Berdasarkan bagan diatas, hasil dari tahap penelitian dan pengumpulan informasi serta tahap analisis deskripsi pembelajaran, tugas yang harus di pelajari dan tujuan instruksional disajikan sebagai input (masukan) pada tahap desain, dimana deskripsi dan tujuan tersebut diubah menjadi spesifik/pengkhususan untuk pembelajaran. Selanjutnya, spesifik desain tersebut disajikan sebagai tahap input pada tahap pengembangan, dimana akan digunakan untuk menuntun pada pemilihan atau pembuatan materi dan kegiatan dalam pembelajaran.
Pada tahap penerapan terlebih dahulu dilakukan uji coba produk setelah di validasi oleh para ahli, guru, materi, kegiatan dan siswa disatukan untuk menggunakan prodak yang didapat dari hasil pengembangan. Setelah prodak
Analysis
Design
Development
Implementation
Evaluation
digunakan/diterapkan kemudian di evaluasi untuk melihat apakah tujuan dapat tercapai dan masalah yang sesungguhnya dapat diselesaikan. Jika prodUk membuat penggunanya merasa kesulitan dan dibingungkan, maka proses pengembangannya harus di ulang.
3.2
Prosedur Penelitian
3.2.1 Penelitian dan Pengumpulan Informasi Tentang SMP N 5 Satu Atap Bumijawa
Penelitian dan pengumpulan informasi merupakan penelitian awal tentang SMP N 5 Satu Atap Bumijawa. Pada penelitian awal ini hal yang dilakukan adalah melakukan penelitian tentang beberapa faktor, mulai dari letak geografis, iklim, cuaca, kehidupan sosial masyarakat sekitar, filosofis tentang berdirinya SMP N 5 Satu Atap Bumijawa, guru, hasil positif setelah didirikan SMP N 5 Satu Atap Bumijawa, kendala, dan keterkaitan antara SMP N 5 Satu Atap Bumijawa
dengan proses pembuatan media pembelajaran berbasis flash.
3.2.2 Menganalisis Kebutuhan dan Karakteristik Siswa
Kebutuhan dalam proses belajar mengajar adalah kesenjangan antara apa yang dimiliki siswa dengan apa yang diharapkan. Jika kita mengharapkan siswa dapat memahami materi wujud zat dan perubahannya dengan baik dan benar, sementara mereka belum mengenal semua itu, maka perlu dilakukan pemahaman terhadap wujud zat dan perubahannya.
Setelah kita menganalisis kebutuhan siswa, maka kita juga perlu menganalisis karakteristik siswanya, baik menyangkut kemampuan pengetahuan
atau keterampilan yang telah dimiliki siswa sebelumnya. Cara mengetahuinya bisa dengan tes atau dengan yang lainnya. Langkah ini dapat disederhanakan dengan cara mengenalisa topik-topik materi ajar yang dipandang sulit dan karenanya memerlukan bantuan media. Pada langkah ini sekaligus pula dapat ditentukan ranah tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, termasuk rangsangan indera mana yang diperlukan (audio, visual, gerak atau diam).
Identifikasi kebutuhan dan karakteristik siswa SMP N 5 Satu Atap Bumijawa adalah sebagai berikut :
Siswa SMP N 5 Satu Atap Bumijawa diharapkan sudah memahami materi wujud zat dan perubahannya setelah pemeberian materi berlangsung (secara konvensional). Namun dalam kenyataannya tidak sesuai dengan harapan. dengan demikian terjadi kebutuhan bagaimana meningkatkan sikap siswa untuk memahami materi wujud zat dan perubahannya.
Adanya kebutuhan tersebut seyogyanya menjadi dasar pijakan dalam membuat media pembelajaran, sebab dengan dorongan kebutuhan inilah media dapat berfungsi dengan baik. dan media yang digunakan siswa, haruslah relevan dengan kemampuan yang dimiliki siswa.
