• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI PENELITIAN

B. Tahap Pengamatan dan Pengamatan dan Pengukuran

Kegiatan pengambilan data dibedakan atas beberapa bagian antara lain: a. Pengukuran Irigasi

Pengukuran data irigasi (Gbr 11) dilakukan pada tahap awal penjenuhan sebagai dasar atau pembanding dengan pengukuran berikutnya. Sistim pengukuran yang dilakukan yakni dengan mengukur ketinggian debit air pada pintu irigasi utama dan mengukur waktu pendistribusian air pada masing-masing furrow.

b. Pengurukuran Unsur Iklim

Pada tahap ini pengukuran unsur iklim (Gbr 12) dilakukan dengan menggunakan data stasiun klimatologi di BPTP NTT, yang berada dalam lokasi kantor dengan ketinggian 20 mtr dpl. yang ada di sekitar lokasi penelitian. Kondisi iklim mikro yang terjadi masih menggambar secara global atau bersifat umum karena populasi tanaman masih kecil, sehingga kondisi iklim yang terjadi sekitar tanaman masih seragam. Nilai keseragaman tersebut dapat terukur secara otomatis oleh stasiun klimatologi disekitar lokasi.

Gambar 12. Stasiun Klimatologi dan Data Hasil Olahan

Pengukuran unsur iklim selain dilakukan secara automatis juga dengan cara manual dengan menggunakan alat portable. Dengan mengikuti tahapan – tahapan yang sudah ditentukan dengan formulasi, namun pada dasarnya sebagai pembanding. Adapun point atau inti data variable pengamatan antara lain ata curah hujan, dan unsur iklim lainnya (suhu, kelembaban, radiasi matahari, kecepatan angin) selama penelitian berlangsung diambil dari

Dalam pengambilan data pengamatan dilapangan dibedakan atas 3 bagian pengamatan antara lain :

a. Unsur Iklim

Untuk mengetahui keadaan unsur ilklim dilapangan terbuka, tanpa pengaruh perlakuan diambil data pengamatan pada stasiun klimatologi kantor BPTP NTT yang meliputi:

1. Curah hujan (mm)

2. Intensitas radiasi surya (kal cm-2) 3. Suhu udara (0C)

4. Kelembaban udara (%)

Pengamatan pada unsur iklim mikro dalam pertanaman, setiap petak percobaan diamati parameter berikut:

1. Pengukuran intersepsi radiasi surya pada minggu ke 10 dan 11 setelah tanam dengan menggunakan Tube solarimeter yang diletakkan di atas dan di bawah tajuk tanaman. Jumlah energi radiasi surya yang diintersepsi (Int) dihitung dengan (Handoko 1995):

Qint= (1-τ) Qs……….. (2) dengan,

τ = e-k Lai

QInt = Radiasi intersepsi (MJ m-2)

Qs = Radiasi surya diatas tajuk tanaman atau terukur di stasiun klimatologi (MJ m-2)

τ = Proporsi radiasi surya yang ditransmisi oleh tajuk tanaman k = Koefisien pemadaman

Lai = Luas Indeks Daun

2. Pengukuran suhu udara rata-rata harian pada setiap petak perlakuan pada jam 11.00, pengamatan dilakukan pada minggu ke 10 dan 11. dengan menggunakan sensor termokopel di lakukan di dalam tajuk tanaman dan di atas tajuk tanaman. Pengukuran suhu udara di dalam tajuk dilakukan pada ketinggian 20 cm dari tanah. Pengukuran suhu udara di alas tajuk dilakukan 20 cm di atas tajuk tanaman. Suhu rata rata harian dihitung dengan rumus (Handoko 1995) :

Trataan= ((2 xT pagi) Tsiang + Tsore +T.)/4 ………(3)

3. Kelembaban udara rata-rata harian diukur dengan menggunakan termometer bola bawah dan bola kering (sensor termokapel) dilakukan dalam tajuk dan di atas tajuk tanaman. Pengukuran kelembaban di dalam

tajuk dilakukan pada ketinggian 20 cm dari tanah. Pengukuran kelembaban di atas tajuk dilakukan 20 cm di atas tajuk tanaman. Kelembaban rata-rata harian dihitung dengan rumus :

RHrataan= ((2 X RHpagi+ RHsiang+ RHsore)/4 ……… (4) 4. Pengukuran suhu tanah dilakukan pada setiap petak perlakuan pada

minggu ke 10 dan 11 dengan menggunakan sensor termokopel pada kedalaman 0 cm, 5 cm, 20 cm dan 30 cm. Suhu tanah rata-rata harian dihitung dengan rumus ;

Trataan= ((2 x Tpagi+ Tsiang+ Tsore)/4 ……… (5)

Efisiensi Pemanfaatan Radiasi Surya

Efisiensi pemanfaatan radiasi surya yaitu perbandingan total radiasi surya yang menghasilkan bahan kering (senyawa organik) dengan total radiasi yang diterima tanaman, yang dirumuskan sebagai berikut:

Biomass

ε =--- ……….. (6)

Qintersepsi (Handoko) Dimana :

ε = Efisiensi radiasi surya (gram/MJ) Biomass = Bahan kering (senyawa organik)

Qintersepsi= Total radiasi yang diintersepsi oleh tanaman

Ketersedian data yang terbatas akan dikembangkan/dibangkitkan dengan mengjeneral data yang tersedia dengan menggunakan persamaan regresi polynomial.

b. Agronomi Tinggi Tanaman

Tinggi tanaman diukur mulai dari leher akar hingga ujung daun tertinggi (Gbr 13) dengan menggunakan meteran. Pada tanaman sampel dipasang patok standar sebagai pedoman pengukuran. Pengukuran pertama dilakukan 4 minggu setelah tanam (MST) dengan interval dua minggu sekali sampai populasi tanaman jagung telah berbunga.

Gambar 13. Pengukuran tinggi tanaman

Jumlah Daun

Jumlah daun dihitung daun yang telah terbuka sempurna. Perhitungan pertama dilakukan 4 MST dengan interval dua minggu sekali sampai populasi tanaman jagung telah berbunga sebanyak 75% (8 MST)

Luas Daun

Luas daun dapat diperoleh dengan menggunakan formulasi perhitungan yang dikemumkan oleh Pearce dan Bailey (1975) yaitu:

A = p x l x k……….……… (6)

Dimana A = Luas daun (cm2) L = Lebar daun (cm) P = Panjang daun (cm) K = Konstanta (0,75)

Pengukuran dilakukan pada daun tanaman jagung yang telah mengalami masa pembungaan (8 MST). Daun yang diukur luasnya adalah 3 daun paling tengah (daun ke-7, ke-8, dank e–9) lalu dihitung rata-ratanya.

Umur berbunga

Umur berbunga ditentukan setelah 75% atau lebih dari populasi tanaman telah berbunga. Berbunganya tanaman ditandai dengan tanaman berubah fase vegetative ke fase generative disusul dengan mekarnya bungan jantan sebanyak 75%

Panen

Pemanenan tanaman dilakukan dengan menggunakan kriteria masak fisiologis, dimana panen tanaman dilakukan jika daun luar sudah berwarna kuning kering yang ditandai biji dalam tanam jagung mengeras. Kemudian diukur secara bertahap sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan.

Produksi pertanaman

Produksi pipilan kering pertanaman dihitung dengan membagikan produksi per plot dengan jumlah tanaman per plot tanpa mengikutsertakan tanaman dan hasil tanaman jagung pada barisan terluar dengan kadar air 13% - 14%.

Produksi Plot

Produksi pipilan kering dihitung dengan menimbang bobot pipilan kering dari plot tersebut tanpa mengikutsertakan hasil tanaman jagung pada barisan terluar dengan kadar air 13% - 14%.

Produksi per Hektar

Produksi pipilan kering per hektar merupakan proyeksi dari produksi pipilan kering pertanaman yaitu dengan mengalikan produksi pertanaman dengan populasi tanaman jagung per hektar.

c. Skenario Pemberian Air Irigasi

Pemberian air irigasi pada tanaman jagung diatur dalam beberapa tahap berdasarkan fase perkembangan tanaman yaitu :

- Fase I tanaman berada pada fase vegertatif pertama (umur tanaman 1 – 3 MST) maka pemberian air irigasi berdasarkan Et crop kumulatif tanaman perharinya yang didukung oleh nilai NID (Net Irigasi Dept).

- Fase Vegetatif Kedua, tanaman berumur antara 4 – 7 minggu, dengan mengikuti nilai Etc dan NID

- Fase Pembungaan, tanaman berumur antara 8 – 10 minggu. dengan mengikuti nilai Etc dan NID

- Fase pembentukan biji, tanaman berumur antara 11 – 15 minggu dengan mengikuti nilai Etc dan NID

Untuk memberikan irigasi dengan debit relatif stabil serta volumenya dapat dikuantifikasi, air yang dipompa dari sungai sebelum masuk ke lahan pertanian dialirkan melalui saluran tanah. Pada ujung saluran, telah terpasang bendungan terbuat dari kayu yang memiliki lebar 40 cm. Dasar saluran pada bagian hulu bendungan lebih tinggi 5 cm dari pada dasar saluran di bagian hilir. Pada mulut bendungan terdapat skala ketinggian untuk menduga debit.

Dari saluran pendistribusian, air disalurkan ke setiap blok perlakuan secara bergilir melalui 6 corong saluran dengan ukuran tinggi 10 cm dan lebar 10 cm, masing-masing berjarak 0.8 meter. Lama waktu irigasi untuk setiap blok ditetapkan sesuai debit yang tersedia yang direpresentasikan oleh ketinggian muka air pada mulut bendungan, serta kebutuhan irigasi tanaman sesuai perlakuan.

BAB IV

Dokumen terkait