• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

E. Tahap Penilaian Kinerja

Menurut Mulyadi (2001: 420), penilaian kinerja tidak dapat dilakukan hanya pada satu tahap, tetapi ada dua tahap, yaitu: tahap persiapan dan tahap penilaian.

1. Tahap persiapan.

Pada tahap ini seluruh fase perencanaan penilaian kinerja bagi para manajer yang membawahi suatu unit kerja tertentu. Fase ini untuk

pemberian informasi yang jelas pada para manajer sebelum memulai aktivitasnya. Fase ini dibagi menjadi tiga langkah persiapan, yaitu:

a. Penentuan daerah pertanggungjawaban dan manajer yang bertanggungjawab.

Ketika seseorang diminta untuk bertanggung jawab atas sesuatu maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah menetapkan dengan jelas daerah pertanggungjawaban yang menjadi wewenangnya. Dalam daerah pertanggungjawaban tersebut, ia diberi wewenang untuk mempengaruhi secara signifikan berbagai variabel yang menentukan pencapaian sasaran yang telah ditetapkan. Penilaian kinerja harus diawali dengan penetapan garis batas tanggung jawab yang jelas bagi manajer yang akan dinilai kinerjanya agar kinerjanya lebih mudah dinilai. Dalam bagian ini ada tiga hal yang berkaitan dengan penentuan daerah pertanggungjawaban dan manajer yang bertanggung jawab, yaitu: kriteria penerapan tanggung jawab, tipe pusat pertanggungjawaban dan karakteristik pertanggungjawaban.

1) Kriteria penerapan tanggung jawab.

Untuk memotivasi manajer secara efektif, tanggung jawab yang dibebankan kepada manajer harus memenuhi kriteria berikut ini: tanggung jawab harus konsisten dengan wewenang yang dimiliki oleh manajer atas pendapatan dan/atau biaya, batas tanggung jawab harus teliti dan adil, daerah pertanggungjawaban yang dibebankan kepada manajer harus dapat diukur efisiensi dan efektivitasnya

dalam pemenuhan tugas khusus tertentu, dan kriteria evaluasi kinerja yang dipilih harus sesuai dengan ruang lingkup tanggung jawab yang dibebankan kepada manajer.

2) Tipe pusat pertanggungjawaban.

Suatu pusat pertanggungjawaban dapat dipandang sebagai suatu sistem yang mengolah masukan menjadi keluaran. Masukan suatu pusat pertanggungjawaban yang diukur dalam satuan uang disebut dengan biaya, sedangkan keluaran suatu pusat pertanggungjawaban yang dinyatakan dalam satuan uang disebut dengan pendapatan. Hubungan antara masukan dan keluaran suatu pusat pertanggungjawaban mempunyai karakteristik tertentu. Berdasarkan karakteristik masukan dan keluarannya dalam hubungan di antara keduanya, pusat pertanggungjawaban dapat dibagi menjadi 4 macam, yaitu pusat pendapatan, pusat biaya, pusat laba dan pusat investasi.

3) Karakteristik pusat pertanggungjawaban

Berikut ini merupakan karakteristik dari pusat pertanggungjawaban (Mulyadi, 2001: 426):

a) Pusat biaya adalah pusat pertanggungjawaban yang manajernya diukur prestasinya atas dasar biayanya (nilai masukannya). Setiap pusat pertanggungjawaban mengkonsumsi masukan dan menghasilkan keluaran. Dalam pusat biaya, keluarannya tidak dapat atau tidak perlu diukur dalam wujud pendapatan.

