build berupa strategi intensif (market penetration, market development, and product development) dan strategi integratif (backward integration, forward integration, and horizontal integration).

5.4.2. Matriks Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threaths(SWOT)

Pada matriks ini didapatkan strategi berdasarkan gabungan antara faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman). Empat strategi utama yang disarankan yaitu strategi SO, ST, WO dan WT. Berdasarkan analisis SWOT pada Kelompok Tani Hurip dapat dirumuskan 6 alternatif strategi, yaitu :

1. Strategi Strengths-Opportunities (S-O)

a. Memperkenalkan dan menawarkan tepung ubi jalar ke pasar baru.

Selama ini untuk membuat berbagai jenis kue, mie atau berbagai jenis makanan lainnya, masyarakat menggunakan tepung terigu, tepung beras, dan tepung tapioka sebagai bahan baku utamanya. Masyarakat tidak mengetahui bahwa ada suatu komoditas pertanian lokal Indonesia yang bisa dijadikan tepung dan memiliki nilai gizi yang tinggi, yaitu tepung yang berasal dari ubi jalar.

Kalau saat ini pasar sasaran kelompok tani untuk tepung ubi jalar yang dihasilkan adalah industri-industri kecil pangan yang ada di wilayah Bogor, maka dengan manfaat yang dimiliki oleh tepung ubi jalar dan dengan semakin meningkatnya kebutuhan pangan penduduk, kelompok tani dapat memperkenalkan dan menawarkan tepung ubi jalar ke pasar baru. Berbagai cara bisa dilakukan untuk memperkenalkan tepung ubi jalar kepada masyarakat Bogor dan wilayah lainnya. Diantaranya melalui berbagai kegiatan promosi dan menjalin kerjasama dengan rumah sakit, para ahli gizi dan industri makanan untuk mensosialisasikan tepung ubi jalar kepada masyarakat.

Dengan cara ini, masyarakat mulai menyadari nilai lebih yang dimiliki oleh tepung ubi jalar ini sehingga mulai beralih untuk menggunakan tepung ubi jalar sebagai bahan baku makanan olahan.

b. Menjalin kerjasama dengan seluruh anggota kelompok tani dan para petani dan penjual ubi jalar di luar kelompok tani untuk persediaan bahan baku.

Kelompok Tani Hurip adalah kelompok tani yang memiliki anggota kelompok yang berpengalaman dalam pertanian ubi jalar. Selain itu, kelompok juga mempunyai hubungan yang baik dengan para petani dan penjual ubi jalar yang berada di luar Kelompok Tani Hurip. Hal ini merupakan suatu kekuatan bagi kelompok untuk mendirikan usaha tepung ubi jalar karena dengan demikian kelompok sudah mempuyai kendali terhadap pasokan bahan baku untuk membuat tepung ubi jalar .

Kelompok juga bisa memanfaatkan kemajuan teknologi dalam bidang pertanian untuk menghasilkan ubi jalar yang berkualitas, didukung dengan adanya bantuan dari Dinas Pertanian Kabupaten Bogor melalui UPTD setempat untuk pengadaan bibit ubi jalar yang bermutu dan juga pendampingan untuk cara penanaman ubi jalar yang baik agar produktivitasnya benar-benar optimal.

2. Strategi Strengths-Threaths (S-T)

a. Melakukan kegiatan promosi yang intensif dan efisien.

Bagi suatu produk baru, kegiatan promosi sangat perlu untuk dilakukan. Begitu pula halnya dengan tepung ubi jalar. Hal ini bertujuan agar masyarakat yang merupakan calon konsumen produk tersebut menyadari keberadaan tepung ubi jalar dengan kandungan gizi yang dimilikinya dan menimbulkan keinginan untuk mencobanya. Ada berbagai alat promosi yang bisa digunakan oleh suatu organisasi untuk memperkenalkan produknya kepada konsumen.

Alat promosi yang dapat digunakan oleh Kelompok Tani Hurip adalah dengan komunikasi ’gethok tular’ (word of mouth communication), membuat dan menyebarkan brosur dan leaflet yang disertai dengan khasiat produk yang terkandung didalamnya serta ijin usaha yang dimiliki, presentasi langsung di depan calon pembeli, mengikuti berbagai kegiatan pameran dagang, membuat dan menyediakan produk-produk contoh untuk memikat konsumen pada saat promosi maupun pameran. Melalui kegiatan promosi, masyarakat juga dapat memperoleh informasi tambahan mengenai tepung ubi jalar.