3.2.3 Merumuskan Tujuan Instruksional (Instuctional Objective) dengan Operasional dan Khas
Untuk dapat merumuskan tujuan instruksional dengan baik, ada beberapa ketentuan yang harus diingat, yaitu:
1. Tujuan instruksional harus berorientasi kepada siswa. Artinya tujuan instruksional itu benar-benar harus menyatakan adanya prilaku siswa yang dapat dilakukan atau diperoleh setelah proses belajar dilakukan.
2. Tujuan harus dinyatakan dengan kata kerja yang operasional, artinya kata kerja itu menunjukkan suatu prilaku/perbuatan yang dapat diamati atau diukur.
Beberapa contoh dari kategori kata operasional adalah sebagai berikut :
Kata Kerja Operasional Kata Kerja tidak Operasional
Mengidentifikasikan Menyebutkan Menunjukkan Memilih Menjelaskan Menguraikan Merumuskan Menyimpulkan Mendemostrasikan Membuat Menghitung Menunjukkan Menemukan Membedakan, dll Mengerti Memahami Menghargai Menyukai Mempercayai Dan lain-lain
Tabel 3.1. Kata Operasional
Sebuah tujuan pembelajaran hendaknya memiliki empat unsur pokok yang dapat kita akronimkan dalam ABCD (Audience, Behavior, Condition, dan Degree). Penjelasan dari masing-masing komponen tersebut sebagai berikut:
A= Audience adalah menyebutkan sasaran/audien yang dijadikan sasaran pembelajaran
B = Behavior adalah menyatakan prilaku spesifik yang diharapkan atau yang
dapat dilakukan setelah pembelajaran berlangsung
C = Condition adalah menyebutkan kondisi yang bagaimana atau dimana
sasaran dapat mendemonstrasikan kemampuannya atau keterampilannya
D = Degree adalah menyebutkan batasan tingkatan minimal yang
diharapkan dapat dicapai.
Berikut Rumusan Pembelajarannya :
Setelah mengikuti pembelajaran tentang wujud zat dan perubahannya berbasis
(C)
flash, siswa kelas VII SMP N 5 Satu Atap Bumijawa dapat memahami dengan
(A) (B)
baik dan benar. (D)
Siswa kelas VII SMP N 5 Satu Atap Bumijawa dapat memahami tentang
(A) (B)
wujud zat dan perubahannya dengan baik dan benar. (D)
3.2.4 Merumuskan Butir-Butir Materi Secara Terperinci yang Mendukung Tercapainya Tujuan
Penyusunan rumusan butir-butir materi adalah dilihat dari sub kemampuan atau keterampilan yang dijelaskan dalam tujuan khusus pembelajaran, sehingga materi yang disusun adalah dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan dari kegiatan proses belajar mengajar tersebut. Setelah daftar butir-butir materi dirinci maka langkah selanjutnya adalah mengurutkannya dari yang sederhana sampai kepada tingkatan yang lebih rumit, dan dari hal-hal yang konkrit kepada yang abstrak.
Rumusan butir-butir materi dari rumusan tujuan pembelajaran di atas adalah :
1. Memahami wujud zat dan perubahannya.
2. Memahami bagian proses terjadinya perubahan wujud zat.
3.2.5 Mengembangkan Alat Pengukur Keberhasilan
Alat pengukur keberhasilan seyogyanya dikembangkan terlebih dahulu sebelum naskah program ditulis. Dan alat pengukur ini harus dikembangkan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dan dari materi-materi pembelajaran yang disajikan.
Instrumen tersebut akan digunakan oleh pengembang media, ketika melakukan tes uji coba dari program media yang dikembangkannya. Misalkan alat pengukurnya tes, maka siswa nanti akan diminta mengerjakan materi tes tersebut. Kemudian dilihat bagaimana hasilnya. Apakah siswa menunjukkan penguasaan
materi yang baik atau tidak dari efek media yang digunakannya atau dari materi yang dipelajarinya melalui sajian media. Jika tidak maka dimanakah letak kekurangannya. Dengan demikian, maka siswa dimintai tanggapan tentang media tersebut, baik dari segi kemenarikan maupun efektifitas penyajiannya.
