• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tahapan pencocokan merupakan tahap kedua dalam proses perumusan strategi, berfungsi untuk memadukan kekuatan dan kelemahan yang terdapat pada perusahaan dengan peluang dan ancaman terhadap perusahaan dari lingkungan eksternal. Alat analisis yang digunakan adalah Matriks IE dan SWOT.

7.2.1 Analisis Matriks IE

Analisis matriks IE dilakukan untuk mempertajam analisis yang telah dilakukan dengan matriks IFE dan EFE. Hasil matriks IFE dan EFE berupa total nilai tertimbang IFE di petakan ke dalam matriks IE. Total nilai tertimbang IFE dipetakan pada sumbu x, sedangkan total nilai tertimbang EFE dipetakan pada sumbu y.

63 Gambar 12. Matriks Internal – Eksternal (IE) CV Hadir Jaya

Setelah diperoleh total skor dari IFE matriks sebesar 2.416 dan nilai total skor dari EFE matriks sebesar 2.745, hasil skor tersebut dapat menunjukkan posisi perusahaan melalui matriks IE. Adapun matriks IE untuk CV Hadir Jaya ditunjukkan pada Gambar 12. Gambar tersebut menunjukkan bahwa posisi CV Hadir Jaya berada pada kuadran V yaitu memiliki kemampuan internal yang rata- rata dan eksternal yang menengah. Perusahaan yang masuk dalam kuadran ini sebaiknya dikelola dengan strategi pertahankan dan pelihara, dimana strategi- strategi yang dapat dilakukan adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk.

7.2.2 Analisis Matriks SWOT

Hasil analisis strategi pengembangan bisnis bagi CV Hadir Jaya yang menggunakan Matriks IE selanjutnya dianalisis menggunakan Matriks SWOT agar dihasilkan beberapa strategi alternatif yang dapat diterapkan oleh CV Hadir Jaya. Penentuan strategi alternatif dalam Matriks SWOT yang dilakukan oleh penulis memiliki keterkaitan dengan strategi yang telah dihasilkan dari Matriks

I II

TOTAL RATA-RATA TERTIMBANG IFE

Kuat 3,0 - 4,0 Rata-rata 2,0 2,99 Lemah 1,0 1,99 4,0 3,0 2,0 1,0 3,0 2,0 1,0 III IV V VI VII I VII IX Tinggi 3,0 - 4,0 Menengah 2,0 – 2,99 Rendah 1,0 – 1,99 T O T A L R A T A -R A T A T E R T IM B A N G E FE 2,583 2,745 Pertahankan dan Pelihara

64 IE.

Dengan mencocokan faktor-faktor kunci Internal (kekuatan dan kelemahan) serta faktor-faktor kunci eksternal (peluang dan ancaman) merupakan cara yang efektif untuk menghasilkan startegi yang layak. Strategi yang dihasilkan pada matriks IE hanya secara umum tanpa adanya implementasi yang lebih fokus pada tingkat perusahaan. Oleh karena itu, matriks IE dilengkapi oleh matriks SWOT. Matriks SWOT merupakan langkah-langkah konkrit yang sebaiknya dilakukan oleh perusahaan berdasarkan pengembangan dari matriks IE. Tujuan matriks SWOT adalah untuk menghasilkan alternatif strategi yang dapat dijalankan oleh perusahaan dengan cara memindahkan hasil analisis data matriks IFE dan EFE ke dalam matriks SWOT. Empat tipe strategi yang disarankan yaitu Strategi SO (Strengths-Opportunities), Strategi WO (Weakness-Oppurtunities), Strategi ST (Strengths-Threaths), Strategi WT (Weakness-Threaths).

Dimana startegi SO berarti menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang, startegi WO berarti mengatasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang, startegi ST berarti menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman, dan strategi WT berarti minimalkan kelemahan dan hindari ancaman. Perumusan masing-masing startegi mengacu pada hasil posisi yang didapat pada matriks IE yaitu pertahankan dan pelihara dengan strategi umum untuk penetrasi pasar dan pengembangan produk. Hasil analisis matriks SWOT dapat dilihat pada Gambar 13.