Seiring dengan itu, kelompok juga dapat membentuk ciri khas produk untuk memudahkan konsumen mengingat produk yang ditawarkan oleh Kelompok Tani Hurip. Ciri khas produk bisa diciptakan melalui pemberian merek dagang yang menjual, kemasan yang unik, serta logo produk.

3. Strategi Weaknesses-Opportunities (W-O)

a. Menjalin kerjasama teknis (pendampingan dan pelatihan) dan nonteknis (bantuan modal) dengan pemerintah dan atau pihak lain.

Walaupun kelompok mempunyai keinginan yang kuat untuk mendirikan usaha pengolahan ubi jalar menjadi tepung, namun pengetahuan para petani mengenai usaha tersebut sangat terbatas, begitu juga dengan pengatahuan mereka tentang penerapan manajemen dalam kelompok. Oleh karena itu kelompok harus menjalin kerjasama dengan pemerintah daerah setempat dan atau pihak-pihak terkait lainnya seperti para akademisi untuk melakukan pelatihan dan pendampingan yang tepat dan terstruktur kepada seluruh anggota kelompok tani untuk meningkatkan profesionalisme dan kemampuan manajerial petani dalam kelompok serta meningkatkan kemampuan teknis dan pengetahuan mereka mengenai usaha yang akan didirikan seperti teknologi dan sanitasi dalam pembuatan tepung. Kelompok juga bisa menjalin hubungan kerjasama dengan pemerintah dan atau pihak luar untuk mengatasi kelemahan mereka pada keterbatasan modal yang dibutuhkan untuk mendirikan usaha ini dan pengadaan peralatan yang dibutuhkan.

b. Melakukan penyeragaman jenis varietas ubi jalar yang ditanam.

Dalam usaha tepung ubi jalar, ubi jalar merupakan bahan baku utama yang gkan menenntukan kualitas dari tepung yang akan dihasilkan. Jika jenis varietas ubi beraneka ragam, maka kelompok akan kesulitan untuk mnghasilkan tepung yang berkualitas. Melihat dari topografi desa yang sangat cocok untuk komoditas ubi jalar, maka kelompok bisa melakukan kebijaka untuk melakukan pengaturan pola tanam ubi jalar dengan varietas yang telah di tentukan sebagai bahan baku tepung tersebut. Hal ini bisa dilakukan oleh Kelompok Tani Hurip melalui bidang pengaturan pola tanam yang telah dibentuk dalam struktur organisasi kelompok tani itu sendiri bekerjasama dengan pemerintah melalui Dinas Pertanian.

4. Strategi Weaknesses-Threaths (W-T)

a. Menarik anggota keluarga atau warga desa yang lebih muda untuk bergabung dalam kelompok tani.

Keberadaan generasi muda dalam suatu organisasi sangat penting untuk diperhatikan. Karena melalui generasi muda, organisasi akan dapat terus bertahan dan tumbuh karena adanya regenerasi dalam keanggotaan. Oleh karena itu, kelompok harus berusaha untuk menarik anggota keluarga dan atau warga desa lainnya yang lebih muda untuk bergabung dengan kelompok. Hal ini juga akan berpengaruh pada usaha yang akan didirikan. Kelompok akan membutuhkan sumber daya manusia yang lebih muda sebagai modalnya untuk menjalankan usaha tepung ubi jalar. Dengan adanya generasi muda maka kelompok dapat terus melakukan inovasi karena pola pikir generasi muda tentunya akan berbeda dengan anggota yang berasal dari generasi sebelumnya. Selain itu, para generasi muda lebih mudah menyerap teknologi yang terus berkembang dari waktu ke waktu sehingga dapat dimanfaatkan untuk memproduksi tepung secara lebih efektif dan efisien.