Departemen akuntansi dan departemen personalia adalah contoh pusat biaya yang keluarannya sulit untuk diukur secara kuantitatif.

b) Pusat pendapatan adalah pusat pertanggungjawaban yang manajernya diberi wewenang untuk mengendalikan pendapatan pusat pertanggungjawaban tersebut. Manajer pusat pendapatan diukur kinerjanya dari pendapatan yang diperoleh pusat pertanggungjawabannya dan tidak dimintai pertanggungjawaban mengenai masukannya, karena dia tidak dapat mempengaruhi masukannya tersebut.

c) Pusat laba adalah pusat pertanggungjawaban yang manajernya diberi wewenang untuk mengendalikan pendapatan dan biaya pusat pertanggungjawaban tersebut. Manajer pusat laba diukur kinerjanya dari selisih antara pendapatan dengan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut.

d) Pusat investasi adalah pusat laba yang manajernya diukur prestasinya dengan menghubungkan laba yang diperoleh pusat pertanggungjawaban tersebut dengan investasi yang bersangkutan. Ukuran prestasi manajer pusat investasi dapat berupa ratio antara laba dengan investasi yang digunakan untuk memperoleh laba tersebut.

b. Penetapan kriteria yang dipakai untuk mengukur kinerja.

Manajemen puncak harus memperoleh jaminan bahwa setiap manajer bertindak sesuai dengan sasaran perusahaan. Untuk mewujudkan hal ini, harus terdapat kesesuaian antara sasaran organisasi dan sasaran manajer secara individual. Kesesuaian sasaran dipengaruhi oleh prosedur yang digunakan untuk menilai kinerja manajer karena penilaian kinerja memaksa setiap manajer bertindak sesuai dengan ukuran yang ditetapkan dalam kriteria kinerja. Berbagai faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan kriteria kinerja manajer adalah:

1) Dapat diukur atau tidaknya kriteria. 2) Rentang waktu sumber daya dan biaya. 3) Bobot yang diperhitungkan atas kriteria.

4) Tipe kriteria yang digunakan dan aspek perilaku yang ditimbulkan. 2. Tahap penilaian.

Pada tahap ini seluruh fase pengukuran hasil kerja para manajer dibandingkan dengan ukuran-ukuran yang telah disepakati. Fase ini terdapat tiga tahap rinci:

a. Pembandingan kinerja sesungguhnya dengan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.

Dalam evaluasi kinerja, hasil pengukuran kinerja secara periodik dibandingkan dengan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Informasi penyimpangan kinerja sesungguhnya dari sasaran yang telah

ditetapkan diumpanbalikkan dalam laporan kinerja kepada manajer yang bertanggung jawab untuk menunjukan efisiensi dan efektivitas kinerjanya.

b. Penentuan penyebab timbulnya penyimpangan kinerja sesungguhnya dari yang telah ditetapkan dalam standar.

Penyimpangan kinerja sesungguhnya dari sasaran yang ditetapkan perlu dianalisis untuk menentukan penyebab terjadinya penyimpangan tersebut dan dapat direncanakan tindakan untuk mengatasinya. Baik penyimpangan yang merugikan maupun yang menguntungkan perlu diperhatikan dan dianalisis oleh manajemen.

c. Penegakan perilaku yang diinginkan dan tindakan yang digunakan untuk mencegah perilaku yang tidak diinginkan.

Tahap akhir penilaian kinerja adalah tindakan koreksi untuk menegakkan perilaku yang diinginkan dan mencegah terulangnya perilaku yang tidak diinginkan. Penilaian kinerja ditujukan untuk menegakkan perilaku tertentu di dalam pencapaian sasaran yang telah ditetapkan. Hasil di masa yang akan datang dapat dipengaruhi oleh penegakan perilaku yang diinginkan dan dengan mengubah atau mencegah perilaku yang tidak diinginkan melalui sistem penghargaan yang didasarkan atas kinerja. Motivasi dapat bersifat ex-ante (sebelum sesuatu terjadi) atau ex-post (setelah sesuatu terjadi).

Sistem akuntansi memiliki fungsi yang penting dalam evaluasi kinerja manajer dengan cara menyediakan data kuantitatif untuk menentukan

bagaimana, kepada siapa dan untuk apa penghargaan didistribusikan atau tidak didistribusikan. Sistem akuntansi juga dapat menunjukkan bidang yang di dalamnnya perlu diadakan perubahan perilaku untuk penyehatan dan pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang.

26

Dokumen terkait