Berikut gambaran alat pengukur keberhasilan dari media yang dikembangkan:
Rumusan Tujuan Rumusan Materi Alat Pengukur (Tes)
Siswa kelas VII SMP N 5 Satu Atap Bumijawa dapat memahami materi proses terjadinya wujud zat dan perubahannya
Materi proses Wujud zat dan perubahannya
-Sebutkan apa saja yang menyebabkan wujud zat dan perubahannya
Siswa dapat menyebutkan
macam – macam
pencemaran ligkungan
Macam – macam
wujud zat dan perubahannya
Sebutkan macam –
macam wujud zat dan perubahannya
Tabel 3.2. Alat Pengukur Keberhasilan
3.2.6 Menulis Naskah Media
Naskah media adalah bentuk penyajian materi pembelajaran melalui media rancangan yang merupakan penjabaran dari pokok-pokok materi yang telah disusun secara baik seperti yang telah dijelaskan di atas. Supaya materi pembelajaran itu dapat disampaikan melalui media, maka materi tersebut perlu dituangkan dalam tulisan atau gambar yang kita sebut naskah program media.
Naskah program media maksudnya adalah sebagai penuntun kita dalam memproduksi media. Artinya menjadi penuntut kita dalam mengambil gambar
dan merekam suara. Karena naskah ini berisi urutan gambar dan grafis yang perlu diambil oleh kamera atau bunyi dan suara yang harus direkam.
Namun demikian, sebelum naskah ditulis, maka terlebih dahulu disusun garis-garis besar program media (GBPM) dan rancangan isi medianya.
Berikut Garis-garis Program Media (GBPM)
Topik Tujuan
Umum
Tujuan Khusus Pokok-pokok
Materi Keterangan Memahami materi proses terjadinya wujud zat dan perubahann ya Siswa dapat memahami materi proses terjadinya wujud zat dan perubahannya > Siswa dapat memahami materi proses terjadinya wujud zat dan perubahannya > Siswa dapat memahami macam – macam
wujud zat dan perubahannya
> proses terjadinya wujud zat dan perubahannya >Macam- macam wujud zat dan perubahannya >. Sumber: LKS IPA terpadu kelas VII semester 1 > Alat: Adobe flash CS6
Tabel 3.3. Garis Besar Program Media (GBPM)
3.2.7 Produksi
Setelah pembuatan naskah dan desain disusun dengan matang adalah pembuatan produk multimedia pembelajaran interaktif. Tahap produksi media meliputi: pemrogaman dasar, pembuatan grafis, pembuatan animasi, pembuatan audio, pemrogaman lengkap. Dari tahapan ini terbentuklah produk awal.
Produk yang telah dibuat kemudian diperiksa oleh para ahli yaitu ahli media dan ahli materi untuk memberikan penilaian berupa masukan, kritik atau saran terhadap kualitas program sebelum diuji cobakan.
Validasi produk dapat dilakukan dengan cara menghadirkan pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman, dalam penelitian ini adalah ahli media dan ahli materi. Ahli materi adalah Bapak Eko Sucipto, S.Pd selaku guru mapel IPA terpadu di SMP N 5 Satu Atap Bumijawa. Sedangkan pengkaji media adalah staf ahli media Bpk. Agus Triarso, S.Kom, M.Pd dari Balai Pengembangan Multimedia Pendidikan (BPMP) Semarang.
3.2.9 Revisi
Hasil validasi oleh para ahli kemudian dianalisis untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang masih ada. Bila produk masih ada kelemahan, maka pengembang akan melakukan perbaikan atau revisi. Tahap ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas program berdasarkan masukan, kritik atau saran perbaikan ahli media dan ahli materi.