65 Internal Eksternal KEKUATAN (Strengths – S) 1. Lokasi perusahaan 2. Produktivitas tenaga kerja 3. Pemanfaatan limbah kayu lapis

4. Kualitas kayu lapis 5. Sarana dan prasarana

produksi KELEMAHAN (Weekness – W) 1. Koordinasi dalam pembagian tugas 2. Struktur modal 3. Promosi kayu lapis 4. Riset dan pengembangan produk kayu lapis PELUANG (Opportunities – O) 1. Dukungan pemerintah terhadap bisnis produk olahan kayu

2. Harga produk pesaing 3. Perkembangan teknologi

dan sistem informasi 4. Kekuatan tawar

menawar pembeli bahan baku kayu lapis

5. Tingkat konsumsi / penggunaan kayu lapis

STRATEGI – SO

Penjaminan kualitas kayu lapis. (S2, S4, S5, O1, O2, O3, O4, O5).

Melakukan pengembangan jenis produk kayu lapis. (S4, S5, O3, O4, O5).

STRATEGI – WO

Meningkatkan kegiatan promosi kayu lapis. (W3, O1, O2, O4, O5).

Mengakses dana pinjaman lunak. (W2, W4, O1, O2, O3).

ANCAMAN (Threats – T)

1. Perkembangan produk substitusi kayu lapis 2. Ketersediaan bahan

baku

3. Banyaknya perusahaan baru yang masuk menjadi pesaing produksi kayu lapis 4. Kekuatan tawar

menawar pemasok bahan baku kayu lapis

STRATEGI – ST

Penggunaan bahan baku alternatif untuk produksi kayu lapis. (S1, S2, S4, S5, T1, T2, T3, T4). STRATEGI – WT Meningkatkan pelayanan kepada konsumen(W1, W4, T1, T3, T4).

Gambar 13. Matriks SWOT pada CV Hadir Jaya

Berdasarkan analisis matriks SWOT dapat dirumuskan beberapa alternatif strategi yang terdiri dari :

a) Strategi S-O (Strengths-Opportunities) : penjaminan terhadap kualitas kayu lapis.

66 Strategi ini menggunakan kekuatan internal untuk memanfaatkan peluang- peluang eksternal agar memperoleh keuntungan. Alternatif yang dapat dilakukan pada strategi S-O, yaitu penjaminan terhadap kualitas kayu lapis (S2, S4, S5, O1, O2, O3, O4, O5). Penjaminan kualitas pada produk kayu lapis yang diproduksi penting untuk dilakukan. Penjaminan ini berupa diterbitkan sertifikat mutu yang dikeluarkan oleh badan sertifikasi nasional (BSN). Didalam sertifikat tersebut, kualitas yang ada pada kayu lapis yang diproduksi oleh CV Hadir Jaya akan diakui. Pengakuan ini pada akhirnya akan menguntungkan pihak CV Hadir Jaya. Penjaminan kualitas ini dapat menjadi nilai tambah perusahaan dalam memasarkan produk kayu lapis.

Sertifikat mutu yang dapat ditebitkan untuk produk kayu lapis adalah sertifikat Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK). Sertifikat ini menjamin legalitas bahan baku kayu yang digunakan oleh perusahaan. Legalitas bahan baku kayu akan menjamin produk kayu lapis yang dihasilkan berupa produk yang legal secara hukum untuk dipasarkan. Penerapan SVLK untuk bisnis skala UKM sendiri baru akan dimulai pada bulan januari 2014. Selain itu sertifikat mutu yang dapat diterbitkan untuk kayu lapis adalah sertifikat SNI kayu lapis seperti SNI kayu lapis ( SNI 1096:2010) dan SNI mutu perekatan kayu lapis ( SNI 12466- 2:2010).

b) Strategi S-O (Strengths-Opportunities): Melakukan pengembangan jenis produk kayu lapis.