Keenam alternatif strategi yang diperoleh pada analisis matriks SWOT ini dapat dikelompokkan menjadi empat alternatif yaitu :

1. Strategi Perluasan Pasar, yaitu memperkenalkan dan menawarkan tepung ubi jalar ke pasar baru (masyarakat Bogor dan wilayah lainnya) (SO1)

2. Strategi Promosi yang intensif dan efisien untuk membangun product awareness dan product trial, yaitu dengan melakukan komunikasi gethok tular, menyebar brosur dan leaflet, mengikuti berbagai kegiatan pameran, serta membentuk ciri khas produk agar masyarakat mudah mengingatnya (ST1)

3. Strategi Integrasi Kebelakang, yaitu kelompok harus berusaha melakukan regenerasi anggota kelompok serta mengontrol dan mengendalikan pasokan bahan baku untuk usaha yang akan didirikan. Dilakukan dengan cara menarik anggota keluarga atau warga yang lebih muda untuk bergabung dalamkelompok serta menjalin kerjasama dengan seluruh anggota kelompok dan para petani dan penjual ubi jalar di luar Kelompok Tani Hurip, dan melakukan pengaturan pola tanam dengan menanam jenis varietas yang seragam (SO2, WO2, WT)

4. Menjalin kerjasama dengan pemerintah dan atau pihak lain untuk peningkatan pengetahuan dan keterampilan anggota kelompok, pengajuan modal usaha, pengadaan pupuk dan bibit tanaman yang bermutu, serta pengadaan alat (WO1)

Tabel 15. Hasil Analisis Matriks SWOT

Analisis Internal

Analisis Eksternal

KEKUATAN (S)

1.Kelompok tani sangat terbuka kepada pihak luar

2.Adanya keinginan dan motivasi yang kuat dari anggota kelompok tani untuk mendirikan usaha tepung ubi jalar

3.Anggota kelompok tani adalah petani ubi jalar yang

berpengalaman

4.Kelompok tani sudah mempunyai struktur organisasi yang jelas 5.Kelompok tani mempunyai

hubungan yang baik dengan para petani dan penjual ubi jalar di luar Desa Cikarawang

KELEMAHAN (W)

1.Modal kelompok terbatas

2.Kurangnya regenerasi anggota kelompok tani 3.Tingkat pengetahuan

anggota kelompok rendah

4.Jenis varietas ubi jalar yang ditanam oleh anggota kelompok beranekaragam

PELUANG (O)

1. Topografi Desa Cikarawang cocok untuk pengembangan komoditas ubi jalar 2. Tersedianya tenaga kerja 3. Peningkatan jumlah penduduk

dan kecenderungan perubahan pola konsumsi masyarakat untuk mengkonsumsi makanan sehat 4. Tepung ubi jalar dapat

mensubstitusi tepung terigu 5. Perkembangan ilmu dan

teknologi yang semakin modern 6. Peluang kerjasama dengan

pemerintah dan atau pihak lain 7. Memiliki prospek pasar yang

baik pada industri kecil pangan yang ada di wilayah Bogor

STRATEGI S-O

1. Memperkenalkan dan

menawarkan tepung ubi jalar ke pasar baru (S1, S2, S3, O2, O3, O4, 05, O6, O7)

2. Menjalin kerjasama dengan seluruh anggota kelompok tani dan para petani dan penjual ubi jalar di luar kelompok tani untuk persediaan bahan baku (S1, S2, S3, S4, S5, O1, O5, O6)

STRATEGI W-O

1. Menjalin kerjasama teknis (pendampingan dan pelatihan) dan nonteknis (bantuan modal) dengan pemerintah dan atau pihak lain (W1, W2, W3, O5, 06) 2. Melakukan

penyeragaman jenis varietas ubi jalar yang ditanam (W4, O1, O3, O4, 05, 06, 07)

ANCAMAN (T)

1. Tepung ubi jalar belum dikenal oleh masyarakat luas

2. Harga tepung substitusi lebih murah dibandingkan harga tepung lainnya

3. Laju inflasi terus meningkat

STRATEGI S-T

1. Melakukan kegiatan promosi yang intensif dan efisien untuk menciptakan product awareness dan product trial. Masyarakat juga dapat memperoleh informasi tambahan mengenai produk (S1, S2, S3, S4, T1, T2, T3)

STRATEGI W-T

1. Menarik anggota keluarga atau warga desa yang lebih muda untuk bergabung dalam kelompok tani (W2, W3, T1, T2)

Dokumen terkait