3.2.10 Mengadakan Tes atau Uji Coba Produk
Produk yang sudah divalidasi oleh para ahli selanjutnya akan diuji cobakan sebagai bahan pertimbangan untuk menilai program yang dibuat. Subjek uji coba lapangan yang dipilih dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP N 5 Satu Atap Bumijawa. Subjek uji coba melakukan pembelajaran menggunakan media pembelajaran berbasis flash ini, kemudian diminta memberikan penilaian terhadap program.
3.3
Populasi dan Sampel Sumber Data
3.3.1 PopulasiPopulasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester 1 SMP N 5 Satu Atap Bumijawa Tahun ajaran 2013. Berikut jumlah siswa kelas VII SMP N 5 Satu Atap Bumijawa:
No Kelas Jumlah Siswa
1 VII A 23
2 VII B 20
Jumlah 43
Tabel 3.4. Persebaran Populasi Siswa Kelas VII
3.3.2 Sampel
Dalam penelitian ini digunakan studi sampel berjumlah 2 kelas yang berjumlah 43 orang, yaitu kelas eksperimen dan kelompok kontrol. Setelah dimatching sesuai dengan nilai pre-test, maka kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
3.3.3 Teknik Sampel
Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik Simple
Random Sampling. Teknik ini digunakan karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan terpaduan strata yang ada dalam populasi tersebut.
3.3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Test, lembar pengamatan, lembar angket, dan lembar wawancara dari penggunaan
media berbasis flash yang dijadikan media untuk mata pelajaran IPA terpadu pokok bahasan wujud zat dan perubahannya.
3.4
Variabel Penelitian
Terdapat dua variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu variabel bebas (variabel independen) dan variabel terikat (variabel dependen).
3.4.1 Variabel terikat
Variable terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa dalam pembelajaran mata pelajaran IPA terpadu.
3.4.2 Variabel bebas
Variable bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran menggunakan media berbasis flash mata pelajaran IPA terpadu pokok bahasan wujud zat dan perubahannya.
3.5
Metode Pengumpulan Data
3.5.1 DokumentasiDigunakan untuk memperoleh data awal yang dievaluasi oleh peneliti, yaitu tentang pungumpulan data nama peserta didik kelas VII dan hasil belajar siswa sebelumnya yaitu nilai ulangan akhir semester gasal yang digunakan untuk menguji homogenitas populasi.
3.5.2 Observasi
Pengamatan yang digunakan untuk mengetahui bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran yang ada di SMP N 5 Satu Atap Bumijawa.
Angket ini digunakan untuk memperoleh data tentang respon peserta
didik terhadap penggunaan media berbasis flash yang dijadikan media untuk mata
pelajaran IPA terpadu pokok bahasan wujud zat dan perubahannya.
3.5.4 Test
Tes diberikan kepada kedua kelas, baik kelas eksperimen dan kelas kontrol pada akhir pembelajaran. Tes ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol. Bentuk tes yang digunakan adalah tes pilihan ganda
mengenai pokok wujud zat dan perubahannya. Tes yang diujikan berupa post-test.
3.6
Metode Analisis Data
3.6.1 Analisis Uji Coba Perangkat Tes
Adapun analisis perangkat tes tersebut adalah sebagai berikut :
3.6.1.1Deskriptif Persentase
Setelah data diperoleh, selanjutnya adalah menganalisis data tesebut. Penelitian ini lebih menitikberatkan pada bagaimana mengembangkan media pembelajaran sehingga data dianalisis dengan sistem deskriptif persentase. Untuk menganalisis data hasil checklist dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Mengkuantitatifkan hasil checking sesuai dengan indikator yang telah
ditetapkan dengan memberikan skor sesuai dengan bobot yang telah ditentukan sebelumnya.
2) Membuat tabulasi data.
3) Menghitung persentase dari tiap-tiap sub variabel dengan rumus:
P(s) = persentase sub variable S = jumlah skor tiap sub variabel N = jumlah skor maksimum
4) Dari persentase yang telah diperoleh kemudian ditransformasikan ke dalam tabel supaya pembacaan hasil penelitian menjadi mudah. Untuk menentukan kriteria kualitatif dilakukan dengan cara:
a) Menentukan persentase skor ideal (skor maksimum) = 100%.
b) Menentukan persentase skor terendah (skor minimum) = 20%.
c) Menentukan range = 100-20= 80.
d) Menentukan interval yang dikehendaki = 5 (tidak baik, kurang baik, cukup
baik dan sangat baik).
e) Menentukan lebar interval (80/5 = 16).
Berdasarkan perhitungan di atas, maka range persentase dan kriteria kualitatif dapat ditetapkan sebagaimana dalam tabel berikut.
No Interval Kriteria 1 2 3 4 5 85% ≤ skor ≤ 100% 69% ≤ skor ≤ 84% 53% ≤ skor ≤ 68% 37% ≤ skor ≤ 52% 20% < skor 36% Sangat Baik Baik Cukup Kurang Baik Tidak Baik
Sedangkan untuk menganalisis data dari angket dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Angket yang telah diisi responden, diperiksa kelengkapan jawabannya, kemudian disusun sesuai dengan kode responden.
b) Mengkuantitatifkan jawaban setiap pertanyaan dengan memberikan skor
sesuai dengan bobot yang telah ditentukan sebelumnya.
c) Membuat tabulasi data.
d) Menghitung persentase dari tiap-tiap sub variable dengan rumus yang digunakan dalam perhitungan persentase skor checklist.
Dari persentase yang telah diperoleh kemudian ditransformasikan ke dalam tabel di atas.
3.6.1.2Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas instrumen merupakan suatu ukuran yang digunakan untuk mengukur tingkat konsistensi suatu instrumen, artinya apabila digunakan untuk mengukur berkali-kali akan menghasilkan data yang sama. Dalam penelitian ini, untuk mengetahui reliabilitas instrument menggunakan rumus dalam buku
(Sugiyono, 2007:361) dengan menggunakan microsoft excel.
Klasifikasi reliabilitas soal adalah sebagai berikut : 0,80<r<1,00 : Sangat Tinggi
0,60<r<0,79 : Tinggi 0,40<r<0,59 : Cukup 0,20<r<0,39 : Rendah
Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan di dapat r=0.950 berdasarkan klasifikasi reliabilitas soal maka di peroleh reliabilitas dengan tingkat konsistensi suatu instrument sangat tinggi.
Adapun untuk membuat kesimpulan, dengan cara membandingkan nilai r hitung dan nilai r tabel diperoleh 0.950 >0.423. Karena r hitung lebih besar dari nilai r tabel maka item instrumen dinyatakan reliabel (Muhidin dan Maman, 2007:41). Lampiran 23.
3.6.1.3Validitas Instrumen
Sedangkan untuk menghitung validasi item instrument menggunakan rumus
korelasi produk moment dalam (Arikunto, 2006:170) dengan Microsoft excel.
Hasil yang diperoleh dari masing-masing perhitungan tersebut
dikonsultasikan dengan nilai dalam tabel harga kritik dari r produk momentpada α
= 5% atau interval kepercayaan 95%. Jika indeks korelasi atau harga rxy ≥ r tabel,
maka butir instrumen yang tidak valid akan dibuang dan tidak dapat dipakai sebagai instrumen dalam penelitian (Arikunto, 2006:170). Hasil keseluruhan Lampiran 20.
3.6.1.4Uji Validitas Soal
Menurut Sugiyono (2007: 348), instrument yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur. Validitas butir soal dapat diketahui melalui uji coba perangkat tes. Nilai hasil uji coba tes
dianalisis dengan menggunakan korelasi product moment, rumus yang digunakan
(Arikunto, 2010: 213) Keterangan:
rxy = koefisien korelasi antara X dengan Y X = skor tiap butir soal
Y = skor total
N = jumlah subjek/peserta didik yang diteliti
3.6.1.5Uji Reliabilitas Soal
Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan dan ketepatan hasil (Arikunto, 2009: 86). Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Rumus yang digunkaan untuk mencari reliabilitas soal bentuk pilihan ganda adalah rumus KR 20 (Kuder Richardson), yaitu:
(Sugiyono, 2007: 359) Keterangan:
k = jumlah item dalam instrumen
= proporsi banyaknya subyek yang menjawab pada item 1 = 1-pi
= varians total
Rumus varians total, yaitu
( Arikunto, 2009: 110)
Keterangan:
= jumlah skor total
= jumlah kuadrat skor total
n = banyak subyek pengikut tes
3.6.1.6Uji Tingkat Kesukaran Soal
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Rumus yang digunakan untuk menganalisis tingkat kesukaran soal adalah
sebagai berikut:
Kriteria tingkat kesukaran soal adalah:
0 ≤ P ≤ 0,30 soal sukar
0,30 < P ≤ 0,70 soal cukup (sedang)
0,70 < P ≤ 1 soal mudah (Rusilowati, 2008: 17)
3.6.1.7Daya Pembeda Soal
Daya pembeda soal (Arikunto, 2009: 211) adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai. Untuk mengetahui daya pembeda bentuk soal pilihan ganda digunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
DP = daya pembeda soal
BA = jumlah jawaban benar pada kelompok atas
BB = jumlah jawaban benar pada kelompok bawah
N = jumlah peserta tes
Kriteria daya pembeda soal adalah
0,00 ≤ D ≤ 0,20 : soal sukar
0,20 < D ≤ 0,40 : soal cukup baik
0,40 < D ≤ 0,70 : soal baik
0,70 < D ≤ 1,00 : soal baik sekali (Rusilowati, 2008: 19)
3.6.2 Analisis Data Awal
Analisis tahap awal digunakan untuk mengetahui apakah kedua kelas berangkat dari kondisi yang sama, maka perlu dilakukan uji kesamaan dua varians. Data yang digunakan pada analisis tahap awal adalah nilai ulangan terakhir bab sebelumnya.
3.6.2.1 Uji Normalitas Data Awal
Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Dalam
penelitian ini menggunakan uji Lilliefors dikarenakan data yang diperoleh berupa
data tunggal dan jumlah sampelnya kurang dari 30 yaitu 25 orang per kelas. Langkah uji Lilliefors sebagai berikut.
(1) Menentukan hipotesis
: sampel berasal dari populasi berdistribusi normal. : sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal.
(2) Berikut adalah prosedur untuk pengujian hipotesis nol yaitu:
(a) Pengamatan dijadikan bilangan baku
dengan menggunakan rumus: .
(b) Untuk tiap bilangan baku dapat menggunakan daftar distribu-si
normal baku, kemudian dihitung peluang
(c) Selanjutnya dihitung proporsi yang lebih kecil atau sama
dengan . Jika proporsi ini dinyatakan oleh , maka
(d) Hitung selisih kemudian tentukan harga mut-laknya.
(e) adalah harga paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut.
(f) Menentukan yang diambil dari tabelLilliefors pada taraf
signifikan 0,05.
=
(g) Bandingkan dengan nilai .
(3) Menentukan simpulan
Berdasarkan perbandingan dengan .
ditolak jika . (Sudjana, 2005: 466-468).