Strategi ini menggunakan kekuatan internal untuk memanfaatkan peluang- peluang eksternal agar memperoleh keuntungan. Alternatif yang dapat dilakukan pada strategi S-O, yaitu melakukan pengembangan jenis produk kayu lapis (S4, S5, O3, O4, O5). Produk kayu lapis dibedakan berdasarkan ukurannya. Produk yang dihasilkan oleh CV Hadir jaya yaitu R1a, R1D, D4dan D6. R1D merupakan produk kayu lapis dengan ukuran 50 x 45 cm dan biasanya digunakan untuk sandaran kursi lipat.R1a merupakan produk kayu lapis dengan ukuran 50 x 50 cm digunakan untuk sandaran kursi kantor. D4 adalah produk dengan ukuran 60 x 60 cm. D6 adalah produk kayu lapis dengan ukuran 60 x 80 cm merupakan produk dengan ukuran yang paling besar dan digunakan untuk dudukan kursi.

67 Pengembangan jenis produk kayu lapis dapat dilakukan dengan melakukan riset dan pengembangan lebih lanjut terhadap produk kayu lapis yang diproduksi oleh CV Hadir Jaya. Pengembangan produk ini didasarkan oleh produk-produk apa saja yang memiliki potensi untuk dikembangkan oleh perusahaan dilihat dari kemampuan perusahaan saat ini dan akan datang serta pasar yang ada. Dengan melakukan pengembangan produk kayu lapis, CV Hadir Jaya dapat bersaing dalam memasarkan produknya.

c) Strategi W-O (Weakness-Oppurtunities) : meningkatkan kegiatan promosi kayu lapis.

Strategi W-O ini bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal yaitu meningkatkan kegiatan promosi kayu lapis (W3, W4, O1, O2, O4, O5). Kegiatan promosi yang terbatas mengakibatkan pada penjualan kayu lapis yang rendah sehingga keuntungan perusahaan juga menurun. Kegiatan promosi penting dilakukan oleh perusahaan dalam memasarkan produk kayu lapis. Perusahaan dapat memanfaatkan acara-acara pamaran yang diselenggarakan oleh dinas terkait, pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. Kegiatan promosi yang dilakukan pada kesempatan tersebut dapat lebih memperkenalkan perusahaan pada konsumen kayu lapis. Dengan begitu para konsumen dapat mengenal produk kayu lapis yang dipasarkan oleh perusahaan. Perusahaan juga dapat memanfaatkan wadah bagi para produsen kayu lapis yang telah disediakan oleh pemerintah untuk dapat memasarkan produk kayu lapis.

Selain itu, cara yang dapat ditempuh adalah dengan penewaran secara langsung kepada calon pembeli kayu lapis. Cara ini dapat dilakukan dengan cara pengajuan proposal hingga melakukan persentasi produk kepada calon pembeli kayu lapis. Perkenalan produk yang dilakukan dengan sistem jemput bola ini akan memudahkan perusahaan dalam memilih calon konsumen serta menyesuaikan produk kayu lapis yang dibutuhkan oleh mereka.

d) Strategi W-O (Weakness-Oppurtunities) : mengakses dana pinjaman lunak. Strategi W-O ini bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan Mengakses dana pinjaman lunak (W2, W5, O1, O2, O3). Dukungan pemerintah

68 terhadap perkembangan entrepreneurship lokal sangat tinggi. Salah satu tujuannya adalah agar masyarakat dapat meningkatkan kesejahteraannya. Satu dari dukungan pemerintah tersebut adalah dengan memberikan pinjaman lunak yang ditunjukkan untuk bisnis-bisnis tersebut. CV Hadir Jaya yang memiliki skala usaha kecil dan menengah dapat mengakses pinjaman-pinjaman lunak tersebut. Salah satunya adalah program KUR (Kredit Usaha Rakyat) yang di lakukan pemerintah melalui kementrian koperasi dan UKM bekerjasama dengan bank- bank pemerintah. Akses terhadap pinjaman ini dapat membantu CV Hadir Jaya dalam melaksanakan kegiatan bisnisnya. Kebutuhan modal yang kuat merupakan salah satu syarat penting yang harus dimiliki oleh suatu bisnis.

e) Strategi S-T (Strengths-Threaths) : penggunaan bahan baku alternatif untuk produksi kayu lapis.