3.6.2.2 Uji Homogenitas Data Awal
Uji kesamaan dua varians atau homogenitas digunakan untuk menguji apakah sebaran data tersebut homogen atau tidak, yaitu dengan membandingkan kedua variansnya. Jika kedua kelompok atau lebih mempunyai varians sama besarnya, maka tidak perlu dilakukan lagi uji homogenitas karena data sudah dianggap homogen. Dikarenakan hanya terdapat dua varians maka uji homogenitasnya menggunakan uji F (uji Fisher). Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
(1) Menentukan hipotesis
: kedua varians sama ( )
: kedua varians tidak sama
(2) Menentukan taraf signifikan
(3) Cari dengan menggunakan rumus:
(4) Menghitung dengan rumus:
Dengan menggunakan tabel F didapatkan .
(5) Menentukan kriteria pengujian yaitu:
Jika , maka diterima (homogen).
3.6.3 Analisis Data Akhir
3.6.3.1Uji Normalitas Data Akhir
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data yang akan dianalisis berdistribusi normal atau tidak. Asumsi bahwa populasi berdistribusi normal membantu menyelesaikan persoalan dengan mudah dan lancar, yaitu untuk mengetahui apakah data hasil penelitian dianalisis dengan memakai statistika parametrik atau non-parametrik. Jika populasi berdistribusi normal dan instrumen terukur maka dapat diselesaikan dengan parametrik. Hipotesis yang digunakan sama seperti analisis data awal. Perbedaanya terdapat pada nilai yang digunakan menggunakan nilai hasil posttest.
3.6.3.2Uji Homogenitas Data Akhir
Pada uji homogenitas data akhir langkah-langkahnya sama seperti uji homogenitas data awal. Perbedannya terdapat nilai yang dipakai menggunakan nilai hasil posttest
3.6.3.3Uji t-Satu Pihak
Untuk mengetahui bahwa hasil belajar siswa dari kelas yang diberi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran eksperimen terbimbing dengan pemberian animasi flash lebih baik dibanding dengan kelas yang diberi pembelajaran eksperimen terbimbing regular/ pembelajaran konvensional , diuji dengan menggunakan uji t pihak kanan, yaitu,
Ho : µ1 ≤ µ2
µ1= rata-rata data kelompok eksperimen
µ2= rata-rata data kelompok kontrol
rumus yang digunakan adalah uji-t sample related yang digunakan adalah
Keterangan:
: rata-rata nilai pada kelas eksperimen : rata-rata nilai pada kelas kontrol
n1 : jumlah siswa kelas eksperimen
n2 : jumlah siswa kelas kontrol
r : korelasi antara dua sampel
S1 : simpangan baku kelas eksperimen
S2 : simpangan baku kelas kontrol
S12 : varians baku kelas eksperimen
S22 : varians baku kelas kontrol dengan:
3.6.3.4Uji Kesamaan Rata-rata
Untuk menguji efektivitas penggunaan model pembelajaran eksperimen
terbimbing dengan pendekatan historical introduction terhadap ketuntasan KKM,
dengan
Keterangan:
= nilai rata-rata sampel
n = banyaknya sampel
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Analisis Data Penelitian
4.1.1 Deskripsi SMP N 5 Satu Atap Bumijawa4.1.1.1Letak Geografis, Iklim, Cuaca, dan Kehidupan Sosial Masyarakat di SMP N 5 Satu Atap Bumijawa
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 5 Satu Atap Bumijawa merupakan Sekolah Menengah Pertama Satu Atap yang berada di jalan dukuh Sawangan KM. 12 Desa Sigedong, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Brebes. Jarak dari pusat kota ±40 KM. Kondisi geografis dari SMP N 5 Satu Atap Bumijawa tepat di bawah Gunung Slamet (±10 KM dari puncak Gunung Slamet), dan dukuh sawangan merupakan pedukuhan tertinggi di Kabupaten Tegal.
Akses jalan dari kecamatan Bumijawa yang menanjak, sempit, berkelok dan banyak jurang di tepi jalannya. Jika menuju ke SMP Satu Atap dengan