Strategi ini menggunakan kekuatan untuk menghindari atau mengurangi pengaruh dari ancaman eksternal. Terdapat satu alternatif yang dapat dilakukan pada strategi S-T, yaitu penggunaan bahan baku alternatif untuk produksi kayu lapis (S1, S2, S4, S5, T1, T2, T3, T4). Dalam memproduksi kayu lapis, bahan baku merupakan hal penting yang harus diperhatikan. Ketersediaan bahan baku dalam jangka waktu panjang harus menjadi perhatian perusahaan. Hal ini akan berhubungan dengan eksistensi perusahaan dalam memproduksi kayu lapis.

Bahan baku kayu lapis yang saat ini digunakan oleh CV Hadir Jaya adalah berasal dari jenis kayu karet dalam bentuk vinir, yang merupakan limbah dari sisa hasil industri yang didatangkan dari Lampung, Tangerang dan Sukabumi. Kemitraan dalam melakukan pasokan bahan baku ini tidak dilakukan dalam sistem kontrak. Hal ini berarti tidak ada ikatan antara CV Hadir Jaya dengan pemasok bahan baku dalam memasok vinir kayu karet dalam jangka waktu tertentu. Kontrak kerjasama ini tidak dilakukan karena pihak pemasok tidak berani memastikan dapat memasok vinir kayu karet dalam kualitas dan kuantitas yang stabil dalam jangka waktu tertentu.

Keterbatasan bahan baku yang selama ini digunakan oleh CV Hadir Jaya harus disiasati dengan cara mencari bahan baku alternatif. Bahan baku kayu lapis yang dapat digunakan adalah berasal dari limbah produksi kayu MDF (Medium Fibre Board). Limbah dari produksi kayu MDF ini berbentuk vinir (lembaran)

69 sehingga dapat digunakan dengan mudah sebagai pengganti bahan baku dari limbah kayu karet yang selama ini digunakan CV Hadir Jaya. Selain itu perusahaan dapat menggunakan kayu sengon dan kayu jabon yang saat ini sangat luas ditanam di masyarakat. Potensi kayu rakyat yang didominasi oleh kayu sengon dan jabon sebanyak 20 juta meter kubik per tahun dapat dimanfaatkan oleh CV Hadir Jaya untuk memastikan keberlangsungan pasokan bahan baku kayu lapis. Selain kayu sengon dan jabon, CV Hadir Jaya dapat memanfaatkan jenis bahan baku lain seperti limbah batang kelapa sawit. Pemanfaatan limbah batang kelapa sawit ini telah melalui uji coba dalam memproduksi panel kayu lapis bekerjasama dengan pusat penelitian dan pengembangan kementrian kehutanan. Uji coba bahkan telah dilakukan dalam skala komersial pada produsen kayu lapis yang kekurangan bahan baku.

f) Strategi W-T (Weakness-Threaths) : Meningkatkan pelayanan kepada konsumen.

Strategi ini merupakan taktik defensif yang diarahkan pada pengurangan kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal. Terdapat satu alternatif yang dapat dilakukan pada strategi W-T, yaitu melakukan meningkatkan pelayanan kepada konsumen. (W1, W4, T1, T3, T4). Meningkatkan pelayanan kepada konsumen sebaiknya dilakukan oleh perusahaan. Hal ini sangat penting agar mengurangi ancaman banyaknya peruahaan baru yang masuk di industri pengolahan vinir yang mungkin dapat merebut pangsa pasar dari perusahaan. Selain itu, dengan meningkatkan pelayanan kepada konsumen diharapkan akan meningkatkan posisi perusahaan karena kekuatan tawar menawar pembeli terhadap produk kayu lapis tergolong kuat sehingga nantinya diharapkan akan tercapai kontrak penjualan jangka panjang antara perusahaan kayu lapis dengan CV Hadir Jaya. Salah satu upaya untuk meningkatkan pelayanan kepada perusahaan yakni dengan menjaga agar produk berkualitas sesuai dengan permintaan konsumen dan mempermudah media pemesanan, dan mampu menawarkan harga yang bersaing. Strategi meningkatkan pelayanan kepada konsumen agar tercapai kontrak jangka panjang merupakan strategi intensif, yakni market penetration (penetrasi pasar). Kontrak jangka panjang ini sangat penting

70 bagi perusahaan untuk menjamin permintaan produk vinir terhadap perusahaan.

Dokumen